KAJIAN TEORI
A. Deskripsi Teoritis
1. Manajemen Pembelajaran
a. Pengertian Manajemen
Manajemen umumnya diartikan sebagai proses perencanaan, pengorganisasian,
pengarahan, dan pengawasan atas usaha-usaha para anggota organisasi dan penggunaan
sumber daya organisasi lainnya agar mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan.
Inti dari manajemen adalah pengaturan.1
Manajemen dalam bahasa Inggris dikenal dengan kata manage yang berarti
mengatur, mengurus, melaksanakan dan mengelola, sedangkan dalam bahasa Indonesia
manajemen diartikan sebagai cara mengelola suatu perusahaan besar. Pengelolaan atau
pengaturan dilaksanakan oleh seorang manajer (pemimpin) berdasarkan urutan
manajemen. Manajemen adalah ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber
daya manusia dan sumber-sumber lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai
suatu tujuan tertentu.2
Manajemen Sumber Daya Manusia merupakan salah satu bidang dari manajemen
umum yang meliputi segi-segi perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan
pengendalian. Proses ini terdapat dalam fungsi atau bidang produksi, pemasaran,
keuangan, maupun kepegawaian. Karena sumber daya manusia dianggap semakin
penting perannya dalam pencapaian tujuan perusahaan , maka berbagai pengalaman dan
hasil penelitian dalam bidang SDM dikumpulkan secara sistematis dalam apa yang
disebut manajemen sumber daya manusia. Istilah “manajemen” mempunyai arti sebagai
kumpulan pengetahuan tentang bagaimana seharusnya memanage (mengelola) sumber
daya manusia.3
1
Jejen Musfah, Manajemen Pendidikan, (Jakarta: Kharisma Putra Utama, 2015) h. 2
2
Adi Ansari, “Manajemen Supervisor: Rekayasa Islami”. Ittihad Jurnal Kopertais Wilayah XI
Kalimantan Volume 12 No. 22 Oktober 2014,h.14
3
Ibid,h.10
9
10
efektif dan effesien.4 ( Koswara dan Ade Yeti Nuryantini, Manajemen Lembaga Pendidikan,( Jakarta:
PATRAGADING,2002), h. 2)
Istilah manajemen memiliki banyak arti, tergantung pada orang yang
mengartikannya, istilah manajemen madrasah acapkali disandingkan dengan istilah
administrasi madrasah. Berkaitan dengan itu, terdapat tiga pandangan berbeda;
pertama, mengartikan administrasi lebih luas dari pada manajemen (manajemen
merupakan inti dari administrasi); kedua, melihat manajemen lebih luas dari pada
administrasi dan ketiga, pandangan yang menggangap bahwa manajemen identik
dengan administrasi. Berdasarkan fungsi pokoknya istilah manajemen dan
administrasi mempunyai fungsi yang sama. Karena itu, perbedaan kedua istilah
tersebut tidak konsisten dan tidak signifikan.
Manajemen merupakan proses yang khas bertujuan untuk mencapai suatu tujuan
dengan efektif dan efisien menggunakan semua sumber daya yang ada. Menurut Terry
dan Rue menjelaskan bahwa manajemen adalah suatu proses atau kerangka kerja yang
melibatkan bimbingan atau pengarahan suatu kelompok orang-orang ke arah tujuan-
tujuan organisasional atau maksud-maksud yang nyata. (G.A. Ticoalu Dasar-dasar
Manajemen, alih bahasa: (Jakarta: Bumi Aksara, 2014), h. 1
Hal yang sama juga dikemukakan oleh para pakar menajemen menurut Parker seperti
dikutip oleh Usman bahwa manajemen adalah seni untuk melaksanakan pekerjaan melalui
orang- orang (the art of getting things done through people).5( Husaini Usman, Manajemen, Teori,
Praktek, dan Riset Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2011), edisi 3, h. 5
b. Fungsi Manajemen
4
5
Husaini Usman, Manajemen, Teori, Praktek, dan Riset Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2011), edisi 3,
h. 5
11
Fungsi manajemen adalah elemen-elemen dasar yang akan selalu ada dan melekat
di dalam proses manajemen yang akan dijadikan acuan oleh manajer dalam
melaksanakan kegiatan untuk mencapai tujuan. Fungsi manajemen dapat dikatakan
sebagai tugas-tugas yang harus dilakukan oleh seorang manajer. Fungsi manajemen
pertama kali diperkenalkan oleh seorang industrialis Perancis bernama Henry Fayol
pada awal abad ke-20. Ketika itu, ia menyebutkan lima fungsi manajemen, yaitu
merancang, mengorganisir, memerintah, mengordinasi, dan mengendalikan. Namun saat
ini, kelima fungsi tersebut telah diringkas menjadi empat, yaitu perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan, dan pengevaluasian. 6 Selanjutnya dapat dijelaskan
masing- masing fungsi tersebut sebagai berikut:
Perencanaan adalah memikirkan apa yang akan dikerjakan dengan sumberyang
dimiliki. Perencanaan dilakukan untuk menentukan tujuan perusahaan secara
keseluruhan dan cara terbaik untuk memenuhi tujuan itu. Manajer mengevaluasi
berbagai rencana alternatif sebelum mengambil tindakan dan kemudian melihat apakah
rencana yang dipilih cocok dan dapat digunakan untuk memenuhi tujuan perusahaan.
Perencanaan merupakan proses terpenting dari semua fungsi manajemen karena tanpa
perencanaan, fungsi-fungsi lainnya tak dapat berjalan.
Fungsi kedua adalah pengorganisasian atau organizing. Pengorganisasian
dilakukan dengan tujuan membagi suatu kegiatan besar menjadi kegiatan-kegiatan yang
lebih kecil. Pengorganisasian mempermudah manajer dalam melakukan pengawasan
dan menentukan orang yang dibutuhkan untuk melaksanakan tugas-tugas yang telah
dibagi-bagi tersebut. Pengorganisasian dapat dilakukan dengan cara menentukan tugas
apa yang harus dikerjakan, siapa yang harus mengerjakannya, bagaimana tugas-tugas
tersebut dikelompokkan, siapa yang bertanggung jawab atas tugas tersebut,
padatingkatan mana keputusan harus diambil. Pengarahan atau directing adalah suatu
tindakan untuk mengusahakan agar semua anggota kelompok berusaha untuk mencapai
sasaran sesuai dengan perencanaan manajerial dan usaha-usaha organisasi. Jadi
actuating artinya adalah menggerakkan orang-orang agar mau bekerja dengan
sendirinya atau penuh kesadaran secara bersama-sama untuk mencapai tujuan yang
dikehendaki secara efektif. Dalam hal ini yang dibutuhkan adalah kepemimpinan
(leadership).7
6
Sufyarma, Kapita Selekta Manajemen Pendidikan. (Bandung: CV. Alfabeta, 2004), h.188-189.
7
W. Gulo, Strategi Belajar Mengajar. (Jakarta: PT Grasindo, 2008) h.35
12
c. Pengertian Pembelajaran
Pembelajaran pada hakikatnya merupakan suatu proses interaksi antara guru
dengan siswa, baik interaksi secara langsung maupun seperti kegiatan tatap muka
maupun secara tidak langsung, yaitu dengan menggunakan berbagai media
pembelajaran, dengan adanya interaksi pembelajaran diharapkan akan terjadi perubahan
sikap, pengetahuan dan keterampilan dari diri siswa, perubahan itu relatif stabil disadari
oleh adanya perbedaan interaksi tersebut, maka kegiatan pembelajaran dapat dilakukan
dengan menggunakan berbagai pola pembelajaran.8. Pembelajaran dalam konsep Islam
sudah lama terjadi, misalnya interaksi antara nabi Muhammad dengan malaikat, ketika
menyampaikan wahyu pertama dengan Iqra (bacalah).
Manusia adalah makhluk Allah yang diberi kewajiban dalam mencari ilmu
(belajar). Yang mana ilmu tersebut berguna untuk bekal kehidupannya di dunia maupun
di akhirat, sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW:
Disanadkan oleh: Telah menceritakan kepada kami [Hisyam bin Ammar] berkata, telah
menceritakan kepada kami [Hafsh bin Sulaiman] berkata, telah menceritakan kepada
kami [Katsir bin Syinzhir] dari [Muhammad bin Sirin] dari [Anas bin Malik] ia berkata;
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Menuntut ilmu adalah kewajiban
bagi setiap muslim. Dan orang yang meletakkan ilmu bukan pada pada ahlinya, seperti
seorang yang mengalungkan mutiara, intan dan emas ke leher babi."
Sementara perawinya adalah At-Tarmizi dari riwayat Kaab bin Malik.
Al-Qur’an surat al-Mujadalah ayat 11 yang berbunyi
8
Rusman, Model-model Pembelajaran (Jakarta: RajaGrafindo Persada,2016), h. 134
9
HR Ibnu Majah, Sunan Ibnu Majah bab 17 hadits ke 224,h. 18
13
ٍ يَرْ فَ ِع هللاُ الَّ ِذينَ َءا َمنُوا ِمن ُك ْم َوالَّ ِذينَ أُوتُوا ْال ِع ْل َم َد َر َجا
ت َوهللاُ بِ َما تَ ْع َملُونَ خَ بِي ُر
(11:)المجادلة
Artinya: “Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-
orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat” (QS. Al-Mujadalah: 11)
10
Abuddin Nata, Perspektif Islam tentang Strategi Pembelajaran (Jakarta: Kencana, 2009), h. 85.
11
Evelin Siregar & Hartini Nara, Teori Belajar dan Pembelajaran (Bogor: Ghalia Indonesia, 2010), h.14
12
Mgs. Nazarudin, Manajemen Pembelajaran, (Yogyakarta: Teras, 2007), h. 162
14
maupun teori belajar yang merupakan proses komunikasi dua arah. Mengajar dilakukan
oleh pihak guru sebagai pendidika, sedangkan belajar dilakukan oleh peserta didik.13
Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur
manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang saling mempengaruhi
dalam mencapai tujuan pembelajaran14
Menurut Oemar Hamalik dalam Wina Sanjaya, pembelajaran adalah suatu
kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material pasilitas,
perlengkapan dan prosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran.
Manusia yang terlibat dalam sistem pembelajaran adalah siswa, guru dan tenaga
lainnya, misalnya tenaga laboratorium. Materil meliputi buku-buku, papan tulis
fotografi, slide dan film, audio dan video tape. Fasilitas dan perlengkapan terdiri dari
ruang kelas, perlengkapan audio visual juga computer. Prosedur meliputi jadwal dan
metode penyampaian informasi, praktek, belajar, ujian dan sebagainya.15
Berdasarkan berbagai pendapat tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran adalah serangkaian kegiatan yang diusahakan dalam rangka agar orang
dapat melakukan aktivitas belajar dengan harapan mewujudkan tujuan pembelajaran.
13
Ramayulius, Ilmu Pendidikan Islam. (Jakarta: Kalam Mulia, 2015), h. 338
14
Wina Sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: Kencana Pranada Media Grup, 2010). h. 231
15
Ibid., h. 339
15
Skinner pada tahun 1950. Kemudian diikuti oleh Robert Mager pada tahun 1962
kemudiansejak pada tahun 1970 hingga sekarang penerapannya semakin meluas hampir
diseluruh lembaga pendidikan di dunia, termasuk di Indonesia.
Robert F. Mager (1965), yang dikutip Wina Sanjaya dalam bukunya Perencanaan
dan Desain Sistem Pembelajaran, dikemukakan bahwa tujuan pembelajaran adalah
perilaku yang hendak dicapai atau yang dapat dikerjakan oleh siswa pada kondisi dan
tingkat kompetensi tertentu.18 Dari uraian di atas menyebutkan bahwa tujuan
pembelajaran suatu pernyataan yang spesifik yang dinyatakan dalam perilaku atau
penampilan yang diwujudkan setelah mereka mempelajari bahasan tertentu dalam
bentuk tulisan untuk menggambarkan hasil.
e. Manajemen Pembelajaran
Manajemen pembelajaran yaitu suatu usaha untuk mengelola sumber daya yang
digunakan dalam pembelajaran, sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai secara
efektif dan efisien.
Manajemen pembelajaran juga merupakan suatu usaha dan kegiatan yang meliputi
pengaturan seperangkat program pengalaman belajar yang disusun untuk
mengembangkan kemampuan peserta didik sesuai dengan tujuan organisasi atau
sekolah. Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa manajemen
pembelajaran adalah proses pengelolaan dalam kegiatan belajar mengajar yang dimulai
dari proses perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengendalian dan penilaian
dalam rangka mencapai tujuan pendidikan.
Manajemen pembelajaran memiliki arti penting dalam sebuah proses pendidikan.,
dimana dengan adanya manajemen dalam sebuah proses pembelajaran diharapkan
tujuan pembelajaran akan terpenuhi, sehingga langkah-langkah dalam proses
pembelajaran yang dimulai dari perencanaan hingga evaluasi mampu mewujudkan
pencapaian tujuan pembelajaran pada umumnya dan efektivitas belajar bagi peserta
didik pada khususnya. Karena dengan manajemen pembelajaran yang baik tentunya
juga akan berdampak pada kegiatan pembelajaran yang terarah dan mampu
menciptakan kondisi pembelajaran yang optimal.
Dalam buku Intructional Design Theoris and Models, dijelaskan Reigeluth bahwa
manajemen pembelajaran adalah berkenaan dengan pemahaman, peningkatan dan
pelaksanaan dari pengelolaan program pengajaran yang dilaksanakan. Sedangkan
18
Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran, (Jakarta: Kencana, 2008), h. 65
17
menurut Sue dab Glover bahwa manajemen pembelajaran adalah proses menolong
murid untuk mencapai pengetahuan, keterampilan, kemampuan serta pemahaman
terhadap dunia sekitar mereka.19
Dari pendapat beberapa ahli di atas dapat disimpulkan manajemen pembelajaran
adalah menciptakan peluang bagaimana murid belajar dan apa yang dipelajari oleh
murid. Dengan kata lain, dalam manajemen pembelajaran memunculkan pertanyaa,
bagaimana mereka dapat belajar, apa yang mereka pelajari, dan di mana meraka
mempelajarinya. Untuk mencapai hal yang telah dimaksud, maka diperlukan strategi
manajemen efektif di dalam kelas yang secara organisasional pembelajaran atau
kegiatan belajar mengajar. Guru memiliki kesiapan mengajar, dan murid siap untuk
belajar.
19
Irwan Nasution, Manajemen Pembelajaran, (Jakarta: Quantum Teaching, 2005). h. 78
20
Op.cit., h. 49
18
dalam setiap bulan setelah diambil untuk minggu-minggu libur dan ujian dan (c)
Menentukan hari belajar efektif dalam setiap minggu sesuai kebijakan sekolah.
2) Perencanaan Program Tahunan (Prota) adalah rencana kegiatan yang akan
dilakukan kepada siswa dan dikerjakan oleh guru dalam jangka waktu (satu tahun
ajaran) yang didalamnya harus memuat antara lain: Identitas Pelajaran,
Kompetensi Dasa (KD), Materi dan Alokasi Waktu.
3) Program Semester (Promes) adalah rencana kegiatan yang akan dilakukan,
disampaikan kepada siswa dan dikerjakan oleh guru dalam jangka waktu satu
semester dan merupakan penjabaran dari prota yang telah dibuat sebelumnya.
Didalamnya harus memuat antara lain: Identitas Pelajaran, Kompetensi Dasar,
Alokasi Waktu, Bulan dan Pekan Pelaksanaan.
4) Silabus sebagai garis besar, ringkasan, ikhtisar, atau pokok-pokok isi atau materi
pelajaran. Silabus bermanfaat sebagai pedoman dalam pengembangan
pembelajaran.
5) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) RPP merupakan pegangan
bagi guru dalam melaksanakan pembelajaran baik di kelas, laboratorium, atau
lapangan untuk kompetensi dasar. Oleh karena itu, apa yang tertuang di dalam
RPP memuat hal-hal yang langsung berkait dengan aktivitas pembelajaran dalam
upaya pencapaian penguasaan suatu Kompetensi Dasar.
b. Pelaksanaan (Actuating)
Pelaksanaan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) Menurut Usman 21 bahwa Proses
Belajar Mengajar (PBM) adalah inti dari proses pendidikan secara keseluruhan
dengan guru sebagai pemegang peranan yang utama. Sedangkan Kegiatan Belajar
Mengajar (KBM) merupakan suatu kegiatan interaksi antara guru dan murid dimana
akan diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar.
c. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi pembelajaran Tahapan setelah melakukan pembelajaran adalah evaluasi.
Evaluasi merupakan sebuah proses pengumpulan data untuk menentukan sejauh
mana, dalam hal apa, dan tujuan pendidikan sudah tercapai dengan kata lain untuk
melihat atau mengetahui seberapa tinggi tingkat keberhasilan dari kegiatan yang
direncanakan.
Dari pengertian manajemen pembelajaran dan fungsi manajemen pembelajaran
dapat disimpulkan bahwa seorang guru dengan sengaja memproses dan menciptakan
21
Moh Uzer Usman. Menjadi Guru Profesional. (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010), h. 4
19
2. Pembelajaran Multikultural
a. Pengertian Pembelajaran Multikultural
Pembelajaran multikultural adalah kebijakan dalam praktik pendidikan dalam mengakui,
menerima dan menegaskan perbedaan dan persamaan manusia yang dikaitkan dengan
gender, ras, dan kelas22
Pembelajaran berbasis multikultural didasarkan pada gagasan filosofis tentang
kebebasan, keadilan, kesederajatan dan perlindungan terhadap hak-hak manusia. 23 Melalui
pembelajaran multikultural, subyek belajar dapat mencapai kesuksesan dalam mengurangi
prasangka dan diskriminasi24
Pembelajaran
Belajar adalah proses perubahan tingkah laku individu sebagai hasil dari
pengalamannya dalam berinteraksi dengan lingkungan. Belajar bukan hanya
sekedar menghafal, melainkan suatu proses mental yang terjadi dalam diri
seseorang.25
Pembelajaran pada hakikatnya merupakan suatu proses interaksi antara guru
dengan siswa, baik interaksi secara langsung seperti kegiatan tatap muka maupun
secara tidak langsung, yaitu dengan menggunakan berbagai media pembelajaran
maka kegiatan pembelajaran dapat dilakukan dengan berbagai pola atau model
pembelajaran.26
Pembelajaran menurut Menurut Oemar Hamalik
22
Rini Parmila Yanti, Jurnal Basicedu Volume 2 Nomor 2 Tahun 2018,h.70
23
Ibid
24
ibid h.71
25
Rusman, Model Model Pembelajaran,(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,2016), h. 134
26
Ibid
27
https://www.dosenpendidikan.co.id/pengertian-pembelajaran-menurut-para-ahli/di unduh pada hari Rabu
tanggal 1 September tahun 2021 pukul 23.06 WIB
20
Multikultural
Multikultural adalah sekelompok yang merujuk pada suatu masyarakat yang
saling menerima realitas tentang keragaman jenis kelamin, ras, suku bangsa, agama,
atau etnik, agama, serta kebudayaan dalam satu kesederajatan yang sama rata dan
sama rasa.30
Multikultural adalah untuk pandangan mengesampingkan perbedaan dalam
kehidupan masyarakat yang mementingkan tujuan hidup bersama dalam
mendiciptakan kedamaian, ketentraman, dan membentuk persatuan serta kesatuan.
Pandangan multikultural ini mendsikripsikan bahwa perbedaan adalah hal yang
wajar dan harus diterima oleh semua golongan demi mengindari dampak dinamika
kelompok sosial dalam masyarakat.31
Menurut Azyumardi, secara sederhana multikulturalisme bisa dipahami
sebagai pengakuan, bahwa sebuah Negara atau masyarakat adalah beragam dan
majemuk. Atau dapat pula diartikan sebagai “kepercayaan” kepada normalitas dan
penerimaan keragaman.32
Dari pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa mutikulturalisme
sebenarnya merupakan konsep sebuah komunitas dalam konteks kebangsaan dapat
mengakui keberagaman, perbedaan, dan kemajemukan budaya baik ras, suku, etnis
dan agama. Konsep yang memberikan pemahaman bahwa sebuah bangsa yang
plural atau majemuk adalah bangsa yang dipenuhi dengan budaya-budaya yang
beragam. Bangsa yang muktikultur adalah bangsa yang kelompok-kelompok etnik
dan budaya yang ada dapat hidup berdampingan secara damai dalam prinsip co-
28
Undang-undang Republik Indonesia nomor 20 Tahun 2003 Tentang SISDIKNAS (Bandung: Citra
Umbara. 2006), 72
29
Mulyasa, Manajemen Kepemimpinan Kepala Sekolah, ( Jakarta: Bumi Aksara,2011),h.107
30
Diunggah dari Dosensosiologi.com, tagl 25 Feb 202 jam 19.30 Wib
31
Ibid.
32
Azyumardi Azra, Pendidikan Agama: Membangun Multikulturalisme Indonesia, dalam Pendidikan
Agama Berwawasan Multikultural. (Jakarta: Gelora Aksara Pratama, 2005), vii.
existence yang ditandai dengan kesediaan untuk menghormati budaya lain. Adapun
masyarakat multikultur adalah masyarakat yang mampu menekankan dirinya sebagai
arbitrer yaitu sebagai penengah bagi proses rekonsiliasi ketika proses dialektika
tersebut menemui titik jenuh.33
Pembelajaran multikultural tidak diberikan secara tersendiri di dalam kelas, namun
dapat diintegrasikan pada berbagai macam mata pelajaran.
b. Tujuan Pembelajaran Multikultural
Keberagaman adalah hal yang tidak dapat dihindarkan di dalam kehidupan sosial, hal
ini adalah konsekuensi logis yang harus dialami di dalam kehidupan sosial, keberagaman ini
bisa dijadikan sebuah khasanah kekhasan di dalam sebuah daerah atau negara, tetapi hal ini
juga dapat menjadi sebuah permasalahan yang serius bila tidak ditangani dengan baik.
Konflik horisontal, konflik sosial dan disintegrasi bangsa akan menjadi hal yang sering
ditemukan di dalam negara yang majemuk dan tentunya akan menjadikan penghambat
dalam pembangunan di berbagai aspek kehidupan berbangsa dan bernegara.
Multikulturalisme sebuah ideologi yang dianggap mampu menyelesaikan berbagai masalah
yang berkaitan dengan Multikulturalisme. Yaitu dengan asas-asas sebagai berikut:
a. Manusia yang tumbuh dan besar pada hubungan sosial di dalam sebuah tatanan
tertentu, dimana sistem nilai diterapkan dalam berbagai simbol-simbol budaya dan
ungkapan-ungkapan bangsa. Artinya bahwa simbol-simbol perbedaan ini harus diakui,
sehingga dapat dijadikan sebuah kekhasan dan pembeda dengan simbol-simbol yang
lain.
b. Keanekaragaman Budaya menunjukkan adanya visi dan sistem yang berbeda, sehingga
budaya yang satu memerlukan budaya lain. Dengan mempelajari kebudayaan lain, maka
akan memperluas cakrawala pemahaman akan dapat mengerti makna
multikulturalisme.
c. Setiap kebudayaan secara internal adalah majemuk, sehingga dialog berkelanjutan
sangat diperlukan demi terciptanya persatuan. Atau dengan kata lain, hal ini akan
menumbuhkan komunikasi lintas budaya dan akan membentuk rasa nasionalisme yang
tinggi di dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, sehingga partisipasi yang pluralistik
akan terwujud dan akan mempercepat pembangunan di berbagai aspek. 34
33
Farida Hanum dan Sisca Rahmadonna, Artikel Multikultural Stranas 2009, h.11
34
Zainal Abidin, Jurnal Menanamkan Konsep Multikulturalisme di Indonesia Vol. 1 No.02 Tahun
2016, h.137-138 di unduh pada tanggal 02/09/2021 pukul 07.46
21
Pembelajaran multikultural adalah kebijakan dalam praktik pendidikan dalam
mengakui, menerima dan menegaskan perbedaan dan persamaan manusia yang
dikaitkan dengan gender, ras, dan kelas (Sleeter and Grant, 1988). 35
35
Rini Parmila Yanti, Pembelajaran Berbasis Multikultural Pada Mata Pelajaran Sosiologi Jurnal
Basicedu Vol 2 No 2 Oktober 2018 h.71 diunduh pada tanggal 02/09/2021 pukul 07.44
22
23
kepada negara dan jika sampai terjadi perpecahan maka etnis minoritas akan
menjadi korban dari perpecahan tersebut,
3. Dengan memahami perbedaan maka individu akan mengetahui kelebihan dan
kekurangan dari etnis lain, dengan mengetahui perbedaan tersebut tujuannya agar
dapat mencontoh dan mengambil hal-hal yang baik dari masing-masing etnis.
Peran Sekolah dan Keluarga Dalam Membiasakan Peserta Didik Untuk Melaksanakan
Nilai Nilai Multikultural. Keberadaan Sekolah dan Keluarga sangat berperan dalam
membentuk para peserta didik untuk memahami nilai-nilai multikultural.36(
Wiyanto, Implementasi Nilai-nilai Multikultural Pada Sekolah Multi-etnik (studi
interaksi sosial di sma karangturi) Artikel 1 oktober 2018 h. 2-3 diunduh pada
tanggal 6/9/2021 pukul 21.35 WIB
d. Multikultural di Indonesia
Gagasan multikulturalisme di Indonesia kembali muncul ke permukaan pada
tahun 2002. Hal ini sejalan dengan bergulirnya reformasi 1998 dan diberlakukannya
otonomi daerah mulai tahun 1999. Pemerintahan orde baru cenderung dijalankan
secara sentralistik dengan menggunakan politik kebudayaan yang seragam dan
menggunakan tipe pendekatan monlitik dalam melihat masyarakat yang
multikultural. Pasca orde baru desentralisasi berkembang dan kedaerahan turut
meningkat, hal ini disadari dapat menimbulkan efek yang kontra produktif jika dilihat
dari perspektif kesatuan dan integrase nasional. Berkaitan dengan hal tersebut, maka
diperlukannya kembali gagasan diimplementasikannya multikulturalisme di
Indonesia. Pada dasarnya paham multikulturalisme yang tumbuh dan berkembang di
Amerika dan Kanada. Paham multkulturalisme sejalan dengan fakta sosial yang
sudah ada di Indonesia yakni Bhineka Tunggal Ika. Baik antara multikulturalisme
dan bhineka tunggal ika memilki semangat yang sama yakni: unity in diversity bukan
uniformity in diversity. Maka dari perlunya penanaman nilai-nilai Multikulturalisme
yang sejalan dengan Bhineka Tunggal Ika melalui pendidikan. Penanaman nilai-nilai
multikulturalisme juga kebhinekaan melalui jalur pendidikan37.
Di dunia sudah mengenal yang namanya pendidikan multukultural, dan penting
diberikan kepada anak atau peserta didik dengan harapan anak mampu memahami
36
37
Rahmawaty Rahim. “Signifikansi Pendidikan Multikultural terhadap Kelompok Minoritas”. Jurnal
Analisis, Volume XII, Nomor 1, Juni 2012. IAIN Raden Fatah Palembang.
24
bahwa di dalam lingkungan mereka dan juga lingkungan dirinya terdapat keragaman
budaya. Keragaman budaya tersebut berpengaruh kepada tingkah laku, sikap, pola pikir
manusia, sehingga manusia tersebut memiliki cara-cara (usage), kebiasaan (folk),
bahkan adat istiadat (customes) yang berbeda satu dengan yang lainnya38.
Parsudi Suparlan menyebutkan multikulturalisme adalah kebudayaan, yaitu kebudayaan
yang dilihat dari fungsinya sebagai pedoman bagi kehidupan manusia. Multikultural mengulas
berbagai permasalahan seperti; politik dan demokrasi, keadilan dan penegakan hukum,
kesempatan kerja dan usaha, HAM, hak budaya komunitas dan golongan minoritas, prinsip-
prinsip etika dan moral dan tingkat serta mutu produktivitas. 39
Akar kata multikulturalisme adalah kebudayaan. Secara etimologis multikulturalisme
dibentuk dari kata multi (banyak), kultur (budaya), dan isme (aliran/paham). Dengan demikian
multikulturalisme dapat diartikan sebagai sebuah paham yang mengakui adanya banyak kultur.
Secara hakiki, dalam kata itu terkandung pengakuanakan martabat manusia yang hidup dalam
komunitasnya dengan kebudayaannya masing-masing yang unik. 40
Secara sederhana multikulturalisme adalah sebuah paham yang membenarkan dan
meyakini adanya relativisme kultur disebabkan adanya keragaman budaya, keragaman suku
dengan kebudayaan khasnya. Sehingga dasar kemunculan multikulturalisme bermuara pada
studi atas kebudayaan. Dari doktrin tersebut diharapkan akan munculnya semangat
penghargaan terhadap perbedaan budaya dan selanjutnya melahirkan perilaku toleransi dalam
kehidupan di tengah keanekaragaman budaya. 41 Dalam kehidupan bangsa yang multikultural
dituntut adanya kearifan untuk melihat keanekaragaman budaya sebagai realitas dalam
kehidupan bermasyarakat.42
3. Toleransi Beragama
a. Pengertian Toleransi Beragama
Secara bahasa atau etimologi toleransi berasal dari bahasa Arab tasyamuh yang
artinya ampun, ma‟af dan lapang dada.43 Dalam Webster‟s Wolrd Dictonary of
38
Farida Hanum dan Sisca Rahmadonna. “Implementasi Model Pembelajaran Multikultural di Sekolah
Dasar Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta”. Jurnal Pendidikan Ilmu Pendidikan Vol 03, Nomor 1, Maret
2010.
39
Suparlan, Parsudi. Metode Penelitian Kwalitatif, (Jakarta: Program Kajian Wilayah Amerika, 1994),h.22
40
Choirul Mahfud, Pendidikan Multikultural, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2006), h. 75.
41
Ahmad Khairuddin, EPISTEMOLOGI PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DI INDONESIA(Jakarta: IJTIMAIYAH Vol.2
No.1 Januari-Juni 2018) di unduh pada tanggal 02/9/21 pukul 07.48 wib
42
Choirul Mahfud, Pendidikan Multikultural, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2006), h. 103
43
David G. Gilarnic, Webster‟s Wold Dictionary of America Language (New York: The World
Publishing Company, 1959), p. 799
25
American Languange,44 kata „‟toleransi‟‟ berasal dari bahasa Latin, tolerare yang
berarti “menahan, menaggung, membetahkan, membiarkan, dan tabah. Dalam bahasa
Inggris, toleransi berasal dari kata tolerance/ tolerantion yaitu Kesabaran, kelapangan
dada,3 atau suatu sikap membiarkan, mengakui dan menghormati terhadap perbedaan
orang lain, baik pada masalah pendapat (opinion), agama/kepercayaan maupun dalam
segi ekonomi, sosial dan politik. Kamus Besar Bahasa Indonesia dijelaskan, toleransi
adalah sifat atau sikap toleran, yaitu bersifat atau bersikap menenggang (menghargai,
membiarkan, membolehkan) pendirian (pendapat, pandangan, kepercayaan, kebiasaan,
kelakuan) yang berbeda atau bertentangan dengan pendirian sendiri, misalnya toleransi
agama (ideologi, ras, dan sebagainya).45
Menurut Sullivian, Pierson, dan Marcus, sebagaimana dikutip Saiful Mujani,
toleransi didefinisika sebagai a willingness to „‟put upwith‟‟ those things one rejects
or opposes, yang memiliki arti, kesediaan untuk menghargai, menerima, atau
menghormati segala sesuatu yang ditolak atau ditentang oleh seseorang.46
Menurut Umar Hasyim, toleransi yaitu pemberian kebebasan kepada sesama
manusia atau kepada sesama warga masyarakat untuk menjalankan keykinannya atau
megatur hidupnya dan menentukan nasibnya masing-masing, selama dalam
menjalankan dan menentukan sikapnya itu tidak melanggar dan tidak bertentangan
dengan syarat-syarat atas terciptanya ketertiban dan perdamaian dalam masyarakat.47
Penulis dapat menyimpulkan, dari beberapa pendapat di atas bahwa toleransi
adalah suatu sikap atau tingkah laku untuk dapat menghormati, memberikan kebebasan,
sikap lapang dada, dan memberikan kebenaran atas perbedaaan kepada orang lain.
Percakapan sehari-hari toleransi sering digunakan di samping kata toleransi juga dipakai
kata „‟tolere‟‟. Kata ini berasal dari bahasa Belanda berarti memebolehkan,
membiarkan; dengan pengertian membolehkan atau membiarkan yang pada prinsipnya
tidak perlu terjadi. Toleransi mengandung konsensi. Konsensi ialah pemberian yang
hanya didasarkan kepada kemurahan dan kebaikan hati, dan bukan didasarkan pada hak.
Toleransi terjadi dan berlaku karena terdapat perbedaan prinsip, dan menghormati
perbedaan atau prinsip orang lain itu tanpa mengorbankan prinsip sendiri.48
44
John M. Echols dan Hassan Shadily, Kamus Inggris Indonesia (Jakarta: PT. Gramedia, 2007), h. 595
45
W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 2005), h. 1204
46
Saiful Mujani, Muslim Demokrat: Islam, Budaya Demokrasi, dan Partisipasi Politik di Indonesia
Pasca-Orde Baru (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2007), h. 162
47
Umar Hasyim, Toleransi dan Kemerdekaan Beragama dalam Islam Sebagai Dasar Menuju Dialog
dan Kerukunan Antar Umat Beragama (Surabaya: Bina Ilmu, 1979), h. 22
48
Said Agil Husain Al-Munawar, Fikih Hubungan Antar Agama, (Jakarta: Ciputat Press, 2005), h. 13
26
49
Nur Cholish Majid, dkk, Passing Over Melintasi Batas Agama (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama,
2001), h. 138
50
Said Agil Husain Al-Munawar, op. cit., h. 16
27
atau kebebasan sudah menjadi salah satu pilar demokrasi dari tiga pilar di dunia. Ketiga
pilar tersebut adalah persamaan, persaudaraan, dan kebebasa.51
Kebebasan adalah landasan bagi semua nilai yang ada, baik yang berkaitan
dengan materi, intelektual, moral maupun kehormatan. 52 Kebebasan beragama atau
rohani diartikan sebagai suatu ungkapan yang menunjukkan hak setiap individu dalam
memilih keyakiana terhadap suatu agama.53 Dari penjelasan di atas penulis
menyimpulkan bahwa yang dimaksud dengan kebebasan beragama adalah kebebasan
atau kemerdekaan dalam memilih dan menjalankan suatu ajaran keperayaan yang
diyakini. Artinya setiap manusi memiliki hak untuk memilih keperayaan atau agama
yang menurutnya baik bagi dirinya.
menanamkan. Sedangkan nilai diartikan sebagai etika, berasal dari kata etik yang berarti
nilai yang berkenaan dengan akhlak. Jadi penanaman nilai-nilai merupakan proses
menanamkan akhlak.55 Profil guru PAI pada intinya terkait dengan aspek personal dan
profesional dari guru. Aspek personal menyangkut pribadi guru itu sendiri, yang
menurut para ulama selalu ditempatkan pada posisi yang utama. Aspek personal ini
diharapkan dapat memancar dalam dimensi sosialnya, dalam hubungan guru dengan
peserta didiknya, teman sejawat dan lingkungan masyarakatnya karena tugas mengajar
dan mendidik adalah tugas kemanusiaan. Dan aspek profesional menyangkut peran
profesi dari guru, dalam arti ia memiliki kualifikasi profesional sebagai seorang guru
Pendidikan Agama Islam.56 Dalam proses pendidikan, termasuk dalam pendidikan
karakter diperlukan metode-metode pendidikan yang mampu menanamkan nilai-nilai
karakter baik kepada siswa, sehingga siswa bukan hanya tahu tentang moral (karakter)
atau moral knowing, tetapi juga diharapkan mereka mampu melaksanakan moral atau
moral action yang menjadi tujuan utama pendidikan karakter. 57 Metode-metode yang
ditawarkan oleh Abdurrahman An-Nahlawi dirasa dapat menjadi pertimbangan para
pendidik dalam menginternalisasikan pendidikan karakter kepada semua peserta didik
sebagai berikut:
1) Metode Hiwar (Percakapan)
Metode hiwar ialah percakapan silih berganti antara dua pihak atau lebih melalui
tanya jawab mengenai satu topik, dan dengan sengaja diarahkan kepada satu tujuan
yang dikehendaki. Metode ini digunakan untuk dapat mengasah otak, mendekatkan
kepada makna, dapat mengangkat kebenaran, dapat memberanikan terhadap dasar dasar,
dan ikut serta secara langsung dalam proses pembelajaran dan pendidikan.58
2) Metode Qishah (Kisah)
Kisah berasal dari kata qashsha-yuqushashu-qishashatan, mengandung arti
potongan berita yang diikuti dan pelacak jejak. Kisah merupakan penelusuran terhadap
kejadian masa lalu. Dalam pelaksanaan pendidikan karakter sekolah, kisah sebagai
metoe pendukung pelaksanaan pendidikan memiliki peranan yang sangat penting,
karenaa di dalam kisah-kisah terdapat berbagai keteladanan dan edukasi.59
55
Hasyim, op.cit. h. 23-25.
56
Muhaimin, Suti‟ah, and Nur Ali, Paradigma Pendidikan Islam Upaya Mengefektifkan Pendidikan
Agama Islam Di Sekolah (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2008), h. 97.
57
Heri Gunawan, Pendidikan Karakter Dan Konsep Implementasi (Bandung: Alfabeta, 2014), h. 88
58
Heri Gunawan, Pendidikan Islam Kajian Teoritis dan Pemikiran Tokoh (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2014), h. 261.
59
Ibid. h. 89
29
60
Ibid., h. 91
61
Ibid.,
30
Menurut An-Nahlawi kedua kata tersebut memiliki perbedaan dari segi makna.
„Ibrah berarti sesuatu kondisi psikis yang menyampaikan manusia kepada intisari
sesuatu yang disaksikan, dihadapi dengan menggunakan nalar yang menyebabkan hati
mengakuinya. Adapun kata mau’idhah ialah nasehat yang lembut yang diterima oleh
hati dengan cara menjelaskan pahala atau ancamannya.
7) Metode Targhib dan Tarhib (Janji dan ancaman)
Targhib ialah janji terhadap kesenangan, kenikmatan akhirat yang disertai dengan
bujukan (agar dapat melakukan kebaikan yang diperintahkan Allah). Tarhib ialah
ancaman karena dosa yang dilakukan (agar menjauhi perbuatan jelek yang dilarang
Allah). Targhib dan Tarhib bertujuan agar orang mematuhi aturan Allah swt. Akan
tetapi keduanya memiliki titik tekan yang berbeda.
8) Metode Ceramah
Metode ceramah merupakan cara penyajian pelajaran yang dilakukan guru dengan
menuturkan atau penjelasan lisan secara langsung terhadap peserta didik. Metode ini
merupakan metode pembelajaran yang sangat klasik. Akan tetapi walau termasuk dalam
kategori metode klasik (lama), sampai saat ini metode ceramah sering digunakan guru
atau instruktur dalam pembelajaran di kelas. Hal ini selain disebabkan beberapa
pertimbangan tertentu, juga adanya faktor kebiasaan dari guru ataupun siswa.62
Berikut beberapa penanaman nilai-nilai toleransi yang dapat dilakukan: 1) Saling
menghormati dan saling menghargai. yang mana di dalamnya mengajarkan untuk
berlaku lemah lembut, tidak bersikap kasar lagi keras. 2) Boleh berbeda keyakinan
(agama), sekalipun tuntunannya jelas. 3) Perbedaan itu rahmat, demikianlah Nabi SAW.
mengajarnya. Tegasnya perbedaan itu ada banyak gunanya dan tidak ada yang sia-sia.
4) Perbedaan itu diciptakan tidak lain agar kita saling mengenal satu sama lain. Selain
beberapa cara tersebut di atas, penanaman nilai-nilai toleransi dapat pula dilakukan
dengan berdasarkan prinsip-prinsip toleransi tersebut di atas.
3) Baik sangka (huznudzan), yaitu berbaik sangka kepada sesama manusia. Manusia itu
pada asal dan hakikat aslinya adalah baik karena diciptakan Allah dan dilahirkan atas
fitrah atau kejadian asal yang suci sehingga manusia pada hakikat aslinya adalah
makhluk yang berkecenderungan pada kebenaran dan kebaikan (hanif).
ك
َ ••ض َجنَا َح ۡ ك إِلَ ٰى َم••ا َمتَّ ۡعنَ••ا بِ ِۤۦه أَ ۡز َوٲ ۬ ًج•• ا ِّم ۡنهُمۡ َواَل ت َۡح•• ز َۡن َعلَ ۡي ِہمۡ َو
ۡ ِٱخف َ ••اَل تَ ُم•• َّد َّن ع َۡين َۡي
َلِ ۡل ُم ۡؤ ِمنِين
(88: ) الهجر
Janganlah sekali-kali kamu menujukan pandanganmu kepada keni’matan hidup yang
telah Kami berikan kepada beberapa golongan di antara mereka [orang-orang kafir
itu], dan janganlah kamu bersedih hati terhadap mereka dan berendah dirilah kamu
terhadap orang-orang yang beriman. (QS Al Hijr:88)
Terhadap sesama kaum muslimin, sikap rendah hati adalah suatu kemestian.
Hanya kepada mereka yang jelas-jelas menentang kebenaran kita diperbolehkan untuk
bersikap tinggi hati. Masih banyak lagi nilai keberagamaan yang mengarah pada
pembentukan akhlak mulia. Namun, hal yang disebut di atas sedikitnya akan membantu
mengidentifikasi agenda kehidupan kita yang lebih nyata dalam upaya menghadirkan
33
kesadaran bahwa sesungguhnya itulah hakikat keberagamaan yang harus dijalani oleh
setiap individu muslim67.
B. Penelitian Relevan
Penelitian terdahulu bertujuan untuk mengetahui posisi penelitian yang hendak
dilaksanakan dari penelitian sebelumnya, maka peneliti akan memaparkan penelitian
penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini agar mengetahui persamaan dan
perbedaannya, diantaranya yaitu:
1. Penelitian yang dilakukan Muhammad Muchsin Afriyadi dalam tesisnya menuliskan
tentang Pendidikan Multikultural sebagai upaya dalam menghadapi kondisi peserta
didik yang beragam baik dari segi suku, agama dan budaya. Pendidikan karakter
beracuan kepada sikap dan tingkah laku peserta didik dalam hal pendidikan karakter,
untuk dapat membentuk karakter yang baik dalam diri peserta didik.68
2. Kajian lain yang terkait dengan penelitian di atas tentang Model pembelajaran berbasis
Multikultural. Hanum menjelaskan dalam penelitian ini dimaksud untuk meningkatkan
Apresiasi positif pada diri siswa terhadap perbedaan secara kultural, sebagai landasan
meningkatkan kualitas pembelajaran yang memberikan rasa aman, nyaman dan
bertujuan untuk menyempurnakan modul sebagai suplemen dalam bahan pembelajaran
multicultural bagi murid SMP Negeri dan swasta, di Indonesia. Yang menghasilkan
panduan pembelajaran multicultural bagi guru, dan meningkatkan kemampuan guru di
SMP Negeri dan swasta dalam pembelajaran multikultural, pendekatan yang digunakan
dalam keseluruhan penelitian ini adalah Research and Development. penelitian ini lebih
menekankan pada pendidikan multikultural yang sifatnya, kepada peningkatan hasil
belajar siswa. Dan pengaruhnya di dalam lingkungan sekolah.69
3. Penelitian selanjutnya bahwa pendidikan multikultural juga diterapkan di Taman
Kanak-kanak Islam Tarbiyatul Athfal Al-Furqon Yogyakarta, di tengah-tengah
pendidikan dalam lingkup monokultural di sekolah khususnya. Artinya pendidikan yang
berbasis Multikultural tidak sekedar dibiasakan dan digunakan atau di terapkan dalam
lingkup multikultural akan tetapi dalam lingkup monokulturalpun bisa diterapkan. Dan
mampu memberikan pengaruh kepada peningkatan hasil belajar di sekolah.
67
Ibid., h. 192
68
M. Muchsin Afriyadi. Penerapan Pendidikan Multikultural dalam Membentuk Karakter Peserta
Didik di SDN 7 Metro Pusat Lampung. (Jakarta: Fak. Pendidikan UNJ Jakarta, 2018)
69
Farida Hanum dan Sisca Rahmadinna. Implementasi Model Pembelajaran Multikultural di Sekolah
Dasar Negeri Di Provinsi Istimewa Jogyakarta. (Jogyakarta: Staranas, 2009)
34
4. Penelitian yang ditulis oleh saudara Erik Aditia Ismaya dalam tesisnya. Alasan memilih
lokasi penelitian di sekolah SMA Negeri 3 Yogyakarta, SMA 1 Bopkri Yogyakarta, dan
SMA Muhammadiyah 2 Yogyakarta karena sekolah-sekolah tersebut dianggap
mewakili dan menggambarkan: Keragaman potret pendidikan di Yogyakarta, Potensi
pluralitas dan multikulturalitas masyarakat pendidikan di Yogyakarta, Keberadaan
kelompok-kelompok social kemasyarakatan berdasarkan suku, agama, ras, etnis, dan
budaya di Yogyakarta.70
5. Skripsi yang dilakukan oleh Wulan Puspita Wati yang berjudul, Peran Guru PAI dalam
Penanaman Nilai Nilai Toleransi Antar Umat Beragama Siswa Untuk Mewujudkan
Kerukunan di SMP Negeri 4 Yogyakarta. Skripsi ini menggunakan pendekatan
kualitatif. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dengan wawancara,
dokumentasi, dan observasi, dengan sumber data Kepala Sekolah, Wakil Kepala
Sekolah, Guru PAI, Siswa dan Guru non muslim di SMP Negeri 4 Yogyakarta. Tujuan
dari penelitian skripsi ini adalah untuk menjelaskan tentang peran seorang guru
Pendidikan Agama Islam dalam penanaman nilai-nilai toleransi antar umat beragama
siswa untuk mewujudkan kerukunan di SMP Negeri 4 Yogyakarta, untuk mengetahui
faktor pendukung dan penghambat penanaman nilai-nilai toleransi antar umat beragama
siswa untuk mewujudkan kerukunan di SMP Negeri 4 Yogyakarta.
6. Skripsi yang dilakukan oleh Faridhatus Sholihah dari jurusan Pendidikan Agama Islam,
Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya 2016 yang berjudul, Implementasi
Pendidikan Islam Multikultural Dalam Sikap Toleransi Beragama Siswa di SMP Mardi
Sunu Surabaya. Skripsi ini memakai metode penelitian kualitatif dengan mengambil
latar SMP Mardi Sunu. Hasil yang diperoleh dari penelitian, menunjukkan bahwa
penerapan sikap toleransi beragama siswa telah sesuai dengan maksud dan tujuan
pendidikan multikultural. Hal ini berdasarkan seluruh kegiatan mulai dari belajar
mengajar kegiatan ekstra atau intrakurikuler secara umum sudah diterapkan. Dengan
melihat interaksi sosial antar teman sebaya atau guru serta kepada lingkungan sekolah,
serta sikap toleransi yang ditanamkan dalam diri siswa juga sudah terlaksana dengan
maksimal sebagai bukti ketika sekolah mengadakan kegiatan keagamaan, seluruh siswa
saling membantu tanpa memandang agama serta budaya dari setiap masing-masing
siswa.
7. Skripsi yang dilakukan oleh Hendri Gunawan dari Jurusan Perbandingan Agama,
Universitas Muhammadiyah Surakarta 2015. Dengan judul Skripsi “Toleransi
70
Erik Aditia Ismaya. Pendidikan Multikultural di Yogyakarta (Yogyakarta: Sosiologi UGM, 2011)
35
Beragama Menurut Pandangan Buya Hamka dan Nurcholish Madjid”. Penelitian ini
mengguanakan metode dokumentasi dan kepustakaan termasuk jenis penelitian Library
Research. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan Filosofis. Menurut peneliti
ada persamaan dan perbedaan pendapat antara Buya Hamka dan Nurcholish Madjid
tentang masalah toleransi beragama. Keduanya sama-sama menekankan tentang
pentingnya prinsip toleransi dalam kehidupan beragama yaitu dengan menghormati
kebebasan beragama. Karena dengan prinsip inilah semua pemeluk agama akan saling
menghormati terhadap pemeluk agama lain. Perbedaan antara keduanya terletak pada
batas-batas dalam toleransi beragama dimana Buya Hamka menyatakan bahwa toleransi
beragama dalam Islam hanya bisa dilakukan jika tidak menyangkut masalah keimanan
sedangkan Nurcholish Madjid dalam praktik toleransi beragamanya cenderung lebih
inklusif dan pluralism, seperti dengan mengikuti doa bersama antar umat beragama.
Berdasarkan dari penelitian terdahulu, penulis menemukan penelitian yang berkaitan
dengan judul penulis. Akan tetapi posisi penelitian penulis dengan penelitian terdahulu
terdapat perbedaan yang mendasar yaitu peneliti lebih terfokus kepada manajemen
pembelajaran berbasis multikultural dalam rangka meningkatkan toleransi antar umat
beragama di SMPN 30 Jakarta Utara.
C. Kerangka Berpikir
Manajemen atau pengelolaan kelas yang baik memastikan baik buruknya hasil
belajar yang diperoleh siswa, guru ketika mengajar memakai cara atau metode yang tepat,
didukung penyediaan perlengkapan belajar yang memadai, dan iklim kelas yang kondusif
dikala proses pembelajaran dapat diprediksi mempengaruhi keberhasilan siswa dalam
belajar. Untuk menghasilkan pembelajaran yang berkualitas, diperlukan manajemen yang
baik yang dapat mendukung tercapainya tujuan pendidikan. Pembelajaran yang kurang
memperhatikan perbedaan keragaman siswa seperti suku, ras dan agama dan hanya
didasarkan pada keinginan guru, akan sulit untuk dapat mengantarkan siswa ke arah
pencapaian tujuan pembelajaran. Hal ini terlihat dari perhatian sebagian guru yang
menjadikan siswa sebagai objek, bukan sebagai subjek dalam belajar. Kondisi inilah yang
pada umumnya terjadi pada proses pembelajaran.
Indonesia dengan penduduk yang beragam agama, suku, ras, dan bahasa dapat
menyebabkan beragam pula budaya yang dihasilkan, fenomena tersebut sering pluralisme
atau multikultural (beragam budaya) sehingga dibutuhkan strategi khusus dalam proses
pembelajaran di kelas dengan menggunakan kurikulum berbasis multikultural sehinggn
36
Hal ini tergambar dari ilustrasi yang ditampilkan pada gambar di bawah ini
INPUT PROSES OUTPUT OUTCOME
Fakta
SMPempiris
Negeriyang
30 menggunakan
ada di 1. Hasil Belajar Siswa Tinggi,
lapangan
kurikulum,
sebagaiyaitu
berikut: indikasi dari pencapaian
1. 1.
Siswa
Kurikulum
yang masuk
Nasional
SMPN (K13) hasil UN Diterima di
2.
30 Kurikulum
memiliki nilai
berbasis
rata-rata 2. Prestasi akademis, juara SLTA
yang
multikultural
tinggi dengan dalam berbagai mapel baik Favorit
2. Siswa
memasukan
berasal dari
kegiatan
suku dan
mapel tingkat wilayah maupun
agama
agama
yanglain
berbeda,
denganyaitu
guru nasional
agama
agama
Islam,
masing-masing
Katholik, pada 3. Pretasi non-akademis,
Protestan,
jam pelajaran
Budha dan Hindu menjuarai berbagai turnamen
3. 3.
Lingkungan
Mengakomodir
budayakegaiatan-
yang tingkat wilayah dan nasional
beragam
kegaiatan menurut agamanya 4. Kesadaran Toleransi Tinggi,
masing-masing dengan indikasi saling
membantu, menghargai
dalam kegiatan perayaan
agama