Anda di halaman 1dari 11

PERCOBAAN 3 (P3)

PERCOBAAN INTERFEROMETER MICHELSON

LAPORAN PRAKTIKUM

UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH

Praktikum Gelombang dan Optik

Yang dibina oleh Bapak Sutrisno

Oleh Kelompok 3:

1. Hamidah Brilliana Maisun (190322623628)


2. Iksan Wahyudi (190322623637)
3. Intan Salsabila Mauludina Sari (190322623607)
4. Isnaini Yulianingtyas (190322623616)
5. Nanda Nafi’atul Khusna (190322623640)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

PROGRAM STUDI FISIKA

2021
PERCOBAAN 3

PERCOBAAN INTERFEROMETER MICHELSON

A. TUJUAN
Dalam praktikum interferometer Michelson ini memiliki beberapa tujuan yang
harus dicapai oleh pelaku praktikum. Tujuan yang pertama yaitu untuk memahami cara
kerja pada interferometer Michelson dan tujuan selanjutnya adalah dapat mengukur
panjang gelombang sinar LASER He-Ne menggunakan interferometer Michelson.

B. DASAR TEORI
Percobaan interferometer Michelson bertujuan memperlajari interferensi dari
berkas cahaya koheren dengan cara mengukur panjang gelombang cahaya. Perbedaan
lintasan perjalanan dua berkas cahaya menyebabkan terjadinya pola gelap-terang pada
gejala interferensi berkas cahaya. Dengan mengubah posisi cermin pantul atau mengubah
perbedaan lintasan cahaya akan tampak pola gelap-terang yang berubah-ubah. Oleh
karena itu, selain mempelajari interferensi dari berkas cahaya koheren, percobaan ini juga
mempelajari hubungan antara perubahan posisi cermin pantul dalam hal ini perubahan
lintasan yang ditunjukkan adanya perubahan frinji-frinji (cincin lingkaran gelap terang)
yang terjadi.
Interferometer adalah alat yang dapat digunakan untuk mengukur panjang atau
perubahan panjang dengan ketelitian yang sangat tinggi berdasarkan garis-garis
interferensi. Berikut ini susunan percobaan interferometer Michelson.

Figure 1 Skema Percobaan Interferometer Michelson


Laser menembakan sebuah cahaya pada cermin separuh mengkilat M, yang mana
cermin tersebut memiliki lapisan perak yang tebalnya hanya cukup untuk memantulkan
sebagian cahaya yang datang dan sebagian diteruskan lagi. Kemudian, cahaya terbagi
menjadi dua bagian di M, sebagian ditransmisikan menuju cermin M 2 dan sebagian lagi
dipantulkan menuju cermin M 1. Oleh M 1 dan M 2, cahaya tersebut dipantulkan kembali
ke arah M kemudian diteruskan atau dipantulkan ke layar. Keduanya merupakan sinar
koheren dan dapat berinterferensi disebabkan karena keduanya berasal dari satu sumber
yaitu laser.
Bila pada awalnya pusat dari pola garis interferensi yang terjadi di layar kelihatan
terang, jika M 2 digeser sedemikian rupa ke M 2 ' sehingga cincin terang berubah ke terang
berikutnya, maka lintasan cahaya yang menumbuk M 2 telah bergeser sejauh satu panjang
gelombang atau sejauh S. Pergeseran M 2 ke belakang atau ke depan sama akibatnya.
Karena cahaya dua kali (bolak-balik) melalui lapisan udara yang sama, berarti cermin M 2
telah mundur sejauh setengah panjang gelombang ke M 2 ' . Dengan demikian besarnya S
adalah:
S=nλ … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … ….( 1)
Dimana n merupakan jumlah perubahan cincin terang-gelap-terang atau
kebalikannya yaitu gelap-terang-gelap dipusat lingkaran, λ merupakan panjang

gelombang laser dan S=2|M '2−M 2| adalah perubahan panjang lintasan cahaya. Dengan
demikian
2|M '2−M 2|
λ= … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … .(2)
n

C. ALAT DAN BAHAN

Beberapa alat yang digunakan pada praktikum interferometer ini antara lain:

1) Set –up interferometer Michelson


Set –up interferometer Michelson yang digunakan untuk menghasilkan suatu pola
interferensi.
2) LASER He-Ne

Laser He-Ne digunakan sebagai cahaya yang akan digunakan untuk diamati selama
percobaan ini.
3) Layar putih/kertas

Layar putih atau sebuah kertas, digunakan sebagai tempat menampilkan cahaya laser
yang berbentuk pola intereferensi.

D. GAMBAR SET ALAT PERCOBAAN

E. PROSEDUR PERCOBAAN
Setelah membaca, mempelajari, dan memahami konsep, prinsip maupun prosedur
kerja praktikum interferometer Michelson, kami menyiapkan dan memastikan bahwa
alat-alat yang sudah tersedia di meja praktikum, layak digunakan untuk melakukan
praktkum. Kemudian masing-masing anggota kelompok berbagi tugas dan bekerja sama
sesuai peranya.
Langkah pertama adalah membuat rangkaian seperti gambar diatas. Letakkan
Laser pada posisi aman yang tidak mudah goyang dan arahkan cahaya laser pada setup
percobaan Interferometer. Saat rangkaian sudah terpasang dengan benar dan sesuai,
nyalakan Laser, kemudian atur posisi cermin setengah mengkilat(Half Mirror) sampai
berkas laser terbelah menjadi dua bagian yang saling tegak lurus. Setelahnya, aturlah
cemin M 2 (Movable mirror) sampai terjadi bayangan di layer berbentuk lingkaran.
Setelah bayangan terbentuk lingkaran Catat posisi M 2. Kemudian untuk mendapatkan
data, gerakkan perlahan-lahan vernier dan hitung banyaknya perubahan pergeseran
terang-gelap-terang (n=1) pada pusat frinji. Serta catat posisi M 2 ' (berdsarkan
pergeseran pembacaan skala pada vernier). Demikian seterusnya sampai mendapatkan
beberapa data yang diinginkan.

F. DATA PERCOBAAN
Tabel 1. Data Pengamatan

No Posisi M2 (μm) Posisi M2’(μm) n


1. 0 1 ±0,5 4
2. 0 2 ±0,5 9
3. 0 3 ± 0,5 14
4. 0 4 ±0,5 19
5. 0 5 ± 0,5 23
6. 0 6 ± 0,5 29
7. 0 7 ± 0,5 34
8. 0 8 ± 0,5 39
9. 0 9 ± 0,5 44
10. 0 10 ± 0,5 48
Nst verneir: 1 μm=1 ×10−6 m
G. ANALISA DATA

Panjang gelombang dari cahaya Laser He-Ne dari percobaan Interferometer


Michelson dihitung dengan menggunakan metode kuadrat terkecil. Persamaan umum
liniernya y=a+bx, nilai a dan b dapat dihitung dengan menggunakan rumus:

∑ x2 . ∑ y−∑ x . ∑ xy
á=
N ∑ x 2−¿ ¿ ¿ ¿

∑ x2
Sa =S y
√ N ∑ x 2−( ∑ x )
2
; Sb =S y

N
2
N ∑ x 2− ( ∑ x )

1
Sy=
√ N−2
¿¿

Dengan

2|M '2−M 2| 2 Δ M 2
λ= =
n n

λ
Δ M 2= n
2

Persamaan tersebut bila dianalogikan dengan persamaan kuadrat terkecil yaitu persamaan
y=a+bx diperoleh:

y= Δ M 2

a=0

λ
b= dan x=n
2

No x=n y= Δ M (m) xy (m) x2 y2


1 4 10−6 4 ×10−6 16 10−12
2 9 2 ×10−6 18 ×10−6 81 4 ×10−12
3 14 3 ×10−6 42 ×10−6 196 9 ×10−12
4 19 4 ×10−6 76 ×10−6 361 16 ×10−12
5 23 5 ×10−6 115×10−6 529 25 ×10−12
6 29 6 ×10−6 174 ×10−6 841 36 ×10−12
7 34 7 ×10−6 238 ×10−6 1156 49 × 10−12
8 39 8 ×10−6 312 ×10−6 1521 64 × 10−12
9 44 9 ×10−6 396 ×10−6 1936 81 ×10−12
10 48 10−5 480 × 10−6 2304 10−10
∑ 263 55 ×10−6 1855 ×1 0−6 8941 385 ×1 0−12
∑2 69169 3025 ×1 0−12 3435460 × 10−12 79941481 148225 ×1 0−24
Menentukan nilai b́

N ∑ xy −∑ x . ∑ y
b́= 2
N ∑ x 2−( ∑ x )

10 ( 1855 ×1 0−6 )−(253)(55× 10−6 )


b́=
10 ( 8941 )−69169

10 ( 1855 ×1 0−6 )−(253)(55× 10−6 )


b́=
10 ( 8941 )−69169

463,5 ×10−5 −5 −7
b́= =0,022899×10 =2,2899 ×10
20241

Menentukan nilai S y

1
Sy=
√ N−2
¿¿

√[
−12
( 8941 ) ( 3025× 10 )−2 ( 263 ) ( 1855× 10−6 ) ( 55 ×10−6 ) +10(3435460 ×10−12)
Sy=
1
8
385× 10−12−
10 ( 8941 )−69169 ]
√[
−12
)− ( 53665150× 10−12 ) +(34354600 ×10−12)
Sy=
1
8
−12
385× 10 −
( 27046525 ×10
20241 ]
Sy=
√[ 1
8
385× 10−12−
7735975× 10−12
20241 ]
1
Sy=
√ 8
[385 × 10−12−382,1933 ×10−12 ]

S y = √0,35084 × 10−12=0,592317 × 10−12

Menentukan Sb

N
Sb =S y
√∑N 2
x −( ∑ x )
2

10
Sb =0,592317 ×10−12
√ 20241

Sb =0,592317 ×10−12 √ 4,905× 10− 4

Sb =0,592317 ×10−12 ( 0,022147 )=1,311818 × 10−15

Panjang gelombang (λ) dari Laser He-Ne, dihitung dari persamaan:

λ
b=
2

λ́=2 b́

λ́=2 ( 2,2899× 10−7 ) =4,5798 ×10−7

Ralat mutlak

2
Sλ=
√| ∂λ
∂b | √
. S b = |2. S b|
2

2

S λ = |2(1,311818 ×10−15)|

S λ =√ 3,44173 ×10−30 =1,85519 ×10−15


Ralat Relatif

1,85519 ×10−15 −6
Rλ= −7
× 100 %=0,405 ×10 %
4,5798× 10

Berdasarkan perhitungan analisis kuadrat terkecil yang menghasilkan persamaan

linier y=a+bx. Jika y=S=2|m '2−m2|, x=n, maka sesuai dengan persamaan dalam

dasar teori (2|m'2−m2|=λn, linier dengan y=a+bx), dimana a = 0 dan λ=bn. Sehingga,

diperoleh nilai panjang gelombang sinar laser He-Ne adalah λ=4,579 ×10−7 m dengan
ralat relative sebesar 0,405 ×10−6 %.

Linierisasi grafik

Δn M
Grafik hubungan antara jumlah perubahan cincin gelap terang ( 2 ) dan

perubahan posisi cermin ke-2 ( ΔM 2 ).

Grafik Hubungan antara Perubahan Skala dan Pergeseran


Pola Gelap-terang
12
10
Perubahan Skala

8
6
4
2
0
0 10 20 30 40 50 60
Pergeseran Pola Gelap-terang

H. PEMBAHASAN

Interferometer Michelson merupakan seperangkat alat yang ditemukan oleh A.A.


Michelson. Interferometer ini merupakan alat yang dapat digunakan untuk menguji
keberadaan eter (yaitu sebuah media hipotetik yang dianggap sebagai media rambat
cahaya). Alat ini memanfaatkan salah satu sifat cahaya yaitu interferensi yang merupakan
peenggabungan antara 2 buah gelombang atau lebih pada suatu posisi.
Interferometer Michelson bekerja menggunakan sistem pembagi amplitudo. Laser
He-Ne menembakan sebuah cahaya pada cermin separuh mengkilat M, yang mana
cermin tersebut memiliki lapisan perak yang tebalnya hanya cukup untuk memantulkan
sebagian cahaya yang datang dan sebagian diteruskan lagi. Kemudian, cahaya terbagi
menjadi dua bagian di M, sebagian ditransmisikan menuju cermin M 2 dan sebagian lagi
dipantulkan menuju cermin M 1. Oleh M 1 dan M 2, cahaya tersebut dipantulkan kembali
ke arah M kemudian diteruskan atau dipantulkan ke layar.

Pada percobaan interferometer Michelson kali ini didapatkan panjang gelombang


cahaya yang dihasilkan oleh laser He-Ne yaitu λ=4,579 ×10−7 m dengan ralat relative
sebesar 0,405 ×10−6 %. Bila hasil percobaan ini dibandingkan dengan teori didapatkan
hasil yang hampir sama. Menurut teori panjang gelombang laser He-Ne adalah
6,328 ×10−7 m.

I. KESIMPULAN
Interferometer Michelson bekerja menggunakan sistem pembagi amplitudo
seberkas cahaya monokromatik di suatu titik tertentu sehingga masing-masing berkas
cahaya tersebut dibuat melewati dua buah lintasan yang berbeda, dan kemudian disatukan
melalui pantulan dari dua buah cermin yang terletak saling tegak lurus dengan pembagi
berkas tersebut. Setelah berkas cahaya tersebut disatukan maka akan didapatkan pola-
pola interferensi dari penggabungan dua gelombang cahaya tersebut. Dari percobaan
yang sudah dilakukan didapatkan nilai panjang gelombang He-Ne yang diperoleh
λ=4,579 ×10−7 m dengan ralat relative sebesar 0,405 ×10−6 %. Bila hasil percobaan ini
dibandingkan dengan teori didapatkan hasil yang hampir sama. Menurut teori panjang
gelombang laser He-Ne adalah 6,328 ×10−7 m.
Dalam praktikum ini diperlukan ketelitian, kejelian, dan kehati-hatian dalam
mengambil data percobaan, karena interferometer Michelson ini sangat sensitif terhadap
gerakan sehingga akan mempengaruhi hasil yang diperoleh, sehingga perhitungan akan
melenceng dari nilai aslinya.
J. DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Mikrajuddin. 2017. Fisika Dasar II . Penerbit ITB : Bandung


Beiser, A. 1992. Konsep Físika Modern. Penerbit Erlangga: Jakarta
Falah, Masroatul. 2006. Analisis Pola Interferensi Pada Interferometer Michelson Untuk
Menentukan Panjang Gelombang Sumber Cahaya. Semarang : Universitas
Diponegoro
Halliday, D. dan Resnick, R. 1993. Fisika Jilid 2. Penerbit Erlangga. Jakarta
Tim Praktikum Fisika Modern. 2019. Modul Praktikum Fisika Modern. Malang:
Universitas Negeri Malang Fakultas MIPA Jurusan Fisika
K. LAMPIRAN
https://youtu.be/ToFInxr4Db

Anda mungkin juga menyukai