Anda di halaman 1dari 6

Majalah Teknologi Agro Industri (Tegi)

Volume 10 No. 1 Juni 2018

Pemantauan Jumlah Bakteri Coliform Di Perairan Sungai


Provinsi Lampung
Rizki Adrianto
Balai Riset dan Standardisasi Industri Bandar Lampung
Jl by pass Soekarno Hatta KM 1 Rajabasa
E-mail : Rizki1083@gmail.com

Abstrak

Coliform merupakan golongan mikroorganisme yang lazim digunakan sebagai indikator dimana bakteri ini
dapat menjadi sinyal untuk menentukan suatu sumber air telah terkontaminasi oleh patogen atau tidak.
Salah satu penyebab terjadinya pencemaran air adalah mikrooganisme patogen yang terkandung dalam
tinja karena dapat menularkan berbagai macam penyakit apabila masuk kedalam tubuh manusia.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jumlah bakteri coliform di Sungai Provinsi Lampung di 8 Lokasi
pengambilan titik sampling. Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah Pengambilan sampel
dan survey lapangan, wawancara, serta analisis laboratorium. Hasil Pengujian menunjukkan jumlah
koliform tertinggi terdapat pada lokasi Sungai I berkisar antara 25394-24413 JPT/100 mL, terendah
terdapat pada lokasi Sungai VII berkisar antara 8564-12034 JPT/100 mL Hasil pengujian menunjukkan
perairan Sungai Provinsi Lampung tercemar bakteri coliform yang telah melewati ambang batas
persyaratan sungai kelas I (1000 Jumlah/100mL).
Kata Kunci : Coliform, Sungai Provinsi Lampung, Jumlah bakteri

Pendahuluan pengenceran air sungai terhadap limbah


domestik juga menurun. Aktivitas penduduk
Air merupkan kebutuhan dasar hidup di
yang semakin meningkat di sepanjang aliran
bumi yang menentukan kesehatan dan
sungai di Provinsi Lampung, seperti
kesejahteraan manusia (Cahyadi et, al, 2011;
bertambahnya pemukiman penduduk,
Sumantri, 2013). Salah satu sumber air tawar
keberadaan pasar, rumah sakit, dan lain-lain
dengan potensi yang besar adalah sungai.
Data Dinas Kesehatan Provinsi Lampung
Sungai adalah aliran air alami dari
menunjukkan angka kejadian diare pada tahun
daerah hulu ke daerah hilir. Aliran alami sungai
2017, mencapai 219.167 penderita. Hal ini
merupakan sumber utama untuk memenuhi air
menunjukan bahwa masalah air tercemar limbah
bagi manusia (Asdak, C., 2003). Sungai
domestik lebih besar karena coliform yang ada
merupakan wadah air alami sebagai penyedia air
dalam limbah dan perilaku hidup masyarakat
dan wadah air untuk memenuhi kebutuhan
yang kurang sehat. Tingginya indikasi limbah
rumah tangga, sanitasi lingkungan, pertanian,
domestik sebagai penyebab penyakit ini,
industri, pariwisata, olahraga, pertahanan,
didasarkan pada parameter pengukuran kualitas
perikanan, pembangkit tenaga listrik dan
limbah perairan Sungai di Provinsi Lampung
transportasi (PPRI Nomor 38 Tahun 2011)
terhadap potensi resikonya terhadap
Sungai banyak dijadikan sebagai tempat
lingkungan. Kandungan mikroorganisme yang
pembuangan kotoran dan sampah terutama pada
tinggi seperti Coliform, Escherichia coli,
kota-kota besar (Indarsih dkk., 2011; Soolikhah
Streptococus faecalis, Vibrio cholera, berbagai
dkk., 2014)). Salah satu penyebab terjadinya
jenis virus dan kutu cacing yang terdapat dalam
pencemaran air adalah mikrooganisme patogen
air limbah domestik merupakan penyebab dari
yang terkandung dalam tinja karena dapat
penularan penyakit-penyakit tersebut.
menularkan berbagai macam penyakit apabila
Coliform merupakan golongan
masuk kedalam tubuh manusia. Dampak limbah
mikroorganisme yang lazim digunakan sebagai
ini akan semakin terlihat pada saat musim
indikator, di mana bakteri ini dapat menjadi
kemarau dikarenakan volume debit air sungai
sinyal untuk menentukan suatu sumber air telah
mengalami penurunan sehingga kemampuan

1
Majalah Teknologi Agro Industri (Tegi)
Volume 10 No. 1 Juni 2018

terkontaminasi oleh patogen atau tidak. Pengambilan sampel dilakukan dengan


Berdasarkan penelitian, bakteri koliform ini metode purposive random sampling
menghasilkan zat etionin yang dapat berdasarkan perbedaan rona lingkungan.
menyebabkan kanker. Selain itu, bakteri Berdasarkan metode tersebut ditentukan 4
pembusuk ini juga memproduksi bermacam- lokasi sampling per hari.
macam racun seperti indol dan skatol yang dapat
menimbulkan penyakit bila jumlahnya berlebih 1. Pengambilan sampel
di dalam tubuh. Bakteri koliform dapat Menurut Khotimah (2013),
digunakan sebagai indikator karena densitasnya Pengambilan sampel air sungai dilakukan
berbanding lurus dengan tingkat pencemaran dengan metode komposit sampel sebanyak 3 kali
air. Bakteri ini dapat mendeteksi patogen pada di masing-masing lokasi kemudian di campur
air seperti virus, protozoa, dan parasit. Selain itu, dan di homogenkan. jarak yang dilakukan untuk
bakteri ini juga memiliki daya tahan yang lebih pengambilan 5 meter dengan menggunakan
tinggi daripada patogen serta lebih mudah botol steril dengan cara bagian mulut botol
diisolasi dan ditumbuhkan (Prayitno, 2009) dibakar terlebih dahulu untuk menghindari
Penelitian mengenai pemantauan masuknya mikroorganisme selain dari air,
jumlah bakteri coliform di air sungai Provinsi kemudian dicelupkan searah dengan arus air,
Lampung belum pernah dilakukan akan tetapi selanjutnya mulut botol dan tutup botol dibakar
terdapat data pendukung dari penelitian ini yang kembali.
berjudul kepadatan bakteri coliform di sungai
2. Pengukuran Fisik Lapangan
Kapuas kota Pontianak (Khotimah, 2013),
Analisis kandungan bakteri Fecal coliform pada Pengukuran lapangan dilakukan secara
Sungai Kuin kota Banjarmasin (Arsianty dkk, eksitu. Parameter fisik yang dilakukan pengujian
2017) antara lain pH dan suhu. pengukuran pH
digunakan pH meter dan pengukuran suhu
digunakan dengan thermometer batang (Hg)
Metode Penelitian
dengan skala 0-150 oC.
Penelitian dilakukan di Sungai yang
3. Pengukuran Kimia
terdapat di Bandar Lampung, Lampung Selatan,
Lampung Tengah, Lampung Timur, Lampung Parameter kimia air yang diukur pada
Utara, Pesawaran, Pringsewu, Way Kanan, saat pengambilan sampel kandungan oksigen
Provinsi Lampung, dan di Laboratorium (O2) terlarut dengan menggunakan metode
Mikrobiologi Baristand Industri Bandar Potensio meter dengan DO meter, PTT ( Padatan
Lampung. Penelitian berlangsung selama 6 bulan Terlarut Total) dengan menggunkan metode SNI
dari bulan April sampai bulan Oktober 2017. 06-6989-.3-2004, BOD5 (Biologycal Oxygen
Alat-alat yang digunakan pada Deman) dengan menggunakan metode SNI
penelitian ini adalah botol steril, erlenmeyer, 6989.72:2009.
beker glass, gelas ukur, tabung reaksi, tabung
durham, rak tabung, kapas penutup, cawan petri, 4. Pengukuran Bakteri Coliform dengan
spatula, autoklaf, oven/inkubator, bunsen, Metode MPN (SNI 06-4158-1996)
makro dan mikropipet, ose, mikroskop, pinset,
gelas objek, hot plate, kertas label, aluminium Pemeriksaan terhadap bakteri coliform
foil, alat tulis, pH meter, termometer, dan dilakukan dalam 4 tahapan, yaitu tes
kamera. pendahuluan (persumtive test), tes penegasan
Bahan-bahan yang digunakan pada (confirmative test), tes pelengkap (complete
penelitian ini antara lain: sampel air sungai, test).
akuades steril, alkohol 70, larutan Natrium 5. Tes Pendahuluan (Persumtive Test)
tiosulfat 0,025 N, media Lactose Broth (LB),
media Briliant Green Lactose Bile Broth (BGLBB), Sebanyak 9 ml media Lactose Broth (LB)
BPW (Buffer Phospate Water) dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang telah
diisi tabung durham. Tabungtabung tersebut
disterilisasi dengan autoklaf pada suhu 121°C

2
Majalah Teknologi Agro Industri (Tegi)
Volume 10 No. 1 Juni 2018

selama 15 menit. Sampel air yang akan diperiksa Lebih tepatnya bakteri Coliform fecal adalah
diencerkan dengan menambahkan 9 ml aquades bakteri indikator pencemar bakteri patogen.
steril dengan 1 ml sampel air sungai sehingga Contoh bakteri coliform adalah Escherichia coli
diperoleh pengenceran 10-1. Pengenceran dan Enterobacter aerogenes, makin sedikit
secara berturut-turut dengan tingkatan diambil kandungan coliform artinya kualitas air semakin
dari 0,1 ml, 0.01 ml, 0.001 ml dan dimasukkan ke baik (Friedheim et., al., 2001). Hasil penelitian ini
dalam media LB masing-masing sebanyak 3 dilakukan dari bulan April sampai bulan Oktober
tabung. Tabung-tabung tersebut kemudian 2017.
disimpan dalam inkubator pada suhu 37°C Hasil penelitian selama bulan April sampai
selama 24-48 jam. Keberadaan coliform ditandai dengan Oktober 2017 menunjukkan total
dengan terbentuknya gas atau asam (terjadi coliform pada 8 Sungai pengamatan yang
perubahan warna). dilakukan di Sungai Provinsi Lampung
berdasarkan pengambilan sampel awal dan
6. Tes Penegasan (Comfirmative Test)
pengambilan sampel akhir, ditunjukkan pada
Sebanyak 1-2 ose suspensi dari tes tabel 1 berikut.
pendahuluan (persumtive test) yang positif
diinokulasikan ke dalam tabung yang berisi Tabel 1. Rata-rata Jumlah Kepadatan Coliform di
media Briliant Green Lactose Bile Broth (BGLBB). Sungai Provinsi Lampung Pada Bulan
Tabung-tabung tersebut diinkubasikan pada April-Oktober 2017
suhu 37°C selam 24-48 jam. Keberadaan coliform No Sungai Pengambilan Pengambilan
juga ditandai dengan terbentuknya gas atau Awal* Akhir*
asam atau terjadi perubahan warna. Jumlah (JPT/100 (JPT/100
bakteri coliform pada tes penegasan dihitung mL) mL)
berdasarkan metode MPN. 1 I 24413 15394
7. Tes Pelengkap (Complete Test) 2 II 24123 12414
3 III 27132 3659
Salah satu media yang positif pada tes 4 IV 11682 3700
penegasan (confirmative test) diinokulasikan 5 V 12597 11140
sebanyak 1 ose ke dalam media Eosine Metilene 6 VI 19856 9760
Blue (EMB) agar, kemudian diinkubasi pada suhu 7 VII 12034 8564
37°C. Setelah 3-4 hari masa inkubasi, bila koloni 8 VIII 17366 15276
tumbuh dengan ciri-ciri berwarna hijau Keterangan:
kehitaman metalik dilanjutkan dengan uji I = Pesawaran, Pagelaran, Banyuwangi,
biokimia dan dilakukan pewarnaan gram. Pujorahayu, Gadingrejo, Batu tegi,
Analisis Data Kepadatan bakteri coliform Gedung Tataan, Kalirejo, Bangun rejo,
dihitung sesuai SNI 06-4158-1996 dengan Tegineneng,
rumus : II = Lampung Selatan, Sidomulyo, Tegalega,
Jumlah Total Bakteri Koliform (JPT/100 mL) = Sindang sari,
III = Teluk betung, segalamider, Sukaraja
𝐀 𝐱 𝟏𝟎𝟎
IV = Marga Sekampung, Sukadana, Way
√𝐁 𝐱 𝐂 Jepara, Pugung Raharjo, Curup
Mataram, Labuhan Maringgai,
Keterangan: Pekalongan, Raman Utara,Pasir sakti,V
A= Jumlah tabung yang positif = Bandar Sari, Pubian, Segalamider,
B= Volume (mL) benda uji dalam Bekri, gunung sugih, Terbanggi
tabung yang negative
Besar, Gunung Batin, selagai
C= Volume (mL) benda uji dalam lingga, padang ratu, mataram
semua tabung udik, bangun rejo, banjar agung,
ajibaru, kalirejo
Hasil Dan Pembahasan VI = Tubaba, Tulang bawang, Mesuji, Bandar
Bakteri Coliform adalah bakteri sari, Bujuk Agung, Menggala, Tulung mas
indikator keberadaan bakteri patogenik lain.

3
Majalah Teknologi Agro Industri (Tegi)
Volume 10 No. 1 Juni 2018

VII = Pekurun, Abung barat, ogan enam, terjadinya pencemaran bakteri coliform.
Banjarmasin, negri batin, blambangan Khotimah (2013) menyatakan bahwa kandungan
umpu, reabang tangkas, rebang tangkas bakteri fecal coliform tinggi pada saat surut
kasui, kotabumi selatan, sungkai tengah, dibandingkan saat pasang. Hal ini sesuai dengan
banjit, rantau temiang, sungkai tengah, hasil penelitian ini yang menunjukkan pola yang
kotabumi, pakuan ratu sama. Kandungan bakteri juga dipengaruhi oleh
VIII = Sumber jaya, Banjarsari volume air. Saat volume air tinggi mempunyai
* = Bulan April sampai Juli (Hujan/Banjir) kadar bakteri tidak sebesar pada saat volume air
* =Bulan Agustus sampai Oktober menurun.
(Panas/kemarau)
Hubungan Kondisi Fisika Kimia Sungai
Provinsi Lampung dengan Keberadaan
Tabel 1 menunjukkan adanya kepadatan
Bakteri Coliform
bakteri Coliform saat Pengambilan awal dan
akhir di setiap sungai. Menurut, perbedaan Hasil pengukuran parameter fisika
kepadatan Coliform antar sungai pengambilan kimia pada kedelapan sungai pengamatan di
sampel air disebabkan perbedaan rona Provinsi Lampung dapat dilihat pada Tabel 2.
lingkungan sungai pengambilan sampel, arah Suhu dan pH merupakan faktor lingkungan yang
arus air dan ketinggian air sungai. sangat menentukan kehidupan mikroorganisme
karena pengaruh suhu berhubungan dengan
Jumlah Kepadatan Bakteri Fecal Coliform
aktivitas enzim. pH merupakan derajat
Berdasarkan Lokasi Pengambilan
keasaman yang digunakan untuk mengukur nilai
Kepadatan total bakteri koliform yang keasaman atau kebasaan dari suatu cairan
paling tinggi terdapat di Sungai III pada sehingga kita mampu mengetahui kelayakan dari
pengambilan awal sebesar 27132 JPT/100 mL. cairan tersebut.
Hal tersebut dikarenakan pada wilayah ini Air merupakan komponen yang sangat
terdapat kepadatan tempat tinggal penduduk, penting bagi semua makhluk hidup yang ada
sehingga banyak kegiatan yang dilakukan di didunia ini termasuk ikan. Pada umunya perairan
sekitar sungai tersebut Antara lain untuk mandi alami mempunyai pH sekitar 6 sampai 9.
dan mencuci pakaian. Menurut Feliatra (2002), Menurut Anonim (2018) Derajat asam penting
pengaruh limbah rumah tangga seperti feses atau bagi kehidupan ikan,air disungai juga sangat
sisa makanan lainnya masih mendominasi bermanfaat bagi kehidupan manusia yang
sebagai faktor penyebab pencemaran lingkungan dimanfaatkan untuk dikonsumsi maupun untuk
air. memenuhi kebutuhan hidup sehari- hari. Jadi
Lokasi pemukiman padat penduduk selain memakai kita juga harus menjaga sungai
dengan kerapatan penduduk yang tinggi, jarak dengan jangan membuang sampah sembarangan
antara satu rumah dengan rumah yang lain disungai. Maka kita perlu mengukur pH pada air
sangat dekat, jarak antara pembuangan limbah sungai jika air sungai memiliki jumlah pH yang
rumah tangga dan septic tank dengan sumber air tidak normal maka kita tidak dapat memakai air
cenderung berdekatan serta kebiasaan sungai tersebut untuk dikonsumsi karena
penduduk di tepian sungai membuang urine dan dikhawatirkan dapat mengakibatkan keracunan.
feses secara langsung ke sungai menyebabkan

Tabel 2. Rata-rata Parameter Fisika Kimia Sungai di Provinsi Lampung


Param Pengambilan awal Pengambilan Akhir
eter I II III IV V VI VII VIII I II III IV V VI VII VIII
Suhu 29,2 31,2 30, 2 30,1 29,2 31,2 27,2 32 29,1 29,2 30,2 30,1 30,2 31 29,3 26,3
pH 7,30 7,43 7,38 6,72 6,73 6,24 7,45 8,14 7,28 7,04 7,38 6,77 6,89 7,25 8,13 7,23
DO 6,24 5,72 6,53 6,27 6,33 5,98 7,90 7,83 6,23 6,69 6,53 5,29 6,89 8,03 6,21 6,04
BOD5 2 2 <2 15 7 2 4 2 3 5 <2 <2 2 <1 3 2
PTT 128 205 133 81 278 83 142,5 120 174 214 133 93 93 103 89 51

4
Majalah Teknologi Agro Industri (Tegi)
Volume 10 No. 1 Juni 2018

Menurut Supardi dan Sukamto (1999), oksida, sulfida, ganggang, bakteri dan jamur
suhu rendah menyebabkan aktivitas enzim (Effendi, 2003).
menurun dan jika suhu terlalu tinggi dapat Parameter kimia lain yang tidak
mendenaturasi protein enzim. Berdasarkan melebihi nilai baku mutu adalah pH, suhu dan
pengukuran yang dilakukan pada kedelapan Dissolved Oxygen (DO). pH dan suhu air Sungai di
sungai pengamatan, suhu air Sungai rata-rata Provinsi Lampung dikategorikan sebagai suhu
berkisar antara 26,3-30,2 0C. Suhu optimum dan pH normal yaitu 26,3 – 31,2oC dan 6,24 –
untuk pertumbuhan bakteri coliform adalah 37 8,14. Sebagian besar biota akuatik dapat hidup
0C (Sayuti dkk., 2005; Hidayati dkk., 2006). dengan baik pada kondisi pH ini. Nilai pH dapat
Berdasarkan hasil penelitian pada tabel mempengaruhi toksisitas suatu senyawa kimia,
3 menunjukkan pH dan suhu yang dihasilkan di semakin tinggi nilai pH maka nilai alkalinitas
setiap sungai relatif stabil. Berdasarkan suhu semakin tinggi dan kadar karbondioksida
optimum pertumbuhannya, Supardi dan semakin rendah (Effendi, 2003). Jika pH rendah,
Sukamto (1999) mengelompokkan bakteri maka perairan tersebut bersifat asam dan
menjadi 3 yaitu : psikrofilik (0-20 0C), mesofilik korosif, toksisitas logam mengalami
(20-50 0C) dan termofilik (50-100 0C). Bakteri peningkatan, serta proses nitrifikasi akan
coliform yang ditemukan di Sungai Provinsi terhambat (Effendi, 2003). Sedangkan kadar
Lampung merupakan bakteri kelompok oksigen terlarut (DO) dalam air adalah baik yaitu
mesofilik dilihat dari suhu air pada saat >5 mg/l. Hal ini menunjukan bahwa tidak adanya
pengambilan sampel. Dari pengamatan kualitas aktifitas pertanian yang intensif pada area ini
air di 8 lokasi sungai, ditemukan beberapa mengingat sisa pupuk merupakan salah satu
parameter kimia yang tidak masuk nilai baku sumber bahan pencemar ini. Berdasarkan Paco
mutu berdasarkan Sungai kelas I berdasarkan PP et al., (2003),
No. 82 tahun 2001, diantaranya adalah BOD dan Faktor lingkungan yang paling sensitif
PTT. Tingginya nilai BOD dan PTT yang dan berpengaruh terhadap pertumbuhan
terkandung dalam air sungai di 8 lokasi sungai mikroorganisme khususnya bakteri adalah
menunjukan banyaknya bahan organik yang keberadaan Oksigen. Contohnya, beberapa
dapat didegradasi secara biologis maupun yang mikroorganisme dapat tumbuh hanya jika ada
sukar didegradasi secara biologis seperti O2 yang disebut aerob obligat. Fakultatif anaerob
tumbuhan dan hewan yang telah mati, hasil dapat tumbuh jika tidak ada O2 tetapi dapat
buangan limbah domestik dan industri. tumbuh lebih baik bila ada O2.
Nilai BOD pada lokasi pengambilan awal
Kesimpulan
lokasi sungai 1-8 secara berurutan adalah 2, 2,
<2, 15, 7, 2, 4, 2 mg/L yang dapat dilihat pada Kepadatan bakteri coliform di
Tabel 2 sedangkan pada 8 lokasi sungai pada Sungai di Provinsi Lampung adalah sebagai
pengambilan akhir secara berurutan adalah 3, 5, berikut;
<2, <2, 2, <1, 3, 2 mg/L. Hal ini berkitan dengan a. Sungai I pengambilan awal 24413
banyaknya kadar oksigen yang dibutuhkan oleh JPT/100 mL, pengambilan akhir 15394
mikroba untuk mengoksidasi bahan pencemar JPT/100 mL,
organik menjadi karbondioksida (CO2) dan air b. Sungai II pengambilan awal 24123
(H2O) (Effendi, 2003). Sedangkan PTT yang JPT/100mL, pengambilan akhir 12414
diperoleh dari hasil pengamatan dari 8 lokasi JPT/100 mL,
sungai pengambilan awal adalah 128, 205, 133, c. Sungai III pengambilan awal 27132
81, 278, 83, 142,5, 120 mg/L dan pada JPT/100 mL, pengambilan akhir 3659
pengambilan akhir hasilnya 174, 214, 133, 93, 93, JPT/100 mL,
103, 89, 51 mg/L. Hal ini berhubungan dengan d. Sungai IV pengambilan awal 11682
residu dari padatan total yang tertahan oleh JPT/100 mL, pengambilan akhir 3700
saringan dengan ukuran partikel maksimal 2μm JPT/100 mL,
atau lebih besar dari ukuran partikel koloid. Yang e. Sungai V pengambilan awal 12597
termasuk TSS adalah lumpur, tanah liat, logam JPT/100 mL, pengambilan akhir 11140
JPT/100 mL, sungai VI pengambilan

5
Majalah Teknologi Agro Industri (Tegi)
Volume 10 No. 1 Juni 2018

awal 19856 JPT/100 mL, pengambilan Feliatra, 2002, Sebaran Bakteri Escherichia coli di
akhir 9760 JPT/100 mL, Perairan Muara Sungai Bantan Tengah
f. Sungai VII pengambilan awal 12034 Bengkalis Riau, Fakultas Perikanan dan
Kelautan, Universitas Riau ,Pekanbaru. Jur.
JPT/100 mL, pengambilan akhir 8564
Biogen. 1. 178-18.
JPT/100 mL, Friedheim. 2001. Bacteriological Analytical
g. Sngai VIII pengambilan awal 17366 Manual. John Wiley & Sons Inc. New York.
JPT/100 mL, pengambilan akhir 15276 Dikutip dari tulisan Hariyono Purbowarsito.
JPT/100 mL dan berdaarkan sungai 2011. Uji Bakteriologis Air Sumur di
kelas I hasilnya sebagian besar melewati Kecamatan Semampir Surabaya. Fakultas
standar baku mutu yang ditetapkan oleh Sains dan Teknologi Universitas Airlangga :
Surabaya.
PP Nomor 82 tahun 2001 tentang
Hidayati, Y.A.; Harlia, E. dan Suryanto, D., 2006,
pengelolaan kualitas air dan Deteksi Jumlah Total Bakteri dan Coliform
pengendalian pencemaran air. pada Kompos Kotoran Domba Sebagai
Indikator Sanitasi Lingkungan, Fakultas
Air Sungai Sungai di Provinsi Lampung rata-rata Peternakan, Lokakarya Nasional Keamanan
tidak layak untuk dikonsumsi sebagai air bahan Pangan Produk Peternakan, Universitas
baku air minum sesuai PP No. 82 Th. 2001 Padjadjaran, Bandung
Indarsih, W., Suprayogi, S. & Widyastuti, M.
tentang persyaratan air minum yaitu 1000 (2011). Kajian Kualitas Air Sungai Bedog
MPN/100 mL berdasarkan sungai kelas I. Akibat Pembuangan Limbah Cair Sentra
Industri Batik Desa Wijirejo. Majalah
Daftar Pustaka Geografi Indonesia, 25(1), 40-54.
Khotimah, S, (2013), Kepadatan Bakteri Coliform
Adack, J. 2013. Dampak Pencemaran Limbah di Sungai Kapuas Kota Pontianak. Prosiding
Pabrik Tahu Terhadap Lingkungan Hidup. Semirata. Bandar Lampung: Fakultas
Lex Administratum Vol. I Juli-September No. Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
3. Universitas Lampung.
Arsianty D., Adyatma A., Huda N., 2017, Jurnal Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2011,
Analisis Kandungan Bakteri Fecal Coliform tentang Sungai.
Pada Sungai Kuin Kota Banjar masin, Peraturan Pemerintah No. 82 Th. 2001
Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada, tentangPengelolaan Kualitas Air dan
Yogyakarta. Pengendalian Pencemaran Air
Cahyadi, A., Priadmodjo, A. & Yananto, A. (2011). Prayitno, A. (2009). Uji Bakteriologi Air Baku dan
Criticizing The Conventional Paradigm of Siap Konsumsi dari PDAM Surakarta
Urban Drainage. Proceeding The 3rd Ditinjau dari Jumlah Bakteri Coliform.
International Graduated Student Conference Skripsi. Surakarta: Universitas
on Indonesia. Yogyakarta: Sekolah Muhammadiyah Surakarta. (Online)
Pascasarjana Universitas Gadjah Mada. (http://eprints.ums.ac.id/3821/1/A42004
Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air bagi 0040.pdf diakses 3 Oktober 2015).
Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan Sayuti, I.; Wulandari, S. & Fatimah, S., 2005,
Perairan. Cetakan Kelima. Yogjakarta : Bakteri Enterik dalam Minuman Jamu
Kanisius. Gendong di Kota Pekanbaru, PMIPA, FKIP,
Universitas Riau, Pekanbaru, Biogen. 2(1),
16-19.

Anda mungkin juga menyukai