Anda di halaman 1dari 4

Laporan Keuangan BAZNAS RI Tahun 2020 Kembali Raih Opini

WTP
Yudistira Imandiar - detikNews
Selasa, 03 Agu 2021 17:30 WIB
Jakarta - Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) RI mendapatkan opini Wajar Tanpa
Pengecualian (WTP) atas laporan keuangan tahun 2020. Opini tersebut diberikan setelah
proses audit oleh Kantor Akuntan Publik (KAP) AR Utomo.

Penyerahan hasil audit laporan keuangan BAZNAS dilakukan secara virtual, dihadiri oleh
Ketua BAZNAS, Prof. Dr. KH. Noor Achmad, Managing Partner Kantor Akuntan Publik
(KAP) AR Utomo Ahmad Toha, serta Direktur Utama BAZNAS M Arifin Purwakananta yang
tampil sebagai moderator.

Selain itu, turut hadir Wakil Ketua BAZNAS RI Mo Mahdum, Pimpinan BAZNAS RI Dr.
Zainulbahar Noor, M Nadratuzzaman Hosen, Saidah Sakwan, Kolonel (Purn) Drs. Nur
Chamdani, Rizaludin Kurniawan, KH Achmad Sudrajat, Direktur Operasi BAZNAS Wahyu
TT Kuncahyo, serta Sekretaris BAZNAS Dr H Ahmad Zayadi.

Ahmad Toha menjelaskan proses Audit membutuhkan waktu yang lebih panjang dari audit
tahun-tahun sebelumnya. Sebab, sejumlah kunjungan tim auditor ke titik pendistribusian dan
pengelolaan Unit Pengumpul Zakat (UPZ) harus dilakukan dengan ekstra hati-hati
sehubungan dengan tingginya angka penularan COVID-19.

"Kami telah mengaudit dengan seksama dan menyatakan laporan keuangan BAZNAS 2021
dibuat atau disajikan dengan wajar," ungkap Ahmad Toha seperti dikutip dalam keterangan
tertulis, Selasa (3/8/2021).

Sementara itu, Ketua BAZNAS RI Prof. Dr. KH. Noor Achmad bersyukur karena BAZNAS
mampu meraih kembali predikat yang sama seperti yang telah didapatkan di tahun
sebelumnya. BAZNAS mendapatkan opini WTP Sejak didirikan pada tahun 2001 hingga
laporan Tahun 2020.

Noor menyatakan opini WTP dalam laporan keuangan BAZNAS menjadi bukti pengelolaan
dana zakat, infak, dan sedekah (ZIS) yang dihimpun BAZNAS telah menjalankan sesuai
aturan dan regulasi penilaian standar keuangan di Indonesia.

"Alhamdulillah melalui kerja keras dan kerja sama yang baik dari para pimpinan BAZNAS,
jajaran direksi, sekretaris dan seluruh amil dan amilat BAZNAS di berbagai lini, kita mampu
mengulang prestasi yang sama melanjutkan Opini Wajar Tanpa Pengecualian dalam
laporan keuangan BAZNAS 2021," sebut Noor.

Ia menambahkan BAZNAS memiliki komitmen untuk selalu menjalankan prinsip kehati-


hatian dan disiplin mengikuti aturan dalam pengelolaan zakat, infak, dan sedekah (ZIS).

"Opini ini tentunya menjadi motivasi BAZNAS untuk menjaga akuntabilitas dan transparansi
keuangan kepada masyarakat utamanya dalam memberikan pelayanan yang terbaik bagi
muzakki maupun mustahik," ujar Noor.
Menurutnya, pencapaian ini harus terus selalu menjadi pegangan BAZNAS untuk menjaga
kepercayaan publik kepada BAZNAS sebagai pengelola ZIS yang kredibel menjalankan
amanah.

"Kami juga terus mendorong BAZNAS di tingkat provinsi dan kabupaten atau kota serta
Lembaga Amil Zakat (LAZ) di seluruh Indonesia, untuk menerapkan pengelolaan keuangan
yang tertib sesuai dengan aturan," lanjut Noor.

Direktur Operasi BAZNAS Wahyu TT Kuncahyo menimpali BAZNAS telah menyajikan


laporan sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) 109. Tolak ukur itu
menjadi standar akuntansi pengelolaan zakat di Indonesia.

"Perolehan Opini Wajar Tanpa Pengecualian ini diibaratkan jika dalam ujian sekolah itu
nilainya tinggi, yakni Nilai A. Alhamdulillah dengan hasil laporan audit ini, tentunya dapat
meningkatkan rasa kepercayaan masyarakat terhadap pengelolaan zakat di BAZNAS,"
sebut Wahyu.

Baca artikel detiknews, "Laporan Keuangan BAZNAS RI Tahun 2020 Kembali Raih Opini
WTP" selengkapnya https://news.detik.com/berita/d-5668088/laporan-keuangan-baznas-ri-
tahun-2020-kembali-raih-opini-wtp.
Apakah Penghasilan YouTuber Wajib Zakat? Ini Penjelasan MUI
Tim detikcom – detikNews

Sabtu, 25 Sep 2021 07:14 WIB

Jakarta - Majelis Ulama Indonesia (MUI) memberikan penjelasan mengenai kewajiban zakat
bagi YouTuber. MUI mengatakan setiap profesi yang penghasilannya mencapai nisab atau
batas minimum untuk wajib zakat dalam satu tahun wajib membayar zakat.
"Saat ini banyak dari semua kalangan, baik dari kalangan dai, artis, dan orang yang punya
keahlian khusus menjadikan sosial media seperti YouTube, IG, Facebook dan sejenisnya
selain bisa dijadikan sebagai sarana yang efektif untuk berbagi ilmu dan informasi, juga bisa
dibuat sebagai profesi yang dapat menghasilkan uang puluhan juta bahkan miliaran rupiah,"
kata Wakil Sekretaris Komisi Fatwa MUI, KH Abdul Muiz Ali dalam keterangan tertulis,
Jumat (24/9/2021).

Abdul mengatakan bahwa berprofesi YouTuber tergolong mulia jika menyebarkan informasi
untuk menyeru pada perbuatan kebaikan. Sebaliknya, Abdul mengatakan kegiatan YouTube
menjadi haram atau terlarang jika memuat sesuatu yang negatif seperti menyebarkan berita
bohong, ujaran kebencian, menghasut, memfitnah, dan konten lainnya yang dapat
mencederai dirinya ataupun orang lain.

"Berprofesi sebagai YouTuber bisa jadi tergolong aktivitas yang mulia dan menuai pahala
jika konten yang disebarkan ke sosial media berupa sesuatu yang positif, seperti menyeru
kebajikan (ma'ruf), mencegah yang dilarang (munkar), motivasi ibadah, mempererat
silaturahim dan konten positif lainnya," kata dia.

Aturan Wajib Zakat Bagi YouTuber

Abdul mengatakan bahwa penghasilan YouTuber bisa mencapai jutaan hingga miliaran
rupiah. Sehingga apabila telah mencapai nisab, maka YouTuber wajib mengeluarkan zakat.

"Menjadi YouTuber bisa disebut sebagai bentuk profesi yang penghasilannya jutaan bahkan
miliaran rupiah. Sebuah profesi yang penghasilannya sampai batas minimum untuk wajib
zakat (nisab) bisa dikenakan wajib zakat," kata Abdul.

"Kewajiban zakat profesi mendasari pada ayat Alquran yang bersifat umum yang
mewajibkan semua jenis harta untuk dikeluarkan zakatnya," lanjutnya.

Abdul mengatakan semua penghasilan yang halal wajib dikeluarkan zakat jika telah
mencapai batas minimum wajib zakat. Dia mengatakan kadar zakat penghasilan adalah 2,5
persen penghasilan dalam satu tahun.

"Semua bentuk penghasilan yang halal wajib dikeluarkan zakatnya dengan syarat telah
mencapai nisab (batas minimum untuk wajib zakat) dalam satu tahun, yakni senilai emas 85
gram. Adapun kadar zakat penghasilan adalah 2,5 persen," katanya.

"Jika penghasilan profesi YouTuber 1 miliar, maka 2,5 persen dari Rp 1 miliar sebesar Rp
25 juta dan begitu seterusnya cara mengeluarkan zakatnya. Pengeluaran zakat penghasilan
dapat dikeluarkan pada saat menerima jika sudah cukup nisab. Tetapi jika tidak mencapai
nisab, maka semua penghasilan dikumpulkan selama satu tahun," kata dia.
Lebih lanjut, Abdul mengatakan zakat YouTuber Muslim bisa diberikan kepada lembaga amil
zakat. Zakat itu bisa membantu kebutuhan fakir miskin.

"Zakat profesi bagi YouTuber Muslim Indonesia bisa diberikan melalui Baznas, Laz dan
lembaga amil zakat lainnya yang profesional, amanah dan akuntabel. Manfaat dana zakat,
infak dan sedekah yang dikelola Baznas dan Laz akan sangat membantu untuk memenuhi
kebutuhan fakir miskin, kebutuhan sarana keagamaan, dan kegiatan sosial lainnya," tutur
dia.

Fatwa MUI tentang YouTube

Abdul juga menjelaskan bahwa MUI telah memberikan panduan kepada pegiat media sosial
dan YouTuber untuk memperhatikan rambu-rambu yang telah dikeluarkan. Hal itu tertuang
dalam Fatwa MUI Nomor 24 Tahun 2017.

"Bagi pegiat sosial media termasuk para YouTuber dalam bermuamalah di sosial media
hendaknya dapat menjadikan Fatwa MUI Nomor 24 Tahun 2017 sebagai panduan. Terdapat
beberapa poin ketentuan hukum yang diatur dalam Fatwa MUI terkait hukum bagi pegiat
sosial," tuturnya.

Abdul mengatakan ada 5 poin dalam panduan itu. Berikut isinya:

1. Memproduksi menyebarkan dan/atau membuat dapat diaksesnya konten/informasi


tentang hoaks, ghibah, fitnah, namimah, aib, bullying, ujaran kebencian, dan hal-hal
lain sejenis terkait pribadi kepada orang lain dan/atau khalayak hukumnya haram.
2. Mencari-cari informasi tentang aib, gosip, kejelekan orang lain atau kelompok
hukumnya haram kecuali untuk kepentingan yang dibenarkan secara syar'i.
3. Memproduksi dan/atau menyebarkan konten/informasi yang bertujuan untuk
membenarkan yang salah atau menyalahkan yang benar, membangun opini agar
seolah-olah berhasil dan sukses, dan tujuan menyembunyikan kebenaran serta
menipu khalayak hukumnya haram.
4. Menyebarkan konten yang bersifat pribadi ke khalayak, padahal konten tersebut
diketahui tidak patut untuk disebarkan ke publik, seperti pose yang
mempertontonkan aurat, hukumnya haram.
5. Aktivitas buzzer di media sosial yang menjadikan penyediaan informasi berisi hoax,
ghibah, fitnah, namimah, bullying, aib, gosip, dan hal-hal lain sejenis sebagai profesi
untuk memperoleh keuntungan, baik ekonomi maupun non-ekonomi, hukumnya
haram.

Baca artikel detiknews, "Apakah Penghasilan YouTuber Wajib Zakat? Ini Penjelasan
MUI" selengkapnya https://news.detik.com/berita/d-5739212/apakah-penghasilan-
youtuber-wajib-zakat-ini-penjelasan-mui.

Anda mungkin juga menyukai