Anda di halaman 1dari 10

Midwifery Journal || Kebidanan

ISSN 2503-4340 | e-ISSN 2614-3364


Vol. 3 No. 1 Januari 2018, hal. 38-47

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF


PADA TENAGA KESEHATAN YANG MEMILIKI BAYI DI WILAYAH KABUPATEN
PRINGSEWU TAHUN 2017

Hellen Febriyanti
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKes) Aisyah Pringsewu Lampung
hellenfebriyanti06@gmail.com

INFO ARTIKEL ABSTRAK


Abstrak: Cakupan pemberian ASI eksklusif pada bayi usia kurang dari enam bulan
Riwayat Artikel:
sebesar 55,7% telah mencapai target. Dari 33 provinsi yang melapor, sebanyak 29
Diterima: 04-01-2018 provinsi di antaranya (88%) berhasil mencapai target renstra 2015, sedangkan
Disetujui: 30-01-2018 Provinsi Lampung sebesar 54,9% tidak mencapai target Nasional yang ada. Tujuan
dari penelitian ini adalah Diketahui faktor-faktor yang berhubungan dengan
pemberian ASI eksklusif pada tenaga kesehatan yang memiliki bayi 7-24 bulan di
Kata Kunci: wilayah Kabupaten Pringsewu tahun 2017. Penelitian kuantitatif dengan
ASI Esklusif
pendekatan Cross Sectional. Penelitian ini dilakukan di rumah sakit wilayah
kabupaten pringsewu. Populasi penelitian ini adalah seluruh tenaga kesehatan
yang memiliki bayi usia 7-24 bulan sebanyak 83 ibu, dan sampelnya berjumlah 66
ibu. Metode pengumpilan data dengan lembar kuisioner. Analisa data yang
digunakan univariat, bivariat, multivariate.
Hasil Penelitian Sebagian responden tidak memberikan ASI esklusif, yaitu sebanyak
62,1%,Ada hubungan antara dukungan tempat bekerja dengan pemberian ASI
eksklusif dengan p-value = 0,011 dan OR 4,525, hubungan antara dukungan
suami dengan pemberian ASI eksklusif dengan p-value = 0.000 dan OR 8,615, Ada
hubungan antara faktor psikis dengan p-value = 0,009 dan OR 5,513, Ada
hubungan antara sosial budaya dengan p-value = 0,021 dan OR 7,583, dan Tidak
ada hubungan antara pengetahuan, usia, status ekonomi tentang ASI eksklusif
dengan pemberian ASI eksklusif. Faktor yang paling dominan adalah Dukungan
suami dengan nilai OR paling besar yaitu 7,291.

Abstract: The coverage of exclusive breastfeeding in infants aged less than six
months by 55.7% has reached the target. Of the 33 provinces reporting, 29 of them
(88%) succeeded in reaching the 2015 strategic plan, while Lampung province of
54.9% did not achieve the existing National targets. The purpose of this research is
to know the factors related to exclusive breastfeeding on health workers who have
babies 7-24 months in Pringsewu District in 2017. Quantitative research with Cross
Sectional approach. This research was conducted in pringeu county hospital. The
population of this study is all health workers who have babies 7-24 months of age
as many as 83 mothers, and the sample amounted to 66 mothers. Data latching
method with questionnaire. Data analysis used univariate, bivariate, multivariate.
Research Results Some respondents did not give exclusive breastfeeding as much
as 62.1%. There was a relationship between workplace support and exclusive
breastfeeding with p-value = 0.011 and OR 4.525, the relationship between
husband support and exclusive breastfeeding with p-value = 0.000 And OR 8,615.
There is correlation between psychological factor with p-value = 0,009 and OR
5,513. There is correlation between social culture with p-value = 0,021 and OR
7,583, and there is no correlation between knowledge, age, economic status about
exclusive breastfeeding Exclusive breastfeeding. The most dominant factor is the
support of husbands with the greatest OR value is 7.29

——————————  ——————————

38
Midwifery Journal || Kebidanan
ISSN 2503-4340 | e-ISSN 2614-3364
Vol. 3 No. 1 Januari 2018, hal. 38-47
Hasil penelitian NafeeElsayed (2016)
A. LATAR BELAKANG menunjukkan bahwa sebanyak 65% ibu di wilayah
United Nation Childrens Fund (UNICEF) dan Mesir telah memberi makan kepada bayi mereka
World Health Organization (WHO) dan sebanyak 14% ibu di Saudi hanya memberikan
merekomendasikan dalam rangka menurunkan ASI secara eksklusif pada bayi mereka. sebanyak
angka kesakitan dan kematian anak, sebaiknya 86% ibu di Saudi tidak puas dengan pemberian ASI
anak hanya disusui air susu ibu (ASI) selama paling eksklusif sementara di ibu Mesir adalah 35%.
sedikit enam bulan. makanan padat seharusnya Kekhawatiran dan Keprihatinan utama di ibu Saudi
diberikan sesudah anak berumur 6 bulan dan dalam pemberian ASI eksklusif karena takut ASI
pemberian ASI dilanjutkan sampai anak berumur 2 tidak cukup untuk memuaskan bayi dan mereka
tahun. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor beranggapan bahwa ASI eksklusif tidak cocok
33 Tahun 2012 adalah ASI yang diberikan kepada untuk ibu yang bekerja.
bayi sejak dilahirkan selama enam bulan, tanpa Capaian ASI eksklusif di Indonesia belum
menambahkan dan/atau mengganti dengan mencapai angka yang diharapkan yaitu sebesar
makanan atau minuman lain (kecuali obat, vitamin, 80%. Tahun 2012 pencapaian ASI eksklusif adalah
dan mineral) (Kemenkes RI, 2016). 42%. Sedangkan, tahun 2013 cakupan pemberian
ASI Eksklusif memiliki kontribusi yang besar ASI 0-6 bulan sebesar 54,3% (Pusdatin, 2015).
terhadap tumbuh kembang dan daya tahan tubuh Mengacu pada target Renstra pada tahun 2015
anak. Anak yang diberi ASI Eksklusif akan tumbuh yang sebesar 39%, maka secara nasional cakupan
dan berkembang secara optimal dan tidak mudah pemberian ASI eksklusif pada bayi usia kurang dari
sakit. Hal tersebut sesuai dengan beberapa kajian enam bulan sebesar 55,7% telah mencapai target.
dan fakta global. Kajian global “The Lancet Menurut data provinsi, kisaran cakupan ASI
Braestfeeding Series, 2016 telah membuktikan 1) eksklusif pada bayi umur 0-6 bulan antara 26,3%
Menyusui Eksklusif menurunkan angka kematian (Sulawesi Utara) sampai 86,9% (Nusa Tenggara
karena infeksi sebanyak 88% pada bayi berusia Barat). Dari 33 provinsi yang melapor, sebanyak 29
kurang dari 3 bulan, 2) Sebanyak 31,36% (82%) provinsi di antaranya (88%) berhasil mencapai
dari 37,94% anak sakit, karena tidak menerima ASI target renstra 2015, sedangkan Provinsi Lampung
Ekslusif. Investasi dalam pencegahan BBLR, sebesar 54,9% tidak mencapai target Nasional
Stunting dan meningkatkan IMD dan ASI Eksklusif yang ada (Kemenkes RI, 2016).
berkontribusi dalam menurunkan risiko obese dan Sementara itu, data yang dikeluarkan oleh
penyakit kronis (Kemenkes RI, 2016). Dinkes Provinsi Lampung bahwa pemberian ASI
Meskipun manfaat-manfaat dari menyusui ini eksklusif pada bayi 0-6 bulan berfluktuatif, pada
telah didokumentasikan di seluruh dunia, pada tahun tahun 2012 cakupan pemberian ASI
tahun 2012 hanya 39 % anak-anak di bawah enam eksklusif sebesar 30,05% dari target 80% dan
bulan mendapatkan ASI eksklusif. Cina, yang baru- tahun 2013 cakupan pemberian ASI eksklusif
baru ini menarik perhatian media karena sebesar 42% dari target sebesar 80%. Tahun 2014
permintaan konsumen yang kuat untuk susu cakupan pemberian ASI eksklusif sebesar 82,25%
formula bayi menyebabkan kekurangan stok. dari target sebesar 80% (Laporan dinas kesehatan
Kamboja berhasil meningkatkan tingkat pemberian provinsi, 2015).
ASI eksklusif untuk bayi di bawah 6 bulan sebesar Dengan pencapaian di Kabupaten Lampung
74 % pada tahun 2010. Togo dan Zambia 60 % Selatan sebanyak 76,01%, Kabupaten Tulang
pada tahun 2010. Pada sisi lainnya, tingkat Bawang sebanyak 75,31%, Kabupaten Pesisir Barat
pemberian ASI eksklusif di Tunisia turun drastis sebanyak 75,13%, Kabupaten Lampung Tengah
dari 46,5 % di tahun 2010 menjadi hanya 6,2 % sebanyak 71,83%, Kabupaten Lampung Barat
pada akhir dekade ini (UNICEF, 2013). Data Badan sebanyak 69,41%, Kabupaten Pringsewu sebanyak
Kesehatan Dunia (WHO) menunjukkan rata-rata 53,9%, Kabupaten Way Kanan sebanyak 53,46%,
angka pemberian ASI eksklusif di dunia hanya 38% Kabupaten Tanggamus sebanyak 53,35%, Kota
(Saputra, 2016). Bandar Lampung sebanyak 51,99%, Kabupaten
Dari lima juta anak yang lahir setiap tahun di Tulang Bawang Barat sebanyak 50,13%, Kabupaten
Indonesia, lebih dari setengahnya tidak Lampung Timur sebanyak 50,43%, Kota Metro
mendapatkan ASI secara optimal pada tahun- sebanyak 48,82%, Kabupaten Lampung Utara
tahun pertama kehidupannya. meskipun sejumlah sebanyak 48,27%, Kabupaten Mesuji sebanyak
besar perempuan (96%) menyusui anak mereka 43,91% dan Kabupaten Pesawaran sebanyak 18,22%
dalam kehidupan mereka, hanya 42% dari bayi (Dinkes Lampung, 2015)
yang berusia di bawah 6 bulan yang mendapatkan Data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan
ASI eksklusif. Pada saat anak-anak mendekati Kebupaten Pringsewu tahun 2012 sebanyak 37%
ulang tahunnya yang ke dua, hanya 55% yang bayi yang mendapatkan ASI eksklusif. Sedangkan
masih diberi ASI (UNICEF, 2016). pada tahun 2013 cakupan pemberian ASI eksklusif
39
40 | Midwifery Journal | Vol. 3, No. 1, Januari 2018, hal. 38-47

sebesar 63,6%, tahun 2014 sebesar 61,8% dan Ketenagakerjaan No. 13/2009 pasal 83, Peraturan
tahun 2015 terjadi penurunan pencapaian pada Pemerintah No 33/2012 tentang pemberian ASI
cakupan ASI eksklusif hanya sebesar 53,9%, masih Eksklusif dan Peraturan Menteri Kesehatan No. 15
jauh dari target yaitu 80%. (Profil Kesehatan Tahun 2013 tentang Tata Cara Penyediaan Fasilitas
Kabupaten Pringsewu, 2015). Dari data tersebut Khusus Menyusui dan/atau Memerah Air Susu Ibu.
tergambarkan bahwa menurunnya pemberian ASI Data dari International Labour Organization (ILO)
Eksklusif dan meningkatnya pemberian PASI atau Jakarta tahun 2015 menyebutkan, dari 142
susu formula. Salah satu faktor yang perusahaan yang termasuk dalam daftar Better
mempengaruhi rendahnya pemberian ASI Work Indonesia (BWI), hanya 85 perusahaan yang
Eksklusif di Indonesia adalah belum semua tempat memiliki ruang ASI (Kemenkes RI, 2015).
kerja menyediakan ruang ASI (Depkes RI, 2015). Hasil penelitian Utami (2016) diperoleh
Menyusui khususnya yang secara eksklusif populasi dalam penelitian ini adalah ibu yang
merupakan cara pemberian makanan bayi yang bekerja di perguruan tinggi kesehatan kota
alamiah, dan ini oleh ibu dianggap hal biasa yang Semarang yang memiliki bayi 6-24 bulan. Dengan
tidak perlu diketahui atau dipelajari, padahal ASI hasil penelitian ada hubungan antara faktor
khususnya ASI eksklusif adalah suatu ilmu yang pengetahuan (p= 0.000), sikap (p= 0.000) dan
relatif baru, sehingga masih harus dipelajari dan tidak ada hubungan dukungan tempat kerja (p=
dikembangkan. Kurangnya informasi dan bahkan 1.000) dengan perilaku penerapan ASI eksklusif.
seringkali ibu mendapatkan informasi yang salah Hasil penelitian Susanti (2015) didapatkan
tentang pemberian ASI eksklusif mengakibatkan sebanyak 29 responden (82,85%) ibu bekerja, 25
muncul berbagai macam persepsi, hal ini akan responden (71,42%) tidak mendapatkan dukungan
lebih menambah kompleks permasalahan dari keluarga dan 16 responden (45,71%) tidak
pemberian ASI eksklusif (Candra, 2011). mendapatkan dukungan dari tenaga medis
Faktor yang berhubungan dalam pemberian sehingga dapat disimpulkan bahwa faktor
ASI seperti faktor sosial budaya (ibu bekerja, penghambat pemberian ASI Eksklusif pada ibu
meniru teman atau tetangga yang memberikan menyusui di Ngestiharjo, Boyolali adalah faktor
susu botol, merasa ketinggalan zaman jika pekerjaan, tidak adanya dukungan kelurga dan
menyusui bayinya), faktor psikologis (takut tidak adanya dukungan dari tenaga medis.
kehilangan daya tarik sebagai wanita, tekanan Hasil Penelitian Thomas (2016) di Amerika
batin), faktor fisik ibu (ibu yang sakit, misalnya Serikat dari 75 ibu bekerja hanya 8 ibu yang
mastitis, dan sebagainya), faktor kurangnya memberikan ASI eksklusif selama 4 minggu post
petugas kesehatan sehingga masyarakat kurang partum, masalah utama ibu diidentifikasi tidak
mendapat penerangan atau dorongan tentang melanjutkan pemberian ASI eksklusif adalah ASI
manfaat pemberian ASI eksklusif, meningkatkan tidak cukup, sakit atau nyeri puting, ibu yang
promosi susu kaleng sebagai pengganti ASI, kembali bekerja atau sekolah.
penerangan yang salah dari petugas kesehatan Studi pendahuluan yang dilakukan penulis
sendiri yang menganjurkan penggantian ASI terhadap ibu bekerja di rumah sakit wilayah
dengan susu kaleng (Soetjiningsih, 2013). pringsewu yang memiliki bayi 7-24 bulan tanggal
Menurut Roesli (2013), bahwa fenomena 10 Februari 2017 di wilayah Kabupaten Pringsewu
kurangnya pemberian ASI eksklusif disebabkan tahun 2017. Peneliti melakukan wawancara singkat
oleh beberapa faktor, diantaranya: pengetahuan kepada 15 tenaga kesehatan yang memiliki bayi
ibu yang kurang memadai tentang ASI eksklusif, usia 7-24 bulan diketahui dari 15 ibu tersebut
beredarnya mitos yang kurang baik tentang sebanyak 11 (73,3%) ibu bekerja tidak memberikan
pemberian ASI eksklusif, serta kesibukan ibu ASI eksklusif, dengan berbagai hambatan atau
dalam melakukan pekerjaannya dan singkatnya rintangan.
pemberian cuti melahirkan yang diberikan oleh Berbagai hambatan atau kendala dari 11 ibu
pemerintah terhadap ibu yang bekerja, merupakan bekerja yang tidak memberikan ASI eksklusif
alasan-alasan yang sering diungkapkan oleh ibu tersebut sebanyak 8 (72,7%) ibu bekerja yang tidak
yang tidak berhasil menyusui secara eksklusif. memberikan ASI eksklusif selama 6 bulan kepada
Faktor yang mempengaruhi dan menyebabkan bayinya karena menurut ibu ASI eksklusif hanya
rendahnya pemberian ASI eksklusif di Indonesia sampai 4 bulan saja sedangkan pada usia diatas 4
ialah belum semua Rumah Sakit menerapkan 10 bulan sudah bisa diberikan makanan tambahan
langkah menuju keberhasilan menyusui (LMKM), dan hal ini menurut ibu sudah biasa terjadi karena
memberikan kesempatan bagi ibu bekerja untuk berdasarkan pengalaman orang tua ataupun
menyusui anaknya selama waktu kerja dan atau mertua dari ibu yang tinggal serumah, sebanyak 2
menyediakan tempat untuk memerah ASI berupa (18,2%) orang ibu bekerja tidak memberikan ASI
ruang ASI di tempat kerja (Kemenkes RI, 2015) eksklusif dengan alasan ibu mulai bekerja dan
Guna mendukung pemberian ASI di tempat malas untuk memompa ASI nya terlebih dahulu.
kerja, peraturan yang mendukung yaitu: UU Sebanyak 1 (9,1%) orang ibu tidak memberikan ASI
Kesehatan No.39/2009 pasal 128, UU
Hellen Febrianti, Pemberian ASI Eksklusif…. 41

eksklusif karena teman teman nya menggunakan Pringsewu.Populasi penelitian ini adalah seluruh
susu botol. tenaga kesehatan yang memiliki bayi usia 7-24
Studi pendahuluan Juga dilakukan penulis bulan di wilayah Kabupaten Pringsewu, terdapat
terhadap ibu bekerja di Pendidikan kesehatan di 83 ibu bekerja sebagai tenaga kesehatan di rumah
wilayah pringsewu yang memiliki bayi 7-24 bulan sakit wilayah pringsewu.Besar sampel dalam
tanggal 12 Februari 2017 di wilayah Kabupaten penelitian ini dihitung dengan menggunakan
Pringsewu tahun 2017. Peneliti melakukan rumus dari Lemeshow besar sampel menjadi 66
wawancara singkat kepada 15 tenaga kesehatan sampel.Cara Pengambilan sampel secara non
yang bekerja di institusi kesehatan yang memiliki random sampling secara Purposive sampling
bayi usia 7-24 bulan diketahui dari 15 ibu bekerja Variabel terikat dalam penelitian ini adalah
tersebut sebanyak 10 (66,66%) ibu bekerja yang pemberian asi eksklusif.Variabel bebas dalam
memberikan ASI eksklusif, dan sebanyak 5 penelitian ini adalah pengetahuan, dukungan
(33,33%) ibu bekerja yang tidak memberikan ASI tempat bekerja, dukungan suami, faktor psikis,
eksklusif. sosial budaya.Dalam pengumpulan data ini,
Studi Pendahuluan juga dilakukan kepada peneliti melakukan penelitian secara langsung
tenaga kesehatan yang bekerja di klinik bersalin terhadap subjek yang ditelitinya yaitu tenaga
wilayah kabupaten pesawaran, bahwa dari 15 ibu kesehatan. Serta untuk memperoleh data yang
yang bekerja, yang memberikan ASI Eksklusif pada akurat maka cara yang dilakukan adalah
bayi nya sebanyak 11 (73%) dan yang tidak membagikan kuisioner secara langsung kepada
memberikan ASI eksklusif sebanyak 4 (27%). responden Pengolahan dilakukan Editing, Coding,
Tujuan Penelitian: Diketahui faktor-faktor yang Processing dan Cleaning Analisa Data univariat
berhubungan dengan pemberian ASI eksklusif bivariat (uji Chi Square.) dan analisis multivariat
pada tenaga kesehatan yang memiliki bayi 7-24
bulan di wilayah Kabupaten Pringsewu tahun 2017.
C. HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Analisis Univariat
B. METODE PENELITIAN Distribusi Frekuensi Pemberian Asi Eksklusif,
Jenis penelitian yang digunakan adalah pengetahuan, dukungan tempat bekerja, dukungan
penelitian kuantitatif Pendekatan Cross- suami, faktor psikis dan sosial budaya pada tenaga
sectional.Waktu penelitian telah dilaksanakan kesehatan yang memiliki bayi usia 7-24 Bulan di
bulan Mei 2017.di rumah sakit wilayah Kabupaten Wilayah Kabupaten Pringsewu tahun 2017

Variabel kategori Frekuensi (%)


Pemberian ASI Eksklusif 25 37,9
eksklusif tidak eksklusif 41 62,1
Pengetahuan baik jika > 75% 53 80,3
Tidak baik (jika < 75%) 13 19,7
Dukungan tempat Positif 23 34,8
bekerja Negatif 43 65,2
Dukungan suami Positif 33 50,0
Negatif 33 50,0
Faktor psikis Tidak ada gangguan 41 62,1
Ada gangguan psikis 25 37,9
Budaya Positif 9 13,6
Negatif 57 86,4
Usia Tidak berisiko 45 68,2
Berisiko 21 31,8
Status Ekonomi Sesuai UMR 49 74,2
Tida sesuai UMR 17 25,8
Total 66 100,0

Sebagian besar dari responden tidak (86,4%) responden, usia tidak berisiko yaitu
memberikan ASI eksklusif, yaitu sebanyak 41 sebanyak 45 (68,2%) responden dan dengan status
(62,1%) responden, pengetahuan baik sebanyak 53 ekonomi sesuai UMR yaitu sebanyak 49 (74,2%)
(80,3%) responden, dukungan tempat kerja negatif responden.
yaitu sebanyak 43 (65,2%) responden, dukungan
suami positif sebanyak 33 (50%) responden, tidak 2. Analisis Bivariat
ada gangguan psikis yaitu sebanyak 41 (62,1%) Faktor-faktor yang berhubungan dengan
responden, sosial budaya negatif yaitu sebanyak 57 pemberian ASI eksklusif pada tenaga kesehatan
42 | Midwifery Journal | Vol. 3, No. 1, Januari 2018, hal. 38-47

yang memiliki bayi 7-24 bulan di wilayah Kabupaten Pringsewu tahun 2017

TABEL 1
Pemberian ASI Eksklusif

Pemberian ASI eksklusif


p- OR
Variabel kategori ASI eksklusif Tidak eksklusif
value 95% CI
N % N %
Baik 22 41,5 31 58,5
Pengetahuan 0,340 2,366
Tidak baik 3 23,1 10 76,9
Dukungan tempat Positif 14 60,9 9 39,1
0,011 4,525
bekerja Negatif 11 25,6 32 74,4
Positif 20 60,6 13 39,4
Dukungan suami 0,000 8.615
Negatif 5 15,2 28 84,8
Tidak ada 21 51,2 20 48,8
Faktor psikis 0,009 5,513
Ada 4 16,0 21 84,0
Positif 7 77,8 2 22,2
Sosial Budaya 0,021 7,583
Negatif 18 31,6 39 68,4
Tidak berisiko 20 44,4 25 55,6
Usia 0,181 2,560
Berisiko 5 23,8 16 76,2
Sesuai UMR 18 36,7 31 63,3
Status Ekonomi 0,972 0,829
Tidak sesuai 7 41,2 10 58,8
Total 25 37,9 41 62,1
memiliki bayi 0-6 bulan yang dengan dukungan
Hasil uji statistik didapatkan OR sebesar 2,366 psikis negative. Dengan p-value = 0,009 yang
(95% CI = 0,583-9,604) yang artinya ibu dengan signifikan p<α = 0,05 (Ha diterima dan H0 ditolak),
pengetahuan baik memiliki peluang 2 kali lebih hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan antara
besar untuk memberikan ASI Eksklusif faktor psikis dengan pemberian ASI eksklusif pada
dibandingkan dengan ibu yang memiliki bayi usia 7-24 bulan.
pengetahuan kurang. Dengan p-value = 0,340 Hasil uji statistik didapatkan OR sebesar 7,583
yang tidak signifikan p>α = 0,05 (Ha ditolak dan (95% CI = 1,431-40,194) yang berarti ibu yang
H0 diterima), hal ini menunjukkan bahwa tidak memiliki bayi 0-6 bulan dengan social budaya
ada hubungan antara pengetahuan ibu dengan positif memiliki peluang 7 kali lebih besar
pemberian ASI eksklusif pada bayi usia 7-24 bulan. memberikan ASI Eksklusif dibandingkan dengan
Hasil uji statistik didapatkan OR sebesar 4,525 ibu yang memiliki bayi 0-6 bulan dengan social
(95% CI = 1,534-13.351) berarti ibu yang memiliki budaya negative. Dengan p-value = 0,021 yang
bayi 0-6 bulan dengan dukungan tempat kerja tidak signifikan p<α = 0,05 ((Ha diterima dan H0
positif memiliki peluang 4 kali lebih besar untuk ditolak), hal ini menunjukkan bahwa ada
memberikan ASI eksklusif jika dibandingkan hubungan antara sosial budaya dengan pemberian
dengan ibu yang memiliki bayi 0-6 bulan yang ASI eksklusif pada bayi usia 7-24 bulan.
dukungan tempat kerja negatif. Dengan p-value = Hasil uji statistik didapatkan OR sebesar 2,560
0,011 yang signifikan p<α = 0,05 (Ha diterima dan (95% CI = 0,800-8,196) Dengan p-value = 0,181
H0 ditolak), hal ini menunjukkan bahwa ada yang tidak signifikan p>α = 0,05 (Ha ditolak dan
hubungan antara dukungan tempat kerja dengan H0 diterima), hal ini menunjukkan bahwa tidak
pemberian ASI eksklusif pada bayi usia 7-24 bulan. ada hubungan antara usia ibu dengan pemberian
Hasil uji statistik didapatkan OR sebesar 8,615 ASI eksklusif pada bayi usia 7-24 bulan.
(95% CI = 2,647-28.045) yang berarti ibu yang Hasil uji statistik didapatkan OR sebesar 0,829
memiliki bayi 0-6 bulan dengan dukungan suami (95% CI = 0,269-2,560) Dengan p-value = 0, 972
positif memiliki peluang 8 kali lebih besar yang tidak signifikan p>α = 0,05 (Ha ditolak dan
memberikan ASI Eksklusif dibandingkan dengan H0 diterima), hal ini menunjukkan bahwa tidak
ibu yang memiliki bayi 0-6 bulan tidak dengan ada hubungan antara status ekonomi dengan
dukungan suami positif. Dengan p-value = 0,000 pemberian ASI eksklusif pada bayi usia 7-24 bulan.
yang signifikan p<α = 0,05 (Ha diterima dan H0
ditolak), hal ini menunjukkan bahwa ada
hubungan antara dukungan suami dengan
pemberian ASI eksklusif pada bayi usia 7-24 bulan.
Hasil uji statistik didapatkan OR sebesar 5,513
(95% CI = 1,608-18,901) berarti ibu yang memiliki
bayi 0-6 bulan dengan tidak ada gangguan psikis
memiliki peluang 5 kali lebih besar memberikan
ASI Ekslusif dibandingan dengan ibu yang
Hellen Febrianti, Pemberian ASI Eksklusif…. 43

Analisis Multivariat kecamatan telogosari kota semarang.Menurut


Model akhir multivariat regresi logistik pendapat peneliti, dari responden pengetahuan
TABEL 1 baik, namun tidak memberikan ASI eksklusif hal
Analisis Multivariat ini dimungkinkan adanya penyebab lain sehingga
Variabel
P-
OR 95% CI
ibu tidak bisa memberikan ASI kepada bayinya
Value seperti ibu kembali bekerja atau ibu memiliki
Dukungan tempat
0,043 4,035
1,04
15,613 kelainan pada payudara sehingga ibu tidak
kerja 3 menyusui bayinya atau adanya faktor lain yang
1,50 tidak diambil dalam penelitian ini seperti adanya
Dukungan Suami 0,013 7,291 35,239
9 gangguan psikologis seperti takut jika menyusui
akan membuat payudara tidak kencang atau tidak
Berdasarkan tabel diatas dapat disimpulkan adanya dukungan suami, sehingga petugas
bahwa dari keseluruhan proses analisa yang kesehatan lebih memberikan informasi yang benar
dilakukan ternyata variabel yang memiliki nilai p- kepada ibu semenjak ibu memeriksakan diri saat
value < 0,05 yaitu variabel dukungan tempat hamil. terdapat responden yang pengetahuan
bekerja (p=0.043, OR: 4.035) dan variabel kurang baik, namun memberikan ASI eksklusif hal
dukungan suami (p=0.013, OR: 7,291), Sehingga ini kemungkinan adanya dukungan dari suami dan
dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pada keluarga sehingga walaupun pengetahuan tentang
dukungan suami merupakan faktor yang paling ASI eksklusif kurang baik namun ibu memiliki
dominan dalam pemberian ASI ekslusif jika motivasi lain dan dukungan diluar dirinya sehingga
dibandingkan faktor yang lainnya karena OR paling ibu tidak memiliki hambatan dalam pemberian asi
besar yaitu 7,291 kemudian dilakukan uji interaksi eksklusif dan terdapat responden tidak
karena menduga adanya hubungan antara status memberikan ASI eksklusif hal ini dikarenakan
social budaya dengan dukungan suami, Dukungan pengetahuan yang kurang tentang pentingnya ASI
tempat kerja dengan dukungan suami dan ekonomi pada bayi sehingga ibu tidak memberikan ASI
dengan psikis selama 6 bulan.

1. Hubungan pengetahuan tentang ASI 2. Hubungan dukungan tempat bekerja


eksklusif dengan pemberian ASI dengan pemberian ASI eksklusif
eksklusif Hasil uji statistik diperoleh p-value = 0,011
Berdasarkan Hasil uji statistik diperoleh p- yang berarti p<α = 0,05 (H0 ditolak dan Ha
value = 0,340 yang berarti p>α = 0,05 (Ha ditolak diterima), maka dapat disimpulkan bahwa ada
dan H0 diterima), maka dapat disimpulkan bahwa hubungan antara dukungan tempat bekerja dengan
tidak ada hubungan antara pengetahuan tentang pemberian ASI eksklusif. Dengan nilai OR 4,525
ASI eksklusif dengan pemberian ASI eksklusif. (95% CI= 1,534-13,351) berarti ibu yang memiliki
Dengan nilai OR 2,366 (95% CI = 0,583-9,640) bayi 0-6 bulan dengan dukungan tempat kerja
berarti ibu yang memiliki bayi 0-6 bulan dengan positif memiliki peluang 4 kali lebih besar untuk
Pengetahuan baik memiliki peluang 2 kali lebih memberikan ASI eksklusif jika dibandingkan
besar untuk memberikan ASI eksklusif jika dengan ibu yang memiliki bayi 0-6 bulan yang
dibandingkan dengan ibu yang memiliki bayi 0-6 dukungan tempat kerja negatif.Teori Setianingsih
bulan yang pengetahuan kurang.Teori (2014) ketersediaan Waktu seseorang ibu untuk
Notoatmodjo (2012), pengetahuan adalah menyusui secara eksklusif semakin sedikit karena
merupakan hasil dari tahu dan ini setelah orang berkaitan erat dengan status pekerjaannya. Banyak
melakukan penginderaan terhadap obyek tertentu. ibu yang beralasan tidak memberikan ASI karena
Penginderaan terjadi melalui panca indera akan kembali bekerja setelah melahirkan. Padahal
manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, bukan alasan bagi ibu ibu bekerja untuk tidak
penciuman, rasa dan raba. Sebagaian besar memberikan ASI, ASI bisa diperah disaat istirahat
pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan dan disimpan terlebih dahulu di lemari pendingin.
telinga. Dari beberapa pengertian pengetahuan di Sejalan dengan penelitian Arum (2015) dengan
atas dapat disimpulkan bahwa pengetahuan judul ketersediaan ruang menyusui terhadap
merupakan segala sesuatu yang diketahui yang pemberian asi ekslusif pada ibu bekerja disleman
diperoleh dari persentuhan panca indera terhadap yogyakarta. Hasil: ada hubungan antara dukungan
objek tertentu. Pengetahuan pada dasarnya tempat kerja dengan pemberian Asi ekslusif dengan
merupakan hasil dari proses melihat, mendengar, nilai P-value (0,000) di sleman Yogyakarta.
merasakan, dan berfikir yang menjadi dasar Menurut pendapat peneliti untuk ibu menyusui
manusia dan bersikap dan bertindak. Sejalan agar dapat keringanan mendapat izin menyusui.
dengan penelitian sartono (2012), tidak ada Dimana Izin menyusui tersebut diberikan tiga
hubungan yang bermakna antara pengetahuan ibu puluh hari setelah masa cuti melahirkan. Selama
dengan pemberian ASI Eksklusif di dapat nilai P- izin menyusui tersebut, ibu diberikan jam kerja
Value (P = 0,997) di kelurahan muktiharjo kidul mulai pukul 08.00 sampai pukul 12.00 agar
44 | Midwifery Journal | Vol. 3, No. 1, Januari 2018, hal. 38-47

memiliki waktu lebih banyak untuk menyusui di 4. Hubungan faktor psikis dengan
rumah. Aturan jam kerja shift selama izin menyusui pemberian ASI eksklusif
dapat diatur sesuai kebijakan masing-masing Berdasarkan Hasil uji statistik diperoleh p-
bagian. Dan pada ibu yang bekerja namun tempat value = 0,009 yang berarti p<α = 0,05 (H0 ditolak
bekerja yang belum memiliki fasilitas dan dan Ha diterima), maka dapat disimpulkan bahwa
kebijakan khusus ibu menyusui, menurut pendapat ada hubungan antara faktor psikis dengan
peneliti dapat menggunakan ruangan kosong untuk pemberian ASI eksklusif. Dengan nilai OR 5, 513
memerah ASI atau ibu bekerja setelah lepas masa (95% CI= 1,608-18,901) berarti ibu yang memiliki
cuti bias mendapatkan Shift pagi saja, dibebaskan bayi 0-6 bulan yang tidak ada gangguan psikis
dari dinas siang maupun malam, ibu dapat memiliki peluang 5 kali lebih besar untuk
mengomunikasikan hal tersebut kepada pimpinan memberikan ASI eksklusif jika dibandingkan
dan rekan kerja. dengan ibu yang memiliki bayi 0-6 bulan yang ada
gangguan psikis. Sejalan dengan teori Roesli (2013)
3. Hubungan dukungan suami dengan faktor emosi mampu mempengaruhi produksi air
pemberian ASI eksklusif susu ibu. Aktifitas sekresi kelenjar-kelenjar susu itu
Berdasarkan Hasil uji statistik diperoleh p- senantiasa berubah-ubah oleh pengaruh
value = 0,000 yang berarti p<α = 0,05 (Ho ditolak psikis/kejiwaan yang dialami oleh ibu. Perasaan ibu
dan Ha diterima), maka dapat disimpulkan bahwa dapat menghambat/meningkatkan pengeluaran
ada hubungan antara dukungan suami dengan oksitosin. Perasaan takut, gelisah, marah, sedih,
pemberian ASI eksklusif. Dengan nilai OR 8, 615 cemas, kesal, malu atau nyeri hebat akan
(95% CI = 2,647-28,045) berarti ibu yang memiliki mempengaruhi refleks oksitosin, yang akhirnya
bayi 0-6 bulan dengan dukungan suami positif menekan pengeluaran ASI. Sebaliknya, perasaan
memiliki peluang 8 kali lebih besar untuk ibu yang berbahagia, senang, perasaan menyayangi
memberikan ASI eksklusif jika dibandingkan bayi; memeluk, mencium, dan mendengar bayinya
dengan ibu yang memiliki bayi 0-6 bulan yang yang menangis, perasaan bangga menyusui bayinya
dukungan suami negatif. Hal ini sejalan dengan akan meningkatkan pengeluaran ASI (Roesli, 2013).
teori yang diungkapkan Prasetyawati (2011) Sejalan dengan penelitian Fahriani (2014) Faktor
dukungan adalah menyediakan sesuatu untuk yang paling bermakna memengaruhi ASI eksklusif
memenuhi kebutuhan orang lain. Dukungan juga berturut-turut, yaitu faktor psikis ibu, dukungan
dapat diartikan sebagai memberikan dorongan / suami, pengetahuan tentang ASI eksklusif, dan
motivasi atau semangat dan nasihat kepada orang konseling ASI. Kesimpulan. Proporsi ASI eksklusif
lain dalam situasi pembuat keputusan. Peran suami pada bayi cukup bulan yang dilakukan IMD di RS
selaku pendukung dalam memberikan ASI, telah St Carolus adalah 75%. Faktor yang terbukti
banyak dilaporkan dalam literatur. Khususnya bila memengaruhi pemberian ASI eksklsusif adalah
suami mempunyai pemikiran yang positif tentang faktor psikis ibu (keyakinan ibu terhadap produksi
masalah-masalah yang berkaitan dengan menyusui ASI). Menurut pendapat peneliti, air susu ibu
dan berpikir bahwa dapat memainkan peran serta sangat dipengaruhi oleh faktor kejiwaan. Ibu yang
dalam masalah ini. Sejalan dengan penelitian selalu dalam keadaan gelisah, kurang percaya diri,
Pangkerego (2016) dengan judul faktor-faktor yang rasa tertekan dan berbagai bentuk ketegangan
berhubungan dengan pemberian ASI eksklusif 6 emosional, bisa gagal dalam menyusui bayinya.
bulan di wilayah kerja Puskesmas Lansot Waktu bayi menghisap payudara ibu, terjadi
Kecamatan Tomohon Selatan. Penelitian ini rangsangan neorohormonal pada putting susu dan
menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang aerola ibu. Bila bayi didekatkan pada payudara ibu,
signifikan antara dukungan suami terhadap maka bayi akan memutar kepalanya kearah
Pemberian ASI Ekslusif 6 Bulan. Menurut Peneliti payudara ibu. Bayi secara otomatis menghisap
hal ini menunjukkan bahwa peran suami putting susu ibu dengan bantuan lidahnya. Let-
berhubungan dengan upaya yang dilakukan oleh down reflex mudah sekali terganggu, misalnya pada
ibu untuk menyusui bayinya secara eksklusif. Hasil ibu yang mengalami goncangan emosi, tekanan
penelitian menunjukkan bahwa banyak responden jiwa dan gangguan pikiran. Gangguan terhadap let
yang mengatakan mendapatkan peran suami yang down reflex mengakibatkan ASI tidak keluar. Bayi
cukup, suami memberikan bacaan tentang ASI dan tidak cukup mendapat ASI dan akan menangis.
menyusui, suami menyarankan untuk tetap Tangisan bayi ini justru membuat ibu lebih gelisah
memberikan ASI esklusif, suami ikut merawat dan semakin mengganggu let down reflex
bayinya, hal ini berarti kebanyakan para suami
sudah mengerti dan menyadari akan kewajibannya 5. Hubungan sosial budaya dengan
ketika istrinya sedang dalam masa menyusui dan pemberian ASI eksklusif
memberikan motivasi, dorongan serta bantuan Berdasarkan Hasil uji statistik diperoleh p-
kepada istri sehingga istri dapat terus memberikan value = 0,021 yang berarti p<α = 0,05 (Ho ditolak
ASI secara eksklusif kepada bayinya. dan Ha diterima), maka dapat disimpulkan bahwa
ada hubungan antara sosial budaya dengan
Hellen Febrianti, Pemberian ASI Eksklusif…. 45

pemberian ASI eksklusif. Dengan nilai OR 7,583 Faktor-Faktor Yang Berhubungan dengan
(95% CI= 1,431-40,194) berarti ibu yang memiliki Pemberian ASI Eksklusif pada perawat di R.s
bayi 0-6 bulan dengan sosial budaya positif Medistra Jakarta. Hasil penelitian variabel yang
memiliki peluang 7 kali lebih besar untuk berhubungan secara signifikan terhadap pemberian
memberikan ASI eksklusif jika dibandingkan ASI Eksklusif adalah umur (p value 0,190) yang
dengan ibu yang memiliki bayi 0-6 bulan yang artinya tidak ada hubungan antara umur ibu
sosial budaya negatif. Sejalan dengan teori Roesli dengan pemberian ASI Ekslusif. Menurut pendapat
(2013) Meniru teman, tetangga atau orang peneliti umur merupakan faktor predisposisi
terkemuka yang memberikan susu botol. Persepsi terjadinya perubahan perilaku yang dikaitkan
masyarakat akan gaya hidup mewah, membawa dengan kematangan fisik dan mental seseorang.
dampak terhadap kesediaan ibu untuk menyusui. Umur merupakan variabel yang digunakan sebagai
Bahkan adanya pandangan bagi kalangan tertentu, ukuran mutlak atau indikator fisiologis, dengan
bahwa susu botol sangat cocok buat bayi dan kata lain penggunaan fasilitas dan pelayanan
merupakan makanan yang terbaik. Hal ini kesehatan berhubungan dengan umur, dimana
dipengaruhi oleh gaya hidup yang selalu semakin tua umur akan bertambah pengetahuan
berkeinginan untuk meniru orang lain, atau seseorang, menjadi lebih bertanggung jawab dan
prestise.Merasa ketinggalan zaman jika menyusui dapat berdiri sendiri. Perbedaan umur
bayinya. Budaya modern dan perilaku masyarakat mempengaruhi seseorang dalam penerimaan
yang meniru negara barat, mendesak para ibu pengetahuan. Ibu yang memiliki bayi dengan umur
untuk segera menyapih anaknya dan memilih air tidak berisiko yang memberikan ASI Ekslusif
susu buatan sebagai jalan keluarnya. Sejalan mungkin disebabkan karena sudah memiliki
dengan penelitian Rhokliana (2011) yaitu pengalaman atau pengetahuan yang baik tentang
responden dengan kepercayaan tidak mendukung pemberian ASI Ekslusif, Sedangkan ibu yang
pemberian ASI esklusif sebesar 51,3% responden, dengan umur berisiko yang tidak memberikan ASI
sedangkan kepercayaan yang mendukung Ekslusif kepada bayinya mungkin disebabkan
pemberian ASI esklusif sebesar 20,0%. Menurut factor lain seperti banyaknya iklan iklan yang
pendapat peneliti permasalahan utama dalam mempromosikan susu formula.
pemberian ASI ekslusif adalah sosial budaya antara
lain kurangnya kesadaran akan pentingnya ASI, 7. Hubungan status ekonomi dengan
pelayanan kesehatan yang belum sepenuhnya pemberian ASI eksklusif
mendukung, gencarnya promosi susu formula, ibu Hasil uji statistik diperoleh p-value = 0,972
bekerja dan dukungan keluarga. Adapun kebiasaan yang berarti p>α = 0,05 (Ha ditolak dan Ho
ibu yang tidak mendukung pemberian ASI adalah diterima), maka dapat disimpulkan bahwa tidak
memberi makanan/minuman setelah bayi lahir ada hubungan usia dengan pemberian ASI eksklusif.
seperti madu, air kelapa, nasi papah, pisang dan Sejalan dengan teori Soetjiningsingsih dalan
memberi susu formula sejak dini, orang tua dan Suparyanto (2010) status ekonomi adalah
keluarga juga masih menyediakan dan kedudukan atau posisi seseorang dalam masyarakat,
menganjurkan pemberian susu formula dan status social ekonomi adalah gambaran tentang
kepercayaan seperti adanya kepercayaan kalau keadaan seseorang atau masyarakat yang ditinjau
menyusui dapat merusak payudara dan adanya dari segi social ekonomi, gambaran itu seperti
kepercayaan memberikan madu/air manis tingkat pendidikan, pendapatan, dan sebagainya.
merupakan suatu ajaran agama. Status ekonomi kemungkinan besar pembentuk
gaya hidup keluarga. Sejalan dengan penelitian
6. Hubungan usia dengan pemberian ASI Fatmawati (2013) dengan judul hubungan Status
eksklusif Ekonomi Orangtua Dengan Pemberian Asi
Berdasarkan Hasil uji statistik diperoleh p- Eksklusif Pada Bayi Usia 0-6 bulan di Baki
value = 0,181 yang berarti p>α = 0,05 (Ha ditolak Sukoharjo. Hasil penelitian diketahui pemberian
dan Ho diterima), maka dapat disimpulkan bahwa ASI Eksklusif pada ibu dengan status ekonomi
tidak ada hubungan usia dengan pemberian ASI rendah lebih banyak dibandingkan ibu dengan
eksklusif. Sejalan dengan teori Depkes (2013) usia status ekonomi tinggi (P-Value 0,225). Kesimpulan
adalah satuan waktu yang mengukur waktu dari penelitian ini adalah Tidak ada hubungan yang
keberadaan suatu benda atau makhluk, baik yang signifikan antara status ekonomi orangtua dengan
hidup maupun yang mati. Semisal, umur manusia pemberian ASI Eksklusif pada Bayi Usia 0-6 Bulan
dikatakan lima belas tahun diukur sejak dia lahir di Kecamatan Baki Sukoharjo. Menurut pendapat
hingga waktu umur itu dihitung. Oleh yang peneliti ibu dengan status ekonomi yang baik
demikian, umur itu diukur dari tarikh ianya lahir dengan tidak memberikan ASI Ekslusif kepada
sehinggatarikh semasa (masa kini). Manakala usia bayinya karena ibu merasa ASI yang diberikan
pula diukur dari tarikh kejadian itu bermula kepada bayinya tidak cukup bisa jadi karena factor
sehinggalah tarikh semasa (masa kini). Sejalan psikis ibu, ibu tidak memiliki persediaan ASIP,
dengan penelitian Puspa (2009) dengan judul sehingga ibu merasa mampu dapat memenuhi
46 | Midwifery Journal | Vol. 3, No. 1, Januari 2018, hal. 38-47

kebutuhan bayi dengan memberikan susu memiliki bayi 7-24 bulan dengan dukungan
tambahan. suami positif sebanyak 50%, ibu yang
memiliki bayi 7-24 bulan dengan tidak ada
Analisis Multivariat gangguan psikis sebanyak 62,1%, ibu yang
Berdasarkan tabel diatas model multivariat memiliki bayi 7-24 bulan dengan social
ternyata variabel yang memiliki nilai p-value < budaya negative sebanyak 86,4%, dengan
0,05 yaitu variabel dukungan tempat bekerja dan status ekonomi sesuai UMR sebanyak 74,2%,
variabel dukungan suami. Sehingga dalam dan ibu yang memiliki bayi 7-24 bulan
penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pada dengan usia tidak berisiko sebanyak 68,2%.
dukungan suami merupakan faktor yang paling c. Ada hubungan antara dukungan tempat
dominan dalam pemberian ASI ekslusif jika bekerja dengan pemberian ASI eksklusif
dibandingkan faktor yang lainnya karena OR paling dengan p-value = 0,011 dan OR 4,525,
besar yaitu 7,291. Penelitian ini menghasilkan data hubungan antara dukungan suami dengan
bahwa gambaran dukungan suami secara umum pemberian ASI eksklusif dengan p-value =
sebagian menunjukan tingkat yang tidak baik. Hasil 0.000 dan OR 8,615, Ada hubungan antara
penelitian menunjukan dukungan suami baik faktor psikis dengan pemberian ASI
terdapat pada dukungan instrumental dan eksklusif dengan p-value = 0,009 dan OR
dukungan penghargaan. Dukungan instrumental 5,513, Ada hubungan antara sosial budaya
dalam penelitian ini menunjukan lebih dari dengan pemberian ASI eksklusif dengan p-
separuh berada pada posisi baik. Dukungan value = 0,021 dan OR 7,583, dan Tidak ada
instrumental dalam penelitian ini berbentuk materi hubungan antara pengetahuan tentang ASI
atau keuangan dalam pemberian ASI ekskusif. Hal eksklusif dengan pemberian ASI eksklusif,
ini dapat dilihat dari tersedia sarana dan prasana Tidak ada hubungan antara usia tentang
dalam pemberian ASI eksklusif. Dukungan ASI eksklusif dengan pemberian ASI
penghargaan dalam penelitian ini menunjukan eksklusif, Tidak ada hubungan antara status
sebagian besar baik. Dukungan penghargaan dalam ekonomi tentang ASI eksklusif dengan
penelitian ini berupa pujian, dorongan, pemberian ASI eksklusif.
reinforcement positif yang diberikan keluarga atas d. Faktor yang paling dominan adalah
tindakan ibu dalam pemberian ASI eksklusif. Dukungan suami dalam pemberian ASI
Menurut analisi peneliti, ibu yang mendapatkan ekslusif jika dibandingkan faktor yang
dukungan informasi dari keluarga berupa nasehat, lainnya karena OR paling besar yaitu 7,291
pengarahan, atau pemberian informasi yang cukup dimana ibu yang memiliki bayi 0-6 bulan
terkait dengan ASI eksklusif, akan termotivasi dengan dukungan suami positif memiliki
untuk memberikan ASI ekslusif pada bayinya lebih peluang 7 kali lebih besar dibandingkan
lama. Selain itu juga suami yang ikut serta merawat dengan ibu yang dukungan suami negative.
bayinya, mendukung ibu untuk tetap memberikan 2. Saran
ASI esklusif pada bayinya,suami juga memfasilitasi a. Teoritis. Hasil penelitian ini diharapkan
suasana yang tenang untuk menyusui akan dapat menjadi masukan bagi para ibu yang
mempengaruhi pemberian ASI Esklusif. Dukungan memiliki bayi, untuk memberikan ASI
informasi dapat diperoleh dari luar lingkungan secara eksklusif selama 6 bulan dalam
keluarga berupa dari kader kesehatan, petugas rangka meningkatkan kualitas bayi dan
kesehatan, pengaruh iklan layanan masyarakat di pemenuhan nutrisi serta peningkatan
media cetak, seperti poster dan leaflet maupun kekebalan tubuh pada bayi dan masukan
media elektronik, seperti radio dan televisi. Hal ini bagi masyarakat untuk dapat membantu
dilakukan untuk mengatasi masalah masih dalam meningkatkan program pemberian
terbatasnya dukungan informasi yang diperoleh ASI Eksklusif pada ibu ke bayi seperti
keluarga secara mandiri terkait pemberian ASI menyediakan tempat untuk ibu menyusui.
eksklusif pada bayi. b. Aplikatif. Bagi keluarga diharapkan peran
serta aktif pasanga atau suami untuk
memberikan dukungan, memberikan
D. KESIMPULAN DAN SARAN pujian-pujian kepada ibu setiap kali selesai
1. Simpulan menyusui, ikut serta merawat bayinya,
a. Distribusi frekuensi ibu yang memiliki bayi mengingatkan ibu untuk memenuhu
7-24 bulan tidak memberikan ASI eksklusif, kebutuhan gizi ibu selama pemberian ASI
yaitu sebanyak 62,1% eksklusif karena kesuksesan menyusui
b. Distribusi frekuensi ibu yang memiliki bayi bukan merupakan tanggung jawab salah
7-24 bulan yang berpengetahuan baik satu pihak melainkan tanggung jawab
sebanyak 80,3%, ibu yang memiliki bayi 7- bersama suami dan istri. Keluarga
24 bulan dengan dukungan tempat kerja bertanggung jawab untuk melakukan
negative sebanyak 65,2%%, ibu yang komunikasi dan memberikan dukungan
Hellen Febrianti, Pemberian ASI Eksklusif…. 47

yang baik dalam memenuhi kebutuhan fisik Ratulang. Diakses tanggal 2 Januari 2017.
dan psikologis ibu menyusui. Diakses tanggal 28 Desember 2016
Pusdatin, (2015) situasi dan analisis ASI eksklusif.
Jakarta
DAFTAR PUSTAKA Roesli, (2013). ASI Eksklusif. Jakarta: Salemba
Asfaw, Maeza Mitiku, Mesele Damte Argaw and Medika.
Zelalem Kebede Kefene Asfaw et al. (2015). Saleha, (2009). Asuhan Kebidanan Pada Masa
Factors associated with exclusive breastfeeding Nifas. Jakarta: Salemba Medika.
practices in Debre Berhan District, Central Setegn, Tesfaye, Tefera Belachew, Mulusew
Ethiopia: a cross sectional community based Gerbaba, Kebede Deribe. Factors associated
study International Breastfeeding Journal 10:23 with exclusive breastfeeding practices among
DOI 10.1186/s13006-015-0049-2 mothers in Goba district, south east Ethiopia: a
Astutik, (2015). Asuhan Kebidanan Masa Nifas cross-sectional study International
Dan Menyusui. Yogyakarta :Trans Breastfeeding Journal 2012, 7:17
Infomedia http://www.internationalbreastfeedingjournal.c
Budiman, (2013). Kapita selektata Pengetahuan om/content/7/1/17
dan sikap untuk penelitian kesehatan. Jakarta: Soetjiningsih, (2013). ASI dan Menyusui. Rineka
Salemba Medika. Cipta: Jakarta.
Candra, (2011). Memilih dan memulai MP-ASI Suleman (2015). Hubungan Pengetahuan,
untuk Bayi. Pekerjaan, Tradisi Keluarga, Peran Suami Dan
http://harian.analisadaily.com/kesehatan/news Keluarga Dan Peran Tenaga Kesehatan
/memilih-dan-memulai-mp-asi-untuk- Dengan Faktor Yang Menghambat Praktik ASI
bayi/197263/2015/12/13. Diakses tanggal 2 Eksklusif. Diakses tanggal 2 Januari 2017.
Januari 2017. Sulistyawati, (2009). Perawatan ibu nifas. Jakarta:
Depkes RI, (2015). Gambaran Pengetahuan Salemba Medika.
Ibu Tentang Pemberian MP-ASI. Suarni, Ainun Mardiah, Esse Puji Pawenrusi (2012).
Dinas Kesehatan Kabupaten Pringsewu, (2015). faktor-faktor yang berhubungan dengan
Profil Kesehatan Kabupaten Prinsewu 2015. pemberian asi eksklusif pada bayi usia 7 – 11
Lampung bulan di wilayah kerja Puskesmas Maccini
Dinas Kesehatan Provinsi Lampung (2015). Profil Sawah Makassar Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Lampung 2014. Lampung Kesehatan Makassar Program Studi Ilmu
Fahriani, (2014). Faktor yang Memengaruhi Keperawatan
Pemberian ASI Eksklusif pada Bayi Cukup Thomas, (2016). Barriers to Exclusive
Bulan yang Dilakukan Inisiasi Menyusu Dini Breastfeeding Among Mothers During the First
(IMD. Jakarta : Fakultas Kedokteran Indonesia. Four Weeks Postpartum. Walden Universuity
Diakses tanggal 25 Januari 2017 Follow this and additional works at:
Green, W, Lawrence.et.al, (2005). Helath http://scholarworks.waldenu.edu/dissertations
Education Planing A Diagnostik Approach, The. Part of the Human and Clinical Nutrition
Johns Hapkins University: Mayfield Publishing Commons, Nursing Commons, and the
Company. Obstetrics andGynecology Commons
Kementrian Kesehatan RI (2016). Profil Kesehatan Utami,(2016). Hubungan Faktor Ibu Dan
Indonesia 2015. Jakarta. Dukungan Tempat Kerja Terhadap Perilaku
Maritalia, (2014). Asuhan Kebidanan Nifas dan Penerapan Asi Eksklusif Pada Ibu Yang Bekerja
Menyusui. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Di Perguruan Tinggi Kesehatan Kota
NafeeElsayed Hoda Mohamed, Latifa Abdullah Al- Semarang. Semarang : Fakultas Kesehatan
Dossary (2016). Exclusive Breastfeeding, Semarang. Diakses tanggal 20 Januari 2017.
Prevalence and Maternal Concerns: Saudi and Walyani, (2015). Asuhan Kebidanan Nifas dan
Egyptian Mothers Mansoura University,Egypt Menyusui. Yogyakarta: PUSTAKABARUPRESS.
and University of Dammam, King Dom Saudi
Arabia
Notoadmodjo, (2011). Ilmu dan Seni Kesehatan BIOGRAFI PENULIS UTAMA
Masyarakat. Jakarta : Rineka Cipta. Nama : HELLEN FEBRIYANTI
Notoatmodjo, (2012). Promosi Kesehatan dan Ilmu Pendidikan : SD NEGRI 1 PADANG RATU
Prilaku. Jakarta : Rineka Cipta. SMP NEGRI 6 METRO
SMA NEGRI 2 METRO
Nursalam, (2011). Manajemen Keperawatan.
AKADEMI KEBIDANAN ADILA BANDAR
Jakarta : Salemba Medika. LAMPUNG
Pangkerego, (2016). Faktor-Faktor Yang STIKes AISYAH PRINGSEWU LAMPUNG
Berhubungan Dengan Pemberian Asi Eksklusif UNIVERSITAS MALAHAYATI LAMPUNG
6 Bulan Di Wilayah Kerja Puskesmas Lansot Email : hellenfebriyanti06@yahoo.com
Kecamatan Tomohon Selatan. Universitas Sam

Anda mungkin juga menyukai