Anda di halaman 1dari 11

PERNIKAHAN

Disusun untuk memenuhi tugas


Mata Kuliah: Fiqih Ibadah
Dosen Pengampu: M. FAIRUZABADY AL BAHA’I, M.Pd.I

Disusun Oleh :
FINI ALFI MUFLIKHATI 2221069
NAILATUL NABILAH 2221043
M. AINUL HARITS AL MUNAWAR 2221053

PRODI PENDIDIKAN BAHASA ARAB


INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PEKALONGAN 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT. Karena dengan rahmat dan
karunianya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah mengenai masalah
“Pernikahan” dengan tepat waktu yang telah diberikan.
Kami berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi kami semua dan
khususnya bagi pembaca. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
“Fiqih Ibadah” yang dibimbing oleh Bapak M. Fairuzabady Al Baha’I, M.Pd.
Karena terbatasanya ilmu yang kami miliki maka makalah ini jauh dari kata
sempurna.
Untuk itu saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan. Tidak
lupa kami sampaikan rasa terimakasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak
yang telah turut membantu dalam penyusunan makalah ini. Semoga bantuan dan
bimbingan yang telah diberikan kepada kami mendapat kebaikan dari Tuhan yang
Maha Esa.

Pekalongan, November 2021

Penyusun
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ……………………………………………………………………..


Daftar Isi …………………………………………………………………………...
BAB I Pendahuluan ………………………………………………………………..
A.Latar Belakang …………………………………………………………………..
B.Rumusan Masalah ...……………………………………………………...………
C.Tujuan…………………………………………………………………………….
BAB II Pembahasan ………………………………………………………………..
A. Pengertian Pernikahan …………………………………………..........................
B. Hukum Pernikahan………………………………………………………………
C. Rukun dan Syarat………………………………………………………………..
D. Tujuan Pernikahan ……………………………………………………………….
E. Hikmah Pernikahan ………………………………………………………............
BAB III PENUTUP ………………………………………………………………....
A. Kesimpula …………………………………………………………….………….
B. Saran dan Kritik………………...……………………………………..………….
Daftar Pustaka ……………………………………………………………………….
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kehidupan berkeluarga cerminan semua makhluk ciptaan Allah SWT,
sehingga kelangsungan kehidupan didunia akan terus menerus berkembang.
Manusia adalah salah satu makhluk yang sangat sempurna dibandingkan dengan
makhluk lainnya. Manusia adalah salah satu makhluk yang sangat sempurna
dibandingkan dengan makhluk lainnya. Manusiapun di takdirkan untuk hidup
berpasang-pasangan satu dengan yang lainnya yakni yang berlainan jenis.
Dengan jalan nikah inilah yang paling baik untuk dapat melangsungkan
keturunan. Nikah adalah fitrah yang berarti sifat asal dan pembawaan manusia
sebagai makhluk Allah SWT. Setiap manusia yang sudah dewasa serta sehat
jasmani dan rohaninya pasti membutuhkan teman hidup yang berlawanan jenis
kelaminnya. Teman hidup yang dapat memenuhi kebutuhan biologis, yang dapat
mencintai dan dicintai, yang dapat mengasihi dan dikasihi, serta yang dapat bekerja
sama untuk mewujudkan ketentraman, kedamaian dan kesejahtraan dalam hidup
berumah tangga.
Nabi Muhamad SAW. bersabda:
Dari Anas bin Malik ra. Rasulullah bersabda: “Barang siapa dianugrahkan
Allah SWT istri yang sholehah, maka sungguh Allah telah menolong setengah
agamanya, maka hendaklah ia memelihara setengah yang tersisa.” (H.R At
Tabrani)
Menikahi perempuan yang sholehah bahtera rumah tangganya yang baik.
Pelaksanaan ajaran agama terutama dalam kehidupan berkeluarga, berjalan dengan
teratur. Rasulullah saw memberikan penghargaan yang tinggi kepada istri yang
sholehah. Mempunyai istri sholehah, berarti Allah SWT menolong suaminya
melaksanakan setengah dari urusan agamanya.
B. Rumusan Masalah
1.Apa yang dimaksud pernikahan?
2.Bagaimana hukum mengenai pernikahan?
3.Apa saja syarat dan rukun dalam pernikahan?
4.Apa tujuan dari pernikahan?
5.Apa saja hikmah yang diperoleh dari pernikahan?
C. Tujuan
1.Mampu Mengerti arti dari pernikahan
2.Dapat mengetahui hukum-hukum dalam pernikahan
3.Dapat memahami syarat dan rukunnya dalam sebuah pernikahan
4.Mengetahui tujuan dari sebuah pernikahan
5.Memahami hikmah dari pernikahan

BAB II
PEMBAHASAN

A. DEFINISI PERNIKAHAN

Nikah menurut bahasa berasal dari kata nakaha yankihu nikahan yang
berarti kawin atau bercampur atau berkumpul. Menurut istilah syariat, nikah
berarti akad (ijab Kabul) yang menghalalkan hubungan antara pria dengan
wanita sebagai suami istri dalam rangka membentuk keluarga menurut syara
dan rukun tertentu1.
Allah menciptakan manusia terdiri dari dua jenis, pria dan wanita, dengan
kodrat jasmaniah dan bobot kejiwaan yang relative berbeda. Kedua jenis
tersebut ditakdirkan untuk saling berpasangan, saling membutuhkan. Firman
Allah SWT :
َ ‫ل لِتَ َع‬Tَ ِ‫ى َو َج َع ْل ٰنَ ُك ْم ُشعُوبًا َوقَبَٓائ‬Tٰ َ‫ٰيَٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ إِنَّا خَ لَ ْق ٰنَ ُكم ِّمن َذ َك ٍر َوأُنث‬
ۚ ‫م ِعن َد ٱهَّلل ِ أَ ْتقَ ٰى ُك ْم‬Tْ ‫ا ۚ إِ َّن أَ ْك َر َم ُك‬T۟‫ارفُ ٓو‬
‫إِ َّن ٱهَّلل َ َعلِي ٌم َخبِي ٌر‬

1
Sari, Muhammad, 2021, DASAR-DASAR TEORI DAN PRAKTIK FIQIH IBADAH, Serang, A-Empat
Artinya: "Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari
seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-
bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal.
Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah
orang yang paling takwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui lagi Maha Mengenal."
Allah menjadikan wanita memiliki daya tarik dan perasaan yang halus,
dan sebaliknya Allah menciptakan pria memiliki kekuatan jasmani dan akal.
Dengan itu pria mengemban tugas melindungi dan memimpin wanita.
Hadits Rasulullah SAW:
َ ‫ب ع َْن ُسنَّتِ ْي فَلَي‬
‫ْس ِمنِّ ْي‬ َ ‫النِّ َكا ُح ُسنَّتِ ْي فَ َم ْن َر ِغ‬
“Nikah itu adalah sunnahku, siapa yang tidak suka sunnahku tidaklah
tergolong ummatku” (R. Bukhari dan Muslim)
B. HUKUM NIKAH

Pada dasarnya Islam sangat menganjurkan kepada umatnya yang sudah


mampu untuk menikah. Namun karena adanya beberapa kondisi yang
bermacam-macam, maka hukum nikah ini dapat dibagi menjadi lima
macam2.
1. Sunnah, bagi orang yang berkehendak dan baginya yang mempunyai
biaya sehingga dapat memberikan nafkah kepada istrinya dan keperluan-
keperluan lain yang mesti dipenuhi.
2. Wajib, bagi orang yang mampu melaksanakan pernikahan dan kalau
tidak menikah ia akan terjerumus dalam perzinaan.
3. Makruh, bagi orang yang tidak mampu untuk melaksanakan pernikahan
karena tidak mampu memberikan belanja kepada isterinya atau
kemungkinan lain lemah syahwat.
4. Haram, bagi orang yang ingin menikahi dengan niat untuk menyakiti
istrinya atau menyia-nyiakannya. Hukum haram ini juga terkena bagi
orang yang tidak mampu memberikan belanja kepada isterinya, sedang
nafsunya tidak mendesak.
2
Rosidin, 2013, FIQIH MUNAKAHAT PRAKTIS, Malang, Litera Ulul Albab
5. Mubah, bagi orang-orang yang tidak terdesak oleh hal-hal yang
mengharuskan segera nikah atau yang mengharamkanbya.

C. RUKUN DAN SYARAT


a. Rukun nikah terdiri dari:
 Calon suami (zauj)
 Calon isteri (zaujah)
 Wali
 Saksi (syahid) sekurang-kurangnya dua orang yang adil
 Akad (ijab Kabul), pernyataan ikatan janji yang mengesahkan
hubungan suami istri. Dari Aisyah, Nabi saw. bersabda:
‫الَنِ َكا َح اِاَّل بِ َولِ ِّي َو َشا ِه َديْ َع ْد ٍل‬
“tidak sah nikah melainkan dengan wali dan dua orang saksi
yang adil.” (R. ahmad dan Baihaqi).

b. Syarat sahnya pernikahan


Pada garis besarnya syarat-syarat sahnya perkawinan itu ada dua3 :
1. Calon mempelai perempuannya halal dikawin oleh laki-laki yang
ingin menjadikannya istri. Jadi, perempuannya itu bukan merupakan
orang yang haram untuk dinikahi.
2. Akad nikahnya dihadiri para saksi.
Secara perinci, masing-masing rukun diatas akan dijelaskan syarat-
syaratnya sebagai berikut:
1. Syarat pengantin pria
a. Beragam islam
b. Terang (jelas) bahwa calon suami itu betul laki-laki.
c. Orangnya diketahui dan tertentu
d. Calon mempelai laki-laki itu jelas halal kawin dengan calon isteri.
e. Calon mempelai laki-laki tahu atau kenal pada calon isteri serta
tahu betul calon isterinya halal baginya.
f. Calon suami rela (tidak dipaksa) untuk melakukan perkawinan itu.
3
Sudarto, 2019, Fikih Munakahat, CV. Penerbit Qiara Media
g. Tidak sedang melakukan ihram.
h. Tidak mempunyai isteri yang haram dimadu dengan calon isteri.
i. Tidak sedang mempunyai isteri empat.
2. Syarat calon pengantin perempuan
a. Beragama islam atau ahli kitab.
b. Terang bahwa ia wanita, bukan khuntsa (banci).
c. Wanita itu tentu orangnya
d. Halal bagi calon suami.
e. Wanita itu tidak dalam ikatan perkawinan dan tidak masih dalam
‘idah.
f. Tidak dipaksa/ikhtiyar.
g. Tidak dalam keadaan ihram haji atau umrah.
3. Syarat wali
a. Telah dewasa dan berakal sehat
b. Laki-laki tidak boleh perempuan
c. Muslim
d. Orang yang merdeka
e. Berpikir baik
f. Adil
g. Tidak sedang melakukan ihram
4. Syarat saksi
a. Saksi itu berjumlah paling sedikit dua orang.
b. Beragama islam.
c. Orang yang merdeka
d. Saksi harus laki-laki
e. Bersifat adil
f. Saksi dapat mendengar dan melihat

5. Syarat ijab qabul


a. Akad harus dimulai dengan ijab dan dilanjutkan dengan qabul.
b. Materi dari ijab dan qabul tidak boleh berbeda.
c. Ijab dan qabul harus diucapkan secara bersambungan tanpa
terputus walaupun sesaat.
d. Ijab dan qabul mesti menggunakan lafaz yang jelas dan terus
terang.
D. TUJUAN
a. Untuk memenuhi tuntutan naluri manusia yang asasi.
Pernikahan adalah fitrah manusia, maka jalan yang sah untuk
memenuhi kebutuhan ini yaitu dengan aqad nikah.
b. Untuk membentengi akhlak yang luhur.
Sasaran utama dari disyariatkannya pernikahan dalam islam
diantaranya ialah untuk membentengi martabat manusia dari perbuatan
kotor dan keji.
c. Untuk menegakkan rumah tangga yang islami
d. Untuk meningkatkan ibadah kepada allah.
Menurut konsep islam, hidup sepenuhnya untuk beribadah kepada
allah dan berbuat baik kepada sesama manusia. Dari sudut pandang ini,
rumah tangga adalah salah satu lahan subur bagi peribadatan dan amal
shalih disamping ibadah dana mal shalih yang lain, sampai-sampai
menyetubuhi istri pun termasuk ibadah (sedekah)
e. Untuk mencari keturunan yang shalih.

Tujuan pernikahan diantaranya ialah untuk melestarikan dan


mengembangkan bani Adam. Dan yang terpenting lagi bukan hanya
sekedar memperoleh anak, tetapi berusaha membentuk generasi yang
berkualitas, menjadi anak yang shalih dan bertaqwa kepada Allah.

E. HIKMAH

Allah SWT berfirman dalam Al Quran surat Ar-ruum:21.


َ ِ‫ اِلَ ۡيهَا َو َج َع َل بَ ۡينَ ُكمۡ َّم َو َّدةً َّو َر ۡح َمةً  ؕ اِ َّن فِ ۡى ٰذ ل‬T‫ق لَ ُكمۡ ِّم ۡن اَ ۡنفُ ِس ُكمۡ اَ ۡز َواجًا لِّت َۡس ُكنُ ۤۡوا‬
ٍ ‫ك اَل ٰ ٰي‬
‫ت لِّقَ ۡو ٍم‬ َ َ‫َو ِم ۡن ٰا ٰيتِ ٖۤه اَ ۡن َخل‬
َ‫يَّتَفَ َّكر ُۡون‬

Artinya: Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah Dia menciptakan


pasangan-pasangan untukmu dari jenismu sendiri, agar kamu cenderung dan
merasa tenteram kepadanya, dan Dia menjadikan di antaramu rasa kasih dan
sayang. Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda
(kebesaran Allah) bagi kaum yang berpikir.
Hikmah dalam sebuah pernikahan yaitu:
a. Pernikahan dapat menentramkan jiwa dan menghindarkan perbuatan
maksiat.
b. Pernikahan untuk melanjutkan keturunan.
c. Bisa saling melengkapi dalam suasana hidup dengan anak-anak.
d. Menimbulkan tanggungjawab dan menimbulkan sikap rajin dan
sungguh-sungguh dalam mencukupi keluarga.
e. Mampu menjaga suami isteri terjerumus dalam perbuatan nista dan
mampu mengekang syahwat serta menahan pandangan dari sesuatu
yang diharamkan.

BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Allah menciptakan manusia terdiri dari dua jenis, pria dan wanita,
dengan kodrat jasmaniah dan bobot kejiwaan yang relative berbeda. Kedua
jenis tersebut ditakdirkan untuk saling berpasangan, saling membutuhkan
maka dari itu Allah menganjurkan untuk diadakannya suatu pernikahan. Dan
hukum menikah yaitu sangat dianjurkan, karena salah satu sunah nabi.
Rukun nikah yaitu terdiri dari calon suami, calon isteri, wali, saksi,
akad. Tujuan sebuah pernikahan yaitu untuk memenuhi tuntutan naluri
manusia yang asasi, untuk membentengi akhlak yang luhur, untuk
menegakkan rumah tangga yang islami, untuk mencari keturunan yang
shalih.
B. KRITIK DAN SARAN
Demikianlah tugas penyusun makalah ini kami persembahkan. Dan
kami harap makalah ini dapat bermanfaat dan bisa dipahami oleh para
pembaca, khususnya dari dosen pengampu yang telah membimbing kami
dan para rekan mahasiswa yang telah mensuport kami demi kesempurnaan
makalah ini. Apabila ada kekurangan dalam penyusunan makalah ini, kami
mohon maaf yang sebesar-besarnya. Dan mohon saran dan kritiknya,
sebagai evaluasi kami.
DAFTAR PUSTAKA

Sudarto, 2019, Fikih Munakahat, CV. Penerbit Qiara Media


Sari, Muhammad, 2021, DASAR-DASAR TEORI DAN PRAKTIK FIQIH IBADAH,
Serang, A-Empat
Rosidin, 2013, FIQIH MUNAKAHAT PRAKTIS, Malang, Litera Ulul Albab
Ghazaly, Abdul Rahma, 2003, FIQIH MUNAKAHAT, Jakarta, PRENADAMEDIA
GROUP

Anda mungkin juga menyukai