Anda di halaman 1dari 5

NAMA : Viky Armando

NPM : 19420002
KELAS :B

UJIAN TENGAH SEMESTER MANAJEMEN KUALITAS (TQM)


1.
 Edward Deming
Mutu menurut Deming adalah suatu tingkat yang dapat diprediksi dari
keseragaman dan ketergantungan pada biaya yang rendah sesuai pasar. Deming
lebih memumpun (focus) pada kemampuan pasar, sehingga lebih menekankan
pada aspek beaya produksi yang rendah dengan kualitas barang yang bermutu
dengan harapan dapat diminati dan terjangkau oleh oleh pasar.

Empat Belas Point Deming (Deming’s Fourteen Points)

Empat belas point Deming ini merupakan ringkasan dari keseluruhan pandangan
W. Edwards Deming terhadap apa yang harus dilakukan oleh suatu perusahaan
untuk melakukan transisi positif dari bisnis sebagaimana biasanya sehingga
menjadi bisnis berkualitas tingkat dunia. Berikut ini adalah ringkasan dari
keempat belas point Deming:

1) Ciptakan keajegan tujuan dalam menuju perbaikan produk dan jasa,


dengan maksud untuk menjadi lebih dapat bersaing, tetap berada dalam
bisnis, dan untuk menciptakan lapangan kerja.
2) Adopsilah Falsafah baru. Manajemen harus memahami adanya era
ekonomi baru dan siap menghadapi tan-tangan, belajar bertanggung
jawab, dan mengambil alih kepemimpinan guna menghadapi perubahan.
3) Hentikan ketergantungan pada inspeksi dalam memben-tuk mutu produk.
Bentuklah mutu sejak dari awal.
4) Hentikan praktik menghargai kontrak berdasarkan tawar-an yang rendah.
5) Perbaiki secara konstan dan terus-menerus sistem produksi dan jasa, untuk
menignkatkan kualitas dan produktivitas, yang pada gilirannya secara
konstan menurukna biaya.
6) Lembagakan on the job training.
7) Lembagakan kepemimpinan. Tujuan dari kepemimpinan haruslah untuk
membantu orang dan teknologi dapat bekerja dengan lebih baik.
8) Hapuslah rasa takut sehingga setiap orang dapat bekerja secara efektif.
9) Hilangkan dinding pemisah antar departemen sehingga orang dapat
bekerja sebagai suatu team.
10) Hilangkan slogan, desakan, dan target bagi tenaga kerja. Hal-hal tersebut
dapat menciptakan permusuhan.
11) Hilangkan kuota dan manajemen bersadarkan sasaran. Gantikan dengan
kepemimpinan.
12) Hilangkan penghalang yang dapat merampok kebanggan karyawan atas
keahliannya.
13) Giatkan program pendidikan dan self-improvement.
14) Buatlah transformasi pekerjaan setiap orang dan siapkan setiap orang
untuk mengerjakannya.

 Joseph M. Juran
Juran mendefinisikan kualitas sebagai cocok/ sesuai untuk digunakan
(fitness for use), yang mengandung pengertian bahwa suatu produk atau jasa
harus dapat memenuhi apa yang diharapkan oleh para pemakainya. Pengertian
cocok untuk digunakan ini mengandung 5 dimensi utama, yaitu kualitas desain,
kualitas kesesuaian, ketersediaan, keamanan, dan field use.
Juran’s Three Steps to progress
Menurut Juran, tiga langkah dasar ini merupakan langkah yang harus
diambil perusahaan bila mereka ingin mencapai kualitas tingkat dunia. Juran juga
yakin bahwa ada titik diminishing return dalam hubungan antara kualitas dan
daya saing. Ketiga langkah tersebut teridiri dari:
1) Mencapai perbaikan terstruktur atas dasar kesinambung-an yang
dikombinasikan dengan dedikasi dan keadaan yang mendesak.
2) Mengadakan program pelatihan secara luas.
3) Membentuk komitmen dan kepemimpinan pada tingkat manajemen yang
lebih tinggi.
The Juran Trilogy

Pandangan Juran terhadap fungsi-fungsi ini dijelaskan sebagai berikut:


Perencanaan Kualitas. Perencanaan kualitas meliputi pe-ngembangan produk,
system, dan proses yang dibutuhkan untuk memenuhi atau melampaui harapan
pelanggan. langkah-langkah yang dibutuhkan untuk itu ialah:
1) Menentukan siapa yang menjadi pelangan.
2) Mengidentifikasi kebutuhan para pelanggan.
3) Mengembangkan produk dengan keistimewaan yang dapat memenuhi
kebutuhan pelanggan.
4) Mengembangkan system dan proses yang memungkinkan organisasi untuk
menghsilkan keistimewaan tersebut.
5) Menyebarkan rencana kepada level operasional.
Pengendalian Kualitas. Pengendalian kualitas meliputi langkah-langkah berikut:
1) Menilai kinerja kualitas aktual.
2) Membandingkan kinerj dengan tujuan.
3) Bertindak berdasarkan perbedaan antara kinerja dan tujuan.
Perbaikan Kualitas. Perbaikan kualitas harus dilakukan secara ongoing dan terus-
menerus. Langakh-langkah yang dapat dilaku-kan adalah:
1) Mengembangkan infrastruktur yang diperlukan untuk melakukan
perbaikan kualitas setiap tahun.
2) Mengidentifikasi bagian-bagian yang membutuhkan perbaikan dan
melakukan proyek perbaikan.
3) Membentuk suatu tim-tim tersebut apa yang mereka bu-tuhkan agar dapat
mendiagnosis masalah guna menentu-kan sumber penyebab utama,
memberikan solusi, dan melakukan pengendalian yang akan
mempertahankan keuntungan yang diperoleh.

 Philip B. Crosby
Crosby terkenal dengan anjuran manajemen zero defect dan pencegahan,
yang menentang tingkat kualitas yang dapat diterima secara statistik (aceptable
quality level). Ia juga dikenal dengan Quality Vaccine dan Crosby’s Foruteen
Steps to Quality Improvement.
Pandangan-pandangan Crosby dirangkumkan dalam ringkasan yang ia sebut
sebagai Dalil-dalil manajemen Kualitas. Dalil-dalil in dikemukakan untuk
menjawab pertanyaan-pertanyaan pokok berikut:
1) Apa yang dimaksud dengan kualitas?
2) Sistem seperti apa yang dibutuhkan untuk menghasilkan kualitas?
3) Standar kinerja bagaimana yang harus digunakan?
4) Sistem pengukuran seperti apa yan dibutuhkan?
Definisi kualitas menurut Crosby adalah memenuhi atau sama dengan
persyaratannya (conformance to requirements). Meleset sedikit saja dari
persyaratannya, maka semua produk atau jasa dikatakan tidak berkualitas.
Persyaratan itu dapat berubah sesuai dengan keinginan pelanggan, kebutuhan
organisasi, pemasok dan sumber, pemerintah, teknologi, serta pasar atau
persaingan.
Dalam suatu proses pasti ada input dan output. Di dalam proses kerja internal
sendiri ada 4 kendali input dimana proses pencegahan dapat dilakukan, yaitu:
1) Fasilitas dan perlengkapan.
2) Pelatihan dan pengetahuan.
3) Prosedur, pedoman/ manual operasi standar, dan pedo-man standar
kualitas.
4) Standar kinerja/ prestasi.
Price of non Conformance(PONC) adalah biaya yang dikeluarkan bila
tugas dilakukan karena melakukan kesalahan. Contohnya ketika terjadi salah
kirim kertas ke Jakarta ke Jogjakarta. Pelanggan meminta kertas CD tetapi dikirim
kertas HVS. Misalnya tidak ada yang mau menerima kertas HVS, maka biaya
angkut Jakarta-Jogjakarta, sewa gudang, biaya administrasi, biaya lain serta
kemungkinan kerugian penjualan ditanggung oleh produsen. Dengan konsep zero
defect, diharapkan PONC ini tidak ada sehingga dapat menurunkan biaya kualitas.
Price of Conformance (POC) adalah biaya yang dikeluarkan bila tugas
dilakukan secara benar semenjak pertama kalinya. Untuk keperluan ini
dibutuhkan konfirmasi persyaratan dari para pelanggan. Sebelum pengiriman,
DO-nya diperiksa apakah benar yang dikirim kertas CD? Truknya juga diperiksa,
apa betul yang dimuat kertas CD? Ekspedisi dicek, apa betul truk menuju ke
Jogjakarta? Dari semua langkah berapa biayanya. Kesemuanya merupakan POC.
Dalam praktik sehari-hari POC mencakup biaya pelatihan dan pendidikan
kualitas, inspeksi dan kalibrasi.

2. Analisis Biaya Kualitas di PT. Perkebunan Nusantara VIII


Tahapan selanjutnya setelah seluruh biaya kualitas diidentifikasi, diukur, dan
digolongkan adalah dilakukannya analisis atas biaya kualitas yang sudah tergolongkan
dan terukur tersebut. Kadangkala manajer mengabaikan pentingnya kegiatan
pengendalian kualitas. Oleh karena itu, pengidentifikasian, penggolongan, pengukuran,
dan analisis biaya kualitas berperan untuk memberikan kesadaran kepada manajer dan
pimpinan perusahaan mengenai pentingnya kegiatan pengendalian kualitas. Analisis
biaya kualitas yang hendak penulis lakukan adalah analisis besarnya proporsi masing-
masing golongan biaya kualitas tersebut dibandingkan dengan biaya kualitas secara
keseluruhan dan membandingkan biaya kualitas dengan pembanding tertentu yang dalam
hal ini adalah biaya produksi.
terlihat bahwa perbandingan besar biaya kualitas yang terjadi di PT. Perkebunan
Nusantara VIII antara biaya kendali dengan biaya kegagalan adalah terlihat bahwa
perbandingan besar biaya kualitas yang terjadi di PT. Perkebunan Nusantara VIII antara
biaya kendali dengan biaya kegagalan adalah tidak seimbang. Proporsi biaya kendali
yang terdiri dari biaya pencegahan dan biaya penilaian secara keseluruhan adalah 39.39%
proporsi biaya kegagalan yang terdiri dari biaya kegagalan intern dan biaya kegagalan
ekstern secara keseluruhan adalah 60.61%. Pengeluaran biaya kualitas terbesar (lebih dari
setengah bagian) berasal dari biaya kegagalan intern sebesar 60.61%. Biaya ini terjadi
karena produk cacat terdeteksi sebelum sampai ke tangan konsumen. Hal ini
menunjukkan inspeksi yang dilakukan perusahaan sudah cukup ketat. Di lain pihak hal
ini menandakan bahwa perusahaan kurang memperhatikan hal-hal yang dapat mencegah
terjadinya kegagalan produk. Biaya yang terbesar kedua adalah biaya pencegahan, yaitu
sebesar 39.39%. Menurut wawancara dengan Manajer Quality Assurance, sebenarnya
PT. Perkebunan Nusantara VIII telah berusaha melakukan tindakan pencegahan, akan
tetapi kegagalan yang terjadi dalam memproduksi teh memang cukup tinggi.

Analisis Biaya Kualitas Terhadap Biaya Produksi


Biaya kualitas merupakan suatu ukuran yang relatif. Suatu besaran biaya kualitas dapat
disebut terlalu besar atau pun terlalu kecil, meningkat atau menurun tergantung dari apa
yang dijadikan pembanding. Karena itu, sebaiknya digunakan suatu dasar pembanding
misalnya biaya produksi sehingga manajer perusahaan menyadari seberapa besar
persentase biaya kualitas yang terjadi terhadap biaya produksi perusahaan.

3. Menurut pendapat saya untuk mengimplementasikan TQM pada organisasi atau


perusahaan -perusahaan di Indonesia ini cukup sulit dikarenakan menurut Studi jurnal
ilmiah yang ditulis oleh Amar dan Zain ini telah mengungkap 11 faktor yang dianggap
sebagai hambatan terhadap keberhasilan penerapan TQM di organisasi manufaktur
Indonesia. Kesebelas faktor tersebut adalah sumber daya manusia, manajemen, sikap
terhadap kualitas, budaya organisasi, hubungan antar departemen, material, mesin,
peralatan, informasi, metode, dan pelatihan. Beberapa dari 11 ini mirip dengan faktor
yang ditemukan untuk menghambat implementasi TQM di negara lain, seperti yang
dilaporkan oleh berbagai peneliti lain seperti Masters 1996), Adebanjo dan Kehoe 1998),
Tamimi dan Sebastianelli 1998) dan Salegna dan Fazel 2000) .

Anda mungkin juga menyukai