Anda di halaman 1dari 41

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA NY.

I
GANGGUAN JIWA DENGAN DIAGNOSA GANGGUAN PERSEPSI
SENSORI : HALUSINASI PENDENGARAN
DI KEL RUANG KABELA RSJ PROF. DR. V. L. RATUMBUYSANG
MANADO, SULAWESI UTARA

Di Susun Oleh

GRACIA FEREN LONTAAN


711440119016

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MANADO


PRODI D-III KEPERAWATAN
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segenap limpahan rahmat dan
karuniaNya sehingga pembuatan “Asuhan Keperawatan Jiwa pada Ny.I Gangguan Jiwa
Halusinasi dengan diagnosa Gangguan Persepsi Sensori ” dapat diselesaikan dengan
waktu yang telah ditentukan.

Penulis berharap ini dapat memberikan banyak manfaat bagi para pembaca pada
umumnya dan penulis pada khususnya. Asuhan Keperawatan Jiwa ini masih sangat jauh
dari kesempurnaan, maka dari itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari para
pembaca demi perbaikan.

Manado, 28 Oktober 2020

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Masalah

BAB II TINJUAN PUSTAKA


A. Pengertian
B. Etiologi
C. Klasifikasi
D. Patofisiologi
E. Komplikasi
F. Manifestasi Klinis
G. Pohon Masalah
H. Penatalaksanaan

BAB III TINJAUAN KASUS


A. Pengkajian Psikososial
B. Analisa Data
C. Pohon Masalah
D. Diagnosa Keperawatan
E. Intervensi Keperawatan
F. Implementasi Keperawatan
G. Catatan Keperawatan

BAB IV PEMBAHASAN
A. Pembahasan
1. Pengkajian Keperawatan
2. Diagnosa Keperawatan
3. Intervensi Keperawatan
4. Implementasi Keperawatan
5. Evaluasi Keperawatan

BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Asuhan keperawatan adalah rangkaian interaksi perawat dengan klien dan lingkungannya
untuk mencapai tujuan pemenuhan kebutuhan dan kemandirian klien dalam merawat dirinya.
Pelayanan keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan professional yang merupakan bagian
integral dari pelayanan kesehatan yang didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan ditujukan
kepada individu, keluarga, kelompok, atau masyarakat, baik sehat maupun sakit (UU RI
No.38 tahun 2014, tentang Keperawatan.)
Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa di mana klien mengalami perubahan
sensori persepsi, merasakan sensasi palsu berupa suara, penglihatan, pengecapan, perabaaan
atau penghiduan. Klien merasakan stimulus yang sebetulnya tidak ada (Damaiyanti, 2012).
Halusinasi adalah hilangnya kemampuan manusia dalam membedakan rangsangan internal
(pikiran) dan rangsangan eksternal (dunia luar). Klien memberi persepsi atau pendapat
tentang lingkungan tanpa ada objek atau rangsangan yang nyata. Sebagai contoh klien
mengatakan mendengar suara padahal tidak ada orang yang berbicara (Kusumawati &
Hartono, 2012).
Halusinasi yang paling banyak diderita adalah halusinasi pendengaran mencapai lebih
kurang 70%, sedangkan halusinasi penglihatan menduduki peringkat kedua dengan rata-rata
20%. Sementara jenis halusinasi yang lain yaitu halusinasi pengucapan, penghidu, perabaan,
kinesthetic, dan cenesthetic hanya meliputi 10%, (Muhith, 2015). Menurut Videbeck (2008)
dalam Yosep (2009) tanda pasien mengalami halusinasi pendengaran yaitu pasien tampak
berbicara ataupun tertawa sendiri, pasien marah-marah sendiri, menutup telinga karena
pasien menganggap ada yang berbicara dengannya.

B. RUMUSAN MASALAH
Dalam penulisan laporan ini perumusan masalahnya adalah bagaimana aplikasi asuhan
keperawatan pada klien dengan masalah utama halusinasi pada Ny.I di Kelurahan Tuminting
Kecamatan Tuminting Kota Manado.

C. TUJUAN MASALAH
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada klien dengan halusinasi dan memberi
pengetahuan kepada pembaca tentang asuhan keperawatan kepada klien dengan
halusinasi.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pada pengkajian klien dengan halusinasi.
b. Mampu membuat analisa data pada klien dengan halusinasi.
c. Mampu membuat intervensi keperawatan pada klien dengan halusinasi.
d. Mampu melakukan implementasi keperawatan pada klien dengan halusinasi.
e.
f. Mengetahui teori dan konsep halusinasi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. PENGERTIAN
Halusinasi merupakan salah satu masalah yang mungkin ditemukan dari masalah
preseptual pada skizofrenia dimana halusinnasi tersebut didefinisikan sebagai pengalaman
atau kesan sensori yang salah terhadap stimulus sensori.
Halusinasi sering diidentikan dengan skizofrenia. Dari seluruh klien skizofrenia 70%
diantarannya mengalami halusinasi. Klien skizofrenia dan psikotik lain 20% mengalami
campuran halusinasi pendengaran dan penglihatan.
Pada halusinasi dapat terjadi padakelima indera sensori utama yaitu :
1. Pendengaran terhadap suara : klien mendengan suara dan bunyi yang tidak berhubungan
dengan stimulus nyata dan orang lain tidak mendengarnya.
2. Halusinasi terhadap penglihatan : klien melihat gambaran yang jelas atau samar-samar
tanpa stimulis yang nyata dan orang laintidak melihatnya.
3. Taktil terhadap sentuhan : klien merasakan sesuatu pada kulitnya tanpa stimulus yang
nyata.
4. Pengecap terhadap rasa : klien merasa makan sesuatu yang tidak nyata. Biasanya
merasakan rasa makanan yang tidak enak.
5. Penghidu terhadap bau : klien mencium bau yang muncul dari sumber tertentu tanpa
stimulus yang nyata dan orang lain tidak menciumnya.
B. RENTANG RESPON

Respon Adaptif Respon Maladaptif

- Pikiran logis - Pikiran Kadang” - Gangguan


- Persepsi Akurat Menyimpang pikiran/waham
- Emosi Koasiaten - Ilusi - Halusinasi
Pengalaman - Reaksi Emosianal - Kesulitan untuk
- Perilaku Sesuai berlebihan/kurang memproses emosi
- Hubungan Sosial - Perilaku ganjil (tidak - Perilaku
lazim) disorganisasi
- Menarik diri - Isolasi sosial

C. JENIS-JENIS HALUSINASI
Jenis Halusinasi Karakteristik
Pendengaran Mendengar suara atau kebisingan, paling sering suara orang. Suara
70% berbentuk kebisingan yang kurang jelas sampai kata-kata yang jelas
berbicara tentang klien, bahkan sampai pada percakapan lengkap
antara 2 orang yang mengalami halusinasi. Pikiran yang terdengar
dimana klien mendengar perkataan bahwa klien disuruh untuk
melakukan sesuatu kadang dapat membahayakan.
Penglihatan Stimulus visual dalam bentuk kilatan cahaya, gambar geometris,
20% gambar kartun, bayangan yang rumit atau kompleks. Bayangan bias
menyenagkan atau menakutkan seperti melihat monster.
Penghidu Membaui bau-bauan tertentu seperti bau darah, urin dan feses
umumnya bau-bauan yang tidak menyenagkan. Halusinasi
penghidu sering akibat stroke, tumor, kejang atau dimensia.
Pengecapan Merasa mengecap rasa seperti rasa darah, urin atau feses.
Perabaan Mengalami nyeri atau ketidaknyamanan tanpa stimulus yang jelas.
Rasa tersetrum listrik yang dating dari tanah, benda mati atau orang
lain.
Cenesthetic Merasakan fungsi tubuh seperti aliran darah di vena atau arteri,
pencernaan makanan atau pembentukan urin.
Kinesthetic Merasakan pergerakan sementara berdiri tanpa bergerak.

D. FASE HALUSINASI
Halusinasi yang dialami oleh klien biasanya berbeda intensitas dan keparahannya. Fase
halusinasi terbagi empat :
1. Fase Pertama
Pada fase ini klien mengalami kecemasan, stress, perasaan gelisah, kesepian. Klien
mungkin melamun atau memfokuskan pikiran pada hal yang menyenangkan unutk
menghilangkan kecemasan daan stress. Cara ini menolong untuk sementara. Klien masih
mampu mengontrol kesadarannya dan mengenal pikirannya, namun intensitas persepsi
meningkat.
2. Fase Kedua
Kecemasan menigkat dan berhubungan dengan pengalaman internal atau eksternal, klien
berada pada tingkat “listening” pada halusinasi. Pemikiran internal menjadi sangat
menonjol, gambaran suara dan sensasi halusinasi dapat berupa bisikan yang tidak jelas
klien takut apabila orang lain mendengar dan klien merasa tidak mampu mengontrolnya.
Klien membuat jarak antara dirinya dan halusinasi dengan memproyeksikan seolah-olah
halusinasidatang dari orang lain.
3. Fase Ketiga
Halusinasi lebih menonjol, menguasai dan mengontrol klien menjadi terbiasa dan tak
berdaya pada halusinasinya. Halusinasinya memberi kesenangan dan rasa aman
sementara.
4. Fase Keempat
Klien merasa terpaku dan tak berdaya melepaskan diri dari control halusinasinya.
Halusinasi yang sebelumnya menyenagkan berubah menjadi mengancam, memerintah
dan memarahi, klien tidak dapat berhubungan dengan orang lain karena terlalu sibuk
dengan halusinasinya, klien berada dalam dunia yang menakutkan dalam waktu singkat,
beberapa jam atau selamanya. Proses ini menjadi kronik jika tidak dilakukan intervensi.
STRATEGI PELAKSANAAN (SP)
TINDAKAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN GANGGUAN PERSEPSI :
SENSORI HALUSINASI

A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
a. Data subjektif :
- Klien mengatakan mendengar suara yang mengejeknya
- Klien mengatakan suara itu datang ketika sendiri di kamar
b. Data objektif :
- Klien tampak tertawa sendiri
- Klien tampak mengarahkan telinganya ke suatu tempat
2. Diagnosa Keperawatan.
Gangguan persepsi sensori : Halusinasi pendengaran
3. Tujuan Tindakan Keperawatan.
Pasien mampu :
a. Membina hubungan saling percaya.
b. Mengenal halusinasi dan mampu mengontrol halusinasi dengan menghardik.
c. Mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap.
d. Mengontrol halusinasi dengan melakukan aktivitas sehari-hari.
4. Tindakan Keperawatan.
a. Membina hubungan saling percaya.
b. Membantu pasien menyadari gangguan sensori persepsi halusinasi.
c. Melatih pasien cara mengontrol halusinasi.

STRATEGI PELAKSANAAN (SP) 1 : PENGKAJIAN DAN MENGENAL HALUSINASI.


SP 1 KLIEN
1. Mengidentifikasi halusinasi : isi, frekuensi, situasi pencetus, perasaan, respon
2. Menjelaskan cara mengontrol halusinasi: menghardik, bercakap- cakap, melakukan kegiatan
3. Melatih klien cara mengontrol halusinasi dengan menghardik
4. Melatih klien memasukkan latihan menghardik dalam jadibual kegiatan harian klien
B. Strategi Komunikasi
1. Fase Orientasi
“Selamat pagi ibu perkenalkan nama saya Chelsea Mananeke, bisa di panggil Chelsi. Saya
perawat yang akan merawat ibu di pagi ini.” “Nama ibu siapa?” “Senangnya ibu dipanggil
apa?” “Baiklah ibu, bagaimana perasaan ibu hari ini?” “Apa yang membuat perasaan ibu
kurang baik?” “Ibu, bagaimana kalau kita berbincang-bincang tentang suara yang
mengganggu ibu dan cara mengontrol suara-suara tersebut, apakah ibu bersedia?” “Berapa
lama ibu mau berbincang-bincang? Bagaimana kalau 20 menit?” ”Ibu mau berbincang-
bincang dimana?” “Baiklah ibu kita akan berbincang-bincang disini saja yah”
2. Fase Kerja
“Apakah ibu mendengar suara tanpa ada wujudnya?” “Saya percaya ibu mendengar suara
tersebut, tetapi saya sendiri tidak mendengar suara itu. Apa yang dikatakan oleh suara
yang ibu dengar? Apakah ibu mendengarnya terus menerus atau sewaktu-waktu?”
“Kapan saja ibu mendengar suara itu? Pada keadaan apa suara itu terdengar? Apakah
pada waktu sendiri?” “Apa yang ibu rasakan ketika mendengar suara itu? Bagaimana
perasaan ibu ketika mendengar suara tersebut?” “Kemudian apa yang ibu lakukan?”
“Apakah dengan cara tersebut suara-suara itu hilang?” “Baiklah bu, apa yang alami itu
namanya Halusinasi. Ada empat cara untuk mengontrol halusinasi yang ibu alami yaitu
menghardik, bercakap-cakap, dan melakukan aktivitas. Hari ini, bagaimana kalau kita
latih cara yang pertama dahulu, yaitu dengan menghardik, apakah ibu bersedia?” “Saya
kan mempraktekan dahulu, baru ibu mempraktekkan kembali apa yang telah saya
lakukan. Begini bu, jika suara itu muncul katakan dengan keras pergi-pergi saya tidak
mau dengar. Kamu suara palsu sambil menutup kedua telinga ibu. Seperti ini ya bu.
Coba sekarang ibu ulangi lagi seperti yang saya lakukan tadi.” “Wah bagus sekali bu, ibu
sudah bisa mempraktekkan.”
3. Terminasi
“Bagaimana perasaan ibu setelah kita kita bercakap-cakap?” “Baiklah bu, jika suara itu
masih terdengar mengejek ibu, seperti yang telah kita pelajari bila suara-suara itu muncul
ibu bisa mengatakan pergi-pergi saya tidak mau dengar kamu suara palsu.” “Ibu
lakukan itu sampai suara itu tidak terdengar lagi, atau disaat ibu mendengar suara
tersebut. cara mengisi buku kegiatan harian adalah sesuai dengan jadwal kegiatan harian
yang telah kita buat tadi ya bu. Jika ibu melakukanya secara mandiri maka ibu
menuliskan di kolom M, jika ibu melakukannya dibantu atau diingatkan oleh keluarga
atau teman maka ibu buat di kolom B, jika ibuk tidak melakukanya maka ibu tulis di
kolom T. Apakah ibu mengerti?” “Baiklah buk, bagaimana kalau besok kita berbincang-
bincang tentang cara yang kedua yaitu dengan bercakap-cakap untuk mencegah suara-
suara itu muncul, apakah ibu bersedia?” “Ibu maunya jam berapa?” “Ibu maunya dimana
kita berbincang-bincang?” “Baiklah ibu besok saya akan kesini jam 09:00 ya bu. Saya
permisi ya bu. Selamat pagi.”
STRATEGI PELAKSANAAN (SP) 2 : BERCAKAP-CAKAP
A. Proses Keperawatan.
1. Kondisi Klien.
a. Data subjektif :
- Klien mengatakan mendengar suara yang mengejeknya.
- Klien mengatakan suara itu timbul ketika sendiri.
b. Data objektif :
- Klien tampak mengarahkan telinga ke suatu tempat.
- Klien tampak tertawa sendiri.
2. Diagnosa Keperawatan.
Gangguan persepsi sensori : Halusinasi Pendengaran.
3. Tujuan Tindakan Keperawatan
Klien mampu mengontrol halusinasinya dengan cara bercakap-cakap dengan orang lain.
4. Tindakan Keperawatan.
a. Evaluasi ke jadwal harian
b. Melatih pasien mengendalikan halusinasi dengan cara bercakap-cakap dengan orang
lain.
c. Menganjurkan kepada klien agar memasukan kegiatan ke jadwal kegiatan harian
klien.
B. Strategi Komunikasi
1. Fase Orientasi
“Selamat pagi ibu, bagaimana perasaan ibu hari ini?” “Apakah suara-suara masih
muncul?” “Apakah ibu telah melakukan cara yang telah kit pelajari untuk menghilangkan
suara-suara yang menganggu?” “Coba sekarang praktekkan cara menghardik suara-suara
yang telah kita pelajari.” “Bagus sekali ibu” “Baiklah ibu sesuai janji kita kemaren hari
ini kita akan belajar cara kedua yaitu bercakap - cakap dengan orang lain, Apakah ibu
bersedia?” “Berapa lama ibu mau berbincang-bincang?” “Ibu mau berbincang-bincang
dimana?” “Baiklah ibu”
2. Fase Kerja
“Cara yang selanjutnya, jika ibu mulai mendengar suara-suara, langsung saja ibu cari
teman untuk diajak berbicara. Minta teman ibu untuk berbicara dengan ibu. Contohnya
bu tolong berbicara dengan saya karena saya mulai mendengar suara-suara.
Sekarang coba ibu praktekkan.” “Iya bagus sekali ibu.”
3. Fase Terminasi
“Bagaimana perasaan ibu setelah kita berlatih tentang cara mengontrol suara-suara
dengan bercakap-cakap?” “Jadi sudah 2 cara yang kita latih untuk mengontrol halusinasi
ibu. Bisa sebutkan 2 cara itu apa saja?” ”Bagus sekali ibu. Mari kita masukan kedalam
jadwal kegiatan hariannya ibu.” “Baiklah ibu jangan lupa ibu lakukan cara yang kedua
agar suara-suara yang ibu dengarkan tidak mengganggu ibu lagi.” “Baiklah bu,
bagaimana kalau besok kita berbincang-bincang tentang manfaat bercakap-cakap dan
berlatih cara ketiga untuk mengontrol suara-suara yang ibu dengar dengan cara
melakukan kegiatan aktivitas fisik, apakah ibu bersedia?” “Besok kira kira ibu bisa jam
berapa?” “Baiklah bu, saya akan datang besok jam 17.00 ya bu. Saya permisi dulu,
selamat pagi.”
STRATEGI PELAKSANAAN (SP) 3 : MELAKUKAN AKTIVITAS SEHARI-HARI.
A. Proses Keperawatan.
1. Kondisi Klien
a. Data subjektif :
- Klien mengatakan masih mendengar suara yang mengejeknya.
- Klien mengatakan mendengarnya ketika sendiri.
b. Data objektif :
- Klien masih tampak berbicara sendiri.
- Klien masih tampak mengarahkan telinga kesuatu tempat.
2. Diagnosa Keperawatan
Gangguan persepsi sensori : Halusinasi Pendengaran
3. Tujuan Tindakan Keperawatan
Klien mampu mengontrol halusinasi dengan cara melakukan kegiatan
4. Tindakan Keperawatan.
a. Evaluasi jadwal kegiatan harian.
b. Melatih pasien mengontrol halusinasi dengan cara melakukan kegiatan yang mampu
klien lakukan.
c. Menganjurkan klien memasukan kegiatan ke jadwal kegiatan sehari-hari klien
B. Strategi Komunikasi
1. Fase Orientasi
“Selamat sore, ibu masih ingat dengan saya?” “Bagaimana perasaan ibu hari ini? Apakah
masih mendengar suara-suara?” “Apakah ibu telah melakukan 2 cara yang telah diajarkan
untuk mengontrol suara-suara yang menganggu?” “Coba saya lihat jadwal kegiatan
hariannya?” “Bagus sekali, ibu latihan bercakap-cakap dengan teman dan perawat
dilakukan dengan teratur. Sekarang coba ceritakan pada saya apakah dengan kedua cara
tadi suara-suara yang ibu dengarkan berkurang?” “Bagus sekali ibu, dengan cara tersebut
suara-suara itu sudah tidak akan menganggu ibu lagi. Coba sekarang ibu praktekkan lagi
bagaimana cara menghardik suara-suara yang telah kita pelajari dan dengan siapa ibu bisa
bercakap-cakap?” “Bagus sekali ibu. Ibu sudah bisa mempraktekkannya.” “Baiklah ibu
sesuai janji kita kemarin hari ini kita akan latihan cara yang muncul yaitu melakukan
aktivitas fisik yaitu membersih kamar tujuannya kalau ibu sibuk maka kesempatan
muncul suara-suara akan berkurang. Apakah ibu bersedia?” “Berapa lama waktu kita
berbincang-bincang ibu? Bagaimana kalau 20 menit?”
2. Fase Kerja
“Baiklah mari kita merapikan tempat tidur. Tujuannya agar ibu dapat mengalihkan suara
yang didengar. Dimana kamar tidur ibu?” “(di kamar) baiklah bu sekarang kita
merapikan tempat tidur ibu ya. Kalau kita akan merapikan tempat tidur, kita pindahkan
dulu bantal, guling dan selimutnya. Lalu kita pasang sepraynya lagi, kita mulai dari arah
atas sekarang bagian kaki, tarik dan masukkan, lalu bagian pinggir dimasukkan.Sekarang
ambil bantal dan letakkan dibagian atas kepala.Selanjutnya kita lipat dan rapikan
selimutnya dan letakan dibawah kaki.” “Bagus sekali ibu. Ibu dapat melakukannya
dengan baik dan rapih.
3. Fase Terminasi
“Bagaimana perasaan ibu setelah kita membereskan tempat tidur apakah selama kegiatan
berlangsung suara-suara itu datang?” “Bagus sekali bu. Jadi selama latihan suara-suara
itu tidak ada ya bu. Ibu dapat melakukan kegiatan untuk menghilangkan suara-suara
dengan sering bekerja. Apakah ibu bisa menjelaskan kembali langkah-langkah merapikan
tempat tidur?” “Bagus sekali bu sekarang masukan kedalam jadwal kegiatan harian.”
“Ibu kita telah melakukan ketiga cara untuk menghilangkan suara-suara yang ibu dengar.
Jadi ibu harus melakukannya setiap hari agar suara- suara itu tidak mengganggu ibu lagi.
Bagaimana bu? Apakah ibu mengerti?” “Baiklah bu, saya akan menemui ibu besok untuk
melihat apakah ibu melakukan ketiga kegiatan tersebut atau tidak. Saya permisi dulu ya
bu. Selamat sore.”

SP 1 Keluarga : Pendidikan Kesehatan tentang pengertian halusinasi, jenis halusinasi yang


dialami pasien, tanda dan gejala halusinasi dan cara-cara merawat pasien halusinasi.
1. Orientasi
“Selamat pagi bapak, saya Chelsea, perawat yang merawat isteri bapak. Bagaimana perasaan
bapak hari ini?” “Apa pendapat bapak tentang kondisi isteri bapak?” “Hari ini kita akan
berdiskusi tentang apa masalah yang isteri bapak alami dan bantuan apa yang bisa bapak
berikan. Kita mau diskusi di mana, pak? Bagaimana kalau disini saja?” “Berapa lama waktu
bapak inginkan? Bisa selama 20 menit?”
2. Kerja
“Baiklah bapak. Apa yang bapak rasakan ketika melihat isteri bapak?” “Apa yang bapak
lakukan saat melihat isteri bapak berteriak-teriak?” “Baiklah bapak. Gejala yang dialami oleh
isteri bapak itu dinamakan halusinasi, yaitu mendengar atau melihat sesuatu yang sebetulnya
tidak ada. Tanda-tandanya bicara sendiri, tertawa sendiri, atau marah-marah tanpa sebab
Jadi kalau isteri bapak mengatakan mendengar suara-suara, sebenarnya suara itu tidak ada.
Untuk itu kita diharapkan dapat membantunya dengan beberapa cara. Ada beberapa cara
untuk membantu istri bapaka agar bisa mengendalikan halusinasi. Cara-cara tersebut antara
lain: Pertama, dihadapan isteri bapak, jangan membantah halusinasi atau menyokongnya.
Katakan saja bapak percaya bahwa isteri bapak tersebut memang mendengar suara, tetapi
bapak sendiri tidak mendengarnya. Kedua, jangan biarkan isteri bapak melamun dan sendiri,
karena kalau melamun halusinasi akan muncul lagi. Upayakan ada orang mau bercakap-
cakap dengannya. Buat kegiatan keluarga seperti makan bersama, beribadah bersama-sama.
Tentang kegiatan, saya telah melatih isteri bapak untuk membuat jadwal kegiatan sehari-hari.
Tolong bapak pantau pelaksanaannya ya dan berikan pujian jika dia lakukan. Sampai disini
apakah bapak sudah mengerti? Apakah ada yang ingin bapak tanyakan?” “Baiklah bapak,
kita lanjutkan. Ketiga, bantu isteri bapak latihan memutus halusinasi isteri bapak. Sambil
menepuk punggung isteri bapak, contoh : sayang, sedang apa kamu? Kamu ingat kan apa
yang diajarkan perawat bila suara-suara itu datang? Ya, usir suara itu. Tutup telinga kamu
dan katakan pada suara itu saya tidak mau dengar. Ucapkan berulang-ulang. Sekarang coba
bapak praktekkan cara yang barusan saya ajarkan.” “Bagus bapak. Bapak sudah bisa
mempraktekkan yang saya ajarkan.”
3. Terminasi
“Bagaimana perasaan bapak setelah kita berdiskusi dan latihan memutuskan halusinasi isteri
bapak?” “Sekarang coba bapak sebutkan kembali tiga cara merawat isteri bapak?” “Bagus
sekali pak. Bagaimana kalau bapak besok lagi kita bertemu untuk mempraktekkan cara
memutus halusinasi langsung dihadapan isteri bapak. Jam berapa bisa bertemu?” “Baiklah,
bapak. Kita bertemu lagi disini besok hari jam 9 ya pak. Saya permisi dulu. Selamat pagi.”
SP 2 Keluarga: Melatih keluarga praktek merawat pasien langsung dihadapan pasien
Berikan kesempatan kepada keluarga untuk memperagakan cara merawat pasien dengan
halusinasi langsung dihadapan pasien.
1. Orientas
“Selamat pagi. Bagaimana perasaan bapak siang ini?” “Apakah bapak masih ingat
bagaimana cara memutus halusinasi isteri bapak yang sedang mengalami halusinasi?”
“Bagus. Sesuai dengan perjanjian kita, selama 20 menit ini kita akan mempraktekkan cara
memutus halusinasi langsung dihadapan isteri bapak. Mari kita datangi isteri bapak.”
2. Kerja
“(Diruang pasien) selamat siang ibu, suami ibu sangat ingin membantu ibu mengendalikan
suara-suara yang sering ibu dengar. Untuk itu pagi ini suami ibu datang untuk
mempraktekkan cara memutus suara-suara yang ibu dengar. Ibu nanti kalau sedang dengar
suara-suara bicara atau tersenyum-senyum sendiri, maka suami ibu akan mengingatkan
seperti ini” ”Sekarang, coba ibu peragakan cara memutus halusinasi yang sedang suami ibu
alami seperti yang sudah kita pelajari sebelumnya. Tepuk punggung isteri bapak lalu suruh
isteri bapak mengusir suara dengan menutup telinga dan menghardik suara tersebut”
(perawat mengobservasi apa yang dilakukan keluarga terhadap pasien).” “Bagus sekali.
Bagaimana ibu? Senang dibantu suami ibu?” “Nah suami ibu ingin melihat jadwal harian
ibu.” “Baiklah, sekarang saya dan suami ibu ke ruang tamu dulu.”
3. Terminasi
“Bagaimana perasaan bapak setelah mempraktekkan cara memutus halusinasi langsung
dihadapan isteri bapak?” “Baiklah. Bapak harus terus mengingat pelajaran kita hari ini ya.
Bapak dapat melakukan cara itu bila isteri bapak mengalami halusinasi.” “Coba bapak
sebutkan cara-cara merawat isteri bapak di rumah?” “Bagus. Jadwalnya jangan lupa dan
selalu mengingatkan cara-cara mengontrol halusinasi isteri bapak ya.” “Saya permisi dulu ya
bapak, selamat pagi.”
BAB III
TINJAUAN KASUS

A. PENGKAJIAN
1. Identitas Pasien
Nama : Ny. I
Umur : 46 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
TTL : Manado, 19-12-1960
Agama : Kristen Protestan
Alamat : Tuminting Lingkungan III
Tanggal Pengkajian : 27 Oktober 2020
2. Keluhan Utama
Bingung, jalan tanpa tujuan dan tidur kurang.
Keluhan saat dikaji
Klien mengatakan sering mendengar bisikan memanggil namanya saat tidur ataupun saat
duduk
3. Fartor Predisposisi
Diantara keluarga klien tidak ada yang mengalami gangguan jiwa
4. Pemeriksaan Fisik
a. TTV
TD : 90/60 mmHg
N : 88 x/m
S : 360C
b. Keluhan Fisik : -
5. Psikososial
a. Genogram
Laki-Laki

Perempuan

Pasien

b. Konsep Diri
- Body Image
Klien berpenampilan rapi dan bersih karena klien menjaga kebersihan tubuhnya,
rambut bersih dan kuku pendek
- Identitas
Klien dapat menyebut nama, alamat tempat tinggal dan jumlah saudaranya.
- Peran
Klien sebelum sakit dapat menjalankan perannya di rumah, saat di kaji klien tidak
dapat menjalankan perannya.
- Ideal diri
Klien megatakan waktu kecil mempunyai cita-cita ingin mejadi guru dan setelah
besar klien ingin membahagiakan orang tuanya dan berbakti kepada orang tuanya.
- Harga diri
Hubungan klien dengan teman-temannya kurang baik. Klien merasa rendah diri.
c. Hubungan Sosial
- Orang yang paling dekat dengan klien adalah adiknya
- Peran serta dalam kelompok masyarakat : klien tidak biasa mengikuti kegiatan di
masyarakat
d. Spiritual
Klien beragama kristen protestan dan rajin berdoa
6. Status Mental
a. Penampilan
Saat dikaji klien kurang berpenampilan rapi dan bersih
b. Pembicaraan
Klien berbicara tidak sesuai topik yang ditanya
c. Aktivitas motorik
Kadang gelisa dan dalam kamar hanya tidur-tidur saja
d. Alam perasaan
Klien mengatakan pada hari ini biasa saja
e. Efek
Labil, kadang senang dan kadang sedih
f. Interaksi
Selama wawancara klien kurang kooperatif, kontak mata (-)
g. Persepsi
Menurut klien, klien sering mendengar bisikan-bisikan
Masalah keperawatan : gangguan persepsi sensori halusinasi pendengaran
h. Persepsi piker
Klien kurang dapat berbicara dengan lancar
i. Isi piker
Tidak ada waham
j. Memori
Klien dapat mengingat alamat tempat tinggalnya dan nama lengkapnya sendiri
k. Tingkat konsentrasi dan berhitung
Klien dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan dengan baik dan dapat berhitung
walapun agak lambat.
l. Kemampuan penalaran
Klien dapat membedakan bersih dan kotor
m. Daya tarik diri
Klien merasa sudah sembuh
B. ANALISA DATA
No Data Masalah
1 Data Subjektif : Klien mengatakan sering mendengar
bisikan memanggil namanya saat tidur ataupun saat Gangguan Persepsi Sensori :
duduk Halusinasi Pendengaran
Data Objektif : Klien kadang menyendiri
C. POHON MASALAH
Resiko mencederai diri
sendiri

Gangguan persepsi sensori

Gangguan pendengaran

D. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi Pendengaran D.0085
E. INTERVENSI KEPERAWATAN
No Diagnosa Tujuan dan KH Intervensi
1 Gangguan Persepsi Setelah dilakukan 1. Monitor perilaku yang
Sensori : tindakan keperawatan mengindikasi halusinasi
Halusinasi 3x24 jam maka 2. Monitor isi halusinasi (mis.
Pendengaran diharapkan persepsi kekerasan atau
sensori membaik dengan membahayakan diri)
KH : 3. Lakukan tindakan
- Verbalisasi keselamatan ketika tidak
pendengaran bisikan dapat mengontrol perilaku
menurun (mis. limit setting, pembatasan
wilayah, pengekangan fisik,
seklusi)
4. Diskusikan perasaan dan
respon terhadap halusinasi
5. Anjurkan memonitor sendiri
situasi terjadinya halusinasi
6. Anjurkan bicara pada orang
yang dipercaya untuk
memberi dukungan atau
umpan baik korektif terhadap
halusinasi
7. Anjurkan melakukan distrasi
(mis. mendengarkan musik,
melakukan aktivitas dan
teknik relaksasi)
8. Ajarkan pasien dan keluarga
cara mengontrol halusinasi
F. IMPLEMENTASI
 Hari / Tanggal : Selasa, 27 Oktober 2020
No Diagnosa Jam Implementasi Evaluasi
1 Gangguan 09.00 1. Monitor perilaku yang S : Klien mengatakan masih
Persepsi Sensori : mengindikasi mendengar suara-suara
Halusinasi halusinasi
Pendengaran 2. Monitor isi halusinasi
(mis. kekerasan atau
membahayakan diri)
3. Lakukan tindakan
keselamatan ketika
tidak dapat mengontrol
perilaku (mis. limit
setting, pembatasan
wilayah, pengekangan
O : Klien tampak tenang
fisik, seklusi)
4. Diskusikan perasaan
dan respon terhadap
halusinasi
5. Anjurkan memonitor
sendiri situasi
terjadinya halusinasi
6. Anjurkan bicara pada
orang yang dipercaya
untuk memberi
dukungan atau umpan A : Masalah belum teratasi
baik korektif terhadap
halusinasi
7. Anjurkan melakukan
distrasi (mis.
mendengarkan musik,
melakukan aktivitas
dan teknik relaksasi)
8. Ajarkan pasien dan
keluarga cara P : Intervensi dilanjutkan
mengontrol halusinasi
 Hari / Tanggal : Rabu, 28 Oktober 2020
No Diagnosa Jam Implementasi Evaluasi
1 Gangguan 09.00 1. Monitor isi halusinasi S : Klien mengatakan masih
Persepsi Sensori : (mis. kekerasan atau mendengar suara-suara
Halusinasi membahayakan diri) bisikan
Pendengaran 2. Anjurkan bicara pada
orang yang dipercaya
untuk memberi
dukungan atau umpan
baik korektif terhadap
halusinasi
3. Monitor perilaku yang
mengindikasi halusinasi
4. Lakukan tindakan
O : Klien tampak tenang
keselamatan ketika
tidak dapat mengontrol
perilaku (mis. limit
setting, pembatasan
wilayah, pengekangan
fisik, seklusi)
5. Diskusikan perasaan
dan respon terhadap
halusinasi
6. Anjurkan memonitor
sendiri situasi A : Masalah belum teratasi
terjadinya halusinasi
7. Anjurkan melakukan
distrasi (mis.
mendengarkan musik,
melakukan aktivitas
dan teknik relaksasi)
8. Ajarkan pasien dan
keluarga cara
mengontrol halusinasi P : intervensi dilanjutkan
 Hari / Tanggal : Kamis, 29 Oktober 2020
No Diagnosa Jam Implementasi Evaluasi
1 Gangguan 09.00 1. Anjurkan melakukan S : Klien mengatakan sudah
Persepsi Sensori : distrasi (mis. jarang mendengar suara-
Halusinasi mendengarkan musik, suara bisikan
Pendengaran melakukan aktivitas
dan teknik relaksasi)
2. Ajarkan pasien dan
keluarga cara
mengontrol halusinasi
3. Monitor perilaku yang
mengindikasi
halusinasi
4. Monitor isi halusinasi
O : Klien tenang
(mis. kekerasan atau
membahayakan diri)
5. Lakukan tindakan
keselamatan ketika
tidak dapat mengontrol
perilaku (mis. limit
setting, pembatasan
wilayah, pengekangan
fisik, seklusi) A : Masalah teratasi sebagian
6. Diskusikan perasaan
dan respon terhadap
halusinasi
7. Anjurkan memonitor
sendiri situasi
terjadinya halusinasi
8. Anjurkan bicara pada
orang yang dipercaya
untuk memberi
dukungan atau umpan P : Intervensi dilanjutkan
baik korektif terhadap
halusinasi
BAB IV
PEMBAHASAN

A. PEMBAHASAN
Pada bab ini akan dibahas hal-hal yang penulis temui selama pelaksanaan asuhan
keperawatan yang diberikan kepada pasien Ny.I dengan Gangguan Jiwa Halusinasi mulai
tanggal 27 s/d 29 Oktober 2020 di Kelurahan Tuminting Lingkungan III Kecamatan
Tuminting, yang akan ibahas adalah pelaksanaan asuhan keperawatan yang meliputi 5 tahap
proses keperawatan yaitu pengkajian keperawatan, diagnosa keperawatan, perencanaan
keperawatan, implementasi keperawatan dan evaluasi keperawatan.
1. Pengkajian Keperawatan
Pada tahap ini penulis melakukan pengumpulan data dengan menggunakan metode
proses keperawatan terutama pengkajian pada pasien gangguan jiwa halusinasi.
Pengkajian ini dilakukan di rumah klien sejak tanggal 27 s/d 29 Oktober 2020 Kelurahan
Tuminting Lingkungan III Kecamatan Tuminting. Dan ini diperoleh dari klien, keluhan
klien, pemeriksaan fisik dan selanjutnya data-data tersebut dianalisa dan ditegakkan
sebagai diagnose keperawatan. Data subjektif Ny.I mengatakan bingung, jalan tanpa
tujuan dan tidur kurang dan sering mendengar bisikan memanggil namanya saat tidur
ataupun saat duduk, data objektif lesuh, dan sering menyendiri.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa yang diangkat pada kasus ini sesuai dengan data-data dari pengkajian dan
disesuaikan dengan buku SDKI didapatkan 1 diagnosa yaitu gangguan persepsi sensori
3. Perencanaan Keperawatan
Rencana keperawatan pada kasus ini disusun dengan menggunakan beberapa komponen
antara lain penentuan tujuan dan kriteria hasil. Intervensi yang diberikan sesuai dengan
kebutuhan dan kondisi dari pasien serta menggunakan buku SLKI DAN SIKI.
4. Implementasi Keperawatan
Dalam pelaksanaan tindakan keperawatan disesuaikan dengan intervensi yang telah
disusun. Pelaksanaan tindakan keperawatan dilakukan untuk mengatasi masalah yang
dihadapi klien, sebelumnya membangun hubungan saling percaya dengan klien sehingga
mempermudah pelaksanaan tindakan keperawatan yang dilakukan perawat.
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan adalah penentu dari respon klien terhadap pelaksanaan
keperawatan dan sejauh mana tujuan dicapai. Hasil evaluasi keperawatan asuhan
keperawatan pada kasus ini dari 1 masalah keperawatan yaitu halusinasi. Secara
keseluruhan proses asuhan keperawatan tidak terlepas dari kerjasama dan partisipasi
aktif dari klien.
BAB V
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Berdasarkan uraian yang telah ditulis pada pembahasan dapat disimpulkan bahwa peneliti
telah mendapat gambaran tentang asuhan keperawatan pemberian efikasi diri untuk
menurunkan halusinasi pada pasien. Pendekatan yang digunakan dalam memberikan asuhan
keperawatan yaitu dengan pendekatan proses keperawatan yang terdiri dari pengkajian,
diagnosa, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi yang dapat diambil dari masing-masing
tahapan sebagai berikut :
1. Pengkajian Keperawatan
Data dikumpulkan dengan teknik wawancara, observasi dan dokumentasi, dari
pengumpulan data pada pengkajian didapatkan gejala dan tanda halusinasi sehingga
didapatkan diagnosa keperawatan gangguan persepsi sensori : halusinasi pendengaran.
Berdasarkan data yang didapat subyek penelitian mengatakan merasa khawatir dengan
kondisi yang dialami, merasa tidak berdaya, merasa sulit berkonsentrasi, sulit tidur pasien
tampak gelisah dan tegang.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa didapatkan dari analisa data sehingga didapatkan masalah, kemudian dari
masalah tersebut dirumuskan menjadi diagnosa keperawatan sesuai dengan masalah dan
penyebab yang sudah didapat dari pengumpulan data pada tahap pengkajian. Dari data-
data yang dikumpulkan didapat satu diagnosa yang muncul yaitu gangguan persepsi
sensori yang disebabkan oleh halusinasi pendengaran dengan gejala dan tanda subyek
penelitian mengatakan bingung, jalan tanpa tujuan dan tidur kurang dan sering
mendengar bisikan memanggil namanya saat tidur ataupun saat duduk.
3. Intervensi Keperawatan
Tujuan dan kriteria hasil yang merupakan standar sebagai penilaian keberhasilan dalam
pelaksanaan proses keperawatan dan selanjutnya menyusun rencana tindakan asuhan
keperawatan untuk mengatasi masalah yang ada. Rencana keperawatan pada pasien
dengan halusinasi pendengaran yaitu persepsi sensori membaik dan pasien dapat
mengontrol halusinasi. Kriteria hasil pasien verbalisasi mendengarkan bisikan menurun.
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi pada pasien dengan diagnosa keperawatan gangguan persepsi sensori di
Kelurahan Tuminting Lingkungan III Kecamatan Tuminting sesuai dengan intervensi
yang telah direncanakan sebelumnnya yaitu dengan pemberian Manajemen Halusinasi.
5. Evaluasi
Evaluasi yang dilakukan berpedoman pada tujuan perawatan yang telah disusun.
Diagnosa keperawatan gangguan persepsi sensori sudah teratasi dan sesuai dengan tujuan
dan kriteria hasil dari asuhan keperawatan yaitu gangguan persepsi sensori : halusinasi
pendengaran menurun dan bisa terkontrol.

B. SARAN
1. Poltekes Kemenkes Manado
Kepada mahasiwa jurusan keperawatan poltekes kemenkes manado agar
mempertimbangkan untuk menggunakan intervensi dari SIKI yaitu Manajemen
Halusinasi karena terbukti dapat menurunkan tingkat halusinasi pasien sehingga pasien
dapat mengontrol halusinasi-nya.
DAFTAR PUSTAKA

- https://id.scribd.com/doc/50766223/ASKEP-HALUSINASI
- https://www.academia.edu/28333211/STRATEGI_PELAKSANAAN_HALUSINASI_PEN
DENGARAN
Laporan Kegiatan Harian

Nama : Chelsea Mananeke


NIM : 711440118016
Tingkat : III-B
Hari/Tanggal Jam Kegiatan
Senin, 26 Oktober 16.30 – 17.00 - Membaca paduan pedoman PKK keperawatan
2020 jiwa
17.00 – 20.00 - Mencari referensi Latar Belakang, Laporan
Pendahuluan, Askep kasus pada pasien yang
mengalami Defisit Perawatan Diri, Mencari
referensi SP pasien Defisit Perawatan Diri,
Mencari referensi SAP pasien Defisit Perawatan
Diri
22.00 – 23.00 - Membuat Latar Belakang, Laporan Pendahuluan
Selasa, 27 Oktober 08.00 – 08.20 - Melakukan pengkajian pada Ny. A dan
2020 melaksanakan intervensi keperawatan hari
pertama
- Mengidentifikasi kebiasaan aktifitas perawatan
diri
- Memonitor tingkat kemandirian
- Mengidentifikasi kebutuhan alat bantu kebersihan
diri
- Menyediakan lingkungan yang terapeutik
- Mendampingi dalam melakukan perawatan diri
sampai mandiri
- Memfasilitasi kemandirian, membantu jika klien
tidak mampu melakukan perawatan diri
- Menjadwalkan rutinitas perawatan diri
- Menganjurkan melakukan perawatan diri secara
konsisten sesuai kemampuan
Rabu, 28 Oktober 09.00 – 09.20 - Melaksanakan intervensi keperawatan hari kedua
2020 - Memonitor tingkat kemandirian
- Mengidentifikasi kebutuhan alat bantu berhias
- Menyediakan lingkungan yang terapeutik
- Mendampingi dalam melakukan perawatan diri
sampai mandiri
- memfasilitasi berhias ( menyisir rambut)
- Memfasilitasi kemandirian, membantu jika klien
tidak mampu melakukan perawatan diri
- Menjadwalkan rutinitas perawatan diri
- Menganjurkan melakukan perawatan diri secara
konsisten sesuai kemampuan
Kamis, 29 Oktober 08.00 – 08.30 - Melaksanakan intervensi keperawatan hari ketiga
2020 - Memonitor tingkat kemandirian
- Mengidentifikasi kebutuhan alat bantu makan
- Menyediakan lingkungan yang terapeutik
- Mendampingi dalam melakukan perawatan diri
sampai mandiri
- Memberikan bantuan saat makan atau minum
- Menjadwalkan rutinitas perawatan diri
- Menganjurkan melakukan perawatan diri secara
konsisten sesuai kemampuan
16.00 – 16.40 - Melakukan SAP
SATUAN ACARA PENYULUHAN
(SAP) HALUSINASI

Pokok Bahasan : Skizofrenia

Sub Pokok Bahasan : Halusinasi

Sasaran : Pasien Gangguan Jiwa Halusinasi dan keluarga pasien

Tempat : Rumah Klien

Waktu : 30 menit

I. Latar Belakang
Modernisasi dan kemajuan tehnologi membawa perubahan dalam cara berfikir dam dalam
pola hidup masyarakat luas. Sejalan dengan modernisasi dan kemajuan tekhnologi, manusia
dihadapkan pada perubahan-perubahan yang akan membawa konsekwensi di bidang kesehatan
fisik dan jiwa. Perubahan-perubahan dalam kehidupan seseorang, baik perubahan nilai budaya,
perubahan system kemasyarakatan, perkerjaan serta adanya ketegangan antara idealisme dan
realitas, mengakibatkan timbulnya stress. Bertambahnya stress dalam kehidupan tidak
menyebabkan kematian secara langsung, namun beratnya gangguan tersebut menganggu
produktivitas hidup seseorang dan dapat menghambat pembangunan. Adannya perubahan dalam
kehidupan seseorang, membuat orang tersebut harus mengadakan adaptasi dan menanggulangi
stressor tersebut. Tetapi tidak semua orang mampu untuk menghadapi dan menanggulangi
stressor tersebut hal ini dapat menjadi sumber tekanan, frustasi dan konflik yang akhirnya dapat
menjadi stress baik fisik maupun mental. Kemampuan dalam mengatasi masalah tersebut sangat
tergantung pada kemampuan dan ketahanan individu tersebut, sehingga tidak jarang pada
beberapa individu akan timbul stress yang memuncak bahkan mengarah pada gangguan jiwa.
Salah satu penyakit gangguan jiwa yang menyebabkan klien mengalami gangguan isi pikir :
waham. Penyembuhan klien tidak saja dengan pemberian obat, tetapi lebih penting adalah
bagaimana perawatan yang diberikan dalam suasana lingkungan yang therapiutik.
Untuk itu perawat di tuntut memiliki ketrampilan yang khusus agar dapat memberikan
asuhan keperawatan secara optimal dengan menitik beratkan pada keadaan psikososial tanpa
mengabaikan fisiknya. Peran perawat dalam perawatan klien dengan gangguan jiwa sangat
penting terutama dalam memenuhi dan berupaya seoptimal mungkin mengorentasikan klien ke
dalam realita, dengan cara menciptakan lingkungan yang terapiutik, melibatkan keluarga,
menjelaskan pola prilaku klien (untuk diskusi membagi pengalaman, mengatasi masalah klien),
menganjurkan kunjungan keluarga secara teratur..

II.            TUJUAN
A.    TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM (TIU)
Setelah diberikan penyuluhan tentang kesehatan jiwa selama 1 x 30 menit diharapkan
keluarga mampu memahami tentang gangguan persepsi (halusinasi) dan gangguan proses pikir.
B.     TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS(TIK)
Setelah mengikuti penyuluhan kesehatan jiwa selama 1 X 30 menit diharapkan keluarga
klien mampu :
1.      Menjelaskan pengertian halusinasi
2.      Menyebutkan penyebab halusinasi
3.      Menyebutkan macam-macam halusinasi
4.      Menyebutkan tanda-tanda halusinasi
5.      Menjelaskan penanganan/perawatan klien dengan halusinasi dirumah

III.            WAKTU DAN TEMPAT


A.    Hari/ Tanggal : Kamis, 29 Oktober 2020
B.     Pukul : 16:00 – 16:30
C.     Tempat : Rumah klien

IV.            MATERI
Terlampir

    V.            MEDIA DAN SUMBER BAHAN


A.    Media : Leaflet
B.     Sumber Bahan
VI.            METODE
Metode yang digunakan dalam penyuluhan ini adalah ceramah, diskusi dan tanya jawab.

VII.            RENCANA PENYULUHAN


No Kegiatan Penyuluhan Waktu Kegiatan Audiens
.
1. Pembukaan
 Salam
3 menit
 Memperkenalkan diri Menjawab salam
 Menjelaskan tujuan

2.
Penyajian materi
 Menjelaskan materi tentang:
a. Definisi halusinasi
14 menit Mendengarkan dan
b. Penyebab halusinasi Memperhatikan
c. Macam-macam halusinasi
d. Tanda dan gejala
halusinasi
e. Penanganan dan
perawatan halusinasi
5 menit Menanyakan hal-
 Memberikan kesempatan hal yang belum
dimengerti
kepada keluarga untuk
5 menit
bertanya
 Menjawab pertanyaan yang
terkait dengan pertanyaan
keluarga klien
3.

3 menit Merespon
Penutup
Menjawab salam
 Memberikan umpan balik
 Salam
VIII.            RENCANA EVALUASI
Evaluasi penyuluhan akan dilakukan dengan memberikan 5 pertanyaan tentang materi
yang telah disampaikan ke keluarga.

IX.            PENILAIAN KEBERHASILAN


Penilaian keberhasilan dari penyuluhan adalah dengan memberikan 5 pertanyaan dengan
kriteria penyuluhan berhasil apabila keluarga mampu menjawab 4 atau 5 dari pertanyaan dengan
benar, Penyuluhan dikatakan kurang berhasil apabila keluarga hanya mampu menjawab 2 atau
3 pertanyaan dengan benar, Sedangkan penyuluhan tidak berhasil apabila keluarga hanya
mampu menjawab 1 pertanyaan dengan benar.
  Bentuk soal : Esai
Soal-soal pertanyaan esai
1.      Sebutkan pengertian halusinasi
2.      Sebutkan penyebab halusinasi
3.      Sebutkan macam-macam halusinasi
4.      Sebutkan tanda dan gejala halusinasi
5.      Bagaimana cara penangan dan perawatan pasien dengan halusinasi

X. DAFTAR PUSTAKA
 Keliat,B.A, (1998). Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa, Jakarta, EGC.
 Stuart,G.W. Dan Sundeen,S.J. (1998), Buku Saku Keperawatan Jiwa, Jakarta, EGC.
 Lismidar,H, (1990) Gangguan isi pikiri, Jakarta, EGC.
 Townsend,M.C, (1998) Buku Saku Diagnosa Keperawatan Pada Keperawatan Psikiatri,
Edisi 3, Jakarta, EGC.
Lampiran : Materi
HALUSINASI
A.    Pengertian
Halusinasi adalah keyakinan palsu yang timbul tanpa stimulus dari luar dan mempunyai ciri-
ciri tidak realistic/tidak logis, menetap,egosentrik, yang diyakini kebenarannya oleh pasien
sebagai hal yang nyata.
B.     Penyebab Waham
1. Keturunan
2. Mal adaptasi
3. Stress pada kondisi lingkungan

C.    Macam-macam Halusinasi


1)      Halusinasi kebesaran : Suatu kepercayaan bahwa penderita adalah orang yang penting
dan berpengaruh dan mungkin mempunyai kekuatan yang terpendam atau merupakan orang
terkuat sepanjang sejarah. Misalnya mengaku sebagai nabi, kyai, tentara, dokter, kaya.
2)      Halusinasi curiga : Penderita mempunyai keyakinan bahwa seseorang atau kelompok
yang berusaha merugikan atau mencederai dirinya yang disampaikan berulang dan tidak sesuai
dengan kenyataan. Misalnya penderita menolak makan makanan yang disaji karena merasa ada
racunnya.
3)      Halusinasi nihilistik : pasien yakin bahwa dirinya sudah tidak ada lagi didunia atau
sudah meninggal yang dinyatakan secara berulang yang tidak sesuai dengan kenyataan.misalnya
mengatakan dirinya adalah mayat dan sudah meninggal.
4)      Magic mistik : Keyakinan penderita tentang kemampuannya melakukan hal-hal yang
mustahil diluar kemammpuannya. Misalnya bisa menghidupkan orang yang mati, bisa
mengguna-guna orang.
5)      Halusinasi bizar :
a.       Sisip pikir : Penderita yakin ada ide pikir orang lain yang disisipkan dalam
pikirannya yang disampaikan secara berulang dan tidak sesuai dengan kenyataan.
b.      Siar pikir : Penderita yakin bahwa orang lain mengetahui apa yang dia pikirkan yang
dinyatakan secara berulangdan tidak sesuai dengan kenyataan.
c.       Kontrol pikir : Penderita yakin pikirannya dikontrol dari luar. Misalnya melakukan
percobaan bunuh diri atau ingin membunuh orang lain karena ada yang menyuruh.
D.    Tanda dan gejala Halusinasi
1)      Merasa ada orang yang mengganggunya
2)      Merasa ada gangguan dalam tubuhnya
3)      Merasa hidup sendiri
4)      Merasa dia adalah orang lain
5)      Merasa mempunyai kekuatan (pendidikan, kepandaian, kekayaan yang luar biasa)
6)      Merasa orang-orang tidak memperhatikanKeyakinan kepada agama yang berlebihan.

E.     Cara penanganan dan perawatan pasien dengan halusinasi


1)      Hindari mendebat pasien dengan halusinasinya
2)      Hindari mendukung halusinasi
3)      Jika halusinasi timbul, kontak dengan pasien singkat tapi sering
4)      Membantu aktivitas menjadi mandiri
5)      Terapi obat
TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK SOSIALISASI

Sosialisasi merupakan suatu upaya membantu klien berhubungan dengan orang lain,
sosialisasi bisa dilakukan melalui komunikasi dan hubungan interpersonal.

Terapi kelompok adalah terapi psikologi yang dilakukan secara kelompok untuk
memberikan stimulasi bagi klien dengan gangguan interpersonal. Sedangkan TAK (Terapi
Aktivitas Kelompok) adalah salah satu terapi modalitas yang dilakukan perawat kepada
kelompok klien yang mempunyai masalah keperawatan yang sama yang bertujuan untuk
memberikan motivasi kemajuan fungsi psikolog hingga terjadi identifikasi diri yang baru,
menghilangkan rasa isolasi diri, meningkatkan kepercayaan diri serta bertambahnya
pengetahuan tentang berbagai cara pemecahan masalah dalam kehidupan individu.

TAK ini perlu dilakukan agar para anggota kelompok (pasien) mampu melakukan
interaksi social, yaitu dengan cara sosialisasi yang dapat memantau dan meningkatkan
hubungan interpersonal klien, yang dapat di mulai dari saling mengenal dengan orang lain
dan menciptakan hubungan harmonis dengan orang lain. Dalam TAK juga, bisa diberikan
informasi tentang cara pemecahan masalah.

E. KRITERIA KLIEN
• Klien menarik diri yang cukup kooperatif
• Klien yang sulit mengungkapkan perasaannya melalui komunikasi verbal
• Klien dengan gangguan menarik diri yang telah dapat berinteraksi dengan orang lain
• Klien dengan kondisi fisik yang dalam keadaan sehat (tidak sedang mengidap
penyakit fisik tertentu seperti diare, thypoid dan lain-lain)
• Klien halusinasi yang sudah dapat mengontrol halusinasinya  Klien dengan riwayat
marah/amuk yang sudah tenang

F. URAIAN STRUKTUR KELOMPOK


Lama Kegiatan
• Perkenalan dan pengarahan (5 menit)
• Role play (5 menit)
• Permainan dan diskusi (25 menit)
• Evaluasi (10 menit)
• Penutup (5 menit)

Jumlah peserta :

Perilaku yang diharapkan dari kelompok klien

• Klien dapat melakukan permainan


• Klien dapat memberikan pendapat/komentar dari permainan
• Klien dapat berperan aktif dalam kelompok dengan cara mengungkapkan
pengalamannya dan memberikan dukungan kepada klien lain
• Klien dapat mengontrol emosinya selama kegiatan berlangsung  Klien tidak
meninggalkan kelompok pada saat permainan

G. PENGORGANISASIAN
• Leader :
• Co-Leader :
• Observer :
• Fasilitator : 1.
2.

H. SETTING
• Klien mampu duduk bersama dalam lingkaran
• Ruangan nyaman dan tenang
• Tempat dan denah
• Posisi tempat duduk :
L C O
• L

F F

F P F

Keterangan :
L : Leader F : Fasilitator
CL : Co-Leader O :Observer
P :Pasien

I.METODE DAN MEDIA


Metode : Role Play dan Diskusi
Media : Tape Recorder , Kaset Dangdut, dan kotak kecil

J.URAIAN PEMBAGIAN TUGAS


 Leader
• Memimpin jalannya terapi aktivitas kelompok.
• Merencanakan, mengatur, mengontrol dan mengembangkan jalannya terapi
aktivitas kelompok.
• Membuka acara terapi aktivitas kelompok.
• Menjelaskan tujuan terapi aktivitas kelompok.
• Memberikan informasi.
• Dapat mengambil keputusan dengan tepat dan dapat meyimpulkan hasil TAK
pada kelompok terapi tersebut.
• Menutup acara.
 Co-Leader
• Mendampingi leader.
• Mengambil posisi leader jika pasif.
• Menyampaikan tata tertib TAK.
• Mengoreksi dan mengingatkan leader jika terjadi kesalahan.
• Menyerahkan kembali posisi pemimpin kepada leader.
• Menjadi motivator.

 Fasilitator
• Membantu dan menjelaskan tugas yang harus dilakukan klien sebagai anggota
kelompok
• Membantu mempersiapkan klien dan sarana yang menunjang ketika kegiatan
kelompok berlangsung
• Memberikan motivasi kepada klien untuk tetap aktif dalam melaksanakan terapi
aktifitas kelompok.

 Observer
• Mengobservasi persiapan pelaksanaan terapi aktivitas kelompok
• Mencatat semua aktivitas terapi aktivitas kelompok
• Mengevaluasi hasil kegiatan terapi aktivitas kelompok

Anda mungkin juga menyukai