Anda di halaman 1dari 4

JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 4, No.

1, (2016) ISSN: 1

Restrukturisasi Perusahaan dengan


Menggunakan Metode Optimasi
(Studi Kasus : PT X)
Indira Nadya Muttahara dan I.K Gunarta
Jurusan Manajemen Bisnis, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS)
Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 Indonesia
e-mail: ik.gunarta@gmail.com

Abstrak— PT X adalah salah satu penghasil baja terbesar di juta ton dan 88,2 juta ton. Kapasitas produksi mencapai 59%
Indonesia. Kondisi ekonomi global yang fluktuatif dan dari total produksi baja dunia, menjadikan China sebagai
pelemahan ekonomi di China mempengaruhi kinerja finansial pemasok terbesar industry baja di dunia.
PT X. Penurunan kinerja finansial selama empat tahun terakhir
PT X merupakan salah satu perusahaan penghasil baja
menyebabkan likuiditas perusahaan semakin memburuk. Selain
itu, pinjaman jangka panjang yang akan jatuh tempo dalam terbesar di Indonesia dengan kapasitas saat ini mencapai 3,15
jangka waktu dekat ini tetap harus dipenuhi oleh PT X. Akan juta ton per tahun. Kapasitas ini belum dapat memenuhi
tetapi, kinerja finansial yang memburuk menyulitkan PT X kebutuhan baja dalam negeri, sehingga menyebabkan PT X
untuk memenuhi kewajiban tersebut. Repayment capacity harus bersaing dengan perusahaan baja asing yang masuk ke
perusahaan mengalami permasalahan yang sangat berat dan Indonesia.
terancam mengalami gagal bayar. Salah satu solusi yang dapat
Disamping PT X harus bersaing dengan perusahaan baja
dilakukan adalah melakukan restrukturisasi hutang yang
dimiliki saat ini. Penelitian ini akan berfokus untuk asing, kondisi ekonomi global yang tidak stabil menyebabkan
menyelesaikan permasalahan pinjaman jangka panjang dengan industri baja nasional tertekan. Kondisi nilai tukar rupiah yang
melakukan restrukturisasi hutang dengan cara penjadwalan fluktuatif dan perlambatan ekonomi di China menekan harga
ulang pembayaran (debt rescheduling) yang dilakukan dengan baja dalam negeri. Perlambatan ekonomi dari China ini
metode optimasi. Hasil optimasi menunjukkan bahwa jadwal berimbas pada pasar baja nasional. Menurut Kementerian
pembayaran optimal dapat diperpanjang empat tahun hingga Perindustrian (2015), jika terjadi penurunan PDB (Produk
tahun 2018. Domestik Bruto) sebesar 1% di China maka akan
mengakibatkan kelebihan pasokan 24 juta ton baja di
Kata Kunci—Restrukturisasi, Debt Rescheduling, Financial Indonesia.
Covenants
China sebagai pesaing sekaligus penghasil baja terbesar di
dunia yang memiliki market share terbesar di dunia hingga
I. PENDAHULUAN 59% sedang menghadapi oversupply (kelebihan pasokan) saat
ini, sehingga kelebihan pasokan ini dijual ke negara-negara
I NDUSTRI baja merupakan salah satu industri strategis yang
digunakan sebagai bahan baku industri. Industri baja
termasuk 10 industri prioritas di Indonesia, yaitu salah satu
lain dengan harga yang sangat murah (dumping). Salah satu
target pasar baja yang menggiurkan bagi China adalah
Indonesia. Harga baja yang dijual sangat murah membuat
bagian dari industri logam yang termasuk dalam industri hulu. harga jual baja dalam negeri tertekan.
Beberapa industri yang menggunakan bahan baku baja Harga baja yang jatuh dan kondisi rupiah yang tidak stabil
diantaranta, yaitu infrastruktur, produksi barang modal, alat juga memperburuk kondisi industri baja nasional. Kondisi
transportasi, otomotif, bahkan persenjataan. tidak stabil ini merupakan salah satu permasalahan bagi PT X.
Permintaan baja dalam negeri akan semakin meningkat di Hal ini diakibatkan PT X menjual produknya mayoritas dalam
masa depan. Hal ini dipicu dari pembangunan infrastruktur rupiah, sementara sebagian bahan baku utama masih harus
yang direncenakan oleh pemerintah. Akan tetapi, peningkatan didatangkan dari luar negeri yang menggunakan mata uang
permintaan ini tidak didukung oleh pasokan baja nasional. asing untuk membelinya. Selain itu, teknologi yang digunakan
Laporan Media Industri (2008) menjelaskan bahwa oleh PT X masih konvensional jika dibandingkan pesaing-
perusahaan besi baja di Indonesia hanya mampu memproduksi pesaingnya. Hal ini akan mempengaruhi biaya produksi
4 juta ton per tahun. Padahal kebutuhan besi baja dalam negeri perusahaan yang tinggi.
mencapai 6 juta ton per tahun. Menurut Kementrian Kondisi saat ini sangat berbeda dengan lima tahun yang
Perindustrian (2015), hingga tiga tahun kedepan permintaan lalu. Tahun 2009-2010 merupakan salah satu masa kejayaan
baja mencapai 15 juta ton. Hal ini akan menjadi kesempatan industri baja. Hal ini mempengaruhi kondisi keuangan
bagi perusahaan baja asing untuk memasuki pasar Indonesia. finansial perusahaan yang meningkat, sehingga PT X
World Steel Association (2014) melaporkan bahwa China mengambil keputusan untuk berinvestasi dengan dana yang
adalah penghasil baja terbesar di dunia dengan kapasitas cukup besar untuk membangun beberapa pabrik untuk
mningkatkan kapasitas produksi. Dana investasi ini berumber
produksi mencapai 822,7 juta ton per tahunnya. Disusul oleh
dari pinjaman beberapa bank dan pinjaman ini akan jatuh
Jepang dan Amerika dengan kapasitas produksi, yaitu 110,7
tempo pada tahun 2016.
JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 4, No. 1, (2016) ISSN: 2

Pinjaman yang akan jatuh tempo ini harus dipenuhi oleh PT pembayaran hutang dengan mempertimbangkan constraints,
X. Akan tetapi, sebagaimana yang telah diuraikan sebelumnya yaitu berupa financial covenants.
bahwa saat ini industri baja nasional yang sedang tertekan,
E. Kesimpulan dan Saran
telebih kondisi hutang PT X pun cukup signifikan – mencapai
U$ 1,74 Milyar atau setara dengan Rp 23,7 triliyun – menjadi Tahap ini adalah tahapan terahir dari penelitian. Kesimpulan
permasalahan bagi PT X untuk bertahan di industri baja. akan ditarik dari hasil penelitian. Kesimpulan juga akan
Kondisi pasar baja yang buruk mengancam PT X mengalami menjawab tujuan penelitian. Selanjutnya, memberikan saran
permasalahan terkait likuiditas. Selain itu, repayment capacity terkait pengembangan dari penelitian yang telah dilakukan.
perusahaan mengalami permasalahan yang sangat berat dan
terancam mengalami gagal bayar (default).
Salah satu solusi yang dapat dilakukan adalah melakukan III. HASIL DAN PEMBAHASAN
restrukturisasi hutang yang dimiliki perusahaan pada saat ini.
Restrukturisasi hutang dapat dilakukan dengan penjadwalan A. Analisis Kondisi Historis Perusahaan
ulang pembayaran, sehingga lebih memungkinkan untuk
Kondisi keuangan perusahaan dapat dilihat dengan
mengatasi masalah repayment capacity.
melakukan analisis laporan keuangan yang terbagi menjadi 3
Penelitian ini akan berfokus untuk menyelesaikan
aspek, yaitu aspek likuiditas, solvabilitas, dan profitabilitas
permasalahan hutang dengan melakukan restrukturisasi hutang
(Sudana, 2009).
menggunakan debt rescheduling. Penyelesaian debt
Likuiditas ditunjukkan melalui current ratio, quick ratio,
rescheduling yang digunakan dengan menggunakan metode
dan cash ratio. Solvabilitas dapat dicerminkan melalui debt
optimasi.
ratio, times interest earned ratio, cash coverage ratio, debt to
equity ratio, dan long-term debt to equity ratio. Sedangkan,
II. METODE profitabilitas ditunjukkan melalui return on asset, return on
equity, profit margin ratio (net profit margin, operating profit
A. Tahap Studi Literatur dan Lapangan margin, gross profit margin), dan basic earning power
Tahap ini dilakukan dengan mempelajari dan memperdalam (Sudana, 2009).
mengenai industri baja di Indonesia, gambaran umum Ketiga aspek menampilkan fluktuatif yang relatif sama pada
perusahaan, konsep restrukturisasi perusahaan, serta ilmu tahun 2009-2014. Hasil perhitungan rasio menunjukkan bahwa
optimasi dari studi literatur yang dilakukan. Studi literatur tahun 2009-2010 merupakan tahun terbaik perusahaan, hal ini
bersumber dari buku, jurnal, serta artikel yang terkait. ditunjukkan dengan nilai terbaik yang ditunjukkan oleh rasio.
Sedangkan, studi lapangan dilakukan dengan berdiskusi Akan tetapi, tahun 2011-2014 selalu terjadi penurunan nilai,
dengan pihak perusahaan. sehingga tahun 2014 merupakan tahun terburuk perusahaan.
Hal ini dipicu oleh kondisi keuangan perusahaan yang
B. Tahap Pengumpulan Data mengalami kerugian tiga tahun terakhir, sehingga
Tahap ini dilakukan dengan mengumpulkan data-data mempengaruhi performansi keuangan perusahaan yang
sekunder yang terkait penelitian. Data berupa data keuangan menurun.
perusahaan yang bersumber dari pihak internal perusahaan.
C. Tahap Pengolahan Data B. Analisis Hasil Optimasi Restrukturisasi
Tahap ini terdiri dari beberapa langkah yang akan dilakukan Hasil perhitungan optimasi dengan menggunakan solver
untuk menghasilkan restrukturisasi hutang yang optimal. pada Microsoft Excel menghasilkan penjadwalan ulang
Tahap ini akan diawali dengan mengidentifikasi laporan (rescheduling) untuk pembayaran hutang jangka panjang ini
keuangan perusahaan (laba rugi, neraca, arus kas) dari tahun hingga 2018. Penjadwalan ulang pembayaran hutang ini
2009-2014. Selanjutnya, mengidentifikasi sumber pendanaan, menghasilkan tenor hingga 4 (empat) tahun dengan tingkat
pinjaman, dan covenants. Kemudian, membangun model bungan 9,25% (sesuai ketetapan bunga yang telah ditetapkan
proyeksi keuangan selam 20 tahun kedepan. Tahapan ini oleh kreditor).
dibagi dengan melakukan proyeksi laba rugi, neraca, arus kas, Debt rescheduling untuk pembayaran pokok pinjaman akan
dan free cash flow. Setelah perhitungan selesai maka dilakukan selama 3 (tiga) periode, sedangkan pembayaran
dilanjutkan dengan membuat model optimasi untuk bunga dilakukan selama 4 (empat) periode. Total
restrukturisasi hutang perusahaan. Model optimasi akan penjadwalan pembayaran hutang yang harus dibayar oleh PT
menggunakan software solver pada Microsoft Excel. X berturut-turut adalah 284,597;1,476,836;1,520,295;683,372.
Penjadwalan pembayaran ulang hutang ini merupakan
D. Tahap Analisis dan Interpretasi Data
jangka waktu optimal untuk melakukan restrukturisasi dengan
Tahap ini akan melakukan analisis hasil pengolahan data mempertimbangkan beberapa constratints, yaitu financial
yang telah dilakukan. Pertama, akan dilakukan mengenai covenants yang dipersyaratkan oleh kredior dan tidak boleh
kondisi historis keuangan berdasarkan aspek likuiditas, dilanggar perusahaan.
solvabilitas, dan profitabilitas. Selanjutnya, akan dilakukan Perbandingan rasio keuangan sebelum dan setelah
analisis sensitivitas untuk melihat perubahan pengaruh harga melakukan optimasi juga menunjukkan hasil yang positif,
baja terhadap tenor retsrtukturisasi. Keseluruhan data dimana terjadi peningkatan nilai. Hal ini ditunjukkan asi
berorientasi untuk melakukan penjadwalan ulang dalam ketiga aspek, yaitu likuiditas, solvabilitas, dan profitabilitas.
JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 4, No. 1, (2016) ISSN: 3

semakin tertekan dan terjadi penurunan melebihi 20% maka


akan menyebabkan waktu restrukturisasi pembayaran hutang
Tabel 1. perlu diperpanjang. Selain itu, ketika harga baja nasional
Financial Covenants semakin baik dan terjadi peningkatan harga jual melebihi 25%
Keterangan Syarat maka waktu restrukturisasi pembayaran hutang dapat
Current ratio Tidak boleh kurang dari 1,2 dipercepat. Oleh karena itu, semakin tertekan harga baja akan
Debt to equity ratio Tidak boleh lebih dari 2,33
Cash coverage ratio Tidak boleh kurang dari 2
membutuhkan waktu perpanjangan restrukturisasi dan
Debt service coverage ratio Tidak boleh kurang dari 1,1 semakin harga baja nasional membaik dapat mempercepat
Net revenue income to total debt Tidak boleh kurang dari 1,3 waktu restrukturisasi hutang
service payments
Net borrowing to EBITDA Tidak boleh lebih dari 4,5
Tabel 2. IV. KESIMPULAN/RINGKASAN
Hasil Optimasi Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan maka dapat
DEBT SCHEDULE (disajikan dalam jutaan rupiah) disimpulkan menjadi
Deskripsi 2014 2015 2016 2017 2018
Pokok - - 1,192,239 1,343,000 626,947
1. Pinjaman jangka panjang PT X akan jatuh tempo pada
Pinjaman tahun 2016. Akan tetapi, kinerja finansial PT X selalu
Beban - 284,597 284,597 177,295 56,425 mengalami penurunan yang ditunjukkan pada aspek
Bunga likuiditas, solvabilitas, dan profitabilitas yang buruk.
Pokok - 284,597 1,476,836 1,520,295 683,372 2. Hasil perhitungan optimasi restrukturisasi hutang jangka
dan
Bunga panjang PT X dengan mempertimbangkan batasan-
batasan, yaitu berupa financial covenants
3. Reschedule pembayaran hutang menghasilkan tenor
C. Analisis Sensitivitas selama empat (4) tahun, yaitu tahun 2015-2018.
Analisis sensitivitas merupakan suatu analisis untuk dapat 4. Penjadwalan pembayaran ulang hutang terbagi atas
melihat pengaruh-pengaruh yang terjadi akibat keadaan yang cicilan pembayaran pokok dan bunga, dimana
berubah-ubah. . Harga penjualan baja merupakan salah satu pembayaran cicilan pokok dilakukan sebanyak 3 kali dari
parameter yang sangat sensitif terhadap perubahan tahun 2016-2018 dan pembayaran cicilan bunga
restrukturisasi hutang. Terlebih, saat ini harga baja nasional sebanyak 4 kali dari tahun 2015-2018.
tertekan akibat dumping harga baja dari China. Analisis ini 5. Jumlah total cicilan pembayaran hutang PT X (pokok
melihat seberapa besar perubahan harga baja terhadap ataupun bunga) dari tahun 2015-2018, yaitu Rp
restrukturisasi hutang. 284.597.722, Rp 1.476.835.774, Rp 1.520.294.725, dan
Tabel 3. Rp 683.372.481.
Skenario Optimasi 6. Pasca restrukturisasi menunjukkan peningkatan kinerja
Perubahan harga Tenor Cicilan beban Cicilan keuangan dari aspek likuiditas, solvabilitas, dan
baja per unit Restrukturisasi bunga pembayaran profitabilitas.
pokok
-10% 4 tahun 4 kali 3 kali
-15% 4 tahun 4 kali 3 kali V. SARAN
-20% 4 tahun 4 kali 3 kali
Saran yang dapat diberikan untuk PT X adalah
-25% 5 tahun 5 kali 4 kali
restrukturisasi dengan jangka waktu tenor 4 tahun merupakan
-30% 5 tahun 5 kali 4 kali masa optimal. Perhitungan restrukturisasi ini diharapkan dapat
-40% 5 tahun 5 kali 4 kali menjadi referensi untuk melakukan negoisasi dengan pihak
-50% 6 tahun 6 kali 5 kali kreditor, sehingga hutang jangka panjang PT X dapat
+10% 4 tahun 4 kali 3 kali terselesaikan dengan baik dan terhindar dari risiko gagal
+15% 4 tahun 4 kali 3 kali bayar. Potensi PT X untuk tetap bertahan dan bersaing juga
+20% 4 tahun 4 kali 3 kali masih sangat tercermin dari rasio keuangan pasca
+25% 4 tahun 4 kali 3 kali restrukturisasi yang mengalami peningkatan. Restrukturisasi
+30% 3 tahun 3 kali 2 kali ini diharapkan dapat menjadi pemulihan kondisi PT X pasca
+40% 3 tahun 3 kali 2 kali imbas permasalahan industri baja nasional. Penelitian
+50% 3 tahun 3 kali 2 kali berikutnya diharapkan dapat melibatkan aspek jenis hutang
Tabel 3 menampilkan perubahan harga baja yang meningkat lainnya untuk restrukturisasi hutang yang dilakukan, seperti
dan menurun dengan perubahan tenor restrukturisasi. Ketika melibatkan hutang jangka pendek.
harga baja meningkat sebesar 25%-50% akan menyebabkan
tenor restrukturisasi yang perlu diperpanjang. Hal ini
disebabkan semakin tertekannya harga baja. Sedangkan, 7.
ketika harga baja meningkat sebesar 10%-20% akan
mempersingkat tenor restrukturisasi dari semula.
Perubahan harga hingga 20% - baik penurunan
ataupun peningkatan – tidak mengubah jangka waktu
restrukturisasi hutang, yaitu tetap 4 tahun. Jika harga baja
JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 4, No. 1, (2016) ISSN: 4

DAFTAR PUSTAKA [30] Ross, et all. 2010. Fundamental of Corporate Finance: Alternate Edition
Nineth Edition. New York : McGraw-Hill.
[1] Aji, Wirawan Bayu. 2010. Restrukturisasi Hutang Melalui Penundaan [31] Wild, John J., et al. 2010. Financial Statement Analysis 10th Edition.
Kewajiban Pembayaran Hutang. Yogyakarta : Universitas Islam Jakarta: Salemba Empat.
Indonesia. [32] Worldsteel. 2015. World Steel in Figures 2015. Worldsteel Association.
[2] Anderson, et all. 1997. Capital Structure: Perspective for Managers.
Emerald Insight, pp. 552-561
[3] Amelina, Dian. 2013. Analisis Faktor-Faktor Determinan dan
Hubungan Timbal Balik Antara Struktur Modal dan Return Saham.
Universitas Indonesia.
[4] Baridwan, Zaki. 2004. Intermediate Accounting Edisi Kedelapan.
Yogyakarta : BPFE.
[5] Demerjian, Peter R. 2007. Finantial Ratios and Credit Risk : The
Selection of Financial Ratio Convenants in Debt Contracts. University
of Michigan.
[6] Fidiana, et all. 2009. Kebijakan Restrukturisasi Hutang Melalui Debt to
Equity Swap. Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia.
[7] Handoko, T. Hani. 1996. Dasar-Dasar Manajemen Produksi dan
Operasi Edisi Pertama. Yogyakarta : BPFE.
[8] Hardiningsih, et all. 2012.Determinan Kebijakan Hutang dalam Agency
Theory dan Pecking Order Theory: Dinamika Akutansi Keuangan
dan Perbankan, Vol.1, No1. Semarang : Program Studi
Akuntansi Universitas Stikubank
[9] Hiller, Frederick S., Gerald J. Lieberman. 1990. Introduction to
Operations Reseacrsh Fifth Edition. McGraw-Hill International
Edition.
[10] Horne, James C. 1998. Prinsip-prinsip Manajemen Keuangan. Jakarta :
Salemba Empat.
[11] Industri, Media. 2008. Strategi memperkuat Industri Baja Nasional.
Media Industri.
[12] Jusuf, Ezra Akwila. 2015. The Strategy of Sales Scheme on Real Estate
Industry In Order to Maximize Profit. Surabaya : Institut
Teknologi Sepuluh Nopember.
[13] Keown, A.J., et al. 2008. Financial Management: Principle and
Application 10th edition. Pearson Prentice Hall
[14] Laryea, Thomas. 2010 Approaches to Corporate Debt Restructuring in
the Wake of Financial Crises. IMF.
[15] Margaretha, Farah. 2007. Manajemen Keuangan bagi Industri Jasa.
Jakarta : Grasindo.
[16] Milbank, et al. 2010. Navigating Today’s Environment : The Directors’
and Officers’ Guide to Restructuring. America Bankruptcy Institute.
[17] Miller, et al. 1963. Corporate Income Taxes and The Cost of Capital: A
Correction. The American Economic Review, pp. 433-443
[18] Nazra, Roni. 2011. Analisis Penerapan Covenant Kredit di Indonesia
(Studi Kasus Pada Bank Central Asia Tbk). Universitas Indonesia
[19] Nugroho, Deffa A. 2012. Pengaruh Struktur Kepemilikan Manajerial,
Debt Covenant, Tingkat Kesulitan Keuangan Perusahaan, dan Risiko
LitigasiTerhadap Konservatisme Akuntansi. Universitas Diponegoro
[20] Pasaribu, Fajar Niasti. 2009. Pengaruh Kebijakan Hutang dan
Kebijakan Dividend Terhadap Nilai Perusahaan pada Perusahaan
Manufaktur yang Terdaftar di BEI. Depok : Universitas Indonesia
[21] Putra, Indra Adi. 2009. Analisis Capital Structure dan Hubungannya
dengan Performa Keuangan serta Nilai Perusahaan yang Listing di
Bursa Efek Indonesia. Depok : Universitas Indonesia.
[22] Salehi, Mahdi. 2009. Study of The Relationship between Capital
Structure Measures and Performance : Evidence from Iran, Vol.4, No.
1. International Journal of Business and Management.
[23] Sawir, Agnes. 2003. Analisis Kinerja Keuangan dan Perencanaan
Keuangan Perusahaan. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.
[24] Sawir, Agnes. 2004. Kebijakan Pendanaan dan Restrukturisasi
Perusahaan. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.
[25] Schroeder, Roger G. 1994. Manajemen Operasi Pengambilang
Keputusan dalam Suatu Fungsi Operasi. Jakarta : Erlangga.
[26] Sudana, I Made. 2009. Manajemen Keuangan Teori dan Praktik.
Surabaya : Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas
Airlangga.
[27] Sudana, I Made. 2011. Manajemen Keuangan Perusahaan Teori dan
Praktik. Surabaya : Erlangga.
[28] Sugieanto, Aldi Margadita. 2015. Penentuan Struktur Modal yang
Optimal dengan Mempertimbangkan Biaya Modal dan Nilai
Perusahaan pada Operator Pelabuhan di PT X. Surabaya : Institut
Teknologi Sepuluh Nopember.
[29] Rahardjo, Budi. 1994. Memahami Laporan Keuangan Untuk Manajer
Non Keuangan. Yogyakarta : Andi Offset.

Anda mungkin juga menyukai