Anda di halaman 1dari 3

BERPAKAIAN PESTA

Saya yakin kita semua pasti sudah pernah menghadiri yang namanya
pesta. Tentu kita datang dalam keadaan rapi, wangi dan tentu tampil beda. Ada
yang mungkin rambutnya direbounding, berpakaian pesta dengan model
pakaian terbaru dan lain2. Kalau kita mau amati dengan seksama kadang pesta
mantenan sering dijadikan sebagai ajang fashion show. Singkatnya kita tentu
memperhatikan penampilan agar gak malu di depan umum. Tetapi apakah kita
pernah membayangkan bila suatu saat kita diundang teman karib kita untuk
mengikuti hajatan yang diadakannya dan kita datang dengan menggunakan
kostum olah raga, baju club sepak bola kesayangan kita dan menggunakan
celana training, apa reaksi orang-orang yang ada di tempat pesta itu? Pasti ada
yang berkomentar mas atau mbak, ini bukan lapangan sepak bola lho. Atau
sekurang-kurangnya mereka menatap sinis pada diri kita. Saudara dan
saudariku, mengenakan pakaian pesta itu tanda bahwa kita menghargai dan
menghormati tuan pesta dan juga tanda bahwa kita datang pesta dengan tujuan
dan maksud yang baik serta telah menyiapkan diri dengan baik pula untuk
mengikuti pesta tersebut.
Dalam bacaan injil yang kita renungkan bersama ini juga
menggambarkan sebuah suasana pesta sebagai gambaran kerajaan Allah untuk
kita sekalian. Ada orang-orang yang sebenarnya sejak awal beruntung karena
"diundang ke perjamuan" tetapi malah meremehkannya. Karena itulah
keberuntungan yang sebenarnya akan mereka nikmati kemudian beralih kepada
orang-orang lain yang tadinya tak masuk hitungan.
Sang raja sampai dua kali mengundang. Yang kedua kalinya bahkan ada
nada memohon. Tetapi orang-orang yang diundang tetap tidak mau datang.
Malah seakan-akan memohon belas kasihan para undangan: jangan biarkan
pesta jadi rusak, hidangan sudah siap, lembu dan ternak piaraan sendiri telah
dipotong. Tetapi yang diundang semakin meninggikan diri, ada banyak alasan
yang diberikan, sedang sibuk dll.dan bahkan akhirnya malah membunuh
pesuruh sang raja. Mereka tidak mau diganggu lagi. Mereka memutus
hubungan. Terlihat betapa kerasnya penolakan terhadap ajakan untuk ikut serta
dalam perjamuan itu!
Mereka yang menolak kehilangan dua hal. Pertama, rusaklah hubungan
dengan raja yang bisa melindungi mereka. Kedua, mereka tak lagi mendapat
kesempatan ikut pesta nikah yang meriah yang memiliki arti khusus tadi.
Mereka diblacklist.
Karena perjamuan nikah telah tersedia tapi yang diundang tak layak
datang, maka raja menyuruh hamba-hambanya ke persimpangan jalan,
membawa orang-orang yang mereka temui di sana, siapa saja, ke perjamuan
nikah tadi. Tak pilih bulu siapa saja didatangkan. Dan pesta itu diselamatkan
oleh kehadiran mereka-mereka ini.
Maksud perumpamaan ini sebenarnya adalah membantu agar orang
menyadari bagaimana cara Yang Mahakuasa mengajak siapa saja ikut masuk ke
dalam kehidupan keluargaNya, ke dalam keintiman yang tidak bisa sebarangan
dimasuki. Dengan mengajak orang ikut serta dalam kegembiraan pesta nikah
anaknya, sang raja tadi ingin berbagi kegembiraan. Bahkan boleh dikatakan,
kegembiraannya itu baru menjadi nyata bila ikut dirasakan orang lain.
Pesta nikah itu terjadi justru karena hadirnya orang-orang jalanan tadi.
Kita diberikan ajakan yang amat kuat. Ayo ikut membuat kehidupan yang nyata
ini bagian dari Kerajaan Surga. dan Tiap orang diminta menemukan wujud
Kerajaan Surga bagi dirinya dalam kehidupan sehari-hari, kehidupannya di
persimpangan jalan. Namun untuk itu perlu memakai pakaian pesta.
Tidak mengenakan pakaian pesta berarti datang tanpa sungguh mau
mengikuti pesta dan datang tanpa pakaian yang cocok berarti membiarkan diri
tidak dikenal sebagai undangan. Komitmen setengah-setengah ini kurang dapat
menjadikan hidup orang menjadi bagian dari hidup dalam Kerajaan Surga.
Kebalikannya, datang dengan mengenakan pakaian pesta berarti datang tanpa
maksud atau tujuan lain. Yang bersangkutan akan dikenali sebagai orang yang
hidupnya sedang berubah dari yang ada di persimpangan jalan menjadi dia yang
hidup dalam perjamuan yang makin memanusiakan dan makin mendekatkan ke
keilahian.
Pertanyaan untuk saya dan anda sekalian, kita berada digolongan
undangan yang mana? Apakah yang diundang secara resmi tetapi mati-matian
menolak karena kesibukan dan rutinitas sehari2 ataukah yang berada
dipersimpangan jalan tapi telah menyiapkan diri dengan baik? apakah kita siap
untuk memenuhi undangan Tuhan dan tak lupa mengenakan pakaian pesta
ketika memenuhi undangan itu? Pakaian pesta adalah bagaimana kita
membangun relasi yang baik dengan Tuhan dalam hidup sehari2. Kita
menghormati Tuhan sebagai yang empunya pesta, menghormatinya dengan
berbuat baik dalam hidup kita sehari2. Kita harumkan pakaian pesta kita dengan
amal baik kita, dengan teladan hidup kita, kita rapikan pakaian pesta kita
dengan kesetiaan kita, kita datang ke pesta dengan sebungkus kado yaitu tanda
persembahan syukur kita atas segala berkat yang telah kita peroleh dari Tuhan.
Ingatlah bahwa banyak yang dipanggil, sedikit yang dipilih, amin.
Sdr. Erkwan Martinus, OFMCap.

Anda mungkin juga menyukai