I
GANGGUAN JIWA DENGAN DIAGNOSA GANGGUAN PERSEPSI
SENSORI : HALUSINASI PENDENGARAN
DI KEL RUANG KABELA RSJ PROF. DR. V. L. RATUMBUYSANG
MANADO, SULAWESI UTARA
Di Susun Oleh
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segenap limpahan rahmat dan
karuniaNya sehingga pembuatan “Asuhan Keperawatan Jiwa pada Ny.I Gangguan Jiwa
Halusinasi dengan diagnosa Gangguan Persepsi Sensori ” dapat diselesaikan dengan
waktu yang telah ditentukan.
Penulis berharap ini dapat memberikan banyak manfaat bagi para pembaca pada
umumnya dan penulis pada khususnya. Asuhan Keperawatan Jiwa ini masih sangat jauh
dari kesempurnaan, maka dari itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari para
pembaca demi perbaikan.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Masalah
BAB IV PEMBAHASAN
A. Pembahasan
1. Pengkajian Keperawatan
2. Diagnosa Keperawatan
3. Intervensi Keperawatan
4. Implementasi Keperawatan
5. Evaluasi Keperawatan
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Asuhan keperawatan adalah rangkaian interaksi perawat dengan klien dan lingkungannya
untuk mencapai tujuan pemenuhan kebutuhan dan kemandirian klien dalam merawat dirinya.
Pelayanan keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan professional yang merupakan bagian
integral dari pelayanan kesehatan yang didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan ditujukan
kepada individu, keluarga, kelompok, atau masyarakat, baik sehat maupun sakit (UU RI
No.38 tahun 2014, tentang Keperawatan.)
Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa di mana klien mengalami perubahan
sensori persepsi, merasakan sensasi palsu berupa suara, penglihatan, pengecapan, perabaaan
atau penghiduan. Klien merasakan stimulus yang sebetulnya tidak ada (Damaiyanti, 2012).
Halusinasi adalah hilangnya kemampuan manusia dalam membedakan rangsangan internal
(pikiran) dan rangsangan eksternal (dunia luar). Klien memberi persepsi atau pendapat
tentang lingkungan tanpa ada objek atau rangsangan yang nyata. Sebagai contoh klien
mengatakan mendengar suara padahal tidak ada orang yang berbicara (Kusumawati &
Hartono, 2012).
Halusinasi yang paling banyak diderita adalah halusinasi pendengaran mencapai lebih
kurang 70%, sedangkan halusinasi penglihatan menduduki peringkat kedua dengan rata-rata
20%. Sementara jenis halusinasi yang lain yaitu halusinasi pengucapan, penghidu, perabaan,
kinesthetic, dan cenesthetic hanya meliputi 10%, (Muhith, 2015). Menurut Videbeck (2008)
dalam Yosep (2009) tanda pasien mengalami halusinasi pendengaran yaitu pasien tampak
berbicara ataupun tertawa sendiri, pasien marah-marah sendiri, menutup telinga karena
pasien menganggap ada yang berbicara dengannya.
B. RUMUSAN MASALAH
Dalam penulisan laporan ini perumusan masalahnya adalah bagaimana aplikasi asuhan
keperawatan pada klien dengan masalah utama halusinasi pada Ny.I di Kelurahan Tuminting
Kecamatan Tuminting Kota Manado.
C. TUJUAN MASALAH
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada klien dengan halusinasi dan memberi
pengetahuan kepada pembaca tentang asuhan keperawatan kepada klien dengan
halusinasi.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pada pengkajian klien dengan halusinasi.
b. Mampu membuat analisa data pada klien dengan halusinasi.
c. Mampu membuat intervensi keperawatan pada klien dengan halusinasi.
d. Mampu melakukan implementasi keperawatan pada klien dengan halusinasi.
e.
f. Mengetahui teori dan konsep halusinasi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. PENGERTIAN
Halusinasi merupakan salah satu masalah yang mungkin ditemukan dari masalah
preseptual pada skizofrenia dimana halusinnasi tersebut didefinisikan sebagai pengalaman
atau kesan sensori yang salah terhadap stimulus sensori.
Halusinasi sering diidentikan dengan skizofrenia. Dari seluruh klien skizofrenia 70%
diantarannya mengalami halusinasi. Klien skizofrenia dan psikotik lain 20% mengalami
campuran halusinasi pendengaran dan penglihatan.
Pada halusinasi dapat terjadi padakelima indera sensori utama yaitu :
1. Pendengaran terhadap suara : klien mendengan suara dan bunyi yang tidak berhubungan
dengan stimulus nyata dan orang lain tidak mendengarnya.
2. Halusinasi terhadap penglihatan : klien melihat gambaran yang jelas atau samar-samar
tanpa stimulis yang nyata dan orang laintidak melihatnya.
3. Taktil terhadap sentuhan : klien merasakan sesuatu pada kulitnya tanpa stimulus yang
nyata.
4. Pengecap terhadap rasa : klien merasa makan sesuatu yang tidak nyata. Biasanya
merasakan rasa makanan yang tidak enak.
5. Penghidu terhadap bau : klien mencium bau yang muncul dari sumber tertentu tanpa
stimulus yang nyata dan orang lain tidak menciumnya.
B. RENTANG RESPON
C. JENIS-JENIS HALUSINASI
Jenis Halusinasi Karakteristik
Pendengaran Mendengar suara atau kebisingan, paling sering suara orang. Suara
70% berbentuk kebisingan yang kurang jelas sampai kata-kata yang jelas
berbicara tentang klien, bahkan sampai pada percakapan lengkap
antara 2 orang yang mengalami halusinasi. Pikiran yang terdengar
dimana klien mendengar perkataan bahwa klien disuruh untuk
melakukan sesuatu kadang dapat membahayakan.
Penglihatan Stimulus visual dalam bentuk kilatan cahaya, gambar geometris,
20% gambar kartun, bayangan yang rumit atau kompleks. Bayangan bias
menyenagkan atau menakutkan seperti melihat monster.
Penghidu Membaui bau-bauan tertentu seperti bau darah, urin dan feses
umumnya bau-bauan yang tidak menyenagkan. Halusinasi
penghidu sering akibat stroke, tumor, kejang atau dimensia.
Pengecapan Merasa mengecap rasa seperti rasa darah, urin atau feses.
Perabaan Mengalami nyeri atau ketidaknyamanan tanpa stimulus yang jelas.
Rasa tersetrum listrik yang dating dari tanah, benda mati atau orang
lain.
Cenesthetic Merasakan fungsi tubuh seperti aliran darah di vena atau arteri,
pencernaan makanan atau pembentukan urin.
Kinesthetic Merasakan pergerakan sementara berdiri tanpa bergerak.
D. FASE HALUSINASI
Halusinasi yang dialami oleh klien biasanya berbeda intensitas dan keparahannya. Fase
halusinasi terbagi empat :
1. Fase Pertama
Pada fase ini klien mengalami kecemasan, stress, perasaan gelisah, kesepian. Klien
mungkin melamun atau memfokuskan pikiran pada hal yang menyenangkan unutk
menghilangkan kecemasan daan stress. Cara ini menolong untuk sementara. Klien masih
mampu mengontrol kesadarannya dan mengenal pikirannya, namun intensitas persepsi
meningkat.
2. Fase Kedua
Kecemasan menigkat dan berhubungan dengan pengalaman internal atau eksternal, klien
berada pada tingkat “listening” pada halusinasi. Pemikiran internal menjadi sangat
menonjol, gambaran suara dan sensasi halusinasi dapat berupa bisikan yang tidak jelas
klien takut apabila orang lain mendengar dan klien merasa tidak mampu mengontrolnya.
Klien membuat jarak antara dirinya dan halusinasi dengan memproyeksikan seolah-olah
halusinasidatang dari orang lain.
3. Fase Ketiga
Halusinasi lebih menonjol, menguasai dan mengontrol klien menjadi terbiasa dan tak
berdaya pada halusinasinya. Halusinasinya memberi kesenangan dan rasa aman
sementara.
4. Fase Keempat
Klien merasa terpaku dan tak berdaya melepaskan diri dari control halusinasinya.
Halusinasi yang sebelumnya menyenagkan berubah menjadi mengancam, memerintah
dan memarahi, klien tidak dapat berhubungan dengan orang lain karena terlalu sibuk
dengan halusinasinya, klien berada dalam dunia yang menakutkan dalam waktu singkat,
beberapa jam atau selamanya. Proses ini menjadi kronik jika tidak dilakukan intervensi.
STRATEGI PELAKSANAAN (SP)
TINDAKAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN GANGGUAN PERSEPSI :
SENSORI HALUSINASI
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
a. Data subjektif :
- Klien mengatakan mendengar suara yang mengejeknya
- Klien mengatakan suara itu datang ketika sendiri di kamar
b. Data objektif :
- Klien tampak tertawa sendiri
- Klien tampak mengarahkan telinganya ke suatu tempat
2. Diagnosa Keperawatan.
Gangguan persepsi sensori : Halusinasi pendengaran
3. Tujuan Tindakan Keperawatan.
Pasien mampu :
a. Membina hubungan saling percaya.
b. Mengenal halusinasi dan mampu mengontrol halusinasi dengan menghardik.
c. Mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap.
d. Mengontrol halusinasi dengan melakukan aktivitas sehari-hari.
4. Tindakan Keperawatan.
a. Membina hubungan saling percaya.
b. Membantu pasien menyadari gangguan sensori persepsi halusinasi.
c. Melatih pasien cara mengontrol halusinasi.
A. PENGKAJIAN
1. Identitas Pasien
Nama : Ny. I
Umur : 46 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
TTL : Manado, 19-12-1960
Agama : Kristen Protestan
Alamat : Tuminting Lingkungan III
Tanggal Pengkajian : 27 Oktober 2020
2. Keluhan Utama
Bingung, jalan tanpa tujuan dan tidur kurang.
Keluhan saat dikaji
Klien mengatakan sering mendengar bisikan memanggil namanya saat tidur ataupun saat
duduk
3. Fartor Predisposisi
Diantara keluarga klien tidak ada yang mengalami gangguan jiwa
4. Pemeriksaan Fisik
a. TTV
TD : 90/60 mmHg
N : 88 x/m
S : 360C
b. Keluhan Fisik : -
5. Psikososial
a. Genogram
Laki-Laki
Perempuan
Pasien
b. Konsep Diri
- Body Image
Klien berpenampilan rapi dan bersih karena klien menjaga kebersihan tubuhnya,
rambut bersih dan kuku pendek
- Identitas
Klien dapat menyebut nama, alamat tempat tinggal dan jumlah saudaranya.
- Peran
Klien sebelum sakit dapat menjalankan perannya di rumah, saat di kaji klien tidak
dapat menjalankan perannya.
- Ideal diri
Klien megatakan waktu kecil mempunyai cita-cita ingin mejadi guru dan setelah
besar klien ingin membahagiakan orang tuanya dan berbakti kepada orang tuanya.
- Harga diri
Hubungan klien dengan teman-temannya kurang baik. Klien merasa rendah diri.
c. Hubungan Sosial
- Orang yang paling dekat dengan klien adalah adiknya
- Peran serta dalam kelompok masyarakat : klien tidak biasa mengikuti kegiatan di
masyarakat
d. Spiritual
Klien beragama kristen protestan dan rajin berdoa
6. Status Mental
a. Penampilan
Saat dikaji klien kurang berpenampilan rapi dan bersih
b. Pembicaraan
Klien berbicara tidak sesuai topik yang ditanya
c. Aktivitas motorik
Kadang gelisa dan dalam kamar hanya tidur-tidur saja
d. Alam perasaan
Klien mengatakan pada hari ini biasa saja
e. Efek
Labil, kadang senang dan kadang sedih
f. Interaksi
Selama wawancara klien kurang kooperatif, kontak mata (-)
g. Persepsi
Menurut klien, klien sering mendengar bisikan-bisikan
Masalah keperawatan : gangguan persepsi sensori halusinasi pendengaran
h. Persepsi piker
Klien kurang dapat berbicara dengan lancar
i. Isi piker
Tidak ada waham
j. Memori
Klien dapat mengingat alamat tempat tinggalnya dan nama lengkapnya sendiri
k. Tingkat konsentrasi dan berhitung
Klien dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan dengan baik dan dapat berhitung
walapun agak lambat.
l. Kemampuan penalaran
Klien dapat membedakan bersih dan kotor
m. Daya tarik diri
Klien merasa sudah sembuh
B. ANALISA DATA
No Data Masalah
1 Data Subjektif : Klien mengatakan sering mendengar
bisikan memanggil namanya saat tidur ataupun saat Gangguan Persepsi Sensori :
duduk Halusinasi Pendengaran
Data Objektif : Klien kadang menyendiri
C. POHON MASALAH
Resiko mencederai diri
sendiri
Gangguan pendengaran
D. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi Pendengaran D.0085
E. INTERVENSI KEPERAWATAN
No Diagnosa Tujuan dan KH Intervensi
1 Gangguan Persepsi Setelah dilakukan 1. Monitor perilaku yang
Sensori : tindakan keperawatan mengindikasi halusinasi
Halusinasi 3x24 jam maka 2. Monitor isi halusinasi (mis.
Pendengaran diharapkan persepsi kekerasan atau
sensori membaik dengan membahayakan diri)
KH : 3. Lakukan tindakan
- Verbalisasi keselamatan ketika tidak
pendengaran bisikan dapat mengontrol perilaku
menurun (mis. limit setting, pembatasan
wilayah, pengekangan fisik,
seklusi)
4. Diskusikan perasaan dan
respon terhadap halusinasi
5. Anjurkan memonitor sendiri
situasi terjadinya halusinasi
6. Anjurkan bicara pada orang
yang dipercaya untuk
memberi dukungan atau
umpan baik korektif terhadap
halusinasi
7. Anjurkan melakukan distrasi
(mis. mendengarkan musik,
melakukan aktivitas dan
teknik relaksasi)
8. Ajarkan pasien dan keluarga
cara mengontrol halusinasi
F. IMPLEMENTASI
Hari / Tanggal : Selasa, 27 Oktober 2020
No Diagnosa Jam Implementasi Evaluasi
1 Gangguan 09.00 1. Monitor perilaku yang S : Klien mengatakan masih
Persepsi Sensori : mengindikasi mendengar suara-suara
Halusinasi halusinasi
Pendengaran 2. Monitor isi halusinasi
(mis. kekerasan atau
membahayakan diri)
3. Lakukan tindakan
keselamatan ketika
tidak dapat mengontrol
perilaku (mis. limit
setting, pembatasan
wilayah, pengekangan
O : Klien tampak tenang
fisik, seklusi)
4. Diskusikan perasaan
dan respon terhadap
halusinasi
5. Anjurkan memonitor
sendiri situasi
terjadinya halusinasi
6. Anjurkan bicara pada
orang yang dipercaya
untuk memberi
dukungan atau umpan A : Masalah belum teratasi
baik korektif terhadap
halusinasi
7. Anjurkan melakukan
distrasi (mis.
mendengarkan musik,
melakukan aktivitas
dan teknik relaksasi)
8. Ajarkan pasien dan
keluarga cara P : Intervensi dilanjutkan
mengontrol halusinasi
Hari / Tanggal : Rabu, 28 Oktober 2020
No Diagnosa Jam Implementasi Evaluasi
1 Gangguan 09.00 1. Monitor isi halusinasi S : Klien mengatakan masih
Persepsi Sensori : (mis. kekerasan atau mendengar suara-suara
Halusinasi membahayakan diri) bisikan
Pendengaran 2. Anjurkan bicara pada
orang yang dipercaya
untuk memberi
dukungan atau umpan
baik korektif terhadap
halusinasi
3. Monitor perilaku yang
mengindikasi halusinasi
4. Lakukan tindakan
O : Klien tampak tenang
keselamatan ketika
tidak dapat mengontrol
perilaku (mis. limit
setting, pembatasan
wilayah, pengekangan
fisik, seklusi)
5. Diskusikan perasaan
dan respon terhadap
halusinasi
6. Anjurkan memonitor
sendiri situasi A : Masalah belum teratasi
terjadinya halusinasi
7. Anjurkan melakukan
distrasi (mis.
mendengarkan musik,
melakukan aktivitas
dan teknik relaksasi)
8. Ajarkan pasien dan
keluarga cara
mengontrol halusinasi P : intervensi dilanjutkan
Hari / Tanggal : Kamis, 29 Oktober 2020
No Diagnosa Jam Implementasi Evaluasi
1 Gangguan 09.00 1. Anjurkan melakukan S : Klien mengatakan sudah
Persepsi Sensori : distrasi (mis. jarang mendengar suara-
Halusinasi mendengarkan musik, suara bisikan
Pendengaran melakukan aktivitas
dan teknik relaksasi)
2. Ajarkan pasien dan
keluarga cara
mengontrol halusinasi
3. Monitor perilaku yang
mengindikasi
halusinasi
4. Monitor isi halusinasi
O : Klien tenang
(mis. kekerasan atau
membahayakan diri)
5. Lakukan tindakan
keselamatan ketika
tidak dapat mengontrol
perilaku (mis. limit
setting, pembatasan
wilayah, pengekangan
fisik, seklusi) A : Masalah teratasi sebagian
6. Diskusikan perasaan
dan respon terhadap
halusinasi
7. Anjurkan memonitor
sendiri situasi
terjadinya halusinasi
8. Anjurkan bicara pada
orang yang dipercaya
untuk memberi
dukungan atau umpan P : Intervensi dilanjutkan
baik korektif terhadap
halusinasi
BAB IV
PEMBAHASAN
A. PEMBAHASAN
Pada bab ini akan dibahas hal-hal yang penulis temui selama pelaksanaan asuhan
keperawatan yang diberikan kepada pasien Ny.I dengan Gangguan Jiwa Halusinasi mulai
tanggal 27 s/d 29 Oktober 2020 di Kelurahan Tuminting Lingkungan III Kecamatan
Tuminting, yang akan ibahas adalah pelaksanaan asuhan keperawatan yang meliputi 5 tahap
proses keperawatan yaitu pengkajian keperawatan, diagnosa keperawatan, perencanaan
keperawatan, implementasi keperawatan dan evaluasi keperawatan.
1. Pengkajian Keperawatan
Pada tahap ini penulis melakukan pengumpulan data dengan menggunakan metode
proses keperawatan terutama pengkajian pada pasien gangguan jiwa halusinasi.
Pengkajian ini dilakukan di rumah klien sejak tanggal 27 s/d 29 Oktober 2020 Kelurahan
Tuminting Lingkungan III Kecamatan Tuminting. Dan ini diperoleh dari klien, keluhan
klien, pemeriksaan fisik dan selanjutnya data-data tersebut dianalisa dan ditegakkan
sebagai diagnose keperawatan. Data subjektif Ny.I mengatakan bingung, jalan tanpa
tujuan dan tidur kurang dan sering mendengar bisikan memanggil namanya saat tidur
ataupun saat duduk, data objektif lesuh, dan sering menyendiri.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa yang diangkat pada kasus ini sesuai dengan data-data dari pengkajian dan
disesuaikan dengan buku SDKI didapatkan 1 diagnosa yaitu gangguan persepsi sensori
3. Perencanaan Keperawatan
Rencana keperawatan pada kasus ini disusun dengan menggunakan beberapa komponen
antara lain penentuan tujuan dan kriteria hasil. Intervensi yang diberikan sesuai dengan
kebutuhan dan kondisi dari pasien serta menggunakan buku SLKI DAN SIKI.
4. Implementasi Keperawatan
Dalam pelaksanaan tindakan keperawatan disesuaikan dengan intervensi yang telah
disusun. Pelaksanaan tindakan keperawatan dilakukan untuk mengatasi masalah yang
dihadapi klien, sebelumnya membangun hubungan saling percaya dengan klien sehingga
mempermudah pelaksanaan tindakan keperawatan yang dilakukan perawat.
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan adalah penentu dari respon klien terhadap pelaksanaan
keperawatan dan sejauh mana tujuan dicapai. Hasil evaluasi keperawatan asuhan
keperawatan pada kasus ini dari 1 masalah keperawatan yaitu halusinasi. Secara
keseluruhan proses asuhan keperawatan tidak terlepas dari kerjasama dan partisipasi
aktif dari klien.
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan uraian yang telah ditulis pada pembahasan dapat disimpulkan bahwa peneliti
telah mendapat gambaran tentang asuhan keperawatan pemberian efikasi diri untuk
menurunkan halusinasi pada pasien. Pendekatan yang digunakan dalam memberikan asuhan
keperawatan yaitu dengan pendekatan proses keperawatan yang terdiri dari pengkajian,
diagnosa, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi yang dapat diambil dari masing-masing
tahapan sebagai berikut :
1. Pengkajian Keperawatan
Data dikumpulkan dengan teknik wawancara, observasi dan dokumentasi, dari
pengumpulan data pada pengkajian didapatkan gejala dan tanda halusinasi sehingga
didapatkan diagnosa keperawatan gangguan persepsi sensori : halusinasi pendengaran.
Berdasarkan data yang didapat subyek penelitian mengatakan merasa khawatir dengan
kondisi yang dialami, merasa tidak berdaya, merasa sulit berkonsentrasi, sulit tidur pasien
tampak gelisah dan tegang.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa didapatkan dari analisa data sehingga didapatkan masalah, kemudian dari
masalah tersebut dirumuskan menjadi diagnosa keperawatan sesuai dengan masalah dan
penyebab yang sudah didapat dari pengumpulan data pada tahap pengkajian. Dari data-
data yang dikumpulkan didapat satu diagnosa yang muncul yaitu gangguan persepsi
sensori yang disebabkan oleh halusinasi pendengaran dengan gejala dan tanda subyek
penelitian mengatakan bingung, jalan tanpa tujuan dan tidur kurang dan sering
mendengar bisikan memanggil namanya saat tidur ataupun saat duduk.
3. Intervensi Keperawatan
Tujuan dan kriteria hasil yang merupakan standar sebagai penilaian keberhasilan dalam
pelaksanaan proses keperawatan dan selanjutnya menyusun rencana tindakan asuhan
keperawatan untuk mengatasi masalah yang ada. Rencana keperawatan pada pasien
dengan halusinasi pendengaran yaitu persepsi sensori membaik dan pasien dapat
mengontrol halusinasi. Kriteria hasil pasien verbalisasi mendengarkan bisikan menurun.
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi pada pasien dengan diagnosa keperawatan gangguan persepsi sensori di
Kelurahan Tuminting Lingkungan III Kecamatan Tuminting sesuai dengan intervensi
yang telah direncanakan sebelumnnya yaitu dengan pemberian Manajemen Halusinasi.
5. Evaluasi
Evaluasi yang dilakukan berpedoman pada tujuan perawatan yang telah disusun.
Diagnosa keperawatan gangguan persepsi sensori sudah teratasi dan sesuai dengan tujuan
dan kriteria hasil dari asuhan keperawatan yaitu gangguan persepsi sensori : halusinasi
pendengaran menurun dan bisa terkontrol.
B. SARAN
1. Poltekes Kemenkes Manado
Kepada mahasiwa jurusan keperawatan poltekes kemenkes manado agar
mempertimbangkan untuk menggunakan intervensi dari SIKI yaitu Manajemen
Halusinasi karena terbukti dapat menurunkan tingkat halusinasi pasien sehingga pasien
dapat mengontrol halusinasi-nya.
DAFTAR PUSTAKA
- https://id.scribd.com/doc/50766223/ASKEP-HALUSINASI
- https://www.academia.edu/28333211/STRATEGI_PELAKSANAAN_HALUSINASI_PEN
DENGARAN
Laporan Kegiatan Harian
Waktu : 30 menit
I. Latar Belakang
Modernisasi dan kemajuan tehnologi membawa perubahan dalam cara berfikir dam dalam
pola hidup masyarakat luas. Sejalan dengan modernisasi dan kemajuan tekhnologi, manusia
dihadapkan pada perubahan-perubahan yang akan membawa konsekwensi di bidang kesehatan
fisik dan jiwa. Perubahan-perubahan dalam kehidupan seseorang, baik perubahan nilai budaya,
perubahan system kemasyarakatan, perkerjaan serta adanya ketegangan antara idealisme dan
realitas, mengakibatkan timbulnya stress. Bertambahnya stress dalam kehidupan tidak
menyebabkan kematian secara langsung, namun beratnya gangguan tersebut menganggu
produktivitas hidup seseorang dan dapat menghambat pembangunan. Adannya perubahan dalam
kehidupan seseorang, membuat orang tersebut harus mengadakan adaptasi dan menanggulangi
stressor tersebut. Tetapi tidak semua orang mampu untuk menghadapi dan menanggulangi
stressor tersebut hal ini dapat menjadi sumber tekanan, frustasi dan konflik yang akhirnya dapat
menjadi stress baik fisik maupun mental. Kemampuan dalam mengatasi masalah tersebut sangat
tergantung pada kemampuan dan ketahanan individu tersebut, sehingga tidak jarang pada
beberapa individu akan timbul stress yang memuncak bahkan mengarah pada gangguan jiwa.
Salah satu penyakit gangguan jiwa yang menyebabkan klien mengalami gangguan isi pikir :
waham. Penyembuhan klien tidak saja dengan pemberian obat, tetapi lebih penting adalah
bagaimana perawatan yang diberikan dalam suasana lingkungan yang therapiutik.
Untuk itu perawat di tuntut memiliki ketrampilan yang khusus agar dapat memberikan
asuhan keperawatan secara optimal dengan menitik beratkan pada keadaan psikososial tanpa
mengabaikan fisiknya. Peran perawat dalam perawatan klien dengan gangguan jiwa sangat
penting terutama dalam memenuhi dan berupaya seoptimal mungkin mengorentasikan klien ke
dalam realita, dengan cara menciptakan lingkungan yang terapiutik, melibatkan keluarga,
menjelaskan pola prilaku klien (untuk diskusi membagi pengalaman, mengatasi masalah klien),
menganjurkan kunjungan keluarga secara teratur..
II. TUJUAN
A. TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM (TIU)
Setelah diberikan penyuluhan tentang kesehatan jiwa selama 1 x 30 menit diharapkan
keluarga mampu memahami tentang gangguan persepsi (halusinasi) dan gangguan proses pikir.
B. TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS(TIK)
Setelah mengikuti penyuluhan kesehatan jiwa selama 1 X 30 menit diharapkan keluarga
klien mampu :
1. Menjelaskan pengertian halusinasi
2. Menyebutkan penyebab halusinasi
3. Menyebutkan macam-macam halusinasi
4. Menyebutkan tanda-tanda halusinasi
5. Menjelaskan penanganan/perawatan klien dengan halusinasi dirumah
IV. MATERI
Terlampir
2.
Penyajian materi
Menjelaskan materi tentang:
a. Definisi halusinasi
14 menit Mendengarkan dan
b. Penyebab halusinasi Memperhatikan
c. Macam-macam halusinasi
d. Tanda dan gejala
halusinasi
e. Penanganan dan
perawatan halusinasi
5 menit Menanyakan hal-
Memberikan kesempatan hal yang belum
dimengerti
kepada keluarga untuk
5 menit
bertanya
Menjawab pertanyaan yang
terkait dengan pertanyaan
keluarga klien
3.
3 menit Merespon
Penutup
Menjawab salam
Memberikan umpan balik
Salam
VIII. RENCANA EVALUASI
Evaluasi penyuluhan akan dilakukan dengan memberikan 5 pertanyaan tentang materi
yang telah disampaikan ke keluarga.
X. DAFTAR PUSTAKA
Keliat,B.A, (1998). Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa, Jakarta, EGC.
Stuart,G.W. Dan Sundeen,S.J. (1998), Buku Saku Keperawatan Jiwa, Jakarta, EGC.
Lismidar,H, (1990) Gangguan isi pikiri, Jakarta, EGC.
Townsend,M.C, (1998) Buku Saku Diagnosa Keperawatan Pada Keperawatan Psikiatri,
Edisi 3, Jakarta, EGC.
Lampiran : Materi
HALUSINASI
A. Pengertian
Halusinasi adalah keyakinan palsu yang timbul tanpa stimulus dari luar dan mempunyai ciri-
ciri tidak realistic/tidak logis, menetap,egosentrik, yang diyakini kebenarannya oleh pasien
sebagai hal yang nyata.
B. Penyebab Waham
1. Keturunan
2. Mal adaptasi
3. Stress pada kondisi lingkungan
Sosialisasi merupakan suatu upaya membantu klien berhubungan dengan orang lain,
sosialisasi bisa dilakukan melalui komunikasi dan hubungan interpersonal.
Terapi kelompok adalah terapi psikologi yang dilakukan secara kelompok untuk
memberikan stimulasi bagi klien dengan gangguan interpersonal. Sedangkan TAK (Terapi
Aktivitas Kelompok) adalah salah satu terapi modalitas yang dilakukan perawat kepada
kelompok klien yang mempunyai masalah keperawatan yang sama yang bertujuan untuk
memberikan motivasi kemajuan fungsi psikolog hingga terjadi identifikasi diri yang baru,
menghilangkan rasa isolasi diri, meningkatkan kepercayaan diri serta bertambahnya
pengetahuan tentang berbagai cara pemecahan masalah dalam kehidupan individu.
TAK ini perlu dilakukan agar para anggota kelompok (pasien) mampu melakukan
interaksi social, yaitu dengan cara sosialisasi yang dapat memantau dan meningkatkan
hubungan interpersonal klien, yang dapat di mulai dari saling mengenal dengan orang lain
dan menciptakan hubungan harmonis dengan orang lain. Dalam TAK juga, bisa diberikan
informasi tentang cara pemecahan masalah.
E. KRITERIA KLIEN
• Klien menarik diri yang cukup kooperatif
• Klien yang sulit mengungkapkan perasaannya melalui komunikasi verbal
• Klien dengan gangguan menarik diri yang telah dapat berinteraksi dengan orang lain
• Klien dengan kondisi fisik yang dalam keadaan sehat (tidak sedang mengidap
penyakit fisik tertentu seperti diare, thypoid dan lain-lain)
• Klien halusinasi yang sudah dapat mengontrol halusinasinya Klien dengan riwayat
marah/amuk yang sudah tenang
Jumlah peserta :
G. PENGORGANISASIAN
• Leader :
• Co-Leader :
• Observer :
• Fasilitator : 1.
2.
H. SETTING
• Klien mampu duduk bersama dalam lingkaran
• Ruangan nyaman dan tenang
• Tempat dan denah
• Posisi tempat duduk :
L C O
• L
F F
F P F
Keterangan :
L : Leader F : Fasilitator
CL : Co-Leader O :Observer
P :Pasien
Fasilitator
• Membantu dan menjelaskan tugas yang harus dilakukan klien sebagai anggota
kelompok
• Membantu mempersiapkan klien dan sarana yang menunjang ketika kegiatan
kelompok berlangsung
• Memberikan motivasi kepada klien untuk tetap aktif dalam melaksanakan terapi
aktifitas kelompok.
Observer
• Mengobservasi persiapan pelaksanaan terapi aktivitas kelompok
• Mencatat semua aktivitas terapi aktivitas kelompok
• Mengevaluasi hasil kegiatan terapi aktivitas kelompok