Anda di halaman 1dari 11

(PROPOSAL)

SIFAT MEKANIK BAJA KARBON S40CY DAN DILAS DENGAN


KAMPUH V VARIASI BESAR ARUS DENGAN PENDINGIN BATANG PISANG

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik

Jenjang Strata (S1) Pada Program Studi Teknik Mesin

Universitas Kristen Indonesia (UKI) Paulus Makassar

Disusun oleh :

Nama : Rinto
Nim : 6160515150128

PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA PAULUS

MAKASSAR

2019
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Baja merupakan paduan, yang terdiri dari besi, karbon dan unsur lainnya. Baja
dapat dibentuk melalui pengecoran, pencanaian atau penempaan. Karena penggunaannya
sangat luas maka berbagaipihak sering mengklasifikasikan baja antara lain menurut cara
pembuatannya, penggunaannya, kekuatannya, menurut struktur mikronya dan menurut
komposisi kimianya. Menurut komposisi kimianya baja dapat dibagi menjadi dua
kelompok besar yaitu baja karbon dan baja paduan (Kirono dkk,2010).
Perkembangan teknologi bahan dan rekayasa mikroteknologi telahmendorong
perubahan yang sangatbesar terhadap pengunaan material khususnya baja dalam dunia
industri. Seiring dengan perkembangan yangada maka dibutuhkan baja dengan sifat dan
karakteristik yang sesuai terhadap kondisi pada saat diaplikasikan. Oleh karena itu
diperlukan baja dengan karakteristik kuat dan tangguh.
Baja karbon sedang sebagai bahan yang dipakai untuk pembuatan mata pisau
pemanen sawit yang dibuat secara konvensional masih memiliki banyak kelemahan.
Seperti yang telah diketahui bahwa cukup banyak kekurangan dari mata pisau pemanen
sawit yang dibuat dipasaran, terutama pada kekerasannya yang tidak merata, hal ini
dikarenakan proses yang digunakan adalah hammering. Hammering menggunakan palu
yang dipukul dengan tenaga manusia, oleh sebab itu tidak bisa diukur secara pasti gaya
yang dilakukan. Pengerjaan mata pisau pemanen sawit secara konvensional dilakukan 2
orang atau lebih, yang berbeda-beda gaya yang diberikan (tenaga) untuk memukul
(memberikan tekanan) benda kerja dengan hammer, juga sifat (Fuad Affiz 2012).
I.2 Rumusan Masalah
Bedasarkan latar belakang yang telah dijelaskan bahwa setiap produk yang
dihasilkan oleh setiap industri harus memenuhi standar yang telah ditetapkan oleh karna
itu diperlukan adanya pengujian kualitas dari produk yang telah dihasilkan khususnya
baja karbon S40CY dan di las dengan kampuh V dengan pendingin batang pisang. Ada
pun perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana kekuatan tarik baja karbon rendah S40CY
2. Bagaimana tingkat hasil pengelasan padan baja karbon S40CY.
I.3 Tujuan Penelitian
Tujuan yang akan dicapai dalam penulisan tugas ahir ini adalah :
1. Untuk mengetahui kekuatan hasil baja karbon S40CY.
2. Untuk mengetahui hasil pengelasan baja karbon S40CY dan dengan di las
kampuh V
I.4 Batasan Masalah
Penelitian ini difokuskan pada pengujian sifat mekanis baja karbon S40CY. pengujian ini
meliputi pengujian pengelasan dan pendingin batang pisang. hasil dari pengujian tersebut
akan dilihat hasil dari pengelasan baja Karbon S40CY, dengan kampuh V. sehingga dapat
diketahui kekuatan las baja ini. sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini
merupakan bahan jadi atau pembuatan dari hasil Alat yang akan di uji coba.
I.5 Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diambil dari penelitian sifat mekanis S40CY yaitu :
1. Dengan adanya penelitian ini kita dapat menggunakan dan memilih suatu material
baja karbon sesuai dengan kriteria yang diperlukan sehingga penggunaannya
efektif dan tidak mudah rusak.
2. Hasil dari penelitian ini dapat digunakan sebagai pedoman dalam memilih sebuah
material baja karbon untuk membuat suatu produk sehingga produk yang
dihasilkan berkualitas tinggi.
3. Dari adanya penelitian ini dapat mengetahui hasil pengelasan yang kuat pada
metode kampuh V dan batang pisang.
BAB II
TEORI DASAR

2.1 Baja
Baja merupakan paduan yang terdiri dari unsur utama besi (Fe) dan karbon (C),
serta unsur-unsur lain, seperti : Mn, Si, Ni, Cr, V dan lain sebagainya yang tersusun
dalam prosentase yang sangat kecil. Dan unsur-unsur tersebut akan berpengaruh terhadap
mutu dari baja tersebut.
Pada baja karbon rendah mempunyai kandungan karbon % C < 0,3 %. Sifat kekerasannya
relatif rendah, lunak dan keuletannya tinggi. Baja karbon rendah biasanya digunakan
dalam bentuk pelat, profil, sekrap, ulir dan baut Pengerasan Permukaan Baja (Steel
Surface Hardening).
Pengerasan permukaan dilakukan dengan 2 cara yaitu seluruh permukaan
dikeraskan atau sebagian saja dari permukaan yang dikeraskan. Tujuan pengerasan
permukaan secara umum adalah memperbaiki ketahanan aus dan ketahanan korosi.
Pengerasan permukaan pada baja meliputi dua jenis yaitu Induction Hardening dan
Thermo Chemical Treatment. Prinsip kerja Induction Hardening a-dalah memanaskan
permukaan baja hing-ga temperatur austenit yang sesuai dengan baja yang bersangkutan,
kemu-dian disemprotkan pendingin sehingga permukaan menjadi keras.
Prinsip kerja dari Thermo Chemical Treatment adalah menambahkan unsur
karbon ke dalam baja untuk mengeraskan bagian permukaan baja tersebut. Salah satu
penerapan dari proses Thermo Chemical Treatment adalah carburising (pengar-bonan).
Thermo Chemical Treatment dilaku-kan terhadap baja yang mempunyai kadar karbon di
bawah 0,3%. Kadar karbon ini tidak memungkinkan ter-jadinya fasa martensit yang
keras.
Carburising Pengarbonan(carburising) merupakan suatu proses penambahan
kandungan karbon pada permukaan baja untuk mendapatkan sifat baja yang lebih keras
pada permukaannya. Kondisi ini sangat diperlukan untuk komponen-komponen yang
mensyaratkan tahan aus. Pada pengarbonan padat, dipakai arang yang dicampur dengan
10% - 20% Na2Co3 / BaCo3, baja dimasukan ke dalam campuran ini, ditempelkan pada
suatu wadah dan ditutup rapat kemudian dipanaskan. Dengan demikian permukaan baja
akan mempunyai kadar karbon yang lebih tinggi. Kandungan karbon akan bervariasi
dalam arah menuju inti. Pada permukaan kandungan karbon tinggi, dan akan berkurang
dalam arah menuju inti. Konsekuensinya struktur mikro akan berubah pula dari
permukaan menuju inti Quench (celup cepat) adalah salah satu perlakuan panas dengan
laju pendinginan cepat yang dilakukan dalam suatu media pendingin misal air atau oli.
Untuk memperoleh sifat mekanik yang lebih keras. Untuk baja karbon rendah dan baja
karbon sedang lazim dilakukan pencelupan dengan air.

Gambar 2.1 Baja ST 40 (sumber:http//www.Tokopedia.com).


Baja ST 40 secara teori mempunyai nilai kekerasan yang lebih rendah

dibandingkan besi cor, dengan adanya perlit dan


ferit, karena perlit yang lebih banyak dari pada ferit.
Kegunaan baja ST40 Yaitu:
1. Sebagai paku, kawat,wire mesh,peralatan otomotif dan sebagai bahan baku
welded fabrication (Kisi-kisi jendela atau pintu dan jeruji)
2. Aplikasi khusus untuk kawat eletroda untuk berlapis untuk keperluan
pengelasan..
Untuk baja karbon tinggi dan baja paduan biasanya digunakan minyak sebagai
media pencelupan, pendinginannya tidak secepat air. Tersedia berbagai jenis minyak,
seperti minyak mineral dengan kecepatan pendinginan yang berlainan sehingga dapat
diperoleh baja dengan berbagai tingkat kekerasan. Untuk pendinginan yang cepat dapat
digunakan air garam atau air yang disemprotkan. Beberapa jenis logam dapat dikeraskan
melalui pendinginan udara terlalu lambat. Benda yang agak besar biasanya dicelup dalam
minyak. Suhu media celup harus merata agar dapat dicapai pendinginan yang merata
pula. Media pendinginan yang digunakan dalam produksi harus dilengkapi dengan
perlengkapan pendinginan.
2.2 Sifat Mekanik Baja
Sifat mekanik dapat didefinisikan sebagai ukuran kemampuan untuk membawa
atau menahan gaya atau tegangan. sifat-sifat logam seperti kekuatan (strength), keliatan
(ductility), kekerasan (hardness) atau kekuatan luluh (fatique strength). . Sifat mekanik
baja dapat diperoleh dengan melakukan pengujian terhadap suatu benda baja. pengujian
dapat memberikan data yang akurat terhadap sifat mekanik material baja, karena
disebabkan beberapa hal antara lain adanya tekuk pada benda uji yang mengakibatkan
ketidak stabilan dari benda uji tersebut. Perhitungan tegangan yang terjadi di dalam
benda uji lebih mudah dilakukan jika dilakukan pengujian.
2.3 Uji Tarik
Pengujian tarik merupakan salah satu pengujian material yang paling banyak
dilakukan di dunia industri. Karena pengujian ini terbilang yang paling mudah dan
banyak data yang bias diambil dari pengujian ini. Diantaranya yang bisa didapat dari
pengujian tarik ini adalah Kekuatan tarik (Ultimate Tensile Strenght), Kekuatan mulur
(Yield Strenght or Yield Point), Elongasi (Elongation),Elastisitas (Elasticity) dan
Pengurangan luas penampang (Reduction of Area).Seiring dengan berkembangnya
teknologi, maka pada saat ini mesin uji tarik dilengkapi dengan perangkat-perangkat
elektronik untuk memudahkan dalam menganalisa data yang diperoleh. Load Cell
merupakan salah satu perangkat elektronik yang digunakan sebagai perangkat tambahan
pada mesin ujitarik. Load Cell menggunakan system perangkat pengolahan data. Karena
bagaimanapun juga faktor manusia sangat dominan untuk memperoleh hasil dari
pengujian ini (Budiman, 2016).
Gambar 2.2 Uji tarik (Sumber: http//www.infometrik.com)
Kekuatan tarik suatu bahan dapat diketahui dengan menguji tarik pada bahan
yang bersangkutan. Hasil pengujian tarik tersebut dapat diketahui pula sifat-sifat yang
lain seperti: kekuatan mulur, perpanjangan, reduksi penampang, modulus elastisitas, dan
sebagainya. Menurut Surdia dan Chijiiwa (2005:207) pengujian tarik dilakukan de-ngan
jalan memberikan beban tarik pada batang uji secara perlahan-lahan sampai patah. Batas
mulur, kekuatan tarik, perpan-jangan, pengecilan luas, dan sebagainya di-ukur pada
pengujian ini (Kurniawan dkk, 2014).

2.4 Uji Impack


Pada uji impack digunakan pembebanan yang cepat (rapid loading). Perbedaan
dari pembebanan jenis ini dapat dilihat pada strain ratenya. Pada pembebanan cepat atau
disebut dengan beban impak, terjadi proses penyerapan energi yang besar dari energi
kinetik suatu beban yang menumbuk ke benda uji. Uji impak merupakan salah satu
metode yang digunakan untuk mengetahui kekuatan, kekerasan, serta keuletan material.
Oleh karena itu uji impak banyak digunakan dalam bidang menguji sifat mekanik yang
dimiliki oleh suatu material tersebut (Wardani dkk, 2010).
Gambar 2.3 Uji Impack (Sumber: http//www.Alatuji.com)

Dewasa ini kebutuhan akan material terutama logam sangatlah penting. Besi dan
baja merupakan salah satukebutuhan yang mendasar untuk suatu konstruksi. Dengan
berbagai macam kebutuhan sifat mekanik yangdibutuhkan oleh suatu material ialah
berbeda-beda. Sifat mekanik tersebut terutama meliputi kekerasan,keuletan, kekuatan,
ketangguhan, sifat mampu las serta sifat mampu mesin yang baik. Dengan sifat
padamasing-masing material berbeda, maka banyak metode untuk menguji sifat apa
sajakah yang dimiliki oleh suatu material tersebut. Uji impak merupakan salah satu
metode yang digunakan untuk mengetahui kekuatan, kekerasan, serta keuletan material.
Oleh karena itu uji impak banyak dipakai dalam bidang menguji sifat mekanik yang
dimiliki oleh suatu material tersebut. Untuk menilai ketahanan material terhadap patah
getas perlu adanya pengujian serta mempertimbangkan faktor-faktor dinamis yang dapat
mempengaruhi patah getas antara lain kecepatan regang, takik, tebal pelat, tegangan sisa
dan lain-lain (Handoyo, 2013).

2.5 Pengelasan
Pengelasan adalah proses penyambungan antara dua bagian logam atau lebih
dengan menggunakan energi panas yang menyebabkan logam disekitar lasan mengalami
sirkulasi thermal, sehingga logam disekitar lasan mengalami perubahan metalurgi yang
rumit, deformasi dan tegangan-tegangan thermal. Hal ini erat hubungannya dengan
ketangguhan, cacat las dan retak serta mempunyai pengaruh yang fatal terhadap
keamanan dari kontruksi yang di las. Pada sambungan las, patah-getas menjadi lebih
penting karena adanya faktor-faktor yang mendukungnya, seperti konsentrasi tegangan
yang tidak sesuai dan adanya cacat lasan. Untuk mempertinggi keamananlas terutama
pada sambungan las, diperlukan adanya penilaian kekuatan daerah las (Arham, 2016).

Gambar 2.4 Kampuh V


BAB III
METODE PENELITIAN
3.1.Waktu Dan Tempat Penelitian

1. Penelitian ini dimulai dari bualan January 2020 s/d juni 2020.

2. Penelitian ini dilaksanakan di laboratorim Teknik Mesin Universitas Kristen

Indonesia Paulus Makassar.

3.2 Alat Dan Bahan

Dalam pengujian ini perlu menggunakan alat dan bahan yang layak pakai

sehingga data yang diperoleh lebih akurat.

1. Alat

- Mesin las

- Mesin gerinda

- Amplas

2. Bahan

- Baja karbon S40CY

- Batang Pisang
2.3 Alur penelitian

Mulai

Studileratur

Persiapan Alat Dan


Bahan

Pembuatan Spesiman
(Kampuh V Dan Pendingin)

Uji Tarik Uji Impack

Pembahasan

Kesimpulan

Gambar. 3.1 Diagram Alir.

Anda mungkin juga menyukai