Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
SHARING INFORMATION
b. Kualitas Penduduk
Kualitas penduduk merupakan komponen terpenting, sebab dari penduduk
yang berkualitas, upaya pembangunan dapat dilaksanakan dengan baik. Kualitas
penduduk adalah keadaan penduduk baik individu maupun kelompok berdasarkan
tingkat kemajuan yang telah dicapai. Untuk mengukur kualitas penduduk agak sulit
karena manusia memiliki karekteristik dan latar belakang yang berbeda. Penampilan
manusia itu merupakan campuran antara unsure fisik (pendidikan, kesehatan) dan non
fisik (keimanan, kerjasama, solidaritas). Menurut PBB, kualitas penduduk dapat
dilihat dari 3 aspek: pendidikan, kesehatan, pendapatan
1. Pendidikan
Pendidikan mencerminkan kemampuan penduduk beradaptasi dengan
kemajuan IPTEK. Untuk mengukur tingkat pendidikan penduduk dapat
dilaksanakan dengan cara memperhatikan data penduduk yang buta huruf, tamat
sd, smp atau sma. Semakin tinggi buta huruf, kualitas penduduk aspek pendidikan
semakin rendah. Tingkat pendidikan di Indonesia masih sangat rendah yaitu
sebagian besar tamat SD. Ada beberapa alasan yang menyebabkan kondisi
tersebut:
- Biaya pendidikan yang relative mahal
- Minat sekolah sangat rendah terutama daerah terpencil
- Sarana dan prasarana pendidikan masih sangat terbatas
2. Kesehatan
Semakin banyak penduduk yang sakit, semakin rendah kualitas penduduk.
Ukuran dasar yang biasa digunakan adalah angka kematian bayi. Faktor penentu
- Status gizi penduduk
- Pelayanan kesehatan
- Tingkat pendapatan dan pendidikan
- Sanitasi lingkungan
3. Pendapatan
Tingkat pendapatan berkaitan dengan jenis mata pencarian. Sebagian besar
penduduk Indonesia memiliki mata pencarian sebagai petani. Untuk mengetahui
tingkat pendapatan penduduk suatu Negara, PBB telah membuat suatu patokan
didasarkan pada rata-rata pendapatan perkapita. Pendapatan perkapita adalah
pendapatan rata- rata setiap orang dalam suatu Negara dalam satu tahun
Terdapat 2 jenis masalah kependudukan menurut sifatnya yakni kuantitaf dan kualitatif
Akibat dari tidak meratanya penduduk, yaitu luas lahan pertanian di Jawa semakin
sempit. Lahan bagi petani sebagian dijadikan permukiman dan industri. Sebaliknya banyak
lahan di luar Jawa belum dimanfaatkan secara optimal karena kurangnya sumber daya
manusia. Sebagian besar tanah di luar Jawa dibiarkan begitu saja tanpa ada kegiatan
pertanian. Keadaan demikian tentunya sangat tidak menguntungkan dalam melaksanakan
pembangunan wilayah dan bagi peningkatan pertahanan keamanan negara.
Angka kematian yang tinggi menunjukkan tingkat kesehatan penduduk yang rendah.
Angka harapan hidup yang tinggi menunjukkan tingkat kesehatan penduduk yang baik.
Kualitas kesehatan penduduk tidak dapat dilepaskan dari pendapatan penduduk. Semakin
tinggi pendapatan penduduk maka pengeluaran untuk membeli pelayanan kesehatan
semakin tinggi. Penduduk yang pendapatannya tinggi dapat menikmati kualitas makanan
yang memenuhi standar kesehatan.
Meskipun tidak termasuk negara miskin, jumlah penduduk Indonesia yang hidup di
bawah garis kemiskinan cukup besar. Sebanyak 37,5 juta penduduk Indonesia hidup di
bawah garis kemiskinan menurut standard yang ditetapkan PBB. Kemakmuran berbanding
lurus dengan kualitas SDM. Semakin tinggi kualitas SDM penduduk, semakin tinggi pula
tingkat kemakmurannya. Banyak negara yang miskin sumber daya alam tetapi tingkat
kemakmuran penduduknya tinggi. Indonesia dikenal sebagai negara yang kaya sumber daya
alam.
Dari semua masalah kependudukan yang dipaparkan diatas, terdapat banyak sekali
dampak negatif yang dihasilkan, diantaranya:
Salah satu indikator kemakmuran suatu negara adalah volume barang dan jasa yang
dihasilkan oleh penduduknya. Untuk memproduksi barang dan jasa diperlukan penguasaan
teknologi dan ilmu pengetahuan. Penguasaan teknologi dan ilmu pengetahuan terkait
dengan kualitas SDM penduduk suatu negara. Jadi kualitas SDM merupakan faktor penentu
kemakmuran. Pertumbuhan penduduk yang tinggi
3. Kepadatan Penduduk
Jumlah penduduk yang besar dan ditambah dengan angka pertumbuhan penduduk yang
pesat membuat banyak Negara khususnya Negara berkembang di dunia mengalami
kepadatan penduduk yang berlebihan.
4. Kemiskinan
Dampak dari kepadatan penduduk, tidak hanya berhenti disitu. Dari dampak yang ada,
dampak yang baru akan kembali dihasilkan. Para urban yang tidak mendapat lahan tempat
tinggal dan juga lahan pekerjaan seperti yang mereka harapkan, mulai mempertahankan
hidup mereka dikota dengan segala kemampuan mereka seperti memanfaatkan lahan
terlarang untuk mendirikan rumah-rumah kumuh sebagai tempat mereka tinggal. Dengan
tidak adanya pekerjaan mereka bekerja serabutan seperti mengamen, meminta-minta dijalan
dan sebagainya hingga timbullah kemiskinan.
Terdapat beberapa solusi yang bisa digunakan sebagai upaya pencegahan atas masalah
kependudukan, diantaranya:
Adapun kegunaan dari laju pertumbuhan penduduk ini adalah memprediksi jumlah
penduduk suatu wilayah di masa yang akan datang.
Untuk mengetahui perubahan jumlah penduduk antar dua periode waktu juga merupakan
tujuan kegunaan dari laju pertumbuhan penduduk. Dengan interpretasi sebagai berikut :
Terdapat 3 cara untuk mendapatkan data penduduk, yaitu melalui sensus penduduk,
registrasi penduduk, dan survei penduduk.
a) Sensus Penduduk
Sensus penduduk adalah keseluruhan dari proses pengumpulan, pencatatan,
pengolahan, penyusunan, dan publikasi suatu data demografi yang dilakukan pada suatu
negara dalam periode tertentu.Di Indonesia, sensus dilakukan selama periode 10 tahun
sekali. Sensus penduduk pertama dilakukan pada tahun 1961, dan yang terakhir pada
tahun 2010. Sensus penduduk memiliki dua metode, yaitu :
1) Metode Householder, yaitu metode yang memberikan daftar pertanyaan tentang
kependudukan kepada penduduk atau responden, sehingga pengisian data dilakukan
langsung oleh penduduk dan akan diambil oleh petugas beberapa hari kemudian.
Metode ini dapat digunakan di daerah yang penduduknya memiliki tingkat
pendidikan yang relatif tinggi, karena penduduk tersebut dapat memahami dan
menjawab setiap pertanyaan yang terdapat pada daftar pertanyaan kependudukan
dengan baik.
2) Metode Canvaser, yaitu metode yang mengharuskan petugas sensus mendatangi
penduduk atau responden secara langsung untuk diwawancarai dan mengisi daftar
pertanyaan tentang kependudukan. Petugas sensus memberikan pertanyaan-
pertanyaan sesuai daftar dan penduduk menjawabnya secara lisan sesuai dengan
kondisi yang sebenarnya.Berdasarkan status tempat tinggal penduduknya, sensus
penduduk dibedakan menjadi sensus de facto dan sensus de jure.
3) Sensus De Facto, pencatatannya dilakukan oleh petugas dengan mencatat semua
orang yang ada pada suatu daerah ketika sensus penduduk berlangsung. Metode
sensus ini tidak membedakan antara penduduk asli yang menetap lama ataupun
hanya penduduk yang hanya menetap sementara.
4) Sensus De Jure, pencatatannya dilakukan oleh petugas dengan hanya mencatat
penduduk yang telah resmi tercatat dan tinggal didaerah tersebut sebagai penduduk
asli ketika sensus penduduk berlangsung. Pada metode sensus ini telah dibedakan
antara penduduk asli yang menetap dan penduduk yang hanya menetap sementara
waktu atau penduduk yang belum tercatat secara resmi sebagai penduduk di daerah
tersebut. Pada metode ini, penduduk yang belum tercatat secara resmi sebagai
penduduk daerah tersebut tidak diikut sertakan dalam penghitungan.Sensus
seringkali bermafaat sebagai landasan alokasi atau pembagian wilayah administratif.
Data sensus juga digunakan secara luas oleh pemerintah negara lain sebagai untuk
mengadakan perncanaan dan pelaksanaan berbagai fungsi pemerintah.
b) Survei Penduduk
Survei penduduk adalah pencacahan yang dilakukan pada daerah-daerah tertentu
yang menjadi sampel dan telah mewakili seluruh wilayahnya. Survei penduduk biasanya
menggunakan sistem sampel atau dalam bentuk studi kasus. Sistem kerja dan informasi
yang dikumpulkan survei penduduk sama dengan sensus penduduk.Berikut ini beberapa
factor yang membedakan antara survei penduduk dengan sensus penduduk.
1) Survei penduduk hanya mencacah sebagian dari jumlah keseluruhan penduduk yang
berupa sampel, sedangkan sensus mencacah seluruh penduduk yang tinggal di suatu
negara
2) Survei penduduk dapat dilaksanakan kapan saja, sedangkan sensus penduduk
dilakukan secara berkala sesuai periodenya disetiap negara (lima atau sepuluh tahun
sekali).
3) Survei penduduk mendata keadaan penduduk dengan topik yang dapat berubah,
sedangkan sensus menggunakan data yang standar sehingga patokannya bersifat
tetap.
Berikut ini beberapa contoh survei penduduk yang ada di Indonesia :
1) Survei Penduduk Antar Sensus (Supas) 1995.
2) Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI).
3) Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakemas).
4) Susenas dan lain sebagainya.
c) Registrasi Penduduk
Registrasi penduduk adalah pencatatan tentang identitas, cirri-ciri, status dan
kondisi penduduk yang dilakukan secara terus menerus oleh institusi pemerintah yang
dimulai dari tingkatan terendah yaitu desa atau kelurahan. Dari registrasi penduduk akan
didapat data monografi kependudukan yang berupa kelahiran penduduk, kematian,
perkawinan, perceraian, dan migrasi atau perpindahan penduduk.Registrasi ini sering
disebut sebagai registrasi vital atau statistic vital, karena mencatat setiap peristiwa
penting yang terjadi pada penduduk dan berhubungan dengan kehidupan. Registrasi
memberikan gambaran mengenai peristiwa-peristiwa dan perubahan yang terjadi pada
penduduk secara terus menerus, sehingga berbeda dengan sensus dan survei yang hanya
menggambarkan karakteristik penduduk pada suatu saat saja.Registrasi di Indonesia
dilakukan oleh lembaga yang berbeda-beda. Lembaga-lembaga tersebut diantaranya
kelurahan dan kantor pencatatan sipil yang mencatat kelahiran penduduk, kelurahan,
kantor pencatatan sipil dan departemen kesahatan yang bertugas mencatat kematian
penduduk. Departemen agama dan kantor pencatatan sipil yang mencatat perkawinan
dan perceraian penduduk, kelurahan dan departemen kehakiman yang bertugas mencatat
migrasi atau perpindahan penduduk.Dari registrasi penduduk, kita dapat memperoleh
beberapa informasi penting, yaitu :
1) Angka kelahiran penduduk
2) Angka kematian penduduk
3) Angka perkawinan penduduk
4) Angka perceraian penduduk, dan
5) Angka migrasi atau perpindahan penduduk
Dinamika Penduduk
Dinamika penduduk adalah perubahan keadaan penduduk.Perubahan perubahan tersebut
dipengaruhi oleh beberapa hal.Dinamika atau perubahan lebih cenderung pada perkembangan
jumlah penduduk suatu Negara atau wilayah tersebut. Jumlah penduduk tersebut dapat
diketahui melalui sensus, registrasi dan survey penduduk. Sensus pertama dilaksanakan pada
tahun 1930 pada zaman Hindia Belanda. Sedangkan sensus yang dilakukan oleh pemerintah
Indonesia dimulai pada tahun 1961,1971, 1980, 1990, 2000, dan yang terakhir tahun 2010.
Pertumbuhan penduduk merupakan salah satu factor yang penting dalam masalah social
ekonomi dan masalah penduduk. Jumlah penduduk akan berpengaruh terhadap kondisi social
ekonomi suatu daerah. Jumlah penduduk dapat mengalami perubahan dari waktu ke waktu
yaitu bertambah atau berkurang. Dinamika penduduk atau perubahan jumlah penduduk
dipengaruhi oleh 3 (tiga) faktor yaitu :
a) Kelahiran (natalitas)
b) Kematian (mortalitas)
c) Migrasi (perpindahan)
Jumlah kelahiran dan kematian sangat menentukan dalam pertumbuhan penduduk
Indonesia, oleh karena itu kita perlu mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kelahiran
dan kematian.
Kependudukan sangat erat kaitannya dengan demografi. Kata demografi berasal dari
bahasa Yunani yang berarti: “Demos” adalah rakyat atau penduduk dan “Grafein” adalah
menulis. Jadi demografi adalah tulisan-tulisan atau karangan-karangan mengenai rakyat
atau penduduk. Istilah ini dipakai untuk pertama kalinya oleh Achille Guillard dalam
karangannya yang berjudul Elements de Statistique Humaine on Demographic Compares
pada tahun 1885.
Menurut Donald J. Boguedi dalam bukunya yang berjudul Principles of Demoraphy
defenisi Demogrfi adalah sebagai berikut: “Demografi adalah ilmu yan mempelajari
secara statistik dan matematik tentang besar, komposisi dan distribusi penduduk dan
perubahan-perubahannya sepanjang masa melalui bekerjanya 5 komponen demografi
yaitu Kelahiran (Fertilitas), Kematian (Mortalitas), Perkawinan, Migrasi, dan Mobilitas
Sosial”
Dari beberapa defenisi diatas dapat disimpulkan bahwa demografi adalah ilmu yang
mempelajari persoalan dan keadaan perubahan-perubahan penduduk atau dengan
perkataan lain segala hal yang berhubungan dengan komponen-komponen perubahan
tersebut, seperti kelahiran, kematian, migrasi sehingga menghasilkan suatu keadaan dan
komposisi penduduk menurut umur dan jenis kelamin tertentu.
Transisi demografi merupakan suatu kondisi yang menggambarkan perubahan
parameter demografi yaitu fertilitas, mortalitas dan migrasi. Zelinsky (1971), menyatakan
bahwa transisi fertilitas dan mortalitas sebagai transisi vital, sedangkan transisi demografi
terdiri dari transisi vital dan transisi mobilitas. Berbeda dengan Zelinski, Notenstein
(1945) menegaskan bahwa transisi demografihanya memperhatikan perubahan fertilitas
dan mortalitas atau dengan kata lain disebut sebagai perubahan secara alamiah. PBB
(1989) membagi transisi demografi kedalam 4 tahap, yaitu:
1) Pada tahap pertama angka fertilitas (kelahiran) masih sangat tinggi, ditandai dengan
indikatorTotal Fertility Rate(TFR) di atas 6, dan angka mortalitas (kematian) juga
tinggi. Sedangkan usia harapan hidup waktu lahir rendah yaitu kurang dari 45 tahun.
Pada tahap ini laju pertumbuhan penduduk sangat rendah. Jumlah kelahiran dan
kematian cenderung sangat tinggi dan tidak terkendali setiap tahunnya. Berbagai
faktor penyebab kematian ikut mempengaruhi di antaranyaadanya peperangan, gagal
panen dan kelaparan sebagai akibat tingginya harga-harga pangan serta meluasnya
wabah penyakit menular.
2) Tahap kedua ditandai dengan mulai menurunnya angka mortalitas dengan cepat
karena penemuan obat-obatan antibiotik, revolusi industri dan kemajuan teknologi.
Angka kelahiran sudah menunjukkan penurunan tetapi sangat lambat. TFR pada tahap
ini berkisar antara 4,5-6, sedangkan usia harapan hidup waktu lahir berkisar antara 45-
55 tahun.
3) Tahap ketiga, ditandai dengan kematian yang terus menurun tetapi penurunannya
mulai melambat. Angka harapan hidup berkisar antara 55-65 tahun, sedangkan TFR
mengalami penurunan dengan cepat sebagai akibat adanya program keluarga
berencana dan tersedianya alat kontrasepsi secara luas. Pada tahap ini tingkat
pendidikan mulai meningkat.
4) Tahap keempat ditandai dengan angka kelahiran dan kematian yang sudah rendah dan
tingkat pertumbuhan penduduk yang juga rendah. Pada tahap ini usia atau angka
harapan hidup mencapai lebih dari 65 tahun dan TFR di bawah 3. Proses transisi
demografi dianggap berakhir ketika fertilitas mencapai NRR (net reproduction rate) =
1. Tahapini biasanya dialami oleh negara yang sudah maju.