Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

SISTEM INFORMASI MANAJEMEN

“JENIS PENGAMBILAN KEPUTUSAN”


DOSEN PEMBIBING
DEWI ASTUTI, SKM.,M. Kes (MARS)

OLEH :
WAHDATIA M. KURUNG
NIM : B1B119012

FAKULTAS TEKNOLOGI
RUMAH SAKIT & INFORMATIKA
TAHUN AJARAN 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah ini yang berjudul “Jenis Pengambilan
Keputusan dalam kelompok” tepat pada waktunya.

Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Sistem Informasi
Manajemen. Saya berusaha menyusun makalah ini dengan segala kemampuan, namun saya
menyadari bahwa makalah ini masih banyak memiliki kekurangan baik dari segi penulisan
maupun segi penyusunan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun akan saya
terima dengan senang hati demi perbaikan makalah selanjutnya. Atas perhatian dan kesempatan
yang diberikan untuk membuat makalah ini saya ucapkan terima kasih.

Makassar, 13 Juli 2021


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i


KATA PENGANTAR .................................................................................. ii
DAFTAR ISI ................................................................................................ iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ........................................................................................ 1
1.2 Tujuan ..................................................................................................... 2
1.3 Manfaat ................................................................................................... 2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian pengambilan keputusan dalam kelompok ............................... 3
2.2 Faktor-faktor yang menghambat pengambilan keputusan dalam kelompok 7
2.3 Teknik dan metode pengambilan keputusan dalam kelompok .................. 8
2.4 Kelebihan pengambilan keputusan dalam kelompok…………………… . 8
2.5 Kelemahan pengambilan keputusan dalam kelompok………………….. . 12
2.6 Pengertian Decision Support System (DSS)…………………………… 12
2.7 Jenis DSS dan Peran DSS dalam SIM…………………………………… 14
2.8 Kelebihan dan kekurangan Decision Support System (DSS)………….. 14
2.9 Dampak pemanfaatan Decision Support System (DSS)......................... 17

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan ............................................................................................. 21
Saran

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pengambilan keputusan adalah proses identifikasi masalah dan peluang, serta
kemudian mencari solusi penyelesaian (Daft & Marcic, 2011). Definisi tersebut diperkuat
oleh pendapat Salusu (1996) dengan mengutip pendapat beberapa ahli, yakni pengambilan
keputusan merupakan kegiatan sentral dari manajemen (Perrone, 1968), merupakan kunci
kepemimpinan (Gore, 1959), atau inti kepemimpinan (Siagian, 1988), sebagai suatu
karakteristik yang fundamental (Moore, 1978), suatu saat kritis bagi tindakan administratif
(Robbins, 1978).
Dari definisi tersebut jelas bahwa pengambilan keputusan hadir pada setiap tingkat
dalam sebuah organisasi. Robin Hughes (dalam Kusumawardani, 2013) juga memberi
kesimpulan bahwa pengambilan keputusan terjadi di semua bidang dan tingkat kegiatan
serta pemikiran manusia. Namun dalam hal ini keputusan pada tingkat lebih tinggi akan
mempengaruhi tingkat yang lebih rendah. Selanjutnya Asri (1988) menyatakan bahwa
pembuatan keputusan sebagai bagian dari manajemen modern. Pada tingkat dasar,
pengambilan keputusan terdiri dari keputusan individu dan keputusan kelompok. Oleh
karena itu, sangat penting suatu keputusan yang dibuat memberi hasil yang optimal bagi
organisasi.
1.2 Rumusan Masalah
1. Pengertian pengambilan keputusan dalam kelompok
2. Faktor-faktor yang menghambat pengambilan keputusan dalam kelompok
3. Teknik dan metode pengambilan keputusan dalam kelompok
4. Kelebihan pengambilan keputusan dalam kelompok
5. Kelemahan pengambilan keputusan dalam kelompok
6. Pengertian Decision Support System (DSS)
7. Jenis DSS dan Peran DSS dalam SIM
8. Kelebihan dan kekurangan Decision Support System (DSS
9. Dampak pemanfaatan Decision Support System (DSS)
1.3 Manfaat
1. Untuk mengetahui Pengertian pengambilan keputusan dalam kelompok
2. Untuk mengetahui Faktor-faktor yang menghambat pengambilan keputusan
dalam kelompok
3. Untuk mengetahui Teknik dan metode pengambilan keputusan dalam kelompok
4. Untuk mengetahui Kelebihan pengambilan keputusan dalam kelompok
5. Untuk mengetahui Kelemahan pengambilan keputusan dalam kelompok
6. Pengertian Decision Support System (DSS)
7. Jenis DSS dan Peran DSS dalam SIM
8. Kelebihan dan kekurangan Decision Support System (DSS
9. Dampak pemanfaatan Decision Support System (DSS)
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian pengambilan keputusan dalam kelompok
Kelompok merupakan bagian dari kehidupan manusia. Tiaphari manusia akan terlibat
dalam aktivitas kelompok. Demikian pula kelompok merupakan bagian dari kehidupan organisasi
(Thoha. 2012, hal 79). Pengambilan keputusan secara berkelompok (group-aided decision making)
pada hakekatnya tidak jauh berbeda dengan pengambilan keputusan yang dilakukan individu. Hal
ini dikarenakan hakekat dari keputusan adalah jelas, yaitu: penentuan satu langkah strategis guna
menghadapi ketidakpastian, untuk menyeselaikan masalah. Perbedaan utama antara keputusan
individual dan kelompok dalam konteks organisasi terletak pada proses pengambilan keputusan
dan penentuan keputusan akhir. Beberapa pendangan mengatakan bahwa pengambilan keputusan
secara berkelompok dianggap lebih baik dibandingkan pengambilan keputusan secara individual.
Menurut Muslich (2010, hal. 363) Proses pengambilan keputusan kelompok menjadi
semakin rumit karena banyaknya jumlah peserta atau anggota kelompok. Proses pengambilan
keputusan dalam praktiknya dapat dilakukan melalui tahapan-tahapan yaitu identifikasi masalah,
mendefinisikan masalah, memformulasikan dan mengembangkan alternatif, implementasi
keputusan, dan evaluasi keputusan (Rivai & Mulyadi. 2013, hal. 158) Setiap anggota kelompok
mempunyai informasi yang berbeda tentang situasi yang dihadapi, demikian pula dengan persepsi
dari situasi yang ada.perbedaan informasi dan persepsi yang ada di antara anggota kelompok
menyebabkan terjadinya preferensi. Dalam situasi seperti ini, yang pertama dilakukan oleh
anggota kelompok adalah saling tukar menukar informasi di antara mereka. Tujuannya untuk
menambah atau memperbesar tingkat pengetahuan situasi masalah yang dihadapi. Proses kedua
dalam pengambilan keputusan kelompok adalah interaksi di antara anggota kelompok dengan
tujuan anggota kelompok saling memengaruhi pendapat di antara mereka.
2.2 Faktor-faktor yang menghambat pengambilan keputusan dala kelompok
Kelompok telah memberikan gambaran bahwa keputusan yang diambil secara kelompok
lebih baik daripada yang diambil secara individual, tetapi ada keadaan bahwa pengambilan
keputusan secara kelompok tidak efektif. Berikut adalah beberapa faktor yang menghambat
pengambilan keputusan kelompok (Walgito. 2010, hal. 134)
1. Lack Of Group Maturity Anggota kelompok membutuhkan waktu untuk saling bekerja sama
tau dengan yang lain. Apabila waktu tidak ada dan mereka hanya bertemu dalam waktu yang
singkat, maka kelompok akan kurang efektif dalam pengambilan keputusan
2. Uncritically Giving One’s Dominant Responses Jika ada sikap yang tidak krotis dan mudah
memberikan respons atau dukungan pada pendapat yang dominan, maka pengambilan
keputusan secara kelompok tidak efektif.
3. Social Loafing Sifat bermalas-malasan dari kelompok akan menjadi hambatan dalam
pengambilan keputusan secara kelompok. Sifat bermalas-malasan akan mengurangi
individual effort
apabila kerja secara bersama, khususnya pada additive task. Dalam hal ini, kelompok akan
sulit memperoleh produktivitas yang tinggi.
4. Conflicting Goals of Group Members Apabila dalam kelompok ada tujuan yang tidak sama di
antara anggota kelompok, maka akan menjadi hambatan dalam mengambil keputusan secara
kelompok. Kelompok memerlukan kebulatan pendapat tentang tujuan yang akan dicapai.
5. Failure to Communicate and Utilize Information Tidak semua anggota kelompok berpartisipasi
sama dalam kelompok dan tidak semua kontribusi diperhatikan dengan seksama oleh anggota
kelompok. Anggota mungkin tidak berhasil dalam berkomunikasi karena mungkin ada rasa
malu atau karena keengganan ambil bagian dalam kelompok
6. Egocentrism of Group Members (Sifat Egosentris Anggota Kelompok) Apabila ada anggota
yang egosentris, maka ia berpendapat hanya dirinyalah yang tepat dan anggota yang lain
diminta agar dapat menerima pendapatnya. Keadaan demikian akan menghambat pengambilan
keputusan secara kelompok.
7. Lack of Sufficient Heterogency (Kurangnya Heterogenitas) Kelompok akan produktif secara
optimal, tergantung pada seberapa jauh informasi yang dibutuhkan, keterampilan, dan sudut
pandang yang ada Semakin homogen keadaan anggota kelompok, semakin kurang
menyumbangkan sumber daya yang diperlukan. Pada umumnya, kelompok yang homogen
dalam mebuat keputusan secara kelompok kurang efektif apabila dibandingkan kelompok yang
heterogen.
8. Inappropriate Group Size (Ukuran Kelompok yang Tidak Tepat) Sebagian pengambilan
keputusan membutuhkan kelompok yang besar, namun dalam hal-hal tertentu membutuhkan
anggota kelompok yang kecil. Pleh karena itu, besar kelompok yang tidak tepat akan
menganggu pengambila keputusan kelompok. Semakin kecil anggota kelompok semakin
besar tanggung jawab individu.
9. Lack of Sufficient Time (Kurangnya Waktu yang Dibutuhkan) Salah satu kelebihan
pengambilan keputusan oleh kelompok daripada keputusan individu adalah waktu yang cukup.
Semakin besar anggota kelompok, semakin lama waktu yang dibutuhkan. Kelompok
membutuhkan waktu cukup lama untuk mendiskusikan isu yang ada sampai pengambilan
kuputusan. Dengan demikian, aopabila waktu tidak cukup tersedia, maka pengambilan
kuputusan oleh kelompok kurang efektif.
2.3 Teknik dan metode pengambilan keputusan dalam kelompok
Teknik Pengambilan Keputusan Secara Kelompok
Menurut Darmawan (2016, hal.167) beberapa teknik pengambilan keputusan secara berkelompok
sebagai berikut:
 Brainstorming Technique
Teknik ini digunakan untuk membantu setiap kelompok menghasilkan beragam ide dan alternatif
untuk menyelesaikan masalah. Teknik ini efektif dalam membantu mengurangi gangguan (noise)
dan campur tangan (interference) dalam pengambilan keputusan yang dihasilkan oleh kritik atau
reaksi penilaian atas ide satu orang atau satu kelompok oleh kelompok lain.
Langkah-langkah dalam melakukan teknik ini adalah:
1. Perwakilan kelompok menjelaskan dalam garis besar pandangan tentang masalah sebenarnya
yang dihadapi menurut kelompok mereka;
2. Kemudian perwakilan kelompok juga mengemukakan ide dan alternatif solusi yang
memungkinkan untuk menyelesaikan masalah;
3. Ketika setiap kelompok mengajukan pandangannya, kelompok lain atau anggota lain dilarang
keras untuk melakukan kritik atau menilai alternatif sampai seluruh presentasi yang dilakukan
kelompok telah selesai dilakukan;
4. Setiap anggota kelompok didorong untuuk bersikap “seradikal dan seliar”mungkin dalam
mengajukan ide alternatif solusi. Pandangan inovatif merupakan keharusan yang membantu
proses pengambilan keputusan. Lebih banyak ide yang muncul, akan lebih baik alternatif solusi
terbangun;
5. Lebih lanjut, setiap kelompok diminta untuk mengakumulasikan seluruh ide melalui teknik
saling sumbang saran. Dalam hal ini, penilaian ide atas dasar kuantitatif menjadi prioritas
utama;
6. Ketika seluruh ide dan alternatif telah selesai dipaparkan, maka setiap kelompok diminta untuk
melakukan debat yang sehat dan terarah, menilai pro dan kontra dari beberapa alternatif yang
menarik, menetapkan daftar alternatif terbaik serta mereduksi alternatif menjadi beberapa
alternatif yang memungkinkan.
 The Nominal Group Technique
Teknik ini membantu kelompok dalam menghasilkan sejumlah ide, mengevaluasi dan memilih
solusi secara lebih terstruktur dan sistematis. Dalam teknik ini, setiap anggota kelompok menulis
ide dan solusi, membacakan ide dan solusinya kepada anggota lain, mendiskusikan dan
merangking seluruh alternatif. Teknik ini juga sangat berguna sekali terutama bila sebuah isu
merupakan isu yang kontroversial. Format dasar dari teknik ini dijabarkan sebagai berikut:
1. Sebuah kelompok dibentuk untuk mendiskusikan topik atau masalah yang spesial;
2. Setelah masalah dipahami dengan baik, setiap individu diminta untuk meuliskan ide-idenya.
Untuk menuliskan ide-idenya diberikan waktu selama kurang lebih 30-40 menit. Setiap orang
diminta untuk inovatif dalam menghasilkan ide;
3. Kemudian, seluruh ide dituliskan pada papan tulis agar kelompok dapat mengetahui pandangan
setiap individu. Pada tahap ini, sesi diskusi, kritik, saran dan evaluasi belum dibuka;
4. Seketika seluruh alternatif solusi telah dijabarkan, sesi diskusi mulai dibuka. Setiap orang
boleh mengajukan kritik dan saran, evaluasi serta perbaikan membangun untuk setiap ide.
Pada tahap ini, diskusi tentang alternatif solusi dimulai dari alternatif atau ide yang pertama
kali diajukan atau ditulis dipapan, dimana pengajun dilakukan secara acak. Setiap anggota
kelompok dapat meminta klarifikasi informasi dan kritik untuk setiap alternatif guna
mengidentifikasi pandangan pro dan kontranya;
5. Setiap anggota individu yang terlibat diskusi diberikan waktu 30 detik untuk berargumentasi,
mempertahankan kebaikan idenya, atau mendukung ide tertentu yang dianggap baik;
6. Bila seluruh alternatif telah didiskusikan, setiap anggota kelompok merangking seluruh
alternatif yang menurut pandangan mereka terbaik dan paling memungkinkan untuk
diterapkan;
7. Pemimpin kelompok kemudian menentukan pilihan akhir berdasarkan pilihan alternatif
tertinggi, atau alternatif pilihan yang paling banyak dipilih. Teknik ini mengikuti teknik
penentuan keputusan dengan suara terbanyak (voting). Sebelum keputusan akhir diambil,
kelompok dapat mendiskusikan kembali pilihan alternatif terbaik pada urutan teratas
 Delphi Technique
Teknik Delphi dianggap sebagai teknik pengambilan keputusan yang masuk pada wilayah tesis
bounded rationality atau kondisi pengambilan keputusan dalam kondisi konflik. Teknik ini
merupakan pendekatan proses pengumpulan ide alternatif solusi berdasarkan atas input dari para
ahli dibidang tertentu, baik dalam organisasi, maupun diluar organisasi.
Langkah-langkah yang dilakukan dalam teknik ini adalah:
1. Para pembuat keputusan memulai proses Delphi dengan mengindentifikasi isu dan masalah
pokok yang hendak diselesaikan
2. Kemudian yang telah dibuat dan para peserta teknik Delphi, para ahli mulai dipilih
3. Kuesioner yang telah dibuat dikirim kepada para ahli, baik di dalam organisasi maupun di luar
organisasi.
4. Para ahli diminta untuk mengisi kuesioner yang dikirim, menghasilkan ide dan alternatif solusi
penyelesaian masalah, serta mengirimkan kembali kuesioner kepada pemimpin kelompok,
para pembuat keputusan akhir.
5. Sebuah ilmu khusus dibentuk untuk merangkum seluruh respon yang muncul dan
mengirimkan kembali hasil rangkuman kepada partisipan teknik api.
6. Pada tahun ini, partisipan diminta untuk; menelaah ulang hasil rangkuman, menetapkan skala
prioritas atau memeringkatkan alternatif solusi yang dianggap terbaik dan mengembalikan
seluruh hasil rangkuman beserta masukan terakhir dalam periode waktu tertentu.
7. Proses ini kembali diulang sampai para pembuat keputusan relah mendapatkan informasi yang
dibutuhkan guna mencapai kecepatan untuk menentukan satu alternatif solusi atau tindakan
terbaik.
Teknik ini menjadi teknik yang efektif dalam kondisi ketidakpastian teknik diskusi
tatap muka dilaksanakan, ketika ketidaksetujuan dan konflik menghalangi komunikasi, ketika
muncul dominasi mayoritas yang kuat (secara kekuasaan, wewenang dan posisi) terhadap
minoritas sehingga mayoritas akan mendominasi diskusi dan ketika pemikiran kelompok
muncul dalam proses pengambilan keputusan secara kelompok. Agar teknik ini berlaku dengan
efektif, pihak manajemen harus dapat menentukan para partisipan yang dianggap dapat berlaku
obyektif dalam menilai sesuatu dan memberi masukkan. Selain itu, teknik ini memerlukan
bantuan sistem informasi, teknologi informasi yang baik agar proses pengiriman kuesioner
dan penerimaan berlangsung dengan cepat. Teknik Dhelpi merupakan teknik yang sangat
bergantung pada ketetapan waktu pengelolaan informasi dibandingkan teknik lainnya.
Metode pengambilan keputusan dalam kelompok terdiri dari:
1. Metode 1: Pegangambilan keputusan oleh otoritas tanpa diskusi kelompok Dalam hal ini,
keputusan diambil oleh pemimpin tanpa mengadakan pembicaraan dengan anggota kelompok.
Metode ini merupakan metode yang efisien apabila kita memandang bahwa keputusan
membutuhkan waktu yang singkat, tetapi tidak efektif karena keputusan yang diambil oleh
pihak yang mempunyai otoritas, sehingga keputusan yang diambil mengkin tidak dapat
diterima oleh anggota kelompok.
2. Metode 2: Keputusan diambil oleh otoritas setelah mengadakan diskusi kelompok. Keputusan
memang diambil oleh pemimpin yang mempunyai otoritas, tetapi setelah mengadakan diskusi
kelompok. Keputusan akan lebih baik apabila dibandingkan dengan metode pertama karena
otoritas memperhatikan pendapat kelompok.
3. Metode 3: Keputusan diambil oleh seorang ahli (expert) Ada kemungkinan bahwa keputusan
diambil oleh seorang ahli, yaitu orang yang paling ahli dalam kelompok, lalu ia memberikan
penjelasan tentang keputusan yang diambilnya. Namun, metode ini pun akan menghadpi
kesulitan, yaitu untuk menentukan orang yang paling ahli dalam kelompok bersangkutan.
4. Metode 4: Keputusan yang diambil dengan rerata pendapat individu Dalam hal ini, keputusan
diambil dengan mengambil rarata pendapat individu yang tergabung dalam kelompok. Dan
berbagai pendapat anggota, kelompok kemudian mengambil reratanya dan menganggapnya
sebagai keputusan.
5. Metode 5: Keputusan yang ambil oleh minoritas Dua atau tiga anggota yang mewakili anggota
kelompok dapat mengambil keputusan.
6. Metode 6: Keputusan diambil dengan sura terbanyak (voting) setelah mengemukakan dan
mendiskusikan isu, para anggota mengambil keputusan dengan suara terbanyak atas pendapat
mereka. Khusus di Indonesia, keputusan akan lebih baik apabila dapat diambil secara
musyawarah untuk mufakat.
7. Metode 7: Keputusan diambil dengan konsensus (kesepakatan bersama) Metode ini merupakan
metode yang paling efektif, tetapi juga menuntut waktu yang cukup lama untuk mencapai
kensensus. Konsensus yang baik berarti tiap anggota menerima keputusan yang diambilnya,
walaupun secara kebulatan suara kadang-kadang kurang mungkin diterima. Konsensus secara
umum dapat diartikan opini kolektif pada kelompok. Kemudian individu bekerja sama dalam
kondisi yang memungkinkan komunikasi terbuka dan suasana kelompok yang suportif
sehingga tiap anggota dalam kelompok merasa mempunyai kesempatan untuk berpengaruh
dalam kelompok (Winardi. 2015, hal. 204)
2.4 Kelebihan pengambilan keputusan dalam kelompok
1. Dalam pengembangan tujuan, kelompok memberikan jumlah pengetahuan yang lebih besar.
2. Dalam pengembangan alternatif, usaha-usaha individual para anggota kelompok dapat
memungkinkan pencarian lebih luas dalam berbagai bidang fungsional organisasi.
3. Dalam penilaian alternatif, kelompok mempunyai kerangka pandangan yang lebih lebar.
4. Dalam pemilihan alternatif, kelompok lebih dapat menerima resiko dibanding pembuat
keputusan individual.
5. Karena berpartisipasi dalam pembuatan keputusan, para anggota kelompok secara individual
lebih termotivasi untuk melaksanakan keputusan.
6. Kreativitas yang lebih besar dihasilkan dari interaksi antar individu dengan berbagai
pandangan yang berbeda-beda.
2.5 Kelemahan pengambilan keputusan dalam kelompok
1. Keputusan-keputusan kelompok dapat menghasilkan situasi di mana tidak seorangpun merasa
bertanggung jawab dan saling melempar tanggung jawab.
2. Berdasarkan pertimbangan nilai dari waktu sebagai salah satu sumber daya organisasi,
keputusan kelompok sangat memakan biaya.
3. Pembuatan keputusan kelompok adalah tidak efisien bila keputusan harus dibuat dengan cepat.
4. Keputusan kelompok, dalam berbagai kasus, dapat merupakan hasil kompromi atau bukan
sepenuhnya keputusan kelompok.
5. Bila atasan terlibat, atau bila salah satu anggota kelompok mempunyai kepribadian dominan,
keputusan yang dibuat secara kelompok dalam kenyataannya bukan keputusan kelompok.
6. Terlalu mengantungkan diri pada keputusan kelompok dapat menghambat kemampuan
2.6 Pengertian Decision Support System (DSS
Decision Support System (DSS) merupakan salah satu produk perangkat lunak yang
dikembangkan secara khusus untuk membantu manajemen dalam proses pengambil keputusan.
Sesuai namanya, tujuan digunakannya system ini adalah sebagai “second opinion” atau
“information source” yang dapat dipakai sebagai bahan pertimbangan sebelum seorang
manajermemutuskan kebijakan tertentu.
Pendekatan yang paling sering digunakan dalam proses perancangan sebuah DSS adalah
dengan menggunakan teknik simulasi yang interaktif, sehingga selain dapat menarik minat
manajer untuk menggunakannya, diharapkan system ini dapat merepresentasikan keadaan
dunia nyata atau bisnis yang sebenasrnya. Hal yang perlu ditekankah adalah bahwa keberadaan
DSS bukan untuk menggantikan tugas-tugas, tetapi untuk menjadi sarana penunjang (tools)
bagi mereka.
DSS sebenarnya merupakan implementasi teori-teori pengambilan keputusan yang telah
diperkenalkan oleh ilmu-ilmu seperti operation research dan management science. Hanya
bedanya adalah bahwa jika dahulu untuk mencari penyelesaian masalah yang dihadapi harus
dilakukan perhitungan iterasi secara manual (biasanya untuk mencari nilai minimum,
maksimum, atau optimum), saat ini komputer PC telah menawarkan kemampuannya untuk
menyelesaikan persoalan yang sama dalam waktu relatif singkat. Dalam kedua bidang ilmu di atas,
dikenal istilah decision modeling, decision theory, dan decision analysis – yang pada
hakekatnya adalah merepresentasikan permasalah dan manaje-men yang dihadapi setiap hari ke
dalam bentuk kuantitatif (misalnya dalam bentuk model matematika).
Contoh-contoh klasik dari persoalan dalam bidang ini adalah linear programming, game’s
theory, transportation problem, inventory system, decision tree, dan lain sebagainya. Dari
sekian banyak problem klasik yang kerap dijumpai dalam aktivitas bisnis perusahaan sehari-hari,
sebagian dapat dengan mudah disimulasikan dan diselesaikan dengan menggunakan formula
atau rumus-rumus sederhana. Tetapi banyak pula masalahan yang ada sangat rumit sehingga
membutuhkan kecanggihan komputer. Sprague dan Carlson mendefinisikan DSS dengan
cukup baik, sebagai sistem yang memiliki lima karakteristik utama (Sprague et.al., 1993):
1. Sistem yang berbasis komputer.
2. Dipergunakan untuk membantu para pengambil keputusan
3. Untuk memecahkan masalah-masalah rumit yang “mustahil” dilakukan dengan kalkulasi
manual.
4. Melalui cara simulasi yang interaktif
5. Dimana data dan model analisis sebagai komponen utama.
Adapun Prinsip Dasar DSS adalah sebagai berikut:
1. Struktur MasalahSulit utk menemukan masalah yg sepenuhnya terstruktur atau tak
terstruktur - area kelabu Simon. Ini berarti DSS diarahkan pada area tempat sebagai besar masalah
berada.
2. Dukungan Keputusan DSS tidak dimaksudkan untuk menggantikan manajer. Komputer dapat
diterapkan pada bagian masalah yang terstruktur, tetapi manajer bertanggung jawab atas bagian
yang tidak terstruktur.
3. Efektivitas Keputusan waktu manajer berharga dan tidak boleh terbuang, tetapi manfaat utama
menggunakan DSS adalah keputusan yg baik
Ada berbagai pendapatan mengenai DSS, antara lain disebutkan di bawah ini (Daihani: 2001: 54):
1. Menurut Scott, DSS merupakan suatu sistem interaktif berbasis komputer, yang membantu
pengambil keputusan melalui penggunaan data dan model-model keputusan untuk
memecahkan masalah-masalah yang sifatnya semi terstruktur dan tidak terstruktur, yang
intinya mempertinggi efektifitas pengambil keputusan.
2. Menurut Alavi and Napier, DSS merupakan suatu kumpulan prosedur pemrosesan data dan
informasi yang berorientasi pada penggunaan model untuk menghasilkan berbagai jawaban
yang dapat membantu manajemen dalam pengambilan keputusan. Sistem ini harus sederhana,
mudah dan adaptif.
3. Menurut Little, DSS adalah suatu sistem informasi berbasis komputer yang menghasilkan
berbagai alternatif keputusan untuk membantu manajemen dalam menangani berbagai
permasalahan yang semi terstruktur ataupun tidak terstruktur dengan menggunakan data dan
model.
4. Menurut Sparague and Carlson, DSS adalah sistem komputer yang bersifat mendukung dan
bukan mengambil alih suatu pengambilan keputusan untuk masalah-masalah semi terstruktur
dan tidak terstruktur dengan menggunakan data dan model.
5. Sedangkan menurut Al-Hamdany (2003: 519), DSS adalah sistem informasi interaktif yang
mendukung proses pembuatan keputusan melalui presentasi informasi yang dirancang secara
spesifik untuk pendekatan penyelesaian masalah dan kebutuhan-kebutuhan aplikasi para
pembuat keputusan, serta tidak membuat keputusan untuk pengguna.
2.7 Jenis-jenis DSS dan Peran DSS dalam SIM
Aplikasi DSS yang ditawarkan di pasar sangat beraneka ragam, dari yang paling sederhana (quick-
hit DSS) sampai dengan yang sangat kompleks (institutional DSS). “Quick-Hit DSS” biasanya
ditujukan untuk para manajer yang baru belajar menggunakan DSS (sebagai pengembangan
setelah jenis pelaporan yang disediakan oleh MIS = Management Information System, satu level
sistem di bawah DSS). Biasanya masalah yang dihadapi cukup sederhana (simple) dan
dibutuhkan dengan segera penyelesaiannya. Misalnya untuk kebutuhan pelaporan (report) atau
pencarian informasi (query). Sistem yang sama biasa pula dipergunakan untuk melakukan analisa
sederhana. Contohnya adalah melihat dampak yang terjadi pada sebuah formulasi, apabila
variabel-variabel atau parameter-parameternya diubah. Di dalam perusahaan, DSS jenis ini
biasanya diimplementasikan dalam sebuah fungsi organisasi yang dapat berdiri sendiri
(berdasarkan data yang dimiliki fungsi organisasi tersebut). Misalnya adalah DSS untuk
menyusun anggaran tahunan, DSS untuk melakukan kenaikan gaji karyawan, DSS untuk
menentukan besanya jam lembur karyawan, dan lain sebagainya.
Usaha berikutnya dalam mendefinisikan konsep DSS dilakukan oleh Steven L. Alter. Alter
melakukan study terhadap 56 sistem penunjang keputusan yang digunakan pada waktu itu,
study tersebut memberikan pengetahuan dalam mengidentifikasi enam jenis DSS, yaitu :

a. Retrive information element (memanggil eleman informasi)


b. Analyze entries fles (menganali semua file)
c. Prepare reports form multiple files (laporan standart dari beberapa files)
d. Estimate decisions qonsquences (meramalkan akibat dari keputusan)
e. Propose decision (menawarkan keputusan )
f. Make decisions (membuat keputusan)

Jenis-jenis DSS menurut tingkat kerumitan dan tingkat dukungan pemecahan masalahnya adalah
sebagai berikut:
a. Mengambil elemen-elemen informasi.
b. Menganalisis seluruh file.

c. Memperkirakan akibat keputusan


d. Menyiapkan laporan dari berbagai file.
e. Mengusulkan keputusan.

f. Membuat Keputusan
Adapun fokus utama konsep DSS adalah komputer harus digunakan untuk mendukung manajer
tertentu membuat keputusan tertentu untuk memecahkan masalah tertentu. Model DSS terdiri dari:

a. Model matematika

b. Database
c. Perangkat Lunak

Peran Decision Support System (DSS) dalam Sistem Informasi Manajemen


Decision Support System banyak diterapkan di organisasi-organisasi yang sudah mapan.
Banyak cara yang digunakan untuk menerapkan DSS guna membantu mempertajam proses
pengambilan keputusan. Kapabilitas yang melekat pada DSS sangat membantu organisasi-
organisasi yang menggunakannya untuk memungkinkan terciptanya koordinasi proses kegiatan
baik internal maupun eksternal dengan cara yang lebih akurat. Beberapa alasan DSS digunakan
dalam suatu perusahaan:

a. Perusahaan beroperasi pada ekonomi yang tidak stabil.


b. Perusahaan dihadapkan pada kompetisi dalam dan luar negeri yang meningkat.
c. Perusahaan menghadapi peningkatan kesulitan dalam hal melacak jumlah operasi-operasi
bisnis.
d. Sistem komputer perusahaan tidak mendukung peningkatan tujuan perusahaan dalam hal
efisiensi, profitabilitas dan mencari jalan masuk di yang benar-benar menguntungkan.

Penggunaan DSS dimaksudkan untuk membantu manajer tingkat tinggi dan menengah
dalam mengambil keputusan yang bukan merupakan operasi rutin. DSS mampu melakukan
penyerapan informasi dari basis data, rekonfigurasi data, kalkulasi, analisis statistik, optimasi,
analisis statistik nonprobabilistik (what if analysis), dan why analysis yang dilakukan melalui
program Artificial Intelegent. Oleh karena itu, penggunaan DSS ini dengan tepat akan
meningkatkan efektivitas keputusan yang dibuat manajer dan mendorong efisiensi dari proses
pembuatan keputusan tersebut. Jadi, DSS akan dapat menciptakan suatu dimensi dukungan
bagi pengambilan suatu keputusan baik yang bersifat taktik maupun strategik.
2.8 Kelebihan, Kelemahan dan Tujuan Decision Support System (DSS)

Decision Support System (DSS) dapat memberikan beberapa keuntungan- keuntungan bagi
pemakainya. Menurut Turban (1995: 87) maupun McLeod (1995: 103) keuntungan-keuntungan
tersebut meliputi:

1. Memperluas kemampuan pengambil keputusan dalam memproses data/informasi untuk


pengambilan keputusan.

2. Menghemat waktu yang dibutuhkan untuk memecahkan masalah, terutama berbagai masalah
yang sangat kompleks dan tidak terstruktur.

3. Menghasilkan solusi dengan lebih cepat dan hasilnya dapat diandalkan.

4. Mampu memberikan berbagai alternatif dalam pengambilan keputusan, meskipun seandainya


DSS tidak mampu memecahkan masalah yang dihadapi oleh pengambil keputusan, namun
dapat digunakan sebagai stimulan dalam memahami persoalan.

5. Memperkuat keyakinan pengambil keputusan terhadap keputusan yang diambilnya.

6. Memberikan keuntungan kompetitif bagi organisasi secara keseluruhan dengan penghematan


waktu, tenaga dan biaya.

Walaupun dirancang dengan sangat teliti dan mempertimbangkan seluruh faktor yang ada,
menurut Turban (1995: 250) DSS mempunyai kelemahan atau keterbatasan, diantaranya
yaitu:

1. Ada beberapa kemampuan manajemen dan bakat manusia yang tidak dapat dimodelkan,
sehingga model yang ada dalam sistem tidak semuanya mencerminkan persoalan sebenarnya.
2. DSS terbatas untuk memberikan alternatif dari pengetahuan yang diberikan kepadanya
(pengatahuan dasar serta model dasar) pada waktu perancangan program tersebut.
3. Proses-proses yang dapat dilakukan oleh DSS biasanya tergantung juga pada kemampuan
perangkat lunak yang digunakan.
4. Harus selalu diadakan perubahan secara kontinyu untuk menyesuaikan dengan keadaan
lingkungan yang terus berubah agar sistem tersebut up to date.
5. Bagaimanapun juga harus diingat bahwa DSS dirancang untuk membantu/mendukung
pengambilan keputusan dengan mengolah informasi dan data yang diperlukan, dan bukan
untuk mengambil alih pengambilan keputusan.
Tujuan Decision Support System (DSS)
Secara global, dapat dikatakan bahwa tujuan dari DSS adalah untuk meningkatkan
kemampuan para pengambil keputusan dengan memberikan alternatif-alternatif keputusan
yang lebih banyak atau lebih baik dan membantu untuk merumuskan masalah dan keadaan
yang dihadapi. Dengan demikian DSS dapat menghemat waktu, tenaga dan biaya. Jadi
dapatlah dikatakan secara singkat bahwa tujuan DSS adalah untuk meningkatkan efektivitas
(do the right things) dan efesiensi (do the things right) dalam pengambilan keputusan.
Walaupun demikian, penekanan dari suatu DSS adalah pada peningkatan efektivitas dari
pengambilan keputusan dari pada efisiensinya.

2.9 Dampak Decision Support System (DSS)

Dampak dari pemanfaatan Decision Support System (DSS) antara lain:

a. Masalah-masalah semi struktur dapat dipecahkan


b. Problem yang kompleks dapat diselesaikan
c. Sistem dapat berinteraksi dengan pemakainya
d. Dibandingkan dengan pengambilan keputusan secara intuisi, pengambilan keputusan
dengan DSS dinilai lebih cepat dan hasilnya lebih baik
e. Menghasilkan acuan data untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi oleh manajer yang
kurang berpengalaman
f. Untuk masalah yang berulang, DSS dapat memberi keputusan yang lebih efektif
g. Fasilitas untuk mengambil data, dapat memberikan kesempatan bagi beberapa manajer
untuk berkomunikasi dengan lebih baik
h. Meningkatkan produktivitas dan kontrol dari manajer
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
1. Pengambilan keputusan secara berkelompok (group-aided decision making) pada
hakekatnya tidak jauh berbeda dengan pengambilan keputusan yang dilakukan individu.
Untuk menghasilkan mufakat, seluruh anggota kelompok harus mengekspresikan
pemikiran mereka dengan jelas dan berpartisipasi sepenuhnya, berpikir terbuka, menyimak
seksama, dan menghormati pendapat orang lain, memberikan tanggapan verbal dengan
penegasan dan umpan balik, mengajukan solusi jika terjadi perbedaan pendapat dan
bersedia untuk berunding, mengidentifikasi hal-hal yang berkaitan dengan kesepakatan
alami dan aktif mencapai mufakat. Teknik yang digunakan dalam pengambilan keputusan
kelompok adalah
Brainstorming Technique,The Nominal Group Technique, Delphi Technique.

Metode dalam pengambila keputusan kelompok terdapat 7 metode diantaranya


ialah pegangambilan keputusan oleh otoritas tanpa diskusi kelompok, keputusan diambil
oleh otoritas setelah mengadakan diskusi kelompok, keputusan diambil oleh seorang ahli,
keputusan yang diambil dengan rerata pendapat individu, keputusan yang ambil oleh
minoritas, keputusan diambil dengan sura terbanyak (voting), keputusan diambil dengan
konsensus (kesepakatan bersama)

Sistem pengambilan keputusan didefinisikan sebagai suatu sistem berbasis


komputer yang interaktif, membantu pengambilan keputusan dengan menggunakan
analisis data-data guna memecahkan masalah. Hasil keputusan penting akan merupakan
informasi penting bagi manajemen, baik untuk tahap perencanaan, penggiatan, ataupun
pengawasan. Penyampaian atau penyebaran informasi kepada khalayak, baik khalayak
intern maupun khalayak ekstern, yang dilaksanakan dengan sistem yang mapan dan
mantap, akan merupakan bantuan yang besar bagi lancarnya manajemen.
2. Dari uraian di atas mengenai DSS, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai
berikut:
a. Sistem ini memberikan dukungan bagi pengambil keputusan, terutama dalam situasi semi-
terstruktur atau tidak-terstruktur.
b. Sistem ini memberikan dukungan untuk berbagai tingkatan manajemen, mulai dari tingkat
manajemen puncak hingga ke tingkat manajemen yang paling bawah dan para pegawai
lainnya. Decision Support System memberikan dukungan untuk beragam tipe dan
proses pengambilan keputusan yang harus dilakukan.
c. Decision Support System dapat beradaptasi terhadap waktu dan fleksibel pengguna dapat
menambah, menghapus, mengkombinasikan, mengubah, atau menata kembali elemen-
elemen dasar.
d. Tampilan Decision Support System akrab dengan pengguna, memiliki kapabilitas yang
besar, dan dirancang agar dapat interaktif sehingga mudah untuk digunakan.
e. Decision Support System mampu untuk meningkatkan efektivitas pengambilan keputusan
dengan fokus pada keakuratan, ketepatan waktu, dan kualitas hasil, serta mengefisiensikan
biaya dalam proses pengambilan keputusan.
f. Pengambil keputusan memiliki kendali yang lengkap atas seluruh langkah proses
pengambilan keputusan dalam pemecahan masalah.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.scribd.com/document/373105283/Pengambilan-Keputusan-dalam-Kelompok

https://www.researchgate.net/publication/337658321_SISTEM_PENGAMBILAN_KEPUT
USAN
https://budiakademikablog.wordpress.com/tag/decision-support-system/

Anda mungkin juga menyukai