Anda di halaman 1dari 18

STEP VII

SHARING INFORMATION

1. Mahasiswa mampu menjelaskan konsep kependudukan


Pengertian Penduduk

Nomor 52 Tahun 2009 Tentang Perkembangan Kependudukan Dan Pembangunan


Keluarga Penduduk adalah warga negara Indonesia dan orang asing yang bertempat tinggal di
Indonesia. Kependudukan adalah hal ihwal yang berkaitan dengan jumlah, struktur,
pertumbuhan, persebaran, mobilitas, penyebaran, kualitas, dan kondisi kesejahteraan yang
menyangkut politik, ekonomi, sosial budaya, agama serta lingkungan penduduk setempat.
Perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga adalah upaya terencana untuk
mewujudkan penduduk tumbuh seimbang dan mengembangkan kualitas penduduk pada
seluruh dimensi penduduk.
Demikian pula ketidakseimbangan jumlah penduduk laki-laki dan perempuan,bisa
mengakibatkan rendahnya fertilitas dan rendahnya angka pertumbuhannya.
Ketidakseimbangan itu akan mempengaruhi pola keadaan sosial, ekonomi, dan keluarga.
Pengelompokan penduduk berdasarkan ciri – ciri tertentu dapat diklasifikasikan
sebagai berikut:
a. Biologi: umur dan jenis kelamin,
b. Sosial: pendidikan dan status,
c. Ekonomi: jenis pekerjaan, lapangan pekerjaan, dan tingkat pendapatan,
d. Geografi: tempat tinggal
e. Budaya: agama dan adat istiadat
Ruang Lingkup Ilmu Kependudukan
Demografi menekankan pada kajian-kajian sebagai berikut:
a. Besar atau jumlah, komposisi dan distribusi penduduk dalam suatu wilayah
b. Perubahan-perubahan dari jumlah penduduk, komposisi dan distribusinya.
c. Komponen-komponen dari perubahan tersebut
d. Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan komponen-komponen tersebut
e. Konsekuensi dari perubahan baik jumlah, komposisi ataupun distribusi dalam
komponen-komponen tersebut
Tujuan Kajian Kependudukan
Dilihat dari variable dasar demografi dan karakteristic penduduk maka para pakar
bersepakat menyatakan tujuan utama kajian ilmu kependudukan adalah:
a. Mengetahui kualitas dan distribusi penduduk dalam suatu daerah tertentu
b. Menjelaskan pertumbuhan masa yang lampau, penurunannya dan persebarannya
dengan data yang tersedia
c. mengembangkan sebab akibat anatara perkembangan laju pertumbuhan penduduk
dengan berbagai aspek sosial lainnya
d. Mencoba meramalkan pertumbuhan penduduk di masa yang akan datang dengan
kemungkinan-kemungkinan konsekuensinya.
2. Mahasiswa mampu menjelaskan kuantitas dan kualitas kependudukan
a. Kuantitas Penduduk
Kuantitas penduduk adalah banyaknya penduduk yang menempati suatu
wilayah pada waktu tertentu. Berdasarkan ketentuan yang berlaku di Indonesia,
penduduk Indonesia adalah semua orang sekurang-kurangnya 6 bulan bertempat
tinggal di wilayah Indonesia. Penduduk Indonesia terdiri atas warga diplomat/
perwakilan negara asing di Indonesia.
Unsur Kuantitas penduduk :
- Kelahiran (natalitas/fertilitas)
- Kematian (mortalitas)
- Perpindahan Penduduk (migrasi)
Untuk mengetahui jumlah penduduk pada suatu negara, negara tersebut dapat
melakukan Sensus, registrasi, dan survey.

b. Kualitas Penduduk
Kualitas penduduk merupakan komponen terpenting, sebab dari penduduk
yang berkualitas, upaya pembangunan dapat dilaksanakan dengan baik. Kualitas
penduduk adalah keadaan penduduk baik individu maupun kelompok berdasarkan
tingkat kemajuan yang telah dicapai. Untuk mengukur kualitas penduduk agak sulit
karena manusia memiliki karekteristik dan latar belakang yang berbeda. Penampilan
manusia itu merupakan campuran antara unsure fisik (pendidikan, kesehatan) dan non
fisik (keimanan, kerjasama, solidaritas). Menurut PBB, kualitas penduduk dapat
dilihat dari 3 aspek: pendidikan, kesehatan, pendapatan
1. Pendidikan
Pendidikan mencerminkan kemampuan penduduk beradaptasi dengan
kemajuan IPTEK. Untuk mengukur tingkat pendidikan penduduk dapat
dilaksanakan dengan cara memperhatikan data penduduk yang buta huruf, tamat
sd, smp atau sma. Semakin tinggi buta huruf, kualitas penduduk aspek pendidikan
semakin rendah. Tingkat pendidikan di Indonesia masih sangat rendah yaitu
sebagian besar tamat SD. Ada beberapa alasan yang menyebabkan kondisi
tersebut:
- Biaya pendidikan yang relative mahal
- Minat sekolah sangat rendah terutama daerah terpencil
- Sarana dan prasarana pendidikan masih sangat terbatas
2. Kesehatan
Semakin banyak penduduk yang sakit, semakin rendah kualitas penduduk.
Ukuran dasar yang biasa digunakan adalah angka kematian bayi. Faktor penentu
- Status gizi penduduk
- Pelayanan kesehatan
- Tingkat pendapatan dan pendidikan
- Sanitasi lingkungan
3. Pendapatan
Tingkat pendapatan berkaitan dengan jenis mata pencarian. Sebagian besar
penduduk Indonesia memiliki mata pencarian sebagai petani. Untuk mengetahui
tingkat pendapatan penduduk suatu Negara, PBB telah membuat suatu patokan
didasarkan pada rata-rata pendapatan perkapita. Pendapatan perkapita adalah
pendapatan rata- rata setiap orang dalam suatu Negara dalam satu tahun

3. Mahasiswa mampu menjelaskan masalah masalah dalam kependudukan

Masalah kependudukan dapat diartikan sebagai masalah pertambahan jumlah


penduduk yang sangat tinggi. Adapun pertambahan penduduk ini akan menimbulkan
berbagai masalah dan hambatan bagi upaya-upaya pembangunan yang dilakukan oleh suatu
negara karena pertumbuhan penduduk yang sangat tinggi akan menyebabkan kesempatan
kerja baru sangat terbatas. Sebagai akibat dari keadaan tersebut, maka pertumbuhan
penduduk biasanya dapat menimbulkan masalah-masalah seperti, timbulnya struktur usia
atau umur muda yang disebabkan oleh tingginya angka kelahiran yang merupakan faktor
penghambat pembangunan ekonomi karena sebagian dari pendapatan yang sebenarnya
harus ditabung untuk kemudian diinvestasikan bagi pembangunan ekonomi terpaksa harus
dikeluarkan untuk keperluan sandang dan pangan mereka, jumlah pengangguran yang
semakin lama semakin series, urbanisasi dan sebagainya.

Tingkat pertumbuhan penduduk yang terlalu tinggi secara langsung dapat


menimbulkan masalah bagi negara yang bersangkutan, dalam upaya untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakatnya.Tingkat pertumbuhan penduduk yang semakin cepat
menyebabkan proporsi penduduk yang belum dewasa menjadi bertambah tinggi dan jumlah
anggota keluarga bertambah besar.

Menurut LincolynArsyad (1997:46 ) terdapat tiga ciri pokok yang menandai


perkembangan dan permasalahan kependudukan Indonesia dewasa ini yaitu:

a. Laju pertumbuhan penduduk yang perlu diturunkan.


b. Penyebaran penduduk antar daerahyang kurang seimbang.
c. Kualitas kehidupan penduduk yang perlu ditingkatkan.

Masalah kependudukan yang mempengaruhi pelaksanaan dan pencapaian tujuan


pembangunan di Indonesia adalah pola penyebaran penduduk dan mobilitas tenaga kerja
yang kurang seimbang baik dilihat dari sisi antar pulau, antar daerah, maupun antar
pedesaan dan perkotaan dapat menimbulkan masalah yang serius, dan hampir disemua
propinsi di Indonesia tampak adanya gejala makin meningkatnya arus perpindahan
penduduk dari desa ke kota. Hat ini menyebabkan pertumbuhan penduduk daerah perkotaan
lebih cepat dibandingkan daerah pedesaan, namun jumlah penduduk daerah pedesaan tetap
lebih besar.Dari uraian tersebut makapertambahan atau peningkatan jumlah penduduk
sangat dipengaruhi oleh tingkat kelahiran, tingkat perpindahan penduduk dan kematian.

Terdapat 2 jenis masalah kependudukan menurut sifatnya yakni kuantitaf dan kualitatif

1. Masalah kependudukan yang bersifat kuantitatif


a. Jumlah Penduduk Besar

Penduduk dalam suatu negara menjadi faktor terpenting dalam pelaksanaan


pembangunan karena menjadi subjek dan objek pembangunan. Manfaat jumlah penduduk
yang besar:

 Penyediaan tenaga kerja dalam masalah sumber daya alam.


 Mempertahankan keutuhan negara dari ancaman yang berasal dari bangsa lain.
b. Pertumbuhan Penduduk Cepat
Secara nasional pertumbuhan penduduk Indonesia masih relatif cepat, walaupun ada
kecenderungan menurun. Antara tahun 1961 – 1971 pertumbuhan penduduk sebesar 2,1 %
pertahun, tahun 1971 – 1980 sebesar 2,32% pertahun, tahun 1980 – 1990 sebesar 1,98%
pertahun, dan periode 1990 – 2000 sebesar 1,6% pertahun. Keluarga berencana merupakan
suatu usaha untuk membatasi jumlah anak dalam keluarga, demi kesejahteraan keluarga.
Dalam program ini setiap keluarga dianjurkan mempunyai dua atau tiga anak saja atau
merupakan keluarga kecil.Dengan terbentuknya keluarga kecil diharapkan semua kebutuhan
hidup anggota keluarga dapat terpenuhi sehingga terbentuklah keluarga sejahtera.
Dua tujuan pokok Program Keluarga Berencana yaitu:
 Menurunkan angka kelahiran agar pertambahan penduduk tidak melebihi
kemampuan peningkatan produksi.
 Meningkatkan kesehatan ibu dan anak untuk mencapai keluarga sejahtera
c. Persebaran Penduduk Yang Tidak Merata

Persebaran penduduk di Indonesia tidak merata baik persebaran antarpulau, provinsi,


kabupaten maupun antara perkotaan dan pedesaan. Pulau Jawa dan Madura yang luasnya
hanya ±7% dari seluruh wilayah daratan Indonesia, dihuni lebih kurang 60% penduduk
Indonesia Perkembangan kepadatan penduduk di Pulau Jawa dan Madura tergolong tinggi,
yaitu tahun 1980 sebesar 690 jiwa tiap-tiap kilometer persegi, tahun 1990 menjadi 814 jiwa
dan tahun 1998 menjadi 938 jiwa per kilo meter persegi (km2).

Akibat dari tidak meratanya penduduk, yaitu luas lahan pertanian di Jawa semakin
sempit. Lahan bagi petani sebagian dijadikan permukiman dan industri. Sebaliknya banyak
lahan di luar Jawa belum dimanfaatkan secara optimal karena kurangnya sumber daya
manusia. Sebagian besar tanah di luar Jawa dibiarkan begitu saja tanpa ada kegiatan
pertanian. Keadaan demikian tentunya sangat tidak menguntungkan dalam melaksanakan
pembangunan wilayah dan bagi peningkatan pertahanan keamanan negara.

2. Masalah Penduduk yang Bersifat Kualitatif


a. Tingkat Kesehatan Penduduk yang rendah
Meskipun telah mengalami perbaikan, tetapi kualitas kesehatan penduduk Indonesia
masih tergolong rendah. Indikator untuk melihat kualitas kesehatan penduduk adalah
dengan melihat:
 Angka Kematian
 Angka Harapan Hidup

Angka kematian yang tinggi menunjukkan tingkat kesehatan penduduk yang rendah.
Angka harapan hidup yang tinggi menunjukkan tingkat kesehatan penduduk yang baik.
Kualitas kesehatan penduduk tidak dapat dilepaskan dari pendapatan penduduk. Semakin
tinggi pendapatan penduduk maka pengeluaran untuk membeli pelayanan kesehatan
semakin tinggi. Penduduk yang pendapatannya tinggi dapat menikmati kualitas makanan
yang memenuhi standar kesehatan.

b. Tingkat Pendidikan yang Rendah

Tingkat pendidikan bukanlah satu-satunya indikator untuk mengukur kualitas SDM


penduduk suatu negara. Kualitas SDM berhubungan dengan produktivitas kerja. Orang
yang tingkat pendidikannya tinggi diharapkan punya produktivitas yang tinggi. Kenyataan
yang terjadi di Indonesia adalah banyak orang berpendidikan tinggi (sarjana) tetapi
menganggur. Keadaan demikian tentu sangat memprihatinkan. Orang yang menganggur
menjadi beban bagi orang lain (keluarganya). Tingkat pendidikan diharapkan berbanding
lurus dengan tingkat kesejahteraan. Sehingga pembangunan dalam bidang pendidikan yang
dilakuka oleh pemerintah membawa dampak positif yang signifikan terhadap
kesejahteraan penduduk.

c. Tingkat Kemakmuran yang Rendah

Meskipun tidak termasuk negara miskin, jumlah penduduk Indonesia yang hidup di
bawah garis kemiskinan cukup besar. Sebanyak 37,5 juta penduduk Indonesia hidup di
bawah garis kemiskinan menurut standard yang ditetapkan PBB. Kemakmuran berbanding
lurus dengan kualitas SDM. Semakin tinggi kualitas SDM penduduk, semakin tinggi pula
tingkat kemakmurannya. Banyak negara yang miskin sumber daya alam tetapi tingkat
kemakmuran penduduknya tinggi. Indonesia dikenal sebagai negara yang kaya sumber daya
alam.

Dampak-dampak masalah kependudukan

Dari semua masalah kependudukan yang dipaparkan diatas, terdapat banyak sekali
dampak negatif yang dihasilkan, diantaranya:

1. Rendahnya tingkat kualitas SDM


Rendahnya tingkat pendidikan akan berdampak besar pada kualitas sumber daya
manusia suatu Negara. Penduduk adalah objek dan subyek pembangunan. Sebagai objek,
penduduk adalah sasaran pembangunan. Sebagai subyek, penduduk adalah pelaku
pembangunan. Peranan penduduk sebagai subyek menentukan arah dan keberhasilan
pembangunan. Potensi dan tantangan pembangunan ditentukan oleh keadaan riil
kependudukan dan sumber daya alam yang dimiliki oleh suatu negara.

Fakta menunjukkan bahwa eksploitasi sumber daya alam (penambangan) di Indonesia


banyak dilakukan oleh perusahaan asing. Proyek-proyek pembangunan oleh pemerintah
juga sering menggunakan bantuan (assistance) perusahaan asing. Hal ini disebabkan oleh
keterbatasan modal dan teknologi yang dimiliki penduduk Indonesia. Penguasaan teknologi
dan kepemilikan modal terkait dengan kualitas sumber daya manusia (SDM) penduduk
Indonesia. Rendahnya kualitas sumber daya manusia penduduk Indonesia ditunjukkan
dengan GDP perkapita yang relatif rendah. Kualitas sumber daya manusia penduduk
Indonesia yang rendah merupakan penghambat pembangunan. Secara terperinci faktor
kependudukan yang menghambat pembangunan adalah:

2. Rendahnya kualitas SDM penduduk Indonesia

Salah satu indikator kemakmuran suatu negara adalah volume barang dan jasa yang
dihasilkan oleh penduduknya. Untuk memproduksi barang dan jasa diperlukan penguasaan
teknologi dan ilmu pengetahuan. Penguasaan teknologi dan ilmu pengetahuan terkait
dengan kualitas SDM penduduk suatu negara. Jadi kualitas SDM merupakan faktor penentu
kemakmuran. Pertumbuhan penduduk yang tinggi

Penduduk merupakan potensi sekaligus beban pembangunan. Penduduk yang


berkualitas (produktif) merupakan potensi/kekuatan pembangunan. Sedangkan penduduk
dengan kualitas rendah (non produktif) merupakan beban pembangunan. Pertumbuhan
penduduk bagi suatu negara dapat menjadi kekuatan sekaligus beban. Ini tergantung
bagaimana kualitas penduduknya. Bagi Indonesia, pertumbuhan penduduk yang tinggi
merupakan beban pembangunan. Mengapa? Jumlah penduduk Indonesi saat ini sudah cukup
besar. Tetapi kualitas hidupnya (kemakmurannya) masih rendah. Apabila pertumbuhan
penduduk masih tetap tinggi, maka kualitas hidup (kemakmuran) akan semakin menurun.

3. Kepadatan Penduduk
Jumlah penduduk yang besar dan ditambah dengan angka pertumbuhan penduduk yang
pesat membuat banyak Negara khususnya Negara berkembang di dunia mengalami
kepadatan penduduk yang berlebihan.

4. Kemiskinan

Dampak dari kepadatan penduduk, tidak hanya berhenti disitu. Dari dampak yang ada,
dampak yang baru akan kembali dihasilkan. Para urban yang tidak mendapat lahan tempat
tinggal dan juga lahan pekerjaan seperti yang mereka harapkan, mulai mempertahankan
hidup mereka dikota dengan segala kemampuan mereka seperti memanfaatkan lahan
terlarang untuk mendirikan rumah-rumah kumuh sebagai tempat mereka tinggal. Dengan
tidak adanya pekerjaan mereka bekerja serabutan seperti mengamen, meminta-minta dijalan
dan sebagainya hingga timbullah kemiskinan.

Upaya pencegahan dan penanggulangan masalah kependudukan

Terdapat beberapa solusi yang bisa digunakan sebagai upaya pencegahan atas masalah
kependudukan, diantaranya:

a. Melaksanakan program KB (2 anak lebih baik)


b. Menunda pernikahan dini
c. Meratakan pertumbuhan penduduk

4. Mahasiswa mampu menjelaskan laju pertumbuhan penduduk

Laju Pertumbuhan Penduduk adalah Angka yang menunjukan Tingkat pertambahan


penduduk pertahun dalam jangka waktu tertentu. Angka ini dinyatakan sebagai persentase
dari penduduk dasar. Laju pertumbuhan penduduk dapat dihitung menggunakan tiga metode,
yaitu aritmatik, geometrik, dan eksponesial. Metode yang paling sering digunakan di BPS
adalah metode geometrik.  Laju pertumbuhan penduduk eksponensial menggunakan asumsi
bahwa pertumbuhan penduduk berlangsung terus-menerus akibat adanya kelahiran dan
kematian di setiap waktu.

Adapun kegunaan dari laju pertumbuhan penduduk ini adalah memprediksi jumlah
penduduk suatu wilayah di masa yang akan datang.
Untuk mengetahui perubahan jumlah penduduk antar dua periode waktu juga merupakan
tujuan kegunaan dari laju pertumbuhan penduduk. Dengan interpretasi sebagai berikut :

a. LPP  >  0  berarti  terjadi  penambahanpenduduk.pada  tahun  t dibandingkan  dengan 


tahun sebelumnya. 
b. LPP  =  0  berarti  tidak  terjadiperubahan  jumlah  penduduk  padatahun  t 
dibandingkan  dengan  tahun sebelumnya. 
c. Pt,0< 100 berarti terjadi pengurangan jumlah  penduduk  pada  tahun  t dibandingkan 
dengan tahun sebelumnya. 

5. Mahasiswa mampu menjelaskan sumber data kependudukan dan dinamika


penduduk (bps)

Terdapat 3 cara untuk mendapatkan data penduduk, yaitu melalui sensus penduduk,
registrasi penduduk, dan survei penduduk.

a) Sensus Penduduk
Sensus penduduk adalah keseluruhan dari proses pengumpulan, pencatatan,
pengolahan, penyusunan, dan publikasi suatu data demografi yang dilakukan pada suatu
negara dalam periode tertentu.Di Indonesia, sensus dilakukan selama periode 10 tahun
sekali. Sensus penduduk pertama dilakukan pada tahun 1961, dan yang terakhir pada
tahun 2010. Sensus penduduk memiliki dua metode, yaitu :
1) Metode Householder, yaitu metode yang memberikan daftar pertanyaan tentang
kependudukan kepada penduduk atau responden, sehingga pengisian data dilakukan
langsung oleh penduduk dan akan diambil oleh petugas beberapa hari kemudian.
Metode ini dapat digunakan di daerah yang penduduknya memiliki tingkat
pendidikan yang relatif tinggi, karena penduduk tersebut dapat memahami dan
menjawab setiap pertanyaan yang terdapat pada daftar pertanyaan kependudukan
dengan baik.
2) Metode Canvaser, yaitu metode yang mengharuskan petugas sensus mendatangi
penduduk atau responden secara langsung untuk diwawancarai dan mengisi daftar
pertanyaan tentang kependudukan. Petugas sensus memberikan pertanyaan-
pertanyaan sesuai daftar dan penduduk menjawabnya secara lisan sesuai dengan
kondisi yang sebenarnya.Berdasarkan status tempat tinggal penduduknya, sensus
penduduk dibedakan menjadi sensus de facto dan sensus de jure.
3) Sensus De Facto,  pencatatannya dilakukan oleh petugas dengan mencatat semua
orang yang ada pada suatu daerah ketika sensus penduduk berlangsung. Metode
sensus ini tidak membedakan antara penduduk asli yang menetap lama ataupun
hanya penduduk yang hanya menetap sementara.
4) Sensus De Jure, pencatatannya dilakukan oleh petugas dengan hanya mencatat
penduduk yang telah resmi tercatat dan tinggal didaerah tersebut sebagai penduduk
asli ketika sensus penduduk berlangsung. Pada metode sensus ini telah dibedakan
antara penduduk asli yang menetap dan penduduk yang hanya menetap sementara
waktu atau penduduk yang belum tercatat secara resmi sebagai penduduk di daerah
tersebut. Pada metode ini, penduduk yang belum tercatat secara resmi sebagai
penduduk daerah tersebut tidak  diikut sertakan dalam penghitungan.Sensus
seringkali bermafaat sebagai landasan alokasi atau pembagian wilayah administratif.
Data sensus juga digunakan secara luas oleh pemerintah negara lain sebagai untuk
mengadakan perncanaan dan pelaksanaan berbagai fungsi pemerintah.
b) Survei Penduduk
Survei penduduk adalah pencacahan yang dilakukan pada daerah-daerah tertentu
yang menjadi sampel dan telah mewakili seluruh wilayahnya. Survei penduduk biasanya
menggunakan sistem sampel atau dalam bentuk studi kasus. Sistem kerja dan informasi
yang dikumpulkan survei penduduk sama dengan sensus penduduk.Berikut ini beberapa
factor yang membedakan antara survei penduduk dengan sensus penduduk.
1) Survei penduduk hanya mencacah sebagian dari jumlah keseluruhan penduduk yang
berupa sampel, sedangkan sensus mencacah seluruh penduduk yang tinggal di suatu
negara
2) Survei penduduk dapat dilaksanakan kapan saja, sedangkan sensus penduduk
dilakukan secara berkala sesuai periodenya disetiap negara (lima atau sepuluh tahun
sekali).
3) Survei penduduk mendata keadaan penduduk dengan topik yang dapat berubah,
sedangkan sensus menggunakan data yang standar sehingga patokannya bersifat
tetap.
Berikut ini beberapa contoh survei penduduk yang ada di Indonesia :
1) Survei Penduduk Antar Sensus (Supas) 1995.
2) Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI).
3) Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakemas).
4) Susenas dan lain sebagainya.
c) Registrasi Penduduk
Registrasi penduduk adalah pencatatan tentang identitas, cirri-ciri, status dan
kondisi penduduk yang dilakukan secara terus menerus oleh institusi pemerintah yang
dimulai dari tingkatan terendah yaitu desa atau kelurahan. Dari registrasi penduduk akan
didapat data monografi kependudukan yang berupa kelahiran penduduk, kematian,
perkawinan, perceraian, dan migrasi atau perpindahan penduduk.Registrasi ini sering
disebut sebagai registrasi vital atau statistic vital, karena mencatat setiap peristiwa
penting yang terjadi pada penduduk dan berhubungan dengan kehidupan. Registrasi
memberikan gambaran mengenai peristiwa-peristiwa dan perubahan yang terjadi pada
penduduk secara terus menerus, sehingga berbeda dengan sensus dan survei yang hanya
menggambarkan karakteristik penduduk pada suatu saat saja.Registrasi di Indonesia
dilakukan oleh lembaga yang berbeda-beda. Lembaga-lembaga tersebut diantaranya
kelurahan dan kantor pencatatan sipil yang mencatat kelahiran penduduk,  kelurahan,
kantor pencatatan sipil dan departemen kesahatan yang bertugas mencatat kematian
penduduk. Departemen agama dan kantor pencatatan sipil yang mencatat perkawinan
dan perceraian penduduk, kelurahan dan departemen kehakiman yang bertugas mencatat
migrasi atau perpindahan penduduk.Dari registrasi penduduk, kita dapat memperoleh
beberapa informasi penting, yaitu :
1) Angka kelahiran penduduk
2) Angka kematian penduduk
3) Angka perkawinan penduduk
4) Angka perceraian penduduk, dan
5) Angka migrasi atau perpindahan penduduk

Dinamika Penduduk
Dinamika penduduk adalah perubahan keadaan penduduk.Perubahan perubahan tersebut
dipengaruhi oleh beberapa hal.Dinamika atau perubahan lebih cenderung pada perkembangan
jumlah penduduk suatu Negara atau wilayah tersebut. Jumlah penduduk tersebut dapat
diketahui melalui sensus, registrasi dan survey penduduk.  Sensus pertama dilaksanakan pada
tahun 1930 pada zaman Hindia Belanda. Sedangkan sensus yang dilakukan oleh pemerintah
Indonesia dimulai pada tahun 1961,1971, 1980, 1990, 2000, dan yang terakhir tahun 2010.
Pertumbuhan penduduk merupakan salah satu factor yang penting dalam masalah social
ekonomi dan masalah penduduk. Jumlah penduduk akan berpengaruh terhadap kondisi social
ekonomi suatu daerah. Jumlah penduduk dapat mengalami perubahan dari waktu ke waktu
yaitu bertambah atau berkurang. Dinamika penduduk atau perubahan jumlah penduduk
dipengaruhi oleh 3 (tiga) faktor yaitu :

a) Kelahiran (natalitas) 

b) Kematian (mortalitas) 
c) Migrasi (perpindahan) 
Jumlah kelahiran dan kematian sangat menentukan dalam pertumbuhan penduduk
Indonesia, oleh karena itu kita perlu mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kelahiran
dan kematian.

6. Mahasiswa mampu menjelaskan populasi penduduk berdasarkan umur dan jenis


kelamin

A. Komposisi Penduduk Menurut Umur


Komposisi penduduk menurut umur dalam arti demografi adalah komposisi penduduk
menurut kelompok umur tertentu. Komposisi menurut umur dapat dikelompokkan menjadi
tiga yaitu:

a. usia belum produktif (kelompok umur < 14 tahun),


b. usia produktif (kelompok umur antara 15 - 64 tahun), dan
c. usia tidak produktif (kelompok umur > 64 tahun).
Berdasarkan pengelompokan umur tersebut dapat diketahui rasio beban tanggungan
(dependency ratio) yang dapat digunakan untuk melihat angka ketergantungan suatu negara.
Rasio beban tanggungan adalah angka yang menunjukkan perbandinganantara penduduk usia
nonproduktif dengan penduduk usia produktif.
B. Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin
Komposisi penduduk menurut jenis kelamin adalah pengelompokan penduduk berdasarkan
jenis kelaminnya. Komposisi ini untuk mengetahui perbandingan antara jumlah penduduk
laki-laki dan perempuan dalam satu wilayah tertentu. Adanya ketidakseimbangan jumlah
penduduk laki-laki dan perempuan (rasio jenis kelamin) dapat mengakibatkan rendahnya
fertilitas dan rendahnya angka pertumbuhan penduduk. Perbandingan (rasio) jenis kelamin
dapat diketahui dengan rumus berikut ini.
7. Mahasiswa mampu menjelaskan ukuran dasar demografi
1. Rate
Angka yang menunjukkan kemungkinan terjadinya suatu kejadian/penyakit tertentu
dalam populasi dan waktu tertentu atau perbandingan antara kejadian dengan jumlah
penduduk yang memiliki resiko kejadian tersebut. Digunakan untuk menyatakan
dinamika dan kecepatan kejadian tertentu dalam masyarakat. Contoh: Morbidity rate,
Mortality rate, Natality rate)
2. Rasio/Ratio
Perbandingan antara nomerator dan denominator pada suatu waktu, atau perbandingan
2 bilangan yang tidak saling tergantung dan digunakan untuk menyatakan besarnya
kejadian.
3. Proporsi
Perbandingan antara pembilang (Numerator) dengan penyebut (denominator) dimana
Numerator termasuk/bagian dari denominator, dengan satuan %.
4. Rata-rata
Yaitu ukuran nilai tengah yang diperoleh dengan cara menjumlahkan semua nilai
pengamatan yang didapat kemudian dibagi banyaknya pengamatan yang ada.
5. Frekuensi
Yaitu ukuran yang menyatakan berapa kali aktivitas/suatu kegiatan dilaksanakan pada
periode waktu tertentu.
6. Cakupan
Ukuran untuk menilai pencapaian hasil pelaksanaan dari suatu terget kegiatan yang
ditentukan pada periode tertentu.

Kependudukan sangat erat kaitannya dengan demografi. Kata demografi berasal dari
bahasa Yunani yang berarti: “Demos” adalah rakyat atau penduduk dan “Grafein” adalah
menulis. Jadi demografi adalah tulisan-tulisan atau karangan-karangan mengenai rakyat
atau penduduk. Istilah ini dipakai untuk pertama kalinya oleh Achille Guillard dalam
karangannya yang berjudul Elements de Statistique Humaine on Demographic Compares
pada tahun 1885.
Menurut Donald J. Boguedi dalam bukunya yang berjudul Principles of Demoraphy
defenisi Demogrfi adalah sebagai berikut: “Demografi adalah ilmu yan mempelajari
secara statistik dan matematik tentang besar, komposisi dan distribusi penduduk dan
perubahan-perubahannya sepanjang masa melalui bekerjanya 5 komponen demografi
yaitu Kelahiran (Fertilitas), Kematian (Mortalitas), Perkawinan, Migrasi, dan Mobilitas
Sosial”
Dari beberapa defenisi diatas dapat disimpulkan bahwa demografi adalah ilmu yang
mempelajari persoalan dan keadaan perubahan-perubahan penduduk atau dengan
perkataan lain segala hal yang berhubungan dengan komponen-komponen perubahan
tersebut, seperti kelahiran, kematian, migrasi sehingga menghasilkan suatu keadaan dan
komposisi penduduk menurut umur dan jenis kelamin tertentu.
Transisi demografi merupakan suatu kondisi yang menggambarkan perubahan
parameter demografi yaitu fertilitas, mortalitas dan migrasi. Zelinsky (1971), menyatakan
bahwa transisi fertilitas dan mortalitas sebagai transisi vital, sedangkan transisi demografi
terdiri dari transisi vital dan transisi mobilitas. Berbeda dengan Zelinski, Notenstein
(1945) menegaskan bahwa transisi demografihanya memperhatikan perubahan fertilitas
dan mortalitas atau dengan kata lain disebut sebagai perubahan secara alamiah. PBB
(1989) membagi transisi demografi kedalam 4 tahap, yaitu:
1) Pada tahap pertama angka fertilitas (kelahiran) masih sangat tinggi, ditandai dengan
indikatorTotal Fertility Rate(TFR) di atas 6, dan angka mortalitas (kematian) juga
tinggi. Sedangkan usia harapan hidup waktu lahir rendah yaitu kurang dari 45 tahun.
Pada tahap ini laju pertumbuhan penduduk sangat rendah. Jumlah kelahiran dan
kematian cenderung sangat tinggi dan tidak terkendali setiap tahunnya. Berbagai
faktor penyebab kematian ikut mempengaruhi di antaranyaadanya peperangan, gagal
panen dan kelaparan sebagai akibat tingginya harga-harga pangan serta meluasnya
wabah penyakit menular.
2) Tahap kedua ditandai dengan mulai menurunnya angka mortalitas dengan cepat
karena penemuan obat-obatan antibiotik, revolusi industri dan kemajuan teknologi.
Angka kelahiran sudah menunjukkan penurunan tetapi sangat lambat. TFR pada tahap
ini berkisar antara 4,5-6, sedangkan usia harapan hidup waktu lahir berkisar antara 45-
55 tahun.
3) Tahap ketiga, ditandai dengan kematian yang terus menurun tetapi penurunannya
mulai melambat. Angka harapan hidup berkisar antara 55-65 tahun, sedangkan TFR
mengalami penurunan dengan cepat sebagai akibat adanya program keluarga
berencana dan tersedianya alat kontrasepsi secara luas. Pada tahap ini tingkat
pendidikan mulai meningkat.
4) Tahap keempat ditandai dengan angka kelahiran dan kematian yang sudah rendah dan
tingkat pertumbuhan penduduk yang juga rendah. Pada tahap ini usia atau angka
harapan hidup mencapai lebih dari 65 tahun dan TFR di bawah 3. Proses transisi
demografi dianggap berakhir ketika fertilitas mencapai NRR (net reproduction rate) =
1. Tahapini biasanya dialami oleh negara yang sudah maju.

Bonus demografi merupakan suatu kondisi perubahan struktur umur penduduk


sebagai akibat dari proses transisi demografi, yaitu penurunan angka kelahiran dan angka
kematian. Penurunan angka kelahiran akan menyebabkan penurunan jumlah penduduk
umur kurang dari 15 tahun, yang diikuti dengan penambahan penduduk usia produktif 15-
64 tahun sebagai akibat banyaknya kelahiran di masalalu. Sementara karena perbaikan
status kesehatan, umur harapan hidup semakin panjang, sehingga lansia akan semakin
meningkat.
Masa di manapenduduk usia produktif jauh melebihi penduduk tidak produktif
ini akan berpengaruh pada rasio ketergantungan, di manabeban “ekonomi” yang
harus ditanggung oleh penduduk yang produktif terhadap penduduk tidak produktif
mencapai titik terendah. Adioetomo (2005) mengatakan bahwa bonus demografi ini
hanya akan terjadi satu kali saja bagi semua penduduk suatu negara yaitu yang
disebut sebagai window of opportunity. Lebih lanjut dikatakan bahwa kesempatan
yang diberikan oleh bonus demografi ini berupa tersedianya kondisi atau ukuran yang
sangat ideal pada perbandingan jumlah penduduk yang produktif dengan penduduk
yang tidak produktif. Pada saat itu rasio ketergantungan berada dibawah 50 persen.
Artinya antara penduduk produktif (usia kerja) dengan penduduk non usia kerja sekitar 2
kalinya. Bonus demografi biasanya hanya terjadi satu atau dua dekade saja, karena
dengan berjalannya waktu penduduk lansia akan terus bertambah, sehingga rasio
ketergantungan akan meningkat kembali.Konsekuensi dari transisi demografi tersebut, di
manajumlah penduduk produktif meningkat lebih banyak dibandingkan penduduk
yang tidak produktif memberikan implikasi pada keuntungan ekonomi. Karena
ketika beban ketergantungan sangat rendah, terjadi peningkatan jumlah tenaga kerja yang
apabila semuanya terserap dalam kesempatan kerja yang tersedia maka akan
meningkatkan total output yang diperoleh. Dengan semua penduduk usia kerja
bekerja, maka akan terjadi akumulasi yang lebih besar karena semua tenaga kerja
yang bekerja mampu memperbesar tabungan mereka. Tabunganini akan lebih
bermakna jika diinvestasikan untuk kegiatan yang produktif. Selain itu tenaga kerja
yang besar ini dapat ditingkatkan kualitasnya melalui kebijakan investasi yang khusus.

Anda mungkin juga menyukai