Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA II

PRAKTIKUM KE 4
EMPEDU

Disusun oleh

Nama : Dinda Fitria


NIM : 1902101010012
Kelas : 02
Asisten : Ega Wilia Fitri Sinambela

LABORATORIUM BIOKIMIA II
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
BANDA ACEH
2020

1
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Empedu merupakan produk hati, mempunyai peranan penting pada

pencernaan makanan terutama lemak. Empedu hati, sebelum disekresi kelumen

intestinal lebih dahulu disimpan dikandung empedu. Fungsi cairan empedu adalah

untuk mencerna makanan di dalam usus, terutama lemak. Cairan empedu dari hati ini

sebagian disalurkan langsung ke usus dan bercampur dengan  makanan yang akan

dicerna. Sementara sebagian cairan lagi masuk ke kantung empedu. Disini sebagian

air akan diserap/dibuang, sehingga cairannya akan lebih pekat. Cairan empedu yang

pekat ini lebih efektif untuk mencerna makananan dibandingkan yang langsung dari

hati tadi.

Dalam empedu terdapat senyawa-senyawa yang penting, diantaranya

garam empedu, zat warna empedu, lesitin, kolesterol dan garam-garam anorganik.

Garam empedu merupakan berperan dalam absorpsi lemak dan vitamin-vitamin A, D,

E dan K yang larut dalam lemak. Garam empedu merendahkan tegangan permukaan

dan memperbesar daya pengemulsi lemak. Dengan demikian akan memudahkan kerja

lipase. Lebih lanjut garam empedu bereaksi dengan asam lemak   menghasilkan  

senyawa   kompleks  yang  lebih  mudah  larut  dan  mudah terabsorpsi sebagai hasil

proses lipolisis.

Oleh karena itu, dilakukan percobaan empedu dengan beberapa test yang

diujikan yaitu sifat,pigmen, zat-zat anorganik, musin dan petternkofer agar kita dapat

lebih mengetahui tentang empedu dan unsure yang terkandung didalamnya.

2
1.2 Tujuan Praktikum

Pada praktikum ini uji empedu yang pertama yaitu uji sifat empedu
bertujuan untuk mengetahui pH empedu, berat jenis empedu, bau empedu, warna, dan
konsistensi empedu. Uji kedua yaitu uji zat warna (pigmen) yang terdiri atas uji
gmelin untuk melihat pigmen bilirubin dan uji smith untuk mendeteksi adanya
pigmen biliverdin. Uji yang ketiga yaitu uji zat anorganik bertujuan untuk
mengetahui zat-zat anorganik yang terkandung dalam empedu. Uji yang ke empat
ialah uji musin untuk mendeteksi musin dan musin sebagai bahan pokok/ filratnya
untuk uji zat anorganik. Uji yang terakhir yaitu uji petternlofer untuk mendeteksi
asam empedu.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Hati sebagai organ yang berfungsi mengeksresikan empedu untuk


mengemulsi lemak, menetralisir racun ( Tahalele et al., 2018). Penurunan resirkulasi
garam empedu akan memicu hati untuk mensintesa garam empedu baru dengan
menggunakan kolesterol sebagai prekursornya, sehingga secara tidak langsung
menyebabkan terjadinya penurunan konsentrasi kolesterol didalam darah ( Yusmarini
et al., 2013). Empedu bersifat sebagai senyawa aktif permukaan. Sifat ini yang
menyebabkan aktifnya enzim lipolitik bereaksi dengan asam lemak pada membrane
sitoplasma BAL, sehingga mengakibatkan perubahan struktur membrane dan sifat
permeabilitasnya ( Okfrianti et al., 2018).
Fungsi empedu dalam pencernaan adalah salah satunya untuk menetralkan
asam lambung. Proses ini membantu enzim pencernaan untuk bekerja dengan baik di
suasana yang lebih netral. Umumnya enzin akan bekerja lebih maksimal pada pH
netral. Enzim pencernaan di usus halus dapat bekerja optimal dalam kondisi basa
sedangkan zat makanan yang masuk ke usus memiliki sifat asam. Disinilah fungsi
empedu diperluka bagi tubuh, empedu memiliki sifat basa (pH antara 7,5-8,05). Sifat
asam pada usus halus memicu pengeluaran hormone sekretin dari kelenjar pancreas.
Hormon kemudian akan merangsang empedu untuk menyerap air dan natrium
bikarbonat sehingga pH empedu semakin tinggi jika dibandingkan ketika masih
berada di kantong empedu. Dengan pH yang dimilikinya, empedu membantu
optimalisasi kerja fungsi enzim pencernaan dengan cara menetralisir sifat asam dan
menciptakan kondisin basa yang membuat kerja enzim pencernaan lebih optimal.
Semakin asam sifat makanan yang masuk ke dalam usus, maka makin banyak pula
empedu yang disekresikan (Bolon et al., 2020). Empedu berfungsi dalam penyerapan
lemak sehingga dapat terbentuk sumber energy yang cukup untuk menunjang
pertumbuhan (Melianawati dan Astuti, 2012).
Garam empedu memiliki struktur amphipatik sehingga mampu melarutkan
atau memecah semua substansi sel yang mengandung lipid (Mansur et al., 2019).
Garam-garam empedu, yaitu natrium glikoloat dan natrium taurokolat, yang masuk
dalam usus halus mempunyai dua peran yaitu, membantu mengemulsi butir-butir
lemak sehingga butir-butir lemak ini dengan mudah dicerna oleh enzim lipase dan
garam empedu berperan juga membentuk misel dengan asam lemak dan
monosakarida hasil pencernaan sehingga mudah larut. Karena mudah larut bentuk ini
akan mudah diabsorbsi (Sumarjo, 2009). Garam –garam empedu membantu
mencerna lemak dan mengemulsi lemak dengan kelenjar lipase dari pancreas (Aulia
et al., 2020).
Warna pigmen empedu yaitu bilirubin, adalah penyebab feses berwarna
hijau, kuning, coklat, atau hitam. Bilirubin berasal dari hemoglobin yang terdapat
dalam butir darah merah yang telah mengalami degenerasi. Sebetulnya warna assli
pigmen empedu hijau, tapi karena berasosiasi dengan kegiatan bakteri usus membuat
warna feses menjadi kuning dampai coklat tua. Warna bilirubin berfariasi
berdasarkan derajat keasaman lingkungan (feses) (Winarno dan Winarno, 2017).

BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Alat dan Bahan

4
a. alat :
alat yang digunakan dalam praktikum ini yaitu kertas lakmus merah
dan biru, indicator universal dimana ke tiga alat ini digunakan untuk periksa pH
empedu sedangkan untuk periksa berat jenis digunakan urinometer, tabung
reaksi, cawan petri untuk tempat kertas lakmus pada uji pH, pipet tetes, dan rak
tabung reaksi untuk meletakkan tabung reaksi, erlenmayer, corong acak, beker
glass.

b. bahan :
adapun bahan pada praktikum ini yaitu empedu dimana digunakan
sebagai bahan pokok uji pada praktikum ini. Lalu HNO3, BaCl2 2%, asam asetat
10%, AgNO3, iodium 0,5 %, aquades dan HCl.

3.2 Prosedur praktikum

3.2.1. Uji Sifat Empedu


Uji sifat empedu terbagi kedalam empat uji yakni uji pH dengan
kertas lakmus merah dan biru dan dengan indikator universal dimana ke tiga alat ini
akan dicelupkan ke dalam cairan empedu, kemudian tunggu beberapa saat lalu lihat
hasil berupa perubahan warna pada kertas lakmus dan indikator universal.
Selanjutnya uji sifat empedu yang kedua adalah uji berat jenis empedu
digunakan urinometer yang dicelupkan ke dalam cairan empedu usahakan urinometer
tidak bersentuhan dengan dinding tabung agar hasil lebih akurat.
Uji sifat empedu ke tiga adalah uji konsistensi dengan cara
dimiringkan sedikit wadahnya lalu balikkan keposisi semula dan amati pergerakan
cairan empedunya. Jika pergerakan lambat ini pertanda bahwa konsekuensinya kental
dan sebaliknya.
Uji sifat empedu yang ke empat adalah uji bau empedu dengan cara
hirup/aromai bau empedu. Bau empedu tiap hewan berbeda-beda karena dipengaruhi
oleh faktor-faktor tertentu misalnya jenis hewan, jenis makanan, dan fisiologis
tubuh/kondisi kesehatan tubuh.

3.2.2. Uji Pigmen


Uji pigmen terbagi jadi dua yaitu uji pertama yaitu uji gmelin dengan
campuran 3 ml asam sitrat (HNO3) + 3 ml empedu dengan cara alirkan reagen ini
pada dinding tabungnya dengan pipet tetes.
Selanjutnya uji smith yaitu dengan campuran 3 ml empedu + iodium
0,5 % sebanyak 3 ml degan cara alirkan ke dinding tabung dengan pipet tetes.

3.2.3. Uji Zat Anorganik


Uji ini terbagi jadi dua uji, yang pertama yaitu uji sulfat dengan
campuran 1 ml HCl + 1 ml BaCl2 2% + 1 ml filtrat musin dalam tabung reaksi
dengan pupet tetes kemudian amati perubahan warnanya.

5
Kemudian uji kedua yakni uji klorida dengan campuran 1 ml AgNO3
+1 ml HNO3 + 1 ml filtrat musin dalam tabung reaksi dengan pupet tetes. Lalu amati
perubahan warnanya.

3.2.4. Uji Musin


Uji ini kita gunakan untuk deteksi terdapat musin atau tidak pada
cairan empedu dan dimana filtratnya ini akan digunakan untuk uji zat anorganik.
Caranya yaitu 10 ml empedu ditambahkan asam asetat lalu tunggu beberapa saat
sampai terbentuk endapan putih lalu saring pakai kertas saring untuk memisahkan
endapan dengan filtratnya. Nantinya kita ambil filtratnya untuk uji zat anorganik.

3.2.5. Uji Petternkofer


Untuk detrkdi asam empedu dengan cara tambahkan sukrosa 5% +
empedu encer 5 ml campur lalu tambahkan asam sulfat.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
No Nama uji Bahan Hasil Tanda Foto
Uji sifat : -Empedu + -Lakmus merah (-)
kertas lakmus tidak berubah
Merah dan biru warna,
-lakmus biru (+)
a. Uji pH berubah jadi
merah
-Empedu + - menghasilkan (+)
indikator pH 8(basa)
1.
universal

b. Uji berat - empedu + alat -diperoleh 1,026 (+)


jenis urinometer
c. Uji -cairan empedu -sedikit kental (+)
konsentrasi pada tabung
d. Uji bau (+)
-cairan empedu -seperti rumput
Uji Pigmen :
a.Uji gmelin -3ml asam -cicin coklat (+)
sitrat(HNO3) + 3
ml empedu
2. b.uji smith -3ml empedu + -cincin hijau (+)
3ml iodium 0,5% dibawah dan
cincin
merah/kuning
diatasnya

6
Uji anorganik
a.uji sulfat - HCl(1ml)
+BaCl2 2%(1ml) -endapan (+)
+ filtrat musin
3. 1ml
b.uji klorida - -endapan putih (+)
1mlAgNO3+1ml
HNO3+1ml
filtrat musin
Uji musin 10ml Endapan hijau (+)
4. empedu+asam tua dan muda
asetat
Uji Sukrosa 5% 2 lapisan cairan (+)
5. petternkofer +empedu coklat dibawah
5ml+asam sulfat dan diatas hijau

4.2 Pembahasan
4.2.1 Uji Sifat Empedu
Pada uji ini ingin dideteksi sifat dari empedu dan diperoleh hasil yaitu
warna empedu hijau yang disebabkan karena adanya pigmen biliverdin yaitu zat
warna empedu yang berasal dari pemecahan hemoglobin pada eritrosit. Kemudian
empedu berbau khas seperti rumput karena jenis makanan dari empedu ruminansia
yang memakan rumput(herbivora) namun bau khas empedu juga dapat dipengarui
oleh jenis hewan, fisiologis tubuh, dan jenis makanan. Bau empedu juga banyak
mengandung garam-garam anorganik, kolesterol, lemak, dan pigmen-pigmen yang
bercampur jadi satu sehingga menghasilkan bau khas. Lalu pH empedu adalah 8
menandakan empedu bersifat basa. Berat jenisnya sebesar 1,026/ml. Dan konsentrasi
dari empedu sedikit kental.

4.2.2 Uji pigmen


Pada uji ini terbagi jadi dua yaitu pertama uji gmelin yaitu tes yang
berdasarkan atas reaksi asam nitrat dari zat warna menghasilkan serangkaian warna
hasil oksidasi. Pada saat setelah penambahan asam nitrat pekat kedalam empedu
encer dihasilkan cincin berwarna coklat yang menandakan adanya bilirubin.
Selanjutnya uji kedua yaitu uji smith empedu encer ditambahkan
iodium. Diperoleh dua lapisan/ cincin hijau dibawah yang menandakan positif
mengandung biliverdin dan cincin merah/kuning diatasnya.

4.2.3 Uji Musin


Pada percobaan yang telah dilakukan diperoleh larutan berwarna hijau
tua dan hijau muda. Adanya endapan tersebut menandakan didalam empedu terdapat
musin. Yaitu suatu golongan glikoprotein dimana protein berikatan dengan
karbohidrat untuk mengetahui adanya kandungan klorida dan asam sulfat.

4.2.4 Uji Zat Anorganik

7
Percobaan pertama yaitu uji kandungan klorida dilakukan dengan
menambahkan AgNo3 kedalam filtrat yang dihasilkan dari penyaringan uji musin.
Diperoleh endapan putih pada larutan hijau tua yang menandakan adanya ion klorida.
Dengan reaksi :
Cl-+ AgNO3 -> AgCl + No3

Percobaan kedua yaitu uji sulfat dilakukan dengan menambahkan BaCl


2 ke dalam filtrat musin. Diperoleh hasil berupa endapan pada larutan hijau muda
yang menandakan positif mengandung sulfat. Dengan reaksi :
SO42- + BaCl2 -> BaSO4 + 2Cl-

4.2.5 Uji Pettern kofer


Pada percobaan ini empedu yang telah diencerkan dan ditambahkan
dengan sukrosa dan ditambahkan lagi dengan asam sulfat menghasilkan larutan
dengan 2 lapisan cairan yaitu lapisan coklat dibawah menandakan sukrosa dan lapisan
hijau diatas menandakan empedu.

BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Pada praktikum uji empedu ini didapatkan kesimpulan yakni empedu
berwarna hijau, bersifat basa karena memiliki pH 8, berbau khas agak seperti bau
rumput dengan konsentrasi sedikit kental, berat jenis sebesat 1,026. Dan empedu
mengandung musin, zat anorganik seperti sulfat dan klorida. Empedu mengandung
bilirubin dan biliverdin.

5.2 Saran

8
Materi dari videonya sangat menarik dan mudah dipahami namun dari video
terdapat beberapa kendala bagi praktikan yaitu suara video yang kecil dan terputus-
putus juga penjelasan dari video agak tidak beraturan sehingga membuat praktikan
sulit memahami isi yang disampaikan dari video praktikum kali ini. Semoga
kedepannya dapat lebih baik lagi dari sebelumnya.

DAFTAR PUSTAKA

Aulia, H., Suhara. dan Surakusumah, W. (2020). Keefektifan baha ajar berbasis
praktikum sederhana untuk menurunkan miskonsepsi siswa pada
materi system pencernaan makanan. Jurnal of Biology Education,
3(1) : 1-6.
Bolon, C.M.T., Siregar, D., Supinganto, L.K.A., Sitanggang, S.S.M.Y.F., Siagian, N.,
Manurung, S.S.R., Ritongga, F., Sihombing, R.D.R.M., Herliana,
M. dan Noradina. (2020). Anatomi dan Fisiologi Untuk Mahasiswa
Kebidanan. Yayasan Kita Menulis, Medan.
Mansur, D.S., Hidayat, M.N. dan Irmawaty. (2019). Ketahanan bakteri asam laktat
asal saluran pencernaan broiler terhadap pH dan garam empedu.
Jurnal Ilmu dan Industri Peternakan, 5(1) : 27-37.

9
Melianawati, R. dan Astuti, N.W.W. (2012). Penambahan taurin melalui rotifer
brachionus rotundiformis untuk perbaikan pertumbuhan larva dan
peningkatan produksi benih kerapu sunu, plectropomus leopardus.
Jurnal Ris Akuakultur, 7(3) : 421-428.
Okfrianti, Y., Darwis. dan Pravita, A. (2018). Bakteri asam laktat lactobacilluc
plantarum c410li dan lactobacillus rossiae ls6 yang diisolasi dari
lemea rejang terhadap suhu, pH dan garam empedu berpotensi
sebagai peobiotik. Jurnal Ilmu dan Teknologi Kesehatan, 6(1) : 49-
58.
Sumarjo, D. (2009). Pengantar Kimia: Buku Panduan Kuliah Mahasiswa
Kedokteran Dan Program Strata I Fakultas Bioeksakta. EGC,
Jakarta.
Tahalele, Y., Montong, M.E.R., Nangoy, F.J. dan Sarajar, C.L.K. (2018).pengaruh
penambahan ramuan herbal pada air minum terhadap persentase
karkas, persentase lemak abdomen, dan persentase hati pada ayam
kampong super. Jurnal Zootek, 38(1) : 160-168.
Winarno, F.G. dan Winarno, W. (2017). Mikrobioma Usus Bagi Kesehatan Tubuh
Peran Probiotik, Prebiotik, Paraprobiotik. Gramedia Pustaka
Utama, Jakarta.
Yusmarini., Indrati, R., Utami, T. dan Masrono, Y. (2013). Peningkatan garam
empedu oleh susu kedelai terfermentasi dan stabilitasnya terhadap
pepsin dan pankreatin. Jurnal Teknologi dan Industri Pangan, 24(1)
: 105-109.

10
Tambahan laporan
1. Proses terbentuknya batu empedu
Kolelitiasis adalah penyakit batu empedu yang dapat ditemukan di dalam kandung empedu
atau di dalam saluran empedu atau pada kedua-duanya. Sebagian besar batu empedu, terutama
batu kolesterol, terbentuk di dalam kandung empedu. Faktor lain penyebab kolelitiasis adalah
obesitas, kehamilan, intoleransi glukosa, resistensi insulin, diabetes melitus,
hipertrigliseridemia, pola diet dan lain sebagainya.
Kolesterol merupakan komponen dari lemak. Jika kadar kolesterol yang terdapat dalam
cairan empedu melebihi batas normal, cairan empedu dapat mengendap dan lama-kelamaan
menjadi batu. Individu dengan berat badan berlebih dan obesitas yang mengkonsumsi
makanan tinggi kalori dapat membuat terganggunya pengosongan kandung empedu. Hal
tersebut membuat terganggunya motilitas kandung empedu sehingga terjadi pengendapan.
Obesitas akan meningkatkan resiko batu empedu kolesterol dengan meningkatkan sekresi
kolesterol empedu sebagai hasil peningkatan aktivitas reduktase koenzim A-2 hidroksi -3
mthilglutaryl (HMGCoA) (Rizky dan Abdullah, 2019). Perempuan terutama selama waktu subur
2 * lebih memiliki resiko batu empedu dibandingkan laki-laki (Nurhikmah et al., 2019).
2. Proses pewarnaan pada feses.
Warna pigmen empedu, yaitu bilirubin adalah penyebab feses berwarna hijau, kuning
coklat, atau hitam. Empedu secara rutin diproduksi oleh hati secara temporer disimpan di
kantong empedu kemudian di keluarkan ke usus kecil duodenum. bilirubin berasal dari
hemoglobin yang terdapat dalam butir darah merah yang telah mengalami degenerasi.
sebetulnya warna asli pigmen empedu hijau tapi karena berasosiasi dengan kegiatan bakteri
usus membuat warna feses menjadi kuning sampai coklat tua. Bila bersifat asam feses
berwarna kuning, bila feses mendekati kuning dan bersifat netral warnanya berubah dari
oranye menjadi coklat dan bila bersifat alkali atau basa berwarna hijau atau hitam kecoklatan.
pertumbuhan bakteri pembuat warna feses yang gelap. konstipasi menandakan saluran usus
telah dikuasai bakteri zat sehingga bersifat basa dan menghasilkan feses yang berwarna hijau
coklat. terjadinya perubahan warna yang menyimpang dari feses kemungkinan besar
merupakan tanda adanya abnormalitas dalam tubuh titik warna feses putih keabu-abuan
kemungkinan merupakan tanda bahwa seseorang sedang terserang penyakit Jaundice. Warna
merah darah kemungkinan menandakan sedang terjadi hemoroid sedangkan warna hitam
seperti tar menandakan seseorang sedang menderita kanker kolon, tukak lambung,, atau tukak
duodenum (Winarno dan Winarno, 2017).
Daftar pustaka

Nurhikmah., Eriza. dan D, A. 2019. Hubungan peningkatan indeks massa tubuh dengan kejadian
koliletiasis di bagian bedah digestif RS Siti Rahmah Padang periode januari - juni 2018. Health
and Medical Journal, 1(2):1-8.

Rizky, N. dan Abdullah, D. 2019. Hubungan peningkatan IMT dengan kejadian koliletiasis. Jurnal
Kesehatan Saintika Meditory, 1(1): 102-107.

Winarno, F.G. dan Winarno, W. (2017). Mikrobioma Usus Bagi Kesehatan Tubuh Peran
Probiotik, Prebiotik, Paraprobiotik. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai