Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN

PENDAHULUAN

A. Pengertian

Infeksi Saluran Kemih (ISK) atau Urinarius Tractus Infection (UTI) adalah suatu keadaan
adanya infasi mikroorganisme pada saluran kemih.  (Agus Tessy, 2001)

Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah suatu keadaan adanya infeksi bakteri pada saluran kemih.
(Enggram, Barbara, 1998)

B. Klasifikasi

Klasifikasi infeksi saluran kemih sebagai berikut :

1. Kandung kemih (sistitis)


2. Uretra (uretritis)
3. Prostat (prostatitis)
4. Ginjal (pielonefritis)

Infeksi Saluran Kemih (ISK) pada usia lanjut, dibedakan menjadi:

1. ISK uncomplicated (simple)

ISK sederhana yang terjadi pada penderita dengan saluran kencing tak baik, anatomic maupun
fungsional normal. ISK ini pada usi lanjut terutama mengenai penderita wanita dan infeksi hanya
mengenai mukosa superficial kandung kemih.

1. ISK complicated

Sering menimbulkan banyak masalah karena sering kali kuman penyebab sulit diberantas, kuman
penyebab sering resisten terhadap beberapa macam antibiotika, sering terjadi bakterimia, sepsis
dan shock. ISK ini terjadi bila terdapat keadaan-keadaan sebagi berikut:

1. Kelainan abnormal saluran kencing, misalnya batu, reflex vesiko uretral obstruksi, atoni
kandung kemih, paraplegia, kateter kandung kencing menetap dan prostatitis.
2. Kelainan faal ginjal: GGA maupun GGK.
3. Gangguan daya tahan tubuh
4. Infeksi yang disebabkan karena organisme virulen sperti prosteus spp yang memproduksi
urease.

C. Etiologi

1. Jenis-jenis mikroorganisme yang menyebabkan ISK, antara lain:


a.   Pseudomonas, Proteus, Klebsiella : penyebab ISK complicated

1. b. Escherichia Coli: 90 % penyebab ISK uncomplicated (simple)


2. c. Enterobacter, staphylococcus epidemidis, enterococci, dan-lain-lain.
3. Prevalensi penyebab ISK pada usia lanjut, antara lain:
1. Sisa urin dalam kandung kemih yang meningkat akibat pengosongan kandung
kemih yang kurang efektif
2. Mobilitas menurun
3. Nutrisi yang sering kurang baik
4. Sistem imunitas menurun, baik seluler maupun humoral
5. Adanya hambatan pada aliran urin
6. Hilangnya efek bakterisid dari sekresi prostat

D. Patofisiologi

Infeksi Saluran Kemih disebabkan oleh adanya mikroorganisme patogenik dalam traktus
urinarius. Mikroorganisme ini masuk melalui : kontak langsung dari tempat infeksi terdekat,
hematogen, limfogen. Ada dua jalur utama terjadinya ISK, asending dan hematogen. Secara
asending yaitu:

-        masuknya mikroorganisme dalm kandung kemih, antara lain: factor anatomi dimana pada
wanita memiliki uretra yang lebih pendek daripada laki-laki sehingga insiden terjadinya ISK
lebih tinggi, factor tekanan urine saat miksi, kontaminasi fekal, pemasangan alat ke dalam traktus
urinarius (pemeriksaan sistoskopik, pemakaian kateter), adanya dekubitus yang terinfeksi.

-        Naiknya bakteri dari kandung kemih ke ginjal

Secara hematogen yaitu: sering terjadi pada  pasien yang system imunnya rendah sehingga
mempermudah penyebaran infeksi secara hematogen Ada beberapa hal yang mempengaruhi
struktur dan fungsi ginjal sehingga mempermudah penyebaran hematogen, yaitu: adanya
bendungan total urine yang mengakibatkan distensi kandung kemih, bendungan intrarenal akibat
jaringan parut, dan lain-lain.

Pada usia lanjut terjadinya ISK ini sering disebabkan karena adanya:

-        Sisa urin dalam kandung kemih yang meningkat akibat pengosongan kandung kemih yang
tidak lengkap atau kurang efektif.

-        Mobilitas menurun

-        Nutrisi yang sering kurang baik

-        System imunnitas yng menurun


-        Adanya hambatan pada saluran urin

-        Hilangnya efek bakterisid dari sekresi prostat.

Sisa urin dalam kandung kemih yang meningkat tersebut mengakibatkan distensii yang
berlebihan sehingga menimbulkan nyeri, keadaan ini mengakibatkan penurunan resistensi
terhadap invasi bakteri dan residu kemih menjadi media pertumbuhan bakteri yang selanjutnya
akan mengakibatkan gangguan fungsi ginjal sendiri, kemudian keadaan ini secara hematogen
menyebar ke suluruh traktus urinarius. Selain itu, beberapa hal yang menjadi predisposisi ISK,
antara lain: adanya obstruksi aliran kemih proksimal yang menakibtakan penimbunan cairan
bertekanan dalam pelvis ginjal dan ureter yang disebut sebagai hidronefroses. Penyebab umum
obstruksi adalah: jaringan parut ginjal, batu, neoplasma dan hipertrofi prostate yang sering
ditemukan pada laki-laki diatas usia 60 tahun.

D. Tanda dan Gejala

Tanda dan gejala ISK pada bagian bawah adalah :

-        Nyeri yang sering dan rasa panas ketika berkemih

-        Spasame pada area kandung kemih dan suprapubis

-        Hematuria

-        Nyeri punggung dapat terjadi

Tanda dan gejala ISK bagian atas adalah :

-        Demam

-        Menggigil

-        Nyeri panggul dan pinggang

-        Nyeri ketika berkemih

-        Malaise

-        Pusing

-        Mual dan muntah

 
E.   Pemeriksaan Penunjang

 Urinalisis

-        Leukosuria atau piuria: merupakan salah satu petunjuk penting adanya ISK. Leukosuria
positif bila terdapat lebih dari 5 leukosit/lapang pandang besar (LPB) sediment air kemih

-        Hematuria: hematuria positif bila terdapat 5-10 eritrosit/LPB sediment air kemih.
Hematuria disebabkan oleh berbagai keadaan patologis baik berupa kerusakan glomerulus
ataupun urolitiasis.

 Bakteriologis

-        Mikroskopis

-        Biakan bakteri

 Kultur urine untuk mengidentifikasi adanya organisme spesifik


 Hitung koloni: hitung koloni sekitar 100.000 koloni per milliliter urin dari urin tampung
aliran tengah atau dari specimen dalam kateter dianggap sebagai criteria utama adanya
infeksi.
 Metode tes

-        Tes dipstick multistrip untuk WBC (tes esterase lekosit) dan nitrit (tes Griess untuk
pengurangan nitrat). Tes esterase lekosit positif: maka psien mengalami piuria. Tes pengurangan
nitrat, Griess positif  jika terdapat bakteri yang mengurangi nitrat urin normal menjadi nitrit.

-        Tes Penyakit Menular Seksual (PMS):

 Uretritia akut akibat organisme menular secara seksual (misal, klamidia trakomatis, neisseria
gonorrhoeae, herpes simplek).

-        Tes- tes tambahan:

 Urogram intravena (IVU). Pielografi (IVP), msistografi, dan ultrasonografi juga dapat
dilakukan untuk menentukan apakah infeksi akibat dari abnormalitas traktus urinarius,
adanya batu, massa renal atau abses, hodronerosis atau hiperplasie prostate. Urogram IV
atau evaluasi ultrasonic, sistoskopi dan prosedur urodinamik dapat dilakukan untuk
mengidentifikasi penyebab kambuhnya infeksi yang resisten.

F.  Penatalaksanaan

Penanganan Infeksi Saluran Kemih (ISK) yang ideal adalah agens antibacterial yang secara
efektif menghilangkan bakteri dari traktus urinarius dengan efek minimal terhaap flora fekal dan
vagina.
Terapi  Infeksi Saluran Kemih (ISK) pada usia lanjut dapat dibedakan atas:

-        Terapi antibiotika dosis tunggal

-        Terapi antibiotika konvensional: 5-14 hari

-        Terapi antibiotika jangka lama: 4-6 minggu

-        Terapi dosis  rendah untuk supresi

Pemakaian antimicrobial jangka panjang menurunkan resiko kekambuhan infeksi. Jika


kekambuhan disebabkan oleh bakteri persisten di awal infeksi, factor kausatif (mis: batu, abses),
jika muncul salah satu, harus segera ditangani. Setelah penanganan dan sterilisasi urin, terapi
preventif dosis rendah.

Penggunaan medikasi yang umum mencakup: sulfisoxazole (gastrisin),


trimethoprim/sulfamethoxazole (TMP/SMZ, bactrim, septra), kadang ampicillin atau amoksisilin
digunakan, tetapi E. Coli telah resisten terhadap bakteri ini. Pyridium, suatu analgesic urinarius
jug adapt digunakan untuk mengurangi ketidaknyamanan akibat infeksi.

Pemakaian  obat pada usia lanjut perlu dipikirkan kemungkina adanya:

-        Gangguan absorbsi dalam alat pencernaan

-        Interansi obat

-        Efek samping obat

-        Gangguan akumulasi obat terutama obat-obat yang ekskresinya melalui ginjal

Resiko pemberian obat pada usia lanjut dalam kaitannya dengan faal ginjal:

1. Efek nefrotosik obat


2. Efek toksisitas obat

G.  Pengkajian

1. Pemerikasaan fisik: dilakukan secara head to toe


2. Riwayat atau adanya faktor-faktor resiko:

-        Adakah riwayat infeksi sebelumnya?

-        Adakah riwayat obstruksi pada saluran kemih?

1. Adanya faktor predisposisi pasien terhadap infeksi nosokomial


-        Bagaimana dengan pemasangan folley kateter ?

-        Imobilisasi dalam waktu yang lama.

-        Apakah terjadi inkontinensia urine?

1. Pengkajian dari manifestasi klinik infeksi saluran kemih

-        Bagaimana pola berkemih pasien? untuk mendeteksi factor predisposisi terjadinya ISK
pasien (dorongan, frekuensi, dan jumlah)

-        Adakah disuria?

-        Adakah urgensi?

-        Adakah hesitancy?

-        Adakah bau urine yang menyengat?

-        Bagaimana haluaran volume orine, warna (keabu-abuan) dan konsentrasi urine?

-        Adakah nyeri-biasanya suprapubik pada infeksi saluran kemih bagian bawah

-        Adakah nyesi pangggul atau pinggang-biasanya pada infeksi saluran kemih bagian atas

-        Peningkatan suhu tubuh biasanya pada infeksi saluran kemih bagian atas.

1. Pengkajian psikologi pasien:

-        Bagaimana perasaan pasien terhadap hasil tindakan dan pengobatan yang telah dilakukan?
Adakakan perasaan malu atau takut kekambuhan terhadap penyakitnya.

H.   Diagnosa Keperawatan Yang Timbul

1. Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan inflamasi dan infeksi uretra, kandung
kemih dan sruktur traktus urinarius lain.
2. Perubahan pola eliminasi berhubungan dengan obstruksi mekanik pada kandung kemih
ataupun struktur traktus urinarius  lain.
3. Kurangnya pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan kebutuhan pengobatan
berhubungan dengan kurangnya sumber informasi.

I.   Intervensi
1.  Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan inflamasi dan infeksi uretra, kandung
kemih dan struktur traktus urinarius lain.

Kriteria Hasil :

Nyeri berkurang / hilang saat dan sesudah berkemih

Intervensi:

1. Pantau perubahan warna urin, pantau pola berkemih, masukan dan keluaran setiap 8 jam
dan pantau hasil urinalisis ulang

Rasional: untuk mengidentifikasi indikasi kemajuan atau penyimpangan dari hasil yang
diharapkan

1. Catat lokasi, lamanya intensitas skala (1-10) nyeri.

Rasional: membantu mengevaluasi tempat obstruksi dan penyebab nyeri

1. Berikan tindakan nyaman, seperti pijatan.

Rasional: meningkatkan relaksasi, menurunkan tegangan otot.

1. Berikan perawatan perineal

Rasional: untuk mencegah kontaminasi uretra

1. Jika dipaang kateter, perawatan kateter 2 kali per hari.

Rasional: Kateter memberikan jalan bakteri untuk memasuki kandung kemih dan naik ke saluran
perkemihan.

1. Alihkan perhatian pada hal yang menyenangkan

Rasional :  relaksasi, menghindari terlalu merasakan nyeri.

2.   Perubahan pola eliminasi berhubungan dengan obstruksi mekanik pada kandung kemih
ataupun struktur traktus urinarius lain.

Kriteria Hasil :

Pola eliminasi membaik, tidak terjadi tanda-tanda gangguan berkemih (urgensi, oliguri, disuria)

Intervensi:

1. Awasi pemasukan dan pengeluaran karakteristi urin


Rasional: memberikan informasi tentang fungsi ginjal dan adanya komplikasi

1. Dorong meningkatkan pemasukan cairan

Rasional: peningkatan hidrasi membilas bakteri.

1. Kaji keluhan pada kandung kemih

Rasional: retensi urin dapat terjadi menyebabkan distensi jaringan (kandung kemih/ginjal)

1. Observasi perubahan tingkat kesadaran

Rasional: akumulasi sisa uremik dan ketidakseimbangan elektrolit dapat menjadi toksik pada
susunan saraf pusat

1. Kolaborasi:

-        Awasi pemeriksaan laboratorium; elektrolit, BUN, kreatinin

Rasional: pengawasan terhadap disfungsi ginjal

-        Lakukan tindakan untuk memelihara asam urin: tingkatkan masukan sari buah berri dan
berikan obat-obat untuk meningkatkan aam urin.

Rasional: aam urin menghalangi tumbuhnya kuman. Peningkatan masukan sari buah dapt
berpengaruh dalm pengobatan infeksi saluran kemih.

3.   Kurangnya pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan kebutuhan pengobatan berhubungan
dengan kurangnya sumber informasi.

KriteriaHasil : menyatakan mengerti tentang kondisi, pemeriksaan diagnostik, rencana


pengobatan, dan tindakan perawatan diri preventif.

Intervensi:

1. Berikan waktu kepada pasien untuk menanyakan apa yang tidak di ketahui tentang
penyakitnya.

Rasional : Mengetahui sejauh mana ketidak tahuan pasien tentang penyakitnya.

1. Kaji ulang proses penyakit dan harapan yang akan datang

Rasional: memberikan pengetahuan dasar dimana pasien dapat membuat pilihan beradasarkan
informasi.
1. Berikan informasi tentang: sumber infeksi, tindakan untuk mencegah penyebaran,
jelaskan pemberian antibiotik, pemeriksaan diagnostik: tujuan, gambaran singkat,
persiapan ynag dibutuhkan sebelum pemeriksaan, perawatan sesudah pemeriksaan.

Rasional: pengetahuan apa yang diharapkan dapat mengurangi ansietas dan membantu
mengembankan kepatuhan klien terhadap rencan terapetik.

1. Anjurkan pasien untuk menggunakan obat  yang diberikan, minum sebanyak kurang lebih
delapan gelas per hari.

Rasional: Pasien sering menghentikan obat mereka, jika tanda-tanda penyakit mereda. Cairan
menolong membilas ginjal.

1. Berikan kesempatan kepada pasien untuk mengekspresikan perasaan dan masalah tentang
rencana pengobatan.

Rasional: Untuk mendeteksi isyarat indikatif kemungkinan ketidakpatuhan dan membantu


mengembangkan penerimaan rencana terapeutik.
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Infeksi saluran kencing (ISK) merupakan salah satu jenis infeksi yang paling
sering ditemukan dalam praktik klinik. Lebih dari 25% perempuan akan mengalami
paling tidak satu kejadian ISK selama masa kehidupanya. Kebanyakan kasus ISK tidak
menimbulkan masalah yang berat, dalam artian tidak mengancam nyawa dan tidak
menimbulkan suatu kerusakan yang bersifat irreversible. Namun demikian, resiko
kerusakan ginjal yang irreversible dan juga peningkatan resiko bakterimia akan terjadi
ketika ISK mengenai ginjal (Hvidberg et al., 2000).
Infeksi saluran kencing (ISK) merupakan penyakit yang perlu mendapat
perhatian serius. Di Amerika dilaporkan bahwa setidaknya terdapat 6 juta pasien ISK
setiap tahunya. Di RS X di Yogyakarta ISK merupakan penyakit infeksi urutan ke-2 dan
masuk dalam 10 besar penyakit(juli-desember).
Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah istilah umum yang dipakai untuk menyatakan
adanya invasi mikroorganisme pada saluran kemih. Prevalensi ISK di masyarakat
makin meningkat seiring dengan meningkatnya usia. Pada usia 40-60 tahun
mempunyai angka prevalensi 3,2 %, sedangkan pada usia sama atau di atas 65 tahun
kira-kira mempunyai angka prevalensi ISK sebesar 20 %. Infeksi saluran kemih dapat
mengenal baik laki-laki maupun wanita dari semua umur, baik anak-anak, remaja,
dewasa maupun lanjut usia. Akan tetapi dari kedua jenis kelamin, ternyata wanita lebih
sering dari pria dengan angka populasi umum, kurang lebih 5-15%.
"Dari penderita ISK, menurut penelitian, kira-kira ada sekitar 10 persen yang
tidak bergejala. Dalam hal ini penderita tidak merasakan apa-apa. Mungkin gejalanya
ada tetapi si orang tersebut menganggapnya sebagai gejala biasa. Untuk yang tak
bergejala ini baru diketahui setelah diperiksa melalui tes urin dimana urinnya banyak
terdapat bakteri," terang Sugi.
ISK yang tak bergejala terhitung lebih berbahaya, karena tanpa disadari,
penyakit tersebut akan menggerogoti terus-menerus. Jadi, orang yang bersangkutan
terinfeksi tetapi dia tidak tahu dan biasanya malah menjadikronis.
Untuk menyatakan adanya ISK harus ditemukan bakteri dalam urin. Bakteriuria yang
disertai dengan gejala pada saluran kemih disebut bakteriuria simptomatis. Sedangkan
yang tanpa gejala disebut bakteriuria asimptomatis.

B.   Rumusan Masalah


1.  Apakah yang disebut dengan infeksi saluran kemih?
2.  Faktor apa saja yang menyebabkan terjadinya infeksi saluran kemih?
3.  Bagaimana patofisiologi infeksi saluran kemih?
4.  Bagaimana penatalaksanaan Asuhan Keperawatan Pada Pasien Infeksi Saluran
Kencing?

C.   Tujuan Penelitian

1.  Untuk mengetahui Definisi infeksi saluran kemih.


2.  Untuk mengetahui etiologi dari infeksi saluran kemih
3.  Untuk mengetahui patofisiologi infeksi saluran kemih
4.  Untuk mengetahui penatalaksanaan asuhan keperawatan pada pasien
infeksi saluran kencing

|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||

BAB II
KONSEP KEPERAWATAN
A.   Pengkajian
  Aktivitas/Istirahat
 Gejala : sukar tidur
 Tanda : palpebra hitam,
  Eliminasi
 Gejala : Perubahan pola berkemih biasanya , peningkatan frekuensi, poliuria, oliguria,
Disuria, ragu-ragu, dan retensi Abdomen kembung
 Tanda : Perubahan warna urine
  Makanan/Cairan
 Gejala : Peningkatan BB (edema), penurunan BB, (dehidrasi)
 Tanda : Edema bagian pelvis
  Nyeri/Kenyamanan
 Gejala : Nyeri, hipertermi
 Tanda : Gelisah
  Neurosensori
 Gejala : Keram otot/kejang

B.   Diagnosa

                       1.     Nyeri dan ketidaknyamanan berhubungan dengan inflamasi dan infeksi uretra,
kandung kemih dan sruktur traktus urinarius lain.
                       2.     Ganguan pola eliminasi berhubungan dengan nyeri ketika miksi ( dysuria )

                       3.     Hipertermi berhubugan dengan pelepasan toksin oleh bakteri

                       4.     Gangguan pola tidur berhubungan dengan adanya aktivasi sistem RAS

                       5.     Ansietas berhubungan dengan stress psikologis


                       6.     Kurang pengetahuan yang berhubungan dengan kurangnya informasi tentang
proses penyakit, metode pencegahan, dan instruksi perawatan di rumah

C.   Intervensi

N Diagnosa Intervensi Rasional


O
1. Nyeri dan    Pantau haluaran urine untuk mengidentifikasi
ketidaknyamanan terhadap perubahan indikasi kemajuan atau
berhubungan warna, baud an pola penyimpangan dari hasil
dengan inflamasi berkemih, masukan dan yang diharapkan
dan infeksi uretra, haluaran setiap 8 jam dan
kandung kemih dan pantau hasil urinalisis
sruktur traktus ulang
urinarius lain    Catat lokasi, lamanya
intensitas skala (1-10) membantu mengevaluasi
Tujuan : penyebaran nyeri. tempat obstruksi dan
Setelah dilakukan    Berikan tindakan penyebab nyeri
tindakan nyaman, seprti pijatan meningkatkan relaksasi,
keperawatan punggung, lingkungan menurunkan tegangan otot.
selama 3x 24 jam istirahat
pasien merasa    Bantu atau dorong membantu mengarahkan
nyaman dan penggunaan nafas kembali perhatian dan
nyerinya berkurang. berfokus untuk relaksasi otot.
Kriteria Hasil :  untuk mencegah
1.  Pasien mengatakan    Berikan perawatan kontaminasi uretra
/ tidak ada keluhan perineal  Kateter memberikan jalan
nyeri pada saat
   Jika dipaang kateter bakteri untuk memasuki
berkemih.
2.  Kandung kemih indwelling, berikan kandung kemih dan naik ke
tidak tegang perawatan kateter 2 nkali saluran perkemihan
3.  Pasien nampak
per hari.
tenang
4.  Ekspresi wajah
tenang  Temuan- temuan ini dapat
Kolaborasi memeberi tanda kerusakan
  Konsul dokter bila: jaringan lanjut dan perlu
sebelumnya kuning pemeriksaan luas
gading-urine kuning,
jingga gelap, berkabut
atau keruh. Pla berkemih
berubah, sring berkemih
dengan jumlah sedikit,
perasaan ingin kencing,
menetes setelah
berkemih. Nyeri menetap
atau bertambah sakit
  Berikan analgesic sesuia
kebutuhan dan evaluasi analgesic memblok lintasan
keberhasilannya nyeri sehingga mengurangi
  Berikan antibiotic. Buat nyeri
berbagai variasi sediaan
minum, termasuk air akibat dari haluaran urin
segar . Pemberian air memudahkan berkemih
sampai 2400 ml/hari sering dan membentu
membilas saluran berkemih

2. Perubahan pola    Awasi pemasukan dan memberikan informasi


eliminasi pengeluaran karakteristi tentang fungsi ginjal dan
berhubungan urin adanya komplikasi
dengan obstruksi    Dorong meningkatkan peningkatan hidrasi
mekanik pada pemasukan cairan membilas bakteri.
kandung kemih    Kaji keluhan kandung
ataupun struktur kemih penuh  retensi urin dapat terjadi
traktus urinarius menyebabkan distensi
lain jaringan(kandung
kemih/ginjal)Observasi
Kriteria hasil :Pola perubahan
eliminasi membaik,    status mental:, perilaku akumulasi sisa uremik dan
tidak terjadi tanda- atau tingkat kesadaran ketidakseimbangan
tanda gangguan elektrolit dapat menjadi
berkemih (urgensi, toksik pada susunan saraf
oliguri, disuria) pusat
   Kecuali
dikontraindikasikan: ubah untuk mencegah statis urin
posisi pasien setiap dua
jam
Kolaborasi
  Awasi pemeriksaan pengawasan terhadap
laboratorium; elektrolit, disfungsi ginjal
BUN, kreatinin

5. Ansietas    Kaji tingkat kecemasan  Untuk mengetahui berat


berhubungan ringannya kecemasan klien
dengan stress    Beri kesempatan klien
psikologis untuk mengungkapkan Agar klien mempunyai
perasaannya semangat dan mau empati
Tujuan : pasien terhadap perawatan dan
   Beri dorongan spiritual
akan mengalami pengobatan
penurunan rasa
ketakutan dan
 Agar klien kembali
ansietas.dengan    Beri penjelasan tentang
menyerahkan sepenuhnya
criteria klien tidak penyakitnya
kepada Tuhan YME.Beri
gelisa
support pada klien

 Agar klien mengerti


sepenuhnya tentang
penyakit yang dialaminya

4. Gangguan pola  Tentukan kebiasaan tidur mengkaji perlunya dan


tidur berhubungan mengidentifikasi intervensi
biasanya dan perubahan
dengan aktifasi yang tepat
yang terjadi.
RAS
(reticuloendotelia  Berikan tempat tidur yang
avtifing system)  meningkatkan kenyamanan
nyaman.
ditandai dengan tidur serta dukungan
Tujuan dan kriteri fisiologis/psikologis.

hasil :
 Kurangi kebisingan.
 memberikan situasi
Melaporkan
kondusif saat tidur
perbaikan dalam
 Dorong posisi nyaman ,
pola tidur/istrahat
bantu dalam mengubah pengubahan posisi
Mengungkapkan
mengubah area tekanan
posisi.
perasaan segar dan
dan meningkatkan istrahat.
nyaman dalam
 meningkatkan efe relaksasi.
istrahat.
Susu mempunyai kualitas
 Tingkatkan regimen soporifik, meningkatan
sintesis serotonin,
kenyamanan waktu tidur neurotransmitter yang
membantu pasien tertidur
mis; masase, segelas dan tidur lebih lama.

susu air hangat.

3. Hipertermi
berhubugan dengan
  Observasi tan-da-tanda  Tanda-tanda vital dapat
pelepasan toksin vital. berubah dengan adanya
oleh bakteri peningkatan suhu tubuh.
Tujuan :   Beri kompres dingin pada
  Dengan memberi kompres
Suhu tubuh da-lam daerah dahi dan ketiak. dingin terjadi pemin-dahan
batas nor-mal panas ke dingin melalui
dengan kriteria : proses konduksi.
Suhu : 360 – 37 0 C   Dengan minum yang
Bibir tidak pecah-   Anjurkan klien untuk banyak di-harapkan dapat
pecah. minum banyak mengganti peng-uapan
cairan yang keluar aki-bat
panas.
  Istirahat mutlak dapat
mencegah terjadinya perfo-
rasi usus.
  Anjurkan pada klin untuk
isti-rahat total.

6. Kurang    Kaji tingkat pemahaman  Untuk mengetahui tingkat


pengetahuan yang klien tentang penyakitnya pemahaman klien
berhubungan    Kaji ulang proses  memberikan pengetahuan
dengan kurangnya pemyakit dan harapan dasar dimana pasien dapat
informasi tentang yang akan datanng membuat pilihan
proses penyakit, beradasarkan informasi.
metode
pencegahan, dan    Berikan informasi  pengetahuan apa yang
instruksi perawatan tentang: sumber infeksi, diharapkan dapat
di rumah tindakan untuk mencegah mengurangi ansietas dan
Tujuan : penyebaran, jelaskna m,embantu
Setelah dilakukan pemberian antibiotic, mengembankan kepatuhan
tindakan pemeriksaan diagnostic: klien terhadap rencan
keperawatan klien tujuan, gambaran singkat, terapetik.
tidak persiapan ynag
memperlihatkan dibutuhkan sebelum
tanda-tanda pemeriksaan, perawatan
gelisah. sesudah pemeriksaan
Kriteria Hasil :    Pastikan pasien atau
orang terdekat telah
Klien tidak gelisah
Klien tenang menulis perjanjian untuk  instruksi verbal dapat
perawatan lanjut dan dengan mudah dilupakan
instruksi tertulis untuk
perawatn sesudah
pemeriksaan
   Instruksikan pasien
untuk menggunakan obat
yang diberikan, inum  Pasien sering
sebanyak kurang lebih menghentikan obat
delapan gelas per hari mereka, jika tanda-tanda
khususnya sari buah berri. penyakit mereda. Cairan
menolong membilas ginjal.
Asam piruvat dari sari buah
berri membantu
   Berikan kesempatan mempertahankan keadaan
kepada pasien untuk asam urin dan mencegah
mengekspresikan pertumbuhan bakteri
perasaan dan masalah
tentang rencana  Untuk mendeteksi isyarat
pengobatan. indikatif kemungkinan
ketidakpatuhan dan
membantu
mengembangkan
penerimaan rencana
terapeutik.
LAPORAN PENDAHULUAN INFEKSI SALURAN KEMIH (ISK)

LAPORAN PENDAHULUAN
INFEKSI SALURAN KEMIH (ISK)

A. Pengertian
Infeksi Saluran Kemih (ISK) atau Urinarius Tractus Infection (UTI) adalah suatu keadaan
adanya infasi mikroorganisme pada saluran kemih.
(Agus Tessy, 2001)
Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah suatu keadaan adanya infeksi bakteri pada saluran kemih.
(Enggram, Barbara, 1998)

B. Klasifikasi
Jenis Infeksi Saluran Kemih, antara lain:
1. Kandung kemih (sistitis)
2. uretra (uretritis)
3. prostat (prostatitis)
4. ginjal (pielonefritis)
Infeksi Saluran Kemih (ISK) pada usia lanjut, dibedakan menjadi:
1. ISK uncomplicated (simple)
ISK sederhana yang terjadi pada penderita dengan saluran kencing tak baik, anatomic maupun
fungsional normal. ISK ini pada usi lanjut terutama mengenai penderita wanita dan infeksi hanya
mengenai mukosa superficial kandung kemih.
2. ISK complicated
Sering menimbulkan banyak masalah karena sering kali kuman penyebab sulit diberantas, kuman
penyebab sering resisten terhadap beberapa macam antibiotika, sering terjadi bakterimia, sepsis
dan shock. ISK ini terjadi bila terdapat keadaan-keadaan sebagi berikut:
a. Kelainan abnormal saluran kencing, misalnya batu, reflex vesiko uretral obstruksi, atoni
kandung kemih, paraplegia, kateter kandung kencing menetap dan prostatitis.
b. Kelainan faal ginjal: GGA maupun GGK.
c. Gangguan daya tahan tubuh
d. Infeksi yang disebabkan karena organisme virulen sperti prosteus spp yang memproduksi
urease.

C. Etiologi
1. Jenis-jenis mikroorganisme yang menyebabkan ISK, antara lain:
a. Escherichia Coli: 90 % penyebab ISK uncomplicated (simple)
b. Pseudomonas, Proteus, Klebsiella : penyebab ISK complicated
c. Enterobacter, staphylococcus epidemidis, enterococci, dan-lain-lain.
2. Prevalensi penyebab ISK pada usia lanjut, antara lain:
a. Sisa urin dalam kandung kemih yang meningkat akibat pengosongan kandung kemih yang
kurang efektif
b. Mobilitas menurun
c. Nutrisi yang sering kurang baik
d. Sistem imunitas menurun, baik seluler maupun humoral
e. Adanya hambatan pada aliran urin
f. Hilangnya efek bakterisid dari sekresi prostat

D. Patofisiologi
Infeksi Saluran Kemih disebabkan oleh adanya mikroorganisme patogenik dalam traktus
urinarius. Mikroorganisme ini masuk melalui : kontak langsung dari tempat infeksi terdekat,
hematogen, limfogen. Ada dua jalur utama terjadinya ISK, asending dan hematogen. Secara
asending yaitu:
masuknya mikroorganisme dalm kandung kemih, antara lain: factor anatomi dimana pada
wanita memiliki uretra yang lebih pendek daripada laki-laki sehingga insiden terjadinya ISK
lebih tinggi, factor tekanan urine saat miksi, kontaminasi fekal, pemasangan alat ke dalam traktus
urinarius (pemeriksaan sistoskopik, pemakaian kateter), adanya dekubitus yang terinfeksi.
Naiknya bakteri dari kandung kemih ke ginjal

Secara hematogen yaitu: sering terjadi pada pasien yang system imunnya rendah sehingga
mempermudah penyebaran infeksi secara hematogen Ada beberapa hal yang mempengaruhi
struktur dan fungsi ginjal sehingga mempermudah penyebaran hematogen, yaitu: adanya
bendungan total urine yang mengakibatkan distensi kandung kemih, bendungan intrarenal akibat
jaringan parut, dan lain-lain.
Pada usia lanjut terjadinya ISK ini sering disebabkan karena adanya:
Sisa urin dalam kandung kemih yang meningkat akibat pengosongan kandung kemih yang tidak
lengkap atau kurang efektif.
Mobilitas menurun
Nutrisi yang sering kurang baik
System imunnitas yng menurun
Adanya hambatan pada saluran urin
Hilangnya efek bakterisid dari sekresi prostat.
Sisa urin dalam kandung kemih yang meningkat tersebut mengakibatkan distensii yang
berlebihan sehingga menimbulkan nyeri, keadaan ini mengakibatkan penurunan resistensi
terhadap invasi bakteri dan residu kemih menjadi media pertumbuhan bakteri yang selanjutnya
akan mengakibatkan gangguan fungsi ginjal sendiri, kemudian keadaan ini secara hematogen
menyebar ke suluruh traktus urinarius. Selain itu, beberapa hal yang menjadi predisposisi ISK,
antara lain: adanya obstruksi aliran kemih proksimal yang menakibtakan penimbunan cairan
bertekanan dalam pelvis ginjal dan ureter yang disebut sebagai hidronefroses. Penyebab umum
obstruksi adalah: jaringan parut ginjal, batu, neoplasma dan hipertrofi prostate yang sering
ditemukan pada laki-laki diatas usia 60 tahun.
Pathway : terlampir

E. Tanda dan Gejala


Tanda dan gejala ISK pada bagian bawah (sistitis):
Nyeri yang sering dan rasa panas ketika berkemih
Spasame pada area kandung kemih dan suprapubis
Hematuria
Nyeri punggung dapat terjadi
Tanda dan gejala ISK bagian atas (pielonefritis)
Demam
Menggigil
Nyeri panggul dan pinggang
Nyeri ketika berkemih
Malaise
Pusing
Mual dan muntah

F. Pemeriksaan Penunjang
1. Urinalisis
Leukosuria atau piuria: merupakan salah satu petunjuk penting adanya ISK. Leukosuria positif
bila terdapat lebih dari 5 leukosit/lapang pandang besar (LPB) sediment air kemih
Hematuria: hematuria positif bila terdapat 5-10 eritrosit/LPB sediment air kemih. Hematuria
disebabkan oleh berbagai keadaan patologis baik berupa kerusakan glomerulus ataupun
urolitiasis.
2. Bakteriologis
Mikroskopis
Biakan bakteri
3. Kultur urine untuk mengidentifikasi adanya organisme spesifik
4. Hitung koloni: hitung koloni sekitar 100.000 koloni per milliliter urin dari urin tampung aliran
tengah atau dari specimen dalam kateter dianggap sebagai criteria utama adanya infeksi.
5. Metode tes
Tes dipstick multistrip untuk WBC (tes esterase lekosit) dan nitrit (tes Griess untuk
pengurangan nitrat). Tes esterase lekosit positif: maka psien mengalami piuria. Tes pengurangan
nitrat, Griess positif jika terdapat bakteri yang mengurangi nitrat urin normal menjadi nitrit.
Tes Penyakit Menular Seksual (PMS):
Uretritia akut akibat organisme menular secara seksual (misal, klamidia trakomatis, neisseria
gonorrhoeae, herpes simplek).
Tes- tes tambahan:
Urogram intravena (IVU). Pielografi (IVP), msistografi, dan ultrasonografi juga dapat dilakukan
untuk menentukan apakah infeksi akibat dari abnormalitas traktus urinarius, adanya batu, massa
renal atau abses, hodronerosis atau hiperplasie prostate. Urogram IV atau evaluasi ultrasonic,
sistoskopi dan prosedur urodinamik dapat dilakukan untuk mengidentifikasi penyebab
kambuhnya infeksi yang resisten.

G. Penatalaksanaan
Penanganan Infeksi Saluran Kemih (ISK) yang ideal adalah agens antibacterial yang secara
efektif menghilangkan bakteri dari traktus urinarius dengan efek minimal terhaap flora fekal dan
vagina.
Terapi Infeksi Saluran Kemih (ISK) pada usia lanjut dapat dibedakan atas:
Terapi antibiotika dosis tunggal
Terapi antibiotika konvensional: 5-14 hari
Terapi antibiotika jangka lama: 4-6 minggu
Terapi dosis rendah untuk supresi
Pemakaian antimicrobial jangka panjang menurunkan resiko kekambuhan infeksi. Jika
kekambuhan disebabkan oleh bakteri persisten di awal infeksi, factor kausatif (mis: batu, abses),
jika muncul salah satu, harus segera ditangani. Setelah penanganan dan sterilisasi urin, terapi
preventif dosis rendah.
Penggunaan medikasi yang umum mencakup: sulfisoxazole (gastrisin),
trimethoprim/sulfamethoxazole (TMP/SMZ, bactrim, septra), kadang ampicillin atau amoksisilin
digunakan, tetapi E. Coli telah resisten terhadap bakteri ini. Pyridium, suatu analgesic urinarius
jug adapt digunakan untuk mengurangi ketidaknyamanan akibat infeksi.
Pemakaian obat pada usia lanjut perlu dipikirkan kemungkina adanya:
Gangguan absorbsi dalam alat pencernaan
Interansi obat
Efek samping obat
Gangguan akumulasi obat terutama obat-obat yang ekskresinya melalui ginjal
Resiko pemberian obat pada usia lanjut dalam kaitannya dengan faal ginjal:
1. Efek nefrotosik obat
2. Efek toksisitas obat
Pemakaian obat pada usia lanjut hendaknya setiasp saat dievalusi keefektifannya dan hendaknya
selalu menjawab pertanyaan sebagai berikut:
Apakah obat-obat yang diberikan benar-benar berguna/diperlukan/
Apakah obat yang diberikan menyebabkan keadaan lebih baik atau malh membahnayakan/
Apakah obat yang diberikan masih tetap diberikan?
Dapatkah sebagian obat dikuranngi dosisnya atau dihentikan?

H. Pengkajian
1. Pemerikasaan fisik: dilakukan secara head to toe dan system tubuh
2. Riwayat atau adanya faktor-faktor resiko:
Adakah riwayat infeksi sebelumnya?
Adakah obstruksi pada saluran kemih?
3. Adanya factor yang menjadi predisposisi pasien terhadap infeksi nosokomial.
Bagaimana dengan pemasangan kateter foley?
Imobilisasi dalam waktu yang lama.
Apakah terjadi inkontinensia urine?
4. Pengkajian dari manifestasi klinik infeksi saluran kemih
Bagaimana pola berkemih pasien? untuk mendeteksi factor predisposisi terjadinya ISK pasien
(dorongan, frekuensi, dan jumlah)
Adakah disuria?
Adakah urgensi?
Adakah hesitancy?
Adakah bau urine yang menyengat?
Bagaimana haluaran volume orine, warna (keabu-abuan) dan konsentrasi urine?
Adakah nyeri-biasanya suprapubik pada infeksi saluran kemih bagian bawah
Adakah nyesi pangggul atau pinggang-biasanya pada infeksi saluran kemih bagian atas
Peningkatan suhu tubuh biasanya pada infeksi saluran kemih bagian atas.
5. Pengkajian psikologi pasien:
Bagaimana perasaan pasien terhadap hasil tindakan dan pengobatan yang telah dilakukan?
Adakakan perasaan malu atau takut kekambuhan terhadap penyakitnya.

I. Diagnosa Keperawatan Yang Timbul


1. Nyeri dan ketidaknyamanan berhubungan dengan inflamasi dan infeksi uretra, kandung kemih
dan sruktur traktus urinarius lain.
2. Perubahan pola eliminasi berhubungan dengan obstruksi mekanik pada kandung kemih
ataupun struktur traktus urinarius lain.
3. Kurangnya pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan kebutuhan pengobatan berhubungan
dengan kurangnya sumber informasi.

J. Intervensi Keperawatan
1. Dx 1 :
Nyeri dan ketidaknyamanan berhubungan dengan inflamasi dan infeksi uretra, kandung kemih
dan struktur traktus urinarius lain.
Kriteria evaluasi:
Tidak nyeri waktu berkemih, tidak nyeri pada perkusi panggul
Intervensi:
a. Pantau haluaran urine terhadap perubahan warna, baud an pola berkemih, masukan dan
haluaran setiap 8 jam dan pantau hasil urinalisis ulang
Rasional: untuk mengidentifikasi indikasi kemajuan atau penyimpangan dari hasil yang
diharapkan
b. Catat lokasi, lamanya intensitas skala (1-10) penyebaran nyeri.
Rasional: membantu mengevaluasi tempat obstruksi dan penyebab nyeri
c. Berikan tindakan nyaman, seprti pijatan punggung, lingkungan istirahat;
Rasional: meningkatkan relaksasi, menurunkan tegangan otot.
d. Bantu atau dorong penggunaan nafas berfokus
Relaksasi: membantu mengarahkan kembali perhatian dan untuk relaksasi otot.
e. Berikan perawatan perineal
Rasional: untuk mencegah kontaminasi uretra
f. Jika dipaang kateter indwelling, berikan perawatan kateter 2 nkali per hari.
Rasional: Kateter memberikan jalan bakteri untuk memasuki kandung kemih dan naik ke saluran
perkemihan.
g. Kolaborasi:
Konsul dokter bila: sebelumnya kuning gading-urine kuning, jingga gelap, berkabut atau
keruh. Pla berkemih berubah, sring berkemih dengan jumlah sedikit, perasaan ingin kencing,
menetes setelah berkemih. Nyeri menetap atau bertambah sakit
Rasional: Temuan- temuan ini dapat memeberi tanda kerusakan jaringan lanjut dan perlu
pemeriksaan luas
Berikan analgesic sesuia kebutuhan dan evaluasi keberhasilannya
Rasional: analgesic memblok lintasan nyeri sehingga mengurangi nyeri
h. Berikan antibiotic. Buat berbagai variasi sediaan minum, termasuk air segar . Pemberian air
sampai 2400 ml/hari
Rasional: akibta dari haluaran urin memudahkan berkemih sering dan membentu membilas
saluran berkemih

2. Dx 2:
Perubahan pola eliminasi berhubungan dengan obstruksi mekanik pada kandung kemih ataupun
struktur traktus urinarius lain.
Kriteria Evaluasi:
Pola eliminasi membaik, tidak terjadi tanda-tanda gangguan berkemih (urgensi, oliguri, disuria)
Intervensi:
a. Awasi pemasukan dan pengeluaran karakteristi urin
Rasional: memberikan informasi tentang fungsi ginjal dan adanya komplikasi
b. Tentukan pola berkemih pasien
c. Dorong meningkatkan pemasukan cairan
Rasional: peningkatan hidrasi membilas bakteri.
d. Kaji keluhan kandung kemih penuh
Rasional: retensi urin dapat terjadi menyebabkan distensi jaringan(kandung kemih/ginjal)
e. Observasi perubahan status mental:, perilaku atau tingkat kesadaran
Rasional: akumulasi sisa uremik dan ketidakseimbangan elektrolit dapat menjadi toksik pada
susunan saraf pusat
f. Kecuali dikontraindikasikan: ubah posisi pasien setiap dua jam
Rasional: untuk mencegah statis urin
g. Kolaborasi:
Awasi pemeriksaan laboratorium; elektrolit, BUN, kreatinin
Rasional: pengawasan terhadap disfungsi ginjal
Lakukan tindakan untuk memelihara asam urin: tingkatkan masukan sari buah berri dan
berikan obat-obat untuk meningkatkan aam urin.
Rasional: aam urin menghalangi tumbuhnya kuman. Peningkatan masukan sari buah dapt
berpengaruh dalm pengobatan infeksi saluran kemih.

3. Dx 3:
Kurangnya pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan kebutuhan pengobatan berhubungan
dengan kurangnya sumber informasi.
Kriteria Evaluasi: menyatakna mengerti tentang kondisi, pemeriksaan diagnostic, rencana
pengobatan, dan tindakan perawatan diri preventif.
Intervensi:
a. Kaji ulang prose pemyakit dan harapan yang akan datanng
Rasional: memberikan pengetahuan dasar dimana pasien dapat membuat pilihan beradasarkan
informasi.
b. Berikan informasi tentang: sumber infeksi, tindakan untuk mencegah penyebaran, jelaskna
pemberian antibiotic, pemeriksaan diagnostic: tujuan, gambaran singkat, persiapan ynag
dibutuhkan sebelum pemeriksaan, perawatan sesudah pemeriksaan.
Rasional: pengetahuan apa yang diharapkan dapat mengurangi ansietas dan m,embantu
mengembankan kepatuhan klien terhadap rencan terapetik.
c. Pastikan pasien atau orang terdekat telah menulis perjanjian untuk perawatan lanjut dan
instruksi tertulis untuk perawatn sesudah pemeriksaan
Rasional: instruksi verbal dapat dengan mudah dilupakan
d. Instruksikan pasien untuk menggunakan obat yang diberikan, inum sebanyak kurang lebih
delapan gelas per hari khususnya sari buah berri.
Rasional: Pasien sering menghentikan obat mereka, jika tanda-tanda penyakit mereda. Cairan
menolong membilas ginjal. Asam piruvat dari sari buah berri membantu mempertahankan
keadaan asam urin dan mencegah pertumbuhan bakteri
e. Berikan kesempatan kepada pasien untuk mengekspresikan perasaan dan masalah tentang
rencana pengobatan.
Rasional: Untuk mendeteksi isyarat indikatif kemungkinan ketidakpatuhan dan membantu
mengembangkan penerimaan rencana terapeutik.

Anda mungkin juga menyukai