Saya yakin bahwa kita semua pasti sudah pernah menghadiri sebuah pesta perjamuan, baik sebagai undangan yang diundang maupun sebagai pestawan yang mengundang. Dalam bacaan Injil yang telah kita dengar dan yang kita renungkan bersama bahwa Yesus menggambarkan hal Kerajaan Sorga seumpama seorang raja yang mengadakan perjamuan nikah untuk Putra-Nya. Yang menjadi pertanyaan saya dalam hati mengapa perjamuan nikah? Mengapa tidak perjamuan syukuran ulang tahun? Atau yang lainnya? Kita mengetahui perjamuan nikah merupakan perjamuan yang sangat meriah/mewah dan tentu saja bagi kita yang beragama katolik merupakan sekali dalam seumur hidup bagi mereka yang terpanggil untuk berkeluarga. Selain sajian makanan dan acara yang mewah itu tidak akan lengkap jika tidak dihadiri oleh para undangan.
Para saudara yang terkasih,
Jika kita lihat lebih mendalam, (setelah membaca beberapa buku Tasrifan Injil Matius) Raja = Allah Bapa, Putera-Nya= Allah Putra, yakni Yesus sendiri. Dan siapa saja undangannya? Pertama, sejak awal sudah berada dalam list undangan (biasanya keluarga dekat, sahabat dan kenalan) = bangsa Israel lewat perantaraan nabi, tetapi malah tidak mau datang alias menolak. Dan untuk kedua kalinya undangan itu pun disampaikan kepada mereka bahkan dengan nada yang penuh dengan harapan “semuanya telah tersedia”, supaya para undangan mau hadir. Akan tetapi, tetap saja sama sekali tidak dindahkan, malah ada yang pergi ke ladang, mengurus usahanya, bahkan menangkap para hamba dan membunuhnya. Bisa kita banyangkan bahwa orang-orang yang sudah kita undang dalam list malah tidak mau hadir, bahkan membuat suatu penghinaan bagi kita. Dapat kita pastikan untuk memblack listnya. Demikian juga raja itu, menumpas habis dan membinasakan mereka serta membakar kota mereka. Kedua, undangan disampaikan kepada mereka tanpa pandang bulu, baik itu orang jahat maupun orang baik, semuanya mendapat undangan. Dan menjadi permasalahnya adalah ada beberapa dari para undangan tidak berpakaian pesta. Tidak mengenakan pakaian pesta berarti datang tanpa sungguh-sungguh untuk mau mengikuti pesta dan tidak membiarkan dirinya dikenal sebagai undangan. Para Saudara yang terkasih, Bisa saja salah satu dari para undangan itu adalah kita yang ada di sini. Apakah kita yang pertama atau yang kedua. Hal ini dapat saya utarakan karena salah satu undangan yang dapat senantiasa kita terima setiap harinya adalah undangan perjamuan melalui ekaristi yang menjadi puncak hidup kita. Dengan adanya perkataan “… Berbagialah orang yang diundang ke perjamuanNya…”. Mengenai cara berpakian pesta tersebut merupakan cerminan kesungguhan hati kita untuk mengikuti perayaan Ekaristi dengan hikmat dan keraguan. Kesungguhan hati ini banyak cara untuk menampilkannya. antara lain berpakaian layak dan sepantasnya untuk perayaan Ekaristi, pembersihan diri baik badan dan jiwa dan hal- hal yang lain untuk pergi ke pesta pada umumnya. Dan yang terutama adalah menampilkan penampilan dalam diri dengan amal dan bakti kita. Dan masih banyak undangan-undangan perjamuan lainnya, sebab banyak yang dipanggil sedikit yang dipilih. Demikianlah hidup kita dalam menapaki panggilan Tuhan sebagai saudara Kapusin. Yang menjadi pertanyaan saya dan kita semua, berada digolongan manakah kita? Inilah yang menjadi bahan permenungan bagi kita semua. AMIN.