S2 2016 305839 Introduction
S2 2016 305839 Introduction
PENDAHULUAN
Gigi berjejal, tidak teratur dan protrusif adalah kondisi yang paling sering
wajah atau proporsi antara gigi-gigi dengan jaringan lunak wajah (Waldman,
mungkin pada setiap individu yang meliputi banyak aspek antara lain perbaikan
susunan gigi geligi, estetika, hubungan oklusi dan fungsi oklusi yang baik serta
menghasilkan kedudukan gigi geligi yang stabil setelah perawatan (Proffit dan
Fields, 2007). Menurut Jacobson (1995), profil wajah yang harmonis pada
seseorang dapat ditunjukkan dengan adanya oklusi normal, otot-otot mulut dan
wajah dalam keseimbangan yang baik, dan bibir pada saat menutup tidak
mengalami ketegangan.
posisi yang lebih ideal. Pencarian ruang merupakan hal yang penting dalam
berjejal (crowding), retraksi gigi-gigi yang proklinasi, koreksi curve of Spee yang
curam, koreksi rotasi gigi-gigi, dan koreksi relasi gigi molar yang tidak stabil.
Ada beberapa cara dalam pencarian ruang yaitu: proximal stripping atau grinding,
1
2
Menurut Proffit dan Fields, (2007), ada dua alasan melakukan pencabutan gigi-
gigi yaitu: 1) untuk menyediakan ruang bagi penyusunan gigi-gigi yang berjejal,
klas II atau klas III. Pencabutan gigi premolar diperlukan untuk retraksi gigi-gigi
anterior atas dan bawah. Retraksi gigi anterior atas dan bawah akan diikuti retraksi
bibir baik atas maupun bawah sehingga kecembungan wajah berkurang (Leonardi,
dkk., 2010). Tweed sit Hambleton (1964) menyatakan selain posisi gigi anterior
atas, estetika wajah juga ditentukan oleh posisi gigi anterior bawah. Adanya
perubahan posisi gigi anterior ini dapat mempengaruhi perubahan profil dan
alat yaitu alat ortodontik lepasan dan alat ortodontik cekat. Beberapa macam
teknik ortodontik cekat yang sering digunakan antara lain teknik Begg, teknik
menggunakan gaya yang besar, sedangkan teknik Begg menggunakan gaya yang
ringan (Proffit dan Fields, 2007). Teknik Begg paling spesifik untuk merawat
kasus maloklusi klas II divisi I, meskipun teknik Begg juga dapat digunakan
untuk perawatan berbagai tipe maloklusi baik klas I, klas II maupun klas III (Begg
dan Kesling, 1977). Perawatan ortodontik pada maloklusi Angle klas II divisi 1
anterior (Wiliam dkk., 1995). Perawatan ortodontik dengan teknik Begg ini juga
3
Mada Yogyakarta.
ribbon arch bracket dan kawat busur berpenampang bulat. Perlekatan kedua alat
ini menghasilkan titik kontak tunggal sehingga kawat busur tersebut dapat
bergerak secara bebas dan mengakibatkan mahkota gigi akan bergerak secara
tipping. Retraksi gigi anterior diawali dengan gaya tipping untuk menggerakkan
gigi anterior ke palatal dan diikuti dengan gerakan ujung akar ke labial, namun
hasil ini akan dikoreksi pada tahap III dengan torquing (Cadman, 1975; Begg dan
Kesling, 1977).
overjet yang berlebihan secara efektif dan cepat dengan menggunakan elastik
intermaksiler klas II dan anchorage bend pada kawat busur dengan gerakan tiping
sederhana dan intrusi. Gaya horizontal dari elastik intermaksiler klas II meretraksi
gigi anterior atas dan membawa maju gigi posterior mandibula ke ruang bekas
terjadinya pembukaan gigitan yaitu terjadinya intrusi gigi insisivus dan terjadinya
terjadinya perubahan dimensi vertikal muka bagian bawah yang ditandai dengan
perubahan besar sudut bidang oklusal, sudut bidang Frankfort mandibula (FMA),
sudut Y-Axis dan tinggi muka anterior dan posterior (Begg dan Kesling, 1977;
mengakibatkan posisi mandibula dapat bergerak rotasi berlawanan arah jarum jam
(Wylie, 1955).
besar sudut IMPA. Barton (1973) menyebutkan bahwa terjadi retraksi gigi
insisivus bawah baik pada perawatan dengan teknik Begg maupun edgewise
dengan pencabutan empat premolar pertama, namun posisi gigi insisivus bawah
Perawatan teknik Begg murni pada kasus klas II divisi 1 dengan pencabutan
gigi molar bawah ke arah mesial lebih besar dan meretraksi gigi bawah lebih kecil
pengukuran linier (Graber dkk, 2012). Salah satu metode analisis sefalometri
cephalostat dari Margolis. Analisis ini terdiri atas sebuah segitiga yang kemudian
disebut dengan segitiga Tweed, yang dibentuk oleh Frankfort Horizontal Line
(FHL), garis mandibula, dan perpanjangan aksis dari gigi insisivus bawah. Tiga
angle (FMIA), basisnya adalah sudut FMA. (Kusnoto, 1977; Singh, 2008;
Bhalajhi, 2004).
kasus ortodontik. Penekanan terutama pada saat penempatan gigi insisivus bawah
untuk kestabilan hasil perawatan yang telah dicapai (Singh, 2008). Hasil
perawatan yang optimum dan stabil dan estetika wajah bergantung besar pada
posisi dan inklinasi gigi anterior bawah (Kuftinec dan Glass, 1971). Tweed (1945)
sit Graber dkk (2012) menyatakan bahwa apabila gigi insisivus bawah di dalam
hubungannya dengan tulang basal setelah perawatan tidak stabil maka akan terjadi
relaps. Semua perawatan ortodontik baik maloklusi klas I, klas II dan tipe
protrusif bimaksiler, dengan pertumbuhan bagian wajah lebih dari normal maka
gigi insisivus bawah harus ditempatkan tegak pada tulang prosesus alveolaris
(Tweed, 1946). Analis Tweed ini merupakan salah satu analisis sefalogram lateral
Ortodonsia Fakultas Kedokteran Gigi UGM sebagai salah satu alat untuk
B. Perumusan Masalah
1. Apakah terdapat perubahan posisi gigi insisivus bawah dan molar bawah pada
perawatan maloklusi Angle klas II divisi 1 dengan alat ortodontik cekat teknik
2. Apakah terdapat perubahan besar sudut FMA, FMIA dan IMPA pada
perawatan maloklusi Angle klas II divisi 1 dengan alat ortodontik cekat teknik
perubahan sudut FMA, FMIA dan IMPA pada perawatan maloklusi Angle klas
perubahan sudut FMA, FMIA dan IMPA pada perawatan maloklusi Angle klas
C. Tujuan Penelitian
insisivus bawah dan molar bawah antara sebelum dan sesudah perawatan,
perubahan besar sudut FMA, FMIA dan IMPA antara sebelum dan sesudah
mesialisasi gigi molar bawah terhadap perubahan sudut FMA, FMIA dan IMPA
pada perawatan maloklusi Angle klas II divisi 1 dengan alat ortodontik cekat
teknik Begg.
7
D. Manfaat Penelitian
mesialisasi gigi molar bawah terhadap perubahan sudut segitiga Tweed (FMA,
FMIA dan IMPA) pada perawatan maloklusi Angle klas II divisi 1 dengan alat
E. Keaslian Penelitian
dan edgewise pada kasus klas II divisi 1 dengan pencabutan empat premolar
alat dengan teknik Begg untuk menggerakkan gigi molar bawah ke arah mesial
lebih besar dan meretraksi gigi bawah lebih kecil dibandingkan edgewise.
besar sudut IMPA sebesar 1,6o dengan rata-rata sebelum perawatan 93,5o dan
setelah perawatan 91,9o, namun dalam penelitian ini tidak membedakan antara
kedua.
8
klas II yang berhasil dan gagal dalam perawatan diperoleh hasil FMA bertambah
kecil, FMIA bertambah besar dan IMPA juga bertambah kecil, namun dalam
pada perawatan teknik Begg dengan pencabutan empat premolar, dengan sampel
kelompok yang tidak dilakukan perawatan (50 orang) dengan usia 11 sampai
dengan 14 tahun, diperoleh hasil terjadi penurunan sudut IMPA pada kedua
mesialisasi gigi molar bawah dengan perubahan sudut segitiga Tweed pada
perawatan maloklusi Angle klas II divisi 1 dengan alat ortodontik cekat teknik