Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

MODEL PRAKTIK KEPERAWATAN PREFESIONAL

DI SUSUN OLEH :

1. ADB. GAFUR Y.P 20002 10. MUSDALIFAH 20037


2. AKBAR KASIM 20004 11. NURFADILAH S.R 20039
3. ANDRE AL – FAUZI P 20009 12. RAUDAHTUL J 20041
4. ARISTON TANGOWI 20011 13. SRI DEWI 20049
5. ASTIN H MAKUTA 20013 14. SUSAN CHERLY M 20052
6. FIJRIANTI POROGOI 20019 15. YOVIKA BANSOE 20055
7. JALALLUDIN 20026 16. WULAN MAGFIRA 20057
8. MARSYA TRIPUTRI M 20030 17. YAYUK ASTIKA S 30086
9. MISELIN FABIANI 20034 18. CUT MUTIA SASTRA
20082

D3 KEPERAWATAN
AKADEMIK KEPERAWATAN JUTITIA
2020/2021
BAB I
PENDAHULUAN

1.1  LATAR BELAKANG
Keperawatan merupakan bentuk pelayanan professional kepada klien yang diberikan
secara manusiawi komprehensif dan individualistik, berkesinambungan sejak klien
membutuhkan pelayanan sampai saat klien mampu melakukan kegiatan sehari- hari secara
produktif untuk diri sendiri dan orang lain. Pelayanan keperawatan profesional hanya dapat
diberikan oleh tenaga keperawatan profesional yang telah memiliki izin dan kewenangan
untuk melakukan tindakan keperawatan yang dibutuhkan oleh klien. Praktik keperawatan
profesional adalah tindakan mandiri perawat Ahli Madia Keperawatan, Ners, Ners Spesialis
dan Ners Konsultan melalui kerjasama bersifat kolaboratif dengan klien dan tenaga kesehatan
lain dalam memberikan asuhan keperawatan sesuai lingkup wewenang dan tanggung
jawabnya. Praktik keperawatan di Indonesia seringkali diasumsikan sama dengan praktik
kedokteran, baik oleh masyarakat atau perawat sendiri. Salah satu penyebab hal ini adalah
kurangnya pengetahuan tentang praktik keperawatan profesional, di lain pihak hukum masih
dianggap suatu hal yang menakutkan yang sering dikaitkan dengan sanksi atau hukuman.
Untuk memperjelas tentang praktik keperawatan profesional, akan dibahas tentang
lingkup praktik keperawatan sehingga diharapkan dapat memperjelas pemahaman tenaga
keperawatan dalam memberikan pelayanan keperawatan serta dapat melindungi masyarakat
dari malpraktik keperawatan. Sebagai suatu profesi, perawat bertanggung jawab untuk
memberikan pelayanan keperawatan  sesuai dengan wewenang yang dimiliki secara mandiri
dan atau berkolaborasi. Hal tersebut dimungkinkan karena perawat memiliki ilmu dan kiat
keperawatan yang mendasari praktik profesionalnya.
1.2  Rumusan Masalah

1. Pengertian model praktek keperawatan profesional ?


2. Metode penugasan model praktik keperawatan prefesional ?
3. Urayan kerja kepala ruangan, perawat primer, perawat asosiet ?
1.3  Tujuan

1. untuk pengetahui pengertian dari model praktik keperawatan profesional


2. untuk mengetahui metode penugasan model praktik keperawatan prefesional
3. utuk mengetahui urayan kerja kepala ruangan, prawat primer, prawat asosiet
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Praktik Keperawatan Profesional


Kelompok Kerja Keperawatan-Konsorsium Ilmu Kesehatan (1992) mendefinisikan
Praktik Keperawatan adalah tindakan mandiri perawat  profesional melalui kerjasama bersifat
kolaboratif dengan pasien atau klien dan tenaga kesehatan lainnya dalam memberikan asuhan
keperawatan sesuai lingkup wewenang dan tanggung jawabnya.
Perawat profesional pada pengertian di atas adalah Perawat Ahli Madya, Perawat Ahli,
Ners Spesialis dan Ners Konsultan yang pendidikan keperawatannya berasal dari jenjang
perguruan tinggi keperawatan. Praktik keperawatan sebagai tindakan keperawatan
profesional menggunakan pengetahuan teoritis yang mantap dan kokoh dari berbagai ilmu
dasar (biologi, fisika, biomedik, perilaku, sosial), dan ilmu keperawatan sebagai landasan
untuk melakukan pengkajian, diagnosis, menyusun perencanaan, melaksanakan asuhan
keperawatan dan evaluasi hasil-hasil tindakan keperawatan, serta mengadakan penyesuaian
rencana keperawatan untuk menentukan tindakan selanjutnya.
Malkemes, L.C.(1983) mengatakan bahwa praktik keperawatan profesional
(professional nursing practice) adalah suatu proses ketika Ners terlibat dengan klien, dan
melalui kegiatan ini masalah kesehatan klien diidentifikasi dan diatasi.
Karakteristik praktik keperawatan profesional

1. Otoritas (autority), yakni memiliki kewenangan sesuai dengan keahliannya


yang akan mempengaruhi proses asuhan melalui peran profesional.
2.   Akuntabilitas (accountability), yakni tanggung gugat terhadap apa yang dilaksanakan
sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku dan bertanggung jawab kepada klien, diri
sendiri, dan profesi, serta mengambil keputusan yang berhubungan dengan asuhan.
3.      Pengambilan keputusan yang mandiri (independent decision making), berarti sesuai
dengan kewenangannya dengan dilandasi oleh pengetahuan yang kokoh dan menggunakan
pendekatan yang ilmiah dengan membuat keputusan (judgnents) pada tiap tahap proses
keperawatan dalam menyelesaikan masalah klien.
4.      Kolaborasi (collaboration ), artinya dapat bekerja sama, baik lintas program maupun
lintas sektor dengan mengadakan hubungan kerja dengan berbagai disiplin dalam
mengakses masalah klien, dan membantu klien menyelesaikannya.
5.      Pembelaan atau dukungan (advocacy), artinya bertindak demi hak klien untuk
mendapatkan asuhan yang bermutu dengan mengadakan intrevensi untuk kepentingan atau
demi klien, dalam mengatasi masalahnya, serta berhadapan dengan pihak-pihak lain yang
lebih luas.
6.      Fasilitasi (facilitation), artinya mampu memberdayakan klien dalam upaya
meningkatkan derajat kesehatannya dengan memaksimalkan potensi dari organisasi dan
sistem klien-keluarga
.
2.2 Metode penugasan model praktik keperawatan prefesional

Metode penugasan Model Praktek Keperawatan Profesional  (MPKP) dalam keperawatan :

A. Metode kasus
Metode kasus merupakan metode pemberian asuhan yang pertama kali digunakan. Sampai
perang dunia II metode tersebut merupakan metode pemberian asuhan keperawatan yang
paling banyak di gunakan. Pada metode ini satu perawat akan memberikan asuhan
keperawatan kepada seorang klien secara total dalam satu periode dinas. Jumlah klien yang
dirawat oleh satu perawat bergantung pada kemampuan perawat tersebut dan kompleksnya
kebutuhan kliennya. (Situros, 2006).
Setelah perang dunia II, jumlah pendidikan keperawatan dari berbagai jenis program
meningkat dan banyak lulusan bekerja di rumah sakit. Agar pemamfaatan tenaga yang
bervariasi tersebut dapat maksimal dan juga tuntutan peran yang diharapkan dari perawat
sesuai dengan perkembangan ilmu kedokteran, kemudian dikembangkan metode fungsional.
(Situros, 2006)
Kelebihan dari metode kasus :
1. Kebutuhan pasien terpenuhi
2. Pasien merasa puas
3. Masalah pasien dapat dipahami oleh perawat
4. Kepuasan tugas secara keseluruhan dapat dicapai
Kekurangan metode kasus :
1. Kemampuan tenaga perawat pelaksana dan mahasiswa perawat yang terbatas
sehingga tidak mampu memberikan asuhan secara menyeluruh
2. Membutuhkan banyak tenaga
3. Beban kerja tinggi terutama jika jumlah klien banyak sehingga tugas rutin yang
sederhana terlewatkan
4. Pendelegasian perawatan klien hanya sebagian selama perawat penanggung jawab
klien tugas
B. Metode Fungsional
Pada metode fungsional, pemberian asuhan keperawatan ditekankan pada penyelesaian tugas
atau prosedur. Setiap perawat di beri satu atau beberapa tugas untuk dilaksanakan kepada
semua klien di satu ruangan.(Situros, 2006)
Pada metode ini, kepala ruang menentukan tugas setiap perawat dalam satu ruangan. Perawat
akan melaporkan tugas yang dikerjakannya kepada kepala ruangan dan kepala ruangan
tersebut bertanggung jawab dalam pembuatan laporan klien. Metode fungsional mungkin
efisien dalam  menyelesaikan tugas-tugas apabila jumlah perawat sedikit, tetapi klien tidak
mendapatkan kepuasan asuhan yang diterimanya. (Situros, 2006)
Kelebihan dari metode Fungsional  adalah :

1. Sederhana
2. Efisien
3. Perawat terampil untuk tugas atau pekerjaan tertentu
4. Mudah memperoleh kepuasan kerja bagi perawat setelah selesai tugas
5. Kekurangan tenaga ahli dapat diganti dengan tenaga yang kurang berpengalaman
untuk satu tugas yang sederhana
6. Memudahkan kepala ruangan untuk mengawasi staff atau peserta didik yang praktek
untuk keterampilan tertentu.

Tetapi, metode ini kurang efektif karena (Situros, 2006) :


1. Prioritas utama yang dikerjakan adalah kebutuhan fisik dan kurang menekankan pada
pemenuhan kebutuhan holistik
2. Mutu asuhan keperawatan sering terabaikan karena pemberian asuhan keperawatan
terfragmentasi
3. Komunikasi antar perawat sangat terbatas sehingga tidak ada satu perawat yang
mengetahui tentang satu klien secara komprehensif, kecuali mungkin kepada ruangan
4. Keterbatasan itu sering menyebabkan klien merasa kurang puas terhadap pelayanan
atau asuhan yang diberikan karena seringkali klien tidak mendapatkan jawaban yang tepat
tentang hal-hal yang ditanyakan
5. Klien kurang merasakan adanya hubungan saling percaya dengan perawat.
Selama beberapa tahun menggunakan metode fungsional beberapa perawat pemimpin (nurse
leader) mulai mempertanyakan keefektifan metode tersebut dalam memberikan asuhan
keperawatan profesional kemudian pada tahun 1950 metode tim digunakan untuk menjawab
hal tersebut. (Situros, 2006).

C. Metode Tim
Metode tim merupakan metode pemberian asuhan keperawatan, yaitu seorang perawat
profesional memimpin sekelompok tenaga keperawatan dalam memberikan asuhan
keperawatan pada sekelompok klien melalui upaya kooperatif dan kolaboratif. Metode tim di
dasarkan pada keyakinan bahwa setiap anggota kelompok mempunyai kontribusi dalam
merencanakan dan memberikan asuhan keperawatan sehingga menimbulkan rasa tanggung
jawab yang tinggi. (Situros, 2006). Pelaksanaan metode tim berlandaskan konsep berikut
(Situros, 2006) : Ketua tim, sebagai perawat profesional harus mampu menggunakan
berbagai tehnik kepemimpinan. Ketua tim harus dapat membuat keputusan tentang prioritas
perencanaan, supervisi, dan evaluasi asuhan keperawatan. tanggung jawab ketua tim adalah :
1. Mengkaji setiap klien dan menetapkan renpra
2. Mengkoordinasikan renpra dengan tindakan medis
3. Membagi tugas yang harus dilaksanakan oleh setiap anggota kelompok dan
memberikan bimbingan melalui konferensi
4. Mengevaluasi pemberian askep dan hasil yang dicapai serta mendokumentasikannya
5. Komunikasi yang efektif penting agar kontinuitas terjamin
6. Komunikasi yang terbuka dapat dilakukan melalui berbagai cara, terutama melalui
renpra tertulis yang merupakan pedoma pelaksanaan asuhan, supervisi dan evaluasi
7. Anggota tim harus menghargai kepemimpinan ketua tim
8. Peran kepala ruangan penting dalam metode tim. Metode tim akan berhasil baik
apabila di dukung oleh kepala ruangan, untuk itu kepala ruangan diharapkan telah :

 Menetapkan standar kinerja yang diharapkan dari staf


 Membantu staf menetapkan sasaran dari unit/ ruangan
 Memberi kesempatan kepada ketua tim untuk pengembangan kepemimpinan
 Mengorientasikan tenaga yang baru tentang fungsi metode tim keperawatan
 Menjadi narasumber bagi ketua tim
 Mendorong staf untuk meningkatkan kemampun melalui riset keperawatan
 Menciptakan iklim komunikasi yang terbuka

Kelebihan metode ini adalah :


1. Saling memberi pengalaman antar sesama tim
2. Pasien dilayani secara komprehensif
3. Terciptanya kaderisasi kepemimpimpinan
4. Tercipta kerjasama yang baik
5. Memberi kepuasan anggota tim dalam hubungan interpersonal
6. Memungkinkan menyatukan anggota tim yang berbeda-beda dengan aman dan efektif
Kekurangan metode ini adalah :
Kesinambungan asuhan keperawatan belum optimal sehingga pakar mengembangkan metode
keperawatan primer (Situros, 2006). Selain itu :
 Tim yang satu tidak mengetahui mengenai pasien yang bukan menjadi tanggung
jawabnya
 Rapat tim memerlukan waktu sehingga pada situasi sibuk rapat tim ditiadakan atau
terburu-buru sehingga dapat mengakibatkan komunikasi dan koordinasi antar anggota tim
terganggu sehingga kelancaran tugas terhambat
 Perawat yang belum terampil dan belum berpengalaman selalu tergantung atau
berlindung pada anggota tim yang mampu atau ketua tim
 Akontabilitas dalam tim kabur

D. Metode Perawat Primer


Menurut Gillies (1989) “ keperawatan primer merupakan suatu metode pemberian asuhan
keperawatan, dimana terdapat hubungan yang dekat dan berkesinambungan antara klien dan
seorang perawat tertentu yang bertanggung jawab dalam perencanaan, pemberian dan
koordinasi asuhan keperawatan klien, selama klien dirawat.” (Situros, 2006). Pada metode
keperawatan primer perawat yang bertanggung jawab terhadap pemberian asuhan
keperawatan disebut perawat primer (primery nurse) disingkat dengan PP. (Situros, 2006).
Metode keperawatan  primer dikenal dengan ciri yaitu akuntabilitas, otonoi, otoritas,
advokasi, ketegasan, dan 5K yaitu kontinuetas, komunikasi, kolaborasi, koordinasi dan
komitmen. (Situros, 2006). Setiap PP biasanya merawat 4 sampai 6 klien dan bertanggung
jawab selama 24 jam selama klien tersebut dirawat dirumah sakit atau di suatu unit. Perawat
akan melakukan wawancara mengkaji secara komprehensif , dan merencanakan asuhan
keperawatan. perawat yang paling mengetahui keadaan klien. Jika PP tidak sedang bertugas,
kelanjutan asuhan akan di delegasikan kepada perawat lain (associated nurse). PP
bertanggung jawab terhadap asuhan keperawatan klien dan menginformasikan keadaan klien
kepada kepala ruangan, dokter, dan staf keperawatan. (Situros, 2006).
Seorang PP bukan hanya mempunyai kewenangan untuk memberikan asuhan keperaatan,
tetapi juga mempunyai kewenangan untuk melakukan rujukan kepada pekerja sosial, kontrak
dengan lembaga sosial di masyarakat, membuat jadwal perjanjian klinik, mengadakan
kunjungan rumah dan lain-lain. Dengan diberikannya kewenangan, dituntut akuntabilitas
perawat yang tinggi terhadap hasil pelayanan yang diberikan. Metode keperawatan primer
memberikan beberapa keuntungan terhadap klien, perawat, dokter, dan rumah sakit (Gillies,
1989). (Situros, 2006).
Keuntungan yang dirasakan klien ialah mereka merasa lebih di hargai sebagai manusia
karena terpenuhi kebutuhannya secara individu, asuhan keperawatan yang bermutu tinggi dan
tercapainya layanan yang efektif terhadap pengobatan, dukungan, proteksi, informasi, dan
advokasi. Metode itu dapat meningkatkan mutu asuhan keperawatan karena (Situros, 2006) :
1. Hanya ada satu perawat yang bertanggung jawab dalam perencanaan dan koordinasi
asuhan keperawatan
2. Jangkauan observasi setiap perawat hanya 4-6 klien
3. PP bertanggung jawab selama 24 jam
4. Rencana pulang klien dapat diberikan lebih awal
5. Rencana asuhan keperawatan dan rencana medik dapat berjalan paralel
Keuntungan yang dirasakan oleh PP adalah memungkinkan bagi PP untuk pengembangan
diri melalui implementasi ilmu pengetahuan. Hal ini dimungkinkan karena adanya otonomi
dalam membuat keputusan tentang asuhan keperawatan klien. Staf medis juga merasakan
kepuasannya dengan metode ini karena senantiasa mendapat informasi tentang kondisi klien
yang mutakhir dan komprehensif. (Situros, 2006). Informasi dapat diperoleh dari satu
perawat yang bener-bener mengetahui keadaan klien. Keuntungan yang diperoleh oleh rumah
sakit adalah rumah sakit tidak harus memperkerjakan terlalu banyak tenaga keperawatan,
tetapi harus merupakan perawat yang bermutu tinggi. (Situros, 2006). Di Negara maju pada
umumnya perawat yang ditunjuk sebagai PP adalah seorang spesialis perawat klinis (clinical
nurse spesialis) dengan kualifikasi master keperawatan. Menurut Ellis dan Hartley (1995)
Kozier at al (1997) seorang PP bertanggung jawab untuk membuat keputusan yang tekait
dengan asuhan keperawatan klien oleh karena itu kualifikasi kemampuan PP minimal adalah
sarjana keperawatan/nurse. (Situros, 2006).

Kelebihan metode perawat primer:


1. Mendorong kemandirian perawat
2. ada keterikatan pasien dan perawat selama di rawat
3. berkomunikasi langsung dengan dokter
4. perawatan adalah perawatan komprehensif
5. model praktek keperawatan profesional dapat dilakukan atau di terapkan
6. memberikan kepuasan kerja bagi perawat
7. memberikan kepuasan bagi klien dan keluarga menerima asuhan keperawatan
kelemahan metode perawat primer:
1. perlu kualitas dan kuantitas tenaga perawat
2. hanya dapat di lakukan oleh perawat profesional
3. biaya relatif lebih tinggi dibandingkan dengan metode lain

2.3. Urayan kerja kepala ruangan, perawat primer, perawat asosiet

I. KEPALA RUANGAN
Seorang perawat profesional yang diberi wewenang dan tanggung jawab dan mengelola
kegiatan pelayanan perawatan di satu ruang rawat.
Tugas Pokok
Mengawasi dan mengendalikan kegiatan pelayanan Keperawatan di ruang rawat yang berada
di wilayah tanggung jawabnya.
Uraian Tugas
1. Melaksanakan fungsi perencanaan, meliputi :
a. Merencanakan jumlah dan kategori tenaga perawatan serta tenaga lain sesuai kebutuhan.
b. Merencanakan jumlah jenis peralatan perawatan yang diperlukan sesuai kebutuhan.
c. Merencanakan dan menetukan jenis kegiatan/asuhan keperawatan yang akan
diselenggarakan sesuai kebutuhan pasien.
2. Melaksanakan fungsi penggerakan dan pelaksanaan, meliputi :
a.. Mengatur dan mengkoordinasikan seluruh kegiatan pelayanan ruang rawat.
b. Menyusun dan mengatur daftar dinas tenaga perawatan dan tenaga lain sesuai kebutuhan
dan ketentuan atau peraturan yang berlaku.
c. Melaksanakan program orientasi kepada tenaga perawatan baru atau tenaga lain yang akan
bekerja diruang rawat.
d. Memberi pengarahan dan motivasi kepada tenaga perawatan untuk melaksanakan asuhan
keperawatan sesuai ketentuan/standar.
e. Mengkoordinasikan seluruh kegiatan yang ada dengan cara bekerja sama dengan berbagai
pihak yang terlibat dalam pelayanan di ruang rawat.
f. Mengadakan pertemuan berkala dengan pelaksana perawatan dan tenaga lain yang berada
diwilayah tanggug jawabnya.
g. Meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan di bidang perawatan antara lain melalui
pertemuan ilmiah.
h. Mengenal jenis dan kegunaan barang/peralatan serta mengusahakan pengadaannya sesuai
kebuthan pasien agar tercapai pelayanan yang optimal.
i. Menyusun permintaan rutin meliputi kebutuhan alat, obat dan bahan lain yang diperlukan
diruang rawat.
j. Mengatur dan mengkoordinasikan pemeliharaan peralatan agar selalu dalam keadaan siap
pakai.
k. Mempertangungjawabkan pelaksanan inventarisasi peralatan.
l. Melaksanakan program orientasi kepada pasien dan keluarganya, meliputi penjelasan
tentang peraturan rumah sakit, tata tertib ruangan, fasilitas yang ada cara penggunaannya
serta kegiatan rutin sehari-hari di ruangan.
m. Mendampingi dokter selama kunjungan keliling (visite dokter) untuk pemeriksaan pasien
dan mencatat program pengobatan, serta menyampikan kepada staf untuk melaksanakannya.
n. Mengelompokan pasien dan mengatur penempatannya di ruang rawat menurut tingkat
kegawatannya, infeksi dan non infeksi untuk memudahkan pemberian asuhan keperawatan.
o. Mengadakan pendekatan kepada setiap pasien yang dirawat untuk mengetahui keadaanya
dan menampung keluhan serta membantu memecahkan masalah yang dihadapinya.
p. Mejaga perasan pasien agar merasa aman dan terlindungi selama pelaksanaan pelayanan
perawatan berlangsung.
q. Memberi penyuluhan kesehatan terhadap pasien atau keluarga dalam batas kewenangan.
r. Menjaga perasaan petugas agar merasa aman dan terlindungi selama pelaksanaan
pelayanan perawatan berlangsung.
s. Memelihara dan mengembangkan sistem pencatatan dan pelaporan asuhan keperawatan
dan kegiatan lain yang dilakukan secara tepat dan benar. Untuk tindakan perawatan
selanjutnya.
t. Mengadakan kerjasama yang baik dengan kepala ruang yang lain, seluruh kepala bidang,
kepala bagian, kepala instalasi dan kepala unit di RS.
u. Menciptakan dan memelihara suasana kerja yang baik antara petugas, pasien dan
keluarganya, sehingga memberikan ketenangan.
v. Meneliti pengisian formulir sensus harian pasien ruangan.
w. Memeriksa dan meneliti pengisian daftar permintaan makanan berdasarkan macam dan
jenis makanan pasien, kemudian memeriksa dan meneliti ulang saat penyajian sesuai dengan
diitnya.
x. Memelihara buku register dan berkas catatan medik.
y. Membuat laporan harian dan bulanan mengenai pelaksanaan kegiatan asuhan keperawatan,
serta kegiatan lain di ruang rawat.

3. Melaksanakan fungsi pengawasan, pengendalian dan penilaian meliputi :


a. Mengawasi dan menilai pelaksanaan asuhan keperawatan yang telah ditentukan.
b. Melaksanakan penilaian terhadap upaya peningkatan pengetahuan dan ketrampilan di
bidang perawatan.
c. Mengawasi dan mengendalaikan pendayagunaan peralatan perawatan serta obat-obatan
secara efektif dan efisien,
d. Mengawasi pelaksanaan sistem pencatatan dan pelaporan kegiatan asuhan keperawatan
serta mencatat kegiatan lain di ruang rawat.
II. PERAWAT PRIMER
1. Menerima pasien dan mengkaji kebutuhan pasien secara komprehensif.
2. Membuat tujuan dan rencana keperawatan.
3. Melaksanakan rencana yang telah dibuat selama praktek bila diperlukan.
4. Mengkomunikasikan dan mengkoordinasikan pelayanan yang diberikan oleh disiplin ilmu
lain maupun perawat lain.
5. Mengevaluasi keberhasilan asuhan keperawatan.
6. Melakukan rujukan kepada pekerja sosial, kontak dengan lembaga sosial di masyarakat
7. Membuat jadwal perjanjian klinik.
8. Mengadakan kunjungan rumah bila perlu.
9. Bertanggung jawab penuh selama 24 jam terhadap asuhan keperawatan pasien mulai dari
pasien masuk sampai keluar rumah sakit.
10. Mengikuti timbang terima
11. Menerima pasien dan mengkaji kebutuhan pasien secara komperhensif
12. Membuat tujuan dan rencana keperawatan.
13. Melaksanakan rencana yang telah dibuat selama ia dinas.
14. Mengkomunikasikan dan mengkoordinasikan pelayanan yang diberikan oleh disiplin lain
maupun perawat blain.
15. Mengevaluasi keberhasilan yang dicapai.
16. Menerima dan menyesuaikan rencana.
17. Menyiapkan penyuluhan untuk pulang.
18. Melakukan rujukan kepada pekerja sosial, kontak dengan lembaga sosial di masyarakat.
19. Membuat jadual perjanjian klinik.
20. Mengadakan kunjungan rumah.
21. Melaksanakan sentralisasi obat.
22. Mendampingi visite.
23. Melaksanakan ronde keperawatan bersama dengan kepala ruangan dan perawat associate.
24. Melaporkan perkembangan pasien kepada kepala ruangan.

III. PERAWAT ASOSIATE


Seorang perawat yang diberikan wewenang dan ditugaskan untuk memberikan pelayanan
keperawatan langsung kepada klien.
Tugas Pokok
A. Memberikan perawatan secara langsung berdasarkan proses keperawatan dengan sentuhan
kasih sayang.
1. Melaksanakan tindakan perawtan yang telah disususun.
2. Mengevalusai tindakan keperawatan yang telah diberikan.
3. Mencatat dan melaporkan semua tindakan perawatan dan repons klien pada catatan
perawatan.
B. Melaksanakan program medik dengan penuh tanggung jawab.
1. Pemberian obat.
2. Pemeriksaan laboratorium.
3. Persiapan klien yang akan dioperasi.
C. Memperhatikan keseimbangan kebutuhan fisik , mental, dan spiritual dari klien, :
1. Memelihaara kebersihan klien dan lingkungan.
2. Mengurangi penderitaan klien dengan memberi rasa aman, nyaman dan ketenangan.
3. Pendekatan dengan komunkasi terapiutik.
D. Mempersiapkan klien secara fisik dan mental untuk menghadapi tindakan perawatan dan
pengobatan serta diagnostik..
E. Melatih klien untuk menolong dirinya sendiri sesuai kemampuannnya.
F. Memberi pertolongan segera pada kien gawat atau sakaratul maut.
G. Membantu kepala ruangan dalam ketatalaksaaan ruangan secara administratif.
1. Menyiapkan data klien baru, pulang atau meninggal.
2. Sensus harian dan formulir.
3. Rujukan atau penyuluhan PKMRS.
H. Mengatur dan menyiapkan alat-alat yang ada diruangan.
I. Menciptkan dan memelihara kebersihan, keamanan, kenyamanan dan keindahan ruangan.
J. Melaksankan tugas dinas pagi/sore/malam secara bergantian.
K. Memberi penyuluhan kesehatan kepada klien sehubungan dengan penyakitnya.
L. Melaporkan segala sesuatu mengenai keadaan klien baik lisan maupun tertulis.
M. Membuat laporan harian.
N. Mengikuti timbang terima.
O. Mengikuti kegiatan ronde keperawatan.
P. Melaksanakan rencana keperawatan yang dibuat oleh perawat primer
Q. Berkoordinasi dengan perawat associate yang lain dan perawat primer.
R. Melakukan evaluasi formatif.
S. Pendokumentasian tindakan dan catatan perkembangan pasien.
T. Melaporkan segala perubahan yang terjadi atas pasien kepada perawat primer.
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Pada saat ini kebutuhan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan termasuk pelayanan
keperawatan akan terus meningkat. Masyarakat akan menuntut tersedianya pelayanan
kesehatan dan keperawatan dengan kualitas secara profesional dan dapat
dipertanggungjawabkan sesuai dengan standar pelayanan keperawatan yang ditentukan.
Sebagai anggota keperawatan yang telah diakui sebagai profesi dan telah melaksanakan
praktik keperawatan secara tidak langsung melekat tanggung jawab dan tanggung gugat atas
segala keputusan dan tindakannya di dalam lingkup peran dang fungsinya sebagai perawat.
Tanggung gugat pada dasarnya erupakan suatu konsep yang esensial dari praktik
keperawatan profesional dan hukum.
Untuk melindungi masyarakat terhadap tindakan kelalaian ataupun penyimpangan atau
malpraktik dan untuk melindungi tenaga keperawatan sebagai tenaga pemberi jasa pelayanan
serta sesuai dengan kepentingannya, pengaturan praktik keperawatan perlu dirumuskan dalam
tatanan perundang-undangan yang tinggi kedudukannya.
Mekanisme regristasi, sertifikasi dan lisensi merupakan proses yang diperlukan untuk
memperlakukan suatu sistem legislasi. Sistem legislasi keperawatan erupakan sistem
perundang-undangan keperawatan yang mencerminkan diberlakukannya hukum praktik
keperawatan. Seluruh sistem yang mengatur tindakan keperawatan dari tenaga keperawatan
merupakan suatu sistem regulasi keperawatan.

Anda mungkin juga menyukai