PRAKTIKUM KE 4
EMPEDU
Disusun oleh
LABORATORIUM BIOKIMIA II
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
BANDA ACEH
2020
1
BAB I
PENDAHULUAN
intestinal lebih dahulu disimpan dikandung empedu. Fungsi cairan empedu adalah
untuk mencerna makanan di dalam usus, terutama lemak. Cairan empedu dari hati ini
dicerna. Sementara sebagian cairan lagi masuk ke kantung empedu. Disini sebagian
air akan diserap/dibuang, sehingga cairannya akan lebih pekat. Cairan empedu yang
pekat ini lebih efektif untuk mencerna makananan dibandingkan yang langsung dari
hati tadi.
E dan K yang larut dalam lemak. Garam empedu merendahkan tegangan permukaan
dan memperbesar daya pengemulsi lemak. Dengan demikian akan memudahkan kerja
lipase. Lebih lanjut garam empedu bereaksi dengan asam lemak menghasilkan
senyawa kompleks yang lebih mudah larut dan mudah terabsorpsi sebagai hasil
proses lipolisis.
Oleh karena itu, dilakukan percobaan empedu dengan beberapa test yang
diujikan yaitu sifat,pigmen, zat-zat anorganik, musin dan petternkofer agar kita dapat
2
1.2 Tujuan Praktikum
Pada praktikum ini uji empedu yang pertama yaitu uji sifat empedu
bertujuan untuk mengetahui pH empedu, berat jenis empedu, bau empedu, warna, dan
konsistensi empedu. Uji kedua yaitu uji zat warna (pigmen) yang terdiri atas uji
gmelin untuk melihat pigmen bilirubin dan uji smith untuk mendeteksi adanya
pigmen biliverdin. Uji yang ketiga yaitu uji zat anorganik bertujuan untuk
mengetahui zat-zat anorganik yang terkandung dalam empedu. Uji yang ke empat
ialah uji musin untuk mendeteksi musin dan musin sebagai bahan pokok/ filratnya
untuk uji zat anorganik. Uji yang terakhir yaitu uji petternlofer untuk mendeteksi
asam empedu.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
4
a. alat :
alat yang digunakan dalam praktikum ini yaitu kertas lakmus merah
dan biru, indicator universal dimana ke tiga alat ini digunakan untuk periksa pH
empedu sedangkan untuk periksa berat jenis digunakan urinometer, tabung
reaksi, cawan petri untuk tempat kertas lakmus pada uji pH, pipet tetes, dan rak
tabung reaksi untuk meletakkan tabung reaksi, erlenmayer, corong acak, beker
glass.
b. bahan :
adapun bahan pada praktikum ini yaitu empedu dimana digunakan
sebagai bahan pokok uji pada praktikum ini. Lalu HNO3, BaCl2 2%, asam asetat
10%, AgNO3, iodium 0,5 %, aquades dan HCl.
5
Kemudian uji kedua yakni uji klorida dengan campuran 1 ml AgNO3
+1 ml HNO3 + 1 ml filtrat musin dalam tabung reaksi dengan pupet tetes. Lalu amati
perubahan warnanya.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
No Nama uji Bahan Hasil Tanda Foto
Uji sifat : -Empedu + -Lakmus merah (-)
kertas lakmus tidak berubah
Merah dan biru warna,
-lakmus biru (+)
a. Uji pH berubah jadi
merah
-Empedu + - menghasilkan (+)
indikator pH 8(basa)
1.
universal
6
Uji anorganik
a.uji sulfat - HCl(1ml)
+BaCl2 2%(1ml) -endapan (+)
+ filtrat musin
3. 1ml
b.uji klorida - -endapan putih (+)
1mlAgNO3+1ml
HNO3+1ml
filtrat musin
Uji musin 10ml Endapan hijau (+)
4. empedu+asam tua dan muda
asetat
Uji Sukrosa 5% 2 lapisan cairan (+)
5. petternkofer +empedu coklat dibawah
5ml+asam sulfat dan diatas hijau
4.2 Pembahasan
4.2.1 Uji Sifat Empedu
Pada uji ini ingin dideteksi sifat dari empedu dan diperoleh hasil yaitu
warna empedu hijau yang disebabkan karena adanya pigmen biliverdin yaitu zat
warna empedu yang berasal dari pemecahan hemoglobin pada eritrosit. Kemudian
empedu berbau khas seperti rumput karena jenis makanan dari empedu ruminansia
yang memakan rumput(herbivora) namun bau khas empedu juga dapat dipengarui
oleh jenis hewan, fisiologis tubuh, dan jenis makanan. Bau empedu juga banyak
mengandung garam-garam anorganik, kolesterol, lemak, dan pigmen-pigmen yang
bercampur jadi satu sehingga menghasilkan bau khas. Lalu pH empedu adalah 8
menandakan empedu bersifat basa. Berat jenisnya sebesar 1,026/ml. Dan konsentrasi
dari empedu sedikit kental.
7
Percobaan pertama yaitu uji kandungan klorida dilakukan dengan
menambahkan AgNo3 kedalam filtrat yang dihasilkan dari penyaringan uji musin.
Diperoleh endapan putih pada larutan hijau tua yang menandakan adanya ion klorida.
Dengan reaksi :
Cl-+ AgNO3 -> AgCl + No3
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Pada praktikum uji empedu ini didapatkan kesimpulan yakni empedu
berwarna hijau, bersifat basa karena memiliki pH 8, berbau khas agak seperti bau
rumput dengan konsentrasi sedikit kental, berat jenis sebesat 1,026. Dan empedu
mengandung musin, zat anorganik seperti sulfat dan klorida. Empedu mengandung
bilirubin dan biliverdin.
5.2 Saran
8
Materi dari videonya sangat menarik dan mudah dipahami namun dari video
terdapat beberapa kendala bagi praktikan yaitu suara video yang kecil dan terputus-
putus juga penjelasan dari video agak tidak beraturan sehingga membuat praktikan
sulit memahami isi yang disampaikan dari video praktikum kali ini. Semoga
kedepannya dapat lebih baik lagi dari sebelumnya.
DAFTAR PUSTAKA
Aulia, H., Suhara. dan Surakusumah, W. (2020). Keefektifan baha ajar berbasis
praktikum sederhana untuk menurunkan miskonsepsi siswa pada
materi system pencernaan makanan. Jurnal of Biology Education,
3(1) : 1-6.
Bolon, C.M.T., Siregar, D., Supinganto, L.K.A., Sitanggang, S.S.M.Y.F., Siagian, N.,
Manurung, S.S.R., Ritongga, F., Sihombing, R.D.R.M., Herliana,
M. dan Noradina. (2020). Anatomi dan Fisiologi Untuk Mahasiswa
Kebidanan. Yayasan Kita Menulis, Medan.
Mansur, D.S., Hidayat, M.N. dan Irmawaty. (2019). Ketahanan bakteri asam laktat
asal saluran pencernaan broiler terhadap pH dan garam empedu.
Jurnal Ilmu dan Industri Peternakan, 5(1) : 27-37.
9
Melianawati, R. dan Astuti, N.W.W. (2012). Penambahan taurin melalui rotifer
brachionus rotundiformis untuk perbaikan pertumbuhan larva dan
peningkatan produksi benih kerapu sunu, plectropomus leopardus.
Jurnal Ris Akuakultur, 7(3) : 421-428.
Okfrianti, Y., Darwis. dan Pravita, A. (2018). Bakteri asam laktat lactobacilluc
plantarum c410li dan lactobacillus rossiae ls6 yang diisolasi dari
lemea rejang terhadap suhu, pH dan garam empedu berpotensi
sebagai peobiotik. Jurnal Ilmu dan Teknologi Kesehatan, 6(1) : 49-
58.
Sumarjo, D. (2009). Pengantar Kimia: Buku Panduan Kuliah Mahasiswa
Kedokteran Dan Program Strata I Fakultas Bioeksakta. EGC,
Jakarta.
Tahalele, Y., Montong, M.E.R., Nangoy, F.J. dan Sarajar, C.L.K. (2018).pengaruh
penambahan ramuan herbal pada air minum terhadap persentase
karkas, persentase lemak abdomen, dan persentase hati pada ayam
kampong super. Jurnal Zootek, 38(1) : 160-168.
Winarno, F.G. dan Winarno, W. (2017). Mikrobioma Usus Bagi Kesehatan Tubuh
Peran Probiotik, Prebiotik, Paraprobiotik. Gramedia Pustaka
Utama, Jakarta.
Yusmarini., Indrati, R., Utami, T. dan Masrono, Y. (2013). Peningkatan garam
empedu oleh susu kedelai terfermentasi dan stabilitasnya terhadap
pepsin dan pankreatin. Jurnal Teknologi dan Industri Pangan, 24(1)
: 105-109.
10
Tambahan laporan
1. Proses terbentuknya batu empedu
Kolelitiasis adalah penyakit batu empedu yang dapat ditemukan di dalam kandung empedu
atau di dalam saluran empedu atau pada kedua-duanya. Sebagian besar batu empedu, terutama
batu kolesterol, terbentuk di dalam kandung empedu. Faktor lain penyebab kolelitiasis adalah
obesitas, kehamilan, intoleransi glukosa, resistensi insulin, diabetes melitus,
hipertrigliseridemia, pola diet dan lain sebagainya.
Kolesterol merupakan komponen dari lemak. Jika kadar kolesterol yang terdapat dalam
cairan empedu melebihi batas normal, cairan empedu dapat mengendap dan lama-kelamaan
menjadi batu. Individu dengan berat badan berlebih dan obesitas yang mengkonsumsi
makanan tinggi kalori dapat membuat terganggunya pengosongan kandung empedu. Hal
tersebut membuat terganggunya motilitas kandung empedu sehingga terjadi pengendapan.
Obesitas akan meningkatkan resiko batu empedu kolesterol dengan meningkatkan sekresi
kolesterol empedu sebagai hasil peningkatan aktivitas reduktase koenzim A-2 hidroksi -3
mthilglutaryl (HMGCoA) (Rizky dan Abdullah, 2019). Perempuan terutama selama waktu subur
2 * lebih memiliki resiko batu empedu dibandingkan laki-laki (Nurhikmah et al., 2019).
2. Proses pewarnaan pada feses.
Warna pigmen empedu, yaitu bilirubin adalah penyebab feses berwarna hijau, kuning
coklat, atau hitam. Empedu secara rutin diproduksi oleh hati secara temporer disimpan di
kantong empedu kemudian di keluarkan ke usus kecil duodenum. bilirubin berasal dari
hemoglobin yang terdapat dalam butir darah merah yang telah mengalami degenerasi.
sebetulnya warna asli pigmen empedu hijau tapi karena berasosiasi dengan kegiatan bakteri
usus membuat warna feses menjadi kuning sampai coklat tua. Bila bersifat asam feses
berwarna kuning, bila feses mendekati kuning dan bersifat netral warnanya berubah dari
oranye menjadi coklat dan bila bersifat alkali atau basa berwarna hijau atau hitam kecoklatan.
pertumbuhan bakteri pembuat warna feses yang gelap. konstipasi menandakan saluran usus
telah dikuasai bakteri zat sehingga bersifat basa dan menghasilkan feses yang berwarna hijau
coklat. terjadinya perubahan warna yang menyimpang dari feses kemungkinan besar
merupakan tanda adanya abnormalitas dalam tubuh titik warna feses putih keabu-abuan
kemungkinan merupakan tanda bahwa seseorang sedang terserang penyakit Jaundice. Warna
merah darah kemungkinan menandakan sedang terjadi hemoroid sedangkan warna hitam
seperti tar menandakan seseorang sedang menderita kanker kolon, tukak lambung,, atau tukak
duodenum (Winarno dan Winarno, 2017).
Daftar pustaka
Nurhikmah., Eriza. dan D, A. 2019. Hubungan peningkatan indeks massa tubuh dengan kejadian
koliletiasis di bagian bedah digestif RS Siti Rahmah Padang periode januari - juni 2018. Health
and Medical Journal, 1(2):1-8.
Rizky, N. dan Abdullah, D. 2019. Hubungan peningkatan IMT dengan kejadian koliletiasis. Jurnal
Kesehatan Saintika Meditory, 1(1): 102-107.
Winarno, F.G. dan Winarno, W. (2017). Mikrobioma Usus Bagi Kesehatan Tubuh Peran
Probiotik, Prebiotik, Paraprobiotik. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.