Kliring
Kliring merupakan suatu sarana atau cara perhitungan hutang piutang dalam bentuk surat-surat
berharga atau surat dagang dari suatu bank peserta yang diselenggarakan oleh bank Indonesia
atau pihak lan yang ditunjuk.
Berdasarkan system penyelenggaraannya, kliring dapat menerapkan beberapa system
a. System manual
b. System semi otomatis
c. System otomatis
d. Sistem elektronik
B. Peseta kliring
Yang dimaksud peserta kliirng disini adalah bank atau bank Indonesia yang terdaftar pada
penyelenggara untuk mengikuti kliring. Peserta kliring dapat dikelompokan menjadi :
a. Peserta langgsung, adalah peserta yang turut serta dalam pelaksanaan kliring secara
langsung dengan menggunakan identitasnya sendiri.
b. Peserta tidak langsung, adalah peserta yang turut serat dalam pelaksanaan kliring melalui
dan menggunkan identitas peserta langsung.
1. Tanggal 1 Mei 2012 A nasabah giro Bank ABC Semarang membeli barang kepada B
nasabah Bank BAP senilai Rp 10.000.000. Sdr. A membayarnya dengan cek Bank ABC
Semarang.
2. A menyerahkan cek no. 112 kepada Bank ABC Semarang untuk rekening giro B nasabah
Bank BAP Semarang sebesar Rp 20.000.000 sebagai pelunasan hutang.
Pada kliring pertama Bank ABC menerima warkat Bank Sendiri yang ditarik oleh A berupa cek
dari peserta kliring (Bank BAP) Semarang. Warkat ini merupakan warkat debet masuk karena
Bank ABC harus mendebet rekening nasabah (Sdr. A). Rekening lawannya adalah mengkredit
rekening Giro BI (Bank Indonesia). Disamping itu Bank ABC Semarang juga menerima amanat
dari A untuk membebani rekening gironya melalui bilyet Giro sebesar Rp 20.000.000. Warkat ini
merupakan warkat kredit keluar karena Bank ABC diperintahkan oleh A untuk mengkredit
rekening Giro BI. Dua warkat ini sudah memberikan kepastian dana, baik memenuhi atau
ditolak. Memenuhi bila saldo rekening yang dimiliki penarik cek (Sdr. A) mencukupi, sedangkan
kalau tidak mencukupi langsung ditolak. Dengan demikian pencatatannya secara langsung pada
rekening rill.
Bank BAP Semarang telah menerima setoran dari B berupa cek Bank ABC Semarang sebesar Rp
10.000.000. Cek ini merupakan warkat tagihan dari Bank BAP terhadap Bank ABC sehingga
perlu dikliringkan melalui Bank Indonesia Semarang. Bank BAP yang melakukan penagihan
terhadap Bank ABC Semarang akan mengelompokkan warkat ini sebagai warkat debet keluar.
Untuk kliring pertama, Bank BAP selaku yang menagih akan menunggu hasilnya pada kliring
kedua. Oleh karena itu, pada saat kliring pertama (penyerahan) Bank BAP harus mencatat
penagihan kliring ini dalam rekening administratif sampai dengan kliring kedua berakhir.
Sedangkan untuk warkat kredit masuk berupa cek Giro dari Bank ABC sebesar Rp 20.000.000
sifatnya sudah pasti. Oleh karena itu dapat langsung dibukukan dalam rekening rill.
Bagaimana pada kliring kedua (kliring retur) ? Bila pada kliring kedua terjadi penolakan warkat
maka seluruh rekening untuk warkat yang ditolak harus dinihilkan dengan cara membalik jurnal
yang telah dilakukan. Pada contoh ini misalnya warkat debet keluar senilai Rp 10.000.000
ditolak, maka Bank BAP dapat langsung mengkredit rekening RAR warkat kliring Rp
10.000.000 sehingga rekening administratif ini menjadi nihil.
Bila kliring kedua tagihan dinyatakan efektif (tidak ditolak) maka pencatatannya di samping
menihilkan rekening administratif kliring juga mencatat hasil tagihan kliring tersebut pada
rekening rill.
Transaksi – transaksi dibawah ini adalah transaksi yang diselesaikan melalui kliring. Peserta
kliring misalnya Bank Cahaya Artha Sentosa (Bank CAS), Bank Caraka Investama Sejati (Bank
CIS), dan Bank Ceria Usaha Sejati (Bank CUS) Semarang.
1. Kirana Nastiti nasabah Bank Cahaya Artha Sentosa (CAS) Semarang telah menarik cek
no. 011.000.4 sebesar Rp 25.000.000 dan cek no. 0111.000.5 sebesar Rp 20.000.000
untuk membayar hutang kepada Anggi Waskita nasabah Giro Bank Caraka Investama
Sejati (Bank CIS) Semarang.
2. Pada hari yang sama, Bank CIS menerima bilyet giro dari Rudi Kempot (nasabah Giro)
untuk keuntungan Sdr, Dalimin Nasabah Giro Bank CUS Semarang sebesar RP
15.000.000.
3. Astuti nasabah Bank CUS menarik cek untuk membayar barang dagangan kepada
Abdullah nasabah Bank CIS Semarang sebesar Rp 20.000.000.
4. Bank CAS Semarang menerima warkat debet masuk untuk beban nasabah Giro Sdr, Dwi
Rahayu sebesar Rp 30.000.000. Warkat ini diterima dari Bank CUS Semarang melalui
lembaga kliring (Bank Indonesia) Semarang untuk keuntungan Giro Sdr. Andika.
Bila seluruh transaksi diselesaikan melalui kliring di Bank Indonesia Semarang, maka diminta :
Jawaban :
Dengan memperhatikan transaksi dan jurnal dimasing-masing bank peserta, maka dapat disusun
neraca kliring untuk masing-masing bank sebagai berikut :
BANK CIS
Neraca Kliring
BANK CAS
Neraca Kliring
BANK CUS
Neraca Kliring
Neraca Kliring
Pada 12 Juni 2012 Sdr. X telah membeli barang kepada Sdr. Y senilai Rp 100.000.000, Sdr. X
adalah nasabah Bank B Surabaya sehinnga melakukan pembayaran dengan menarik cek bank
tersebut sebesar Rp 100.000.000 dan diserahkan kepada Sdr. Y nasabah Bank A Jakarta. Tanggal
14 Juni 2012 Sdr. Y melakukan penyetoran untuk rekening gironya dengan cek tersebut yang
telah diterima dari Sdr. X. Informasi dari lembaga kliring bahwa cek tersebut dinyatakan efektif
(dana terpenuhi). Bagaimana pencatatan di masing-masing bank yang terlibat transaksi kliring
ini?
Jawab :
Contoh tersebut memberikan pemhaman bahwa transaksi kliring warkat luar wilayah dalam
penyelesaiannya akan melibatkan transaksi antar cabang bank sendiri. Pada kliring pertama antar
Bank (Bank A dengan Bank B Jakarta) memang hanya melibatkan bank tersebut dengan Bank
Indonesia Jakarta, namun ketika kliring kedua dilakukan dan dinyatakan efektif, maka Bank B
Jakarta akan mencatat RAK cabang Surabaya sebagai konsekuensi Bank B Jakarta telah
membayar kepada Bank A Jakarta. Dengan demikian Bank B Jakarta mempunyai rekening
tagihan antar cabang kepada Bank B cabang Surabaya. Sedangkan untuk Rekening Administratif
Rupiah (RAR) kliring tetap dicatat dengan ayat tunggal.
1. Cek dan BG yang diterbitkan oleh suatu kantor bank dapat dikliringkan di wilayah kliring
manapun sepanjang :
2. Cek dan BG tersebut diterbitkan oleh bank yang sudah terdaftar sebagai peserta kliring
warkat luar wilayah.
3. Di wilayah kliring di mana warkat tersebut dikliringkan terdapat kantor cabang dari bank
penerbit yang menjadi peserta kliring.
4. Kepesertaan :
5. Saat ini kepesertaan bank dalam kliring warkat luar wilayah tidak bersifat wajib,
tergantung pada kebutuhan dan kesiapan masing-masing bank.
6. Pendaftaran untuk menjadi peserta kliring warkat luar wilayah cukup dilakukan oleh
kantor pusat bank dan berlaku bagi seluruh kantor bank yang bersangkutan.
7. Bank wajib menetapkan satu kantor koordinator disetiap wilayah kliring dimana bank
tersebut menjadi peserta.
8. Bank Indonesia tidak mengatur mekanisme internal bank dalam melakukan validasi cek
dan BG luar kotanya.
9. Dalam penyelenggaraan kliring, proses dan perhitungan atas cek dan BG luar kota tidak
dipisahkan dari proses warkat lokal lainnya, sehingga efektivitas dana cek/BG luar kota
tersebut sama dengan jadwal kliring lokal dimana cek/BG tersebut dikliringkan.
10. Perhitungan antar kantor dari bank tertarik diselesaikan secara internal oleh masing-
masing bank.
H. Mengenal Kliring Elektronik Dan Otomasi
Transaksi kliring dengan menggunakan sistem ini pada prinsipnya sama dengan kliring manual.
Warkat yang digunakan juga sama, yang membedakan adalah pada penggunaan teknologi yang
lebih canggih. Untuk penyelenggaraan kliring lokal yang dalam pelaksanaan perhitungan dan
pembuatan bilyet saldo kliring dilakukan secara otomasi (untuk kliring otomasi) dan didasarkan
pada Data Keuangan Elektronik yang selanjutnya disebut DKE untuk kliring elektronik. Warkat
yang digunakan relatif sama dengan sistem kliring manual.
GIRO
Merupakan simpaan masyarakat pada Bank yang penarikannya dapat dilakukan dengan
mengunakan cek, bilyet giro, atau surat perintah bayar dan surat pemindahbukuan yang
lain.
Dapat ditarik setiap saat
Dikelompokkan sebagai sumber dana jangka pendek bagi Bank dan berbiaya murah.
Penetapan tingkat jasa/bunga giro merupakan otoritas bank-bank yang bersangkutan.
Contoh:
0 – 5.000.000 0%
5.000.000 – 25.000.000 8%
25.000.000 – 100.000.000 12 %
AKUNTANSI GIRO
Saat pembukuan giran diberikan ketentuan saldo minimal, setoran perdana, cara
penarikan/penyetoran, jasa giro, penutupan giro dan biaya yang menjadi beban giran.
Transaksi giro dicatat sebesar nilai nominal dan disajikan sebesar nilai kewajiban bank
terhadap nasabah giran.
Pada posisi normal, giro akan selalu bersaldo kredit.
Dalam hal mutasi giro, bisa dijadikan indikasi giro tersebut tergolong aktif dan pasif.