Mata Kuliah:
Dosen Pengampu:
Disusun Oleh:
FAKULTAS PSIKOLOGI
YOGYAKARTA
2020
JURNAL 1 (NASIONAL)
JUDUL
Kekerasan
PENDAHULUAN
manusia hingga saat ini, di mana wanita tuna susila selalu ada pada setiap tingkat
peradaban (Kartono, 2007). Wanita tuna susila seringkali dihadapkan pada hal-hal
yang sulit dan berat untuk dijalani dalam kesehariannya (Arivia, 1997). Reaksi sosial
terhadap wanita tuna susila dapat bersifat menolak sama sekali dan mengutuk
keras, bercampur dengan rasa benci, ngeri, jijik, takut, dan marah (Kartono, 2007).
Persepsi yang salah ini menghantarkan para wanita tuna susila ke ambang
tidak berdaya apa-apa untuk menolak realitas tersebut yang muncul dari rasa
rendah diri para wanita tuna susila dengan berbagai stereotip yang melekat pada diri
negatif dari lingkungan, kecaman lingkungan serta penolakan akan keberadaan para
wanita tuna susila yang dialami dalam periode waktu yang panjang tanpa mampu
melakukan sesuatu untuk merubah kondisi, memicu tingkat stres yang tinggi dalam
learned helplessness oleh Martin Seligman (dikutip dalam Hoeksema, 2007). Tujuan
susila yang mendapat kekerasan, selain itu, memberikan info kepada masayarakat
untuk lebih memperhatikan bagaimana keadaan yang terjadi pada para wanita tuna
TINJAUAN PUSTAKA
penelitian Martin Seligman dengan hewan yang terlihat lelah dan akhirnya
mempelajari bahwa hewan tersebut tidak berdaya dalam menghindari kejut yang
Wortman dan Brehm disebabkan kegagalan dari usaha mengontrol kejadian (dikutip
helplessness mirip dengan orang yang depresi, individu menunjukkan perilaku ini
sikap yang pasif (dikutip dalam Hoeksema, 2007). Ketiga, perilaku rendahnya
karena mempelajari bahwa usaha apapun yang dilakukan pada akhirnya akan
berujung pada kegagalan, ditambah tidak ada kemampuan maka tidak perlu
melakukan usaha apalagi mengulang usaha yang sudah jelas gagal (Berk, 1991).
Keenam, ada kecenderungan untuk bunuh diri. Segala kepasifan, percaya bahwa
bunuh diri bagi para individu yang helpless, karena tidak percaya bahwa akan ada
bantuan yang mengeluarkan dirinya dari situasi penuh tekanan Alloy, 1999).
individu menemukan bahwa tidak ada jalan untuk menghindari atau menyangkal
kejadian- kejadian yang dianggap tidak menyenangkan, dan adanya kegagalan dari
segala tindakan dan usaha yang dimaksudkan untuk mengubah keadaan yang
menekan tersebut.
penurunan motivasi yakni merasa diri tidak memiliki kemampuan, usaha apapun
baru yang dapat membantu individu keluar dari permasalahan atau keadaan yang
Wanita Tuna Susila Istilah yang artinya sama dengan wanita tuna susila
sundal, lonte, dan penjaja seks (Syam, 2010). Menurut Suwartono (dikutip dalam
kelamin dengan seseorang atau beberapa orang laki-laki di luar ikatan perkawinan
yang sah dengan maksud mendapatkan kepuasan seksual atau mendapatkan
METODE PENELITIAN
Partisipan adalah wanita tuna susila yang diperoleh penulis dengan melakukan
diwawancara.
HASIL PENELITIAN
rendah serta paksaan dari orang lain ataupun keadaan ekonomi yang sulit.
Kehidupan menjadi wanita tuna susila berat untuk dijalani karena banyaknya
permasalahan yang ditemui, masalah yang cukup berat salah satunya adalah
kekerasan yang menimpa para partisipan sebagai wanita tuna susila. Kekerasan
fisik yang dialami ketiga partisipan dapat berasal dari pelanggan, ataupun orang-
orang disekitar para partisipan, seperti penjaga wanita tuna susila, ataupun suami.
mengurangi motivasi para partisipan untuk mencari jalan keluar, hingga akhirnya
ketiga partisipan berhenti dalam mencari dan melakukan usaha untuk menghindari,
mengubah, menghentikan atau mengontrol keadaan dan kejadian-kejadian dalam
partisipan.
DISKUSI
dapat memperkecil jarak antara peneliti dan partisipan atau dapat lebih
dalam cerita secara lugas. Disarankan juga untuk dapat mewawancarai orang-orang
terdekat partisipan sehingga data tidak hanya berpusat pada partisipan saja, maka
data akan lebih variatif dan makin lengkap demi kepentingan analisis.
Menurut pendapat saya, jurnal diatas sudah cukup lengkap jika dilihat dari sisi
pembahasan sampai dengan hasilnya pun sudah cukup lengkap dibahas dengan
detil. Adapun kekurangan dan saran terhadap temuan jurnal tersebut telah dibahas
di dalam diskusi. Jurnal tersebut juga mudah dipahami dan diketahui maksud dari
JURNAL 2 (NASIONAL)
JUDUL
PENDAHULUAN
Pada dasarnya learned helplessness adalah suatu persepsi di mana individu
diinginkannya (Durkin, 1995; McCawn, Driscoll & Roop, 1996; Slavin, 2006). Individu
yang mengalami learned helplessness merasa bahwa tidak ada keterkaitan antara
usaha yang dilakukan dengan kemungkinan untuk berhasil. Ketika mereka ingin
mencapai suatu tujuan, mereka merasa tidak ada yang bisa dilakukan karena
memiliki persepsi bahwa usaha yang dilakukan tidak akan berpengaruh terhadap
pencapaian tujuan.
Jika ditinjau dari perspektif teori atribusi, tampaknya learned helplessness di-
kemampuan merasa bahwa mereka tidak punya harapan untuk berhasil karena
konseling realita mendorong individu untuk kontrol perilaku, menekankan pilihan dan
2007).
evaluasi diri, individu diajak untuk mencermati bahwa mereka memiliki pilihan dan
yang diharapkan adalah tumbuhnya kesadaran pada diri individu bahwa mereka
memiliki pilihan; menjadikan diri mengalami learned helplessness pada dasarnya
merupakan hasil dari sebuah pilihan dan itu bukan satu- satunya, masih ada pilihan
bahwa selalu ada harapan ketika berusaha. Melalui proses ini diharapkan individu
helplessness.
TINJAUAN PUSTAKA
METODE PENELITIAN
kuantitatf dan kualitatif termasuk didalamnya terdapat data yang bersifat kualitatif
dan kuantitatif penelitian pada suatu kajian tunggal (Gay, Mills & Airasian, 2009:
462). Mixed Method Design memiliki beberapa jenis atau model di dalam
pengaplikasiannya. Salah satu model dari Mixed Method Design adalah model
Embedded Design adalah suatu bentuk dari mixed method design dimana satu data
HASIL PENELITIAN
Jurusan BK. Hal tersebut didasarkan pada Hasil analisis uji statistik dengan teknik
Wilcoxon menunjukkan bahwa konseling realita dapat menurunkan tingkat learned
helplessness. Rerata pretes sebesar 54 dan rerata postes sebesar 44. Meskipun
tail)= 0,09).
bahwa perubahan terjadi pada sisi tuturan atau wicara konseli dan keinginan konseli
masing konseli.
Menurut pendapat saya, jurnal diatas sudah cukup lengkap jika dilihat dari sisi
pembahasan sampai dengan hasilnya pun sudah cukup lengkap dibahas dengan
detil. Adapun kekurangan dan saran terhadap temuan jurnal tersebut telah dibahas
di dalam diskusi. Hanya saja peneliti belum menuliskan diskusi maupun saran pada
JURNAL 3 (NASIONAL)
JUDUL
PENDAHULUAN
Adversity adalah suatu konsep yang ditujukan mengenai bagaimana
seseorang dapat bertahan dan dapat mengatasi kesulitan (Stolz, 2000). Adversity
2000).
dianggap penting dalam meningkatkan motivasi pada anak yang terlibat dengan
hukum. Ketika anak dalam Rutan mampu membangun adversity maka hal yang
(Siahaan, 2012), meningkatkan self concep dan harga diri pada anak yang
meraka selama mereka di dalam Rutan dan nantinya ketika kembali ke masyarakat
(Stolz, 2000).
Berdasarkan penjelasan yang ada maka timbul asumsi bahwa anak dalam
Rutan yang memiliki adversity yang tinggi pada dirinya sesuai dengan yang
diungkapkan oleh Stolz (2000), maka akan lebih tahan terhadap munculnya kondisi
ketidakberdayaan yang dipelajari. Dan ketika adversity dari anak dalam Rutan
tersebut rendah maka mereka akan lebih rentan mengalami ketidakberdayaan yang
dipelajari.
juga akan membahas mengenai hubungan masing masing dimensi pada variabel
adversity yaitu kendali, asal usul dan pengakuan, jangkauan serta daya tahan
dengan ketidakberdayaan yang dipelajari pada anak berhadapan dengan hukum di
Rutan Surabaya.
TINJAUAN PUSTAKA
METODE PENELITIAN
data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei. Penelitian ini
HASIL PENELITIAN
yang dipelajari dengan adversity dengan nilai signifikansi sebesar 0,00 dan koefisien
korelasi sebesar -0,564. Hal ini menunjukkan bahwa setiap peningkatan dari
adversity yang dimiliki oleh individu akan diikuti oleh penurunan ketidakberdayaan
Hasil dari penelitian ini menunjukkan nilai koefisien korelasi yang sedang antara
keduanya. Sesuai dengan asumsi awal peneliti, yang mana berdasar dari
dipelajari apabila telah diinternalisasi kedalam diri individu maka individu tersebut
akan merasa apapun yang akan dia kerjakan tidak akan mendapatkan manfaat dan
Hasil dari penelitian ini juga mendukung pernyataan dari teori Stolz (2000)
faktor yang memiliki nilai keterbalikan dari adversity itu sendiri yang mana jika
dihubungkan melalui hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti pada remaja
di Rutan Surabaya dapat diartikan bahwa ketika anak yang berhadapan dengan
hukum memiliki adversity yang tinggi maka remaja tersebut akan mampu
ketidakberdayaan yang dipelajari yang lebih rendah. Hasil dari penelitian ini secara
DISKUSI
bahwa terdapat hubungan yang signifikan yang bernilai negatif dengan kekuatan
yang sedang antara adversity dengan ketidakberdayaan yang dipelajari. Hal ini
adversity yang tinggi maka dia akan tahan terhadap kondisi ketidakberdayaan yang
dipelajari, begitu pula sebaliknya. Hasil dari penelitian ini juga diketahui terdapat
tersebut menunjukkan bahwa secara terpisah-pisah dimensi kendali, asal usul dan
pengakuan, jangkauan, dan daya tahan pada adversity memiliki hubungan yang
pembahasan sampai dengan hasilnya pun sudah cukup lengkap dibahas dengan
detil. Adapun kekurangan dan saran terhadap temuan jurnal tersebut telah dibahas
di dalam diskusi. Jurnal tersebut juga mudah dipahami dan diketahui maksud dari
JURNAL 4 (INTERNASIONAL)
JUDUL
PENDAHULUAN
kognitif dalam proses belajar mengajar (Nicolaou & Philippou, 2007). Kecemasan,
kemanjuran diri, dan ketidakberdayaan yang dipelajari merupakan sifat afektif yang
dimiliki oleh individu (Braham, 1998; Philipp, 2007). Tercatat dalam literatur bahwa
variabel afektif mempengaruhi kinerja matematika (Qian & Alvermann 1995). Studi
negatif pada prestasi siswa (Alkan, 2011; Ma, 1999) dan merupakan masalah umum
individu dan memprediksi perilaku masa depan (Tekin, 1996). Pentingnya studi ini
terletak pada poin ini. Sebab, kecemasan matematika yang tinggi, ketidakberdayaan
Ada perbedaan yang signifikan antara calon guru dari jurusan yang berbeda
(LHM). (ii) Ada perbedaan yang signifikan antara calon guru dari jurusan sekolah
menengah yang berbeda dalam hal MA, PMS, dan LHM. (iii) Ada korelasi positif dan
signifikan antara kecemasan negatif (NA) dan LHM, dan korelasi negatif dan
signifikan antara kecemasan positif (PA) dan LHM. (iv) Ada korelasi negatif dan
signifikan antara NA dan PMS, dan korelasi positif dan signifikan antara PA dan
PMS. (v) Ada korelasi negatif dan signifikan antara PMS dan LHM. (vi) PMS memiliki
efek mediasi dalam hubungan antara MA (PA dan NA) dan LHM.
TINJAUAN PUSTAKA
METODE
20.0 dan Lisrel digunakan untuk analisis kuantitatif dalam penelitian ini. SPSS
digunakan untuk Oneway ANOVA dan analisis korelasi, sedangkan Lisrel digunakan
HASIL PENELITIAN
Jenjang PMS, MA (NA dan PA), dan LHM mahasiswa senior yang mengikuti
signifikan ditemukan antara calon guru dalam hal PMS, MA, dan LHM tergantung
departemen ilmu sosial memiliki kecemasan matematika yang lebih tinggi daripada
mereka yang berasal dari departemen dengan bobot yang sama, yang memiliki
kecemasan matematika lebih tinggi daripada mereka yang berasal dari departemen
sains. Resnick, Viehe, & Segal (1982) menemukan bahwa siswa dengan kecemasan
matematika menganggap kecemasan ini sebagai masalah bagi diri mereka sendiri
ketika memilih profesi, dan lebih condong pada profesi yang tidak termasuk
matematika, juga dalam penelitian ini diperoleh temuan serupa. Demikian pula,
Sırmacı (2007) menemukan bahwa siswa yang sebagian besar menikmati mata
pelajaran ilmu sosial memiliki kecemasan matematika yang lebih tinggi dibandingkan
dengan mereka yang sebagian besar menikmati mata pelajaran yang berhubungan
pelajaran matematika, siswa dari jurusan Pengajaran Ilmu Sosial memiliki MA yang
Matematika Sekolah Dasar. Temuan Sırmacı (2007) ini konsisten dengan temuan
kami bahwa siswa dari departemen ilmu sosial memiliki kecemasan matematika
yang lebih tinggi dibandingkan dengan siswa dari departemen sains. Faktanya,
apakah seorang siswa menyukai matematika atau ilmu sosial mungkin terkait
DISKUSI
operasi dengan angka di sekolah dan kehidupan sehari-hari (Tobias, 1993). Pada
penurunan tingkat efikasi diri siswa dalam matematika. Akibatnya, dari waktu ke
waktu individu tersebut mungkin memiliki LHM (Ekinci & Gökler, 2017; Qian &
kecemasan ini melalui tindakan tertentu. Untuk mencapai hal ini, disarankan untuk
bahwa adalah mungkin untuk mengubah sikap siswa menjadi lebih baik dengan
Menurut pendapat saya, jurnal diatas sudah cukup lengkap jika dilihat dari sisi
pembahasan sampai dengan hasilnya pun sudah cukup lengkap dibahas dengan
detil. Adapun kekurangan dan saran terhadap temuan jurnal tersebut telah dibahas
di dalam diskusi. Namun dari saya sendiri masih kesulitan untuk memahami jurnal
tersebut, karena dalam pengambilan sampel partisipan dan analisis maupun alat
ukur masih sulit untuk memahaminya, karena tidak biasa dengan alat atau
instrument yang digunakan oleh peneliti tersebut sehingga belum mampu untuk
JURNAL 5 (INTERNASIONAL)
JUDUL
PENDAHULUAN
khusus untuk global, internal ke eksternal, dan stabil ke tidak stabil, yang bersama-
rangsangan atau situasi tertentu untuk skenario baru (Abramson, Seligman, &
Teasdale, 1978; Hiroto & Seligman, 1975), yang mengarah pada pengembangan
situasi permusuhan konsisten dari waktu ke waktu daripada variabel. Atribusi global
daripada spesifik untuk keadaan tertentu (Miller & Seligman, 1975). Sedangkan self-
perilaku tertentu dalam situasi tertentu (Strecher, DeVellis, Becker, & Rosenstock,
1986), sifat ketidakberdayaan yang dipelajari adalah konstruksi bebas domain yang
dianggap tidak efektif dalam menciptakan manfaat lingkungan yang berarti, terutama
untuk masalah multifaset seperti perubahan iklim yang memerlukan perubahan
kebijakan pemerintah dan skala besar. reformasi sosial dan ekonomi (Hamilton,
memeriksa apakah tingkat yang lebih tinggi dari sifat ketidakberdayaan yang
perilaku proenvironmental. Model diuji untuk mengontrol jenis kelamin, dan menguji
lingkungan terkait dengan gejala yang mendasari emosi negatif dan tekanan mental.
TINJAUAN PUSTAKA
METODE PENELITIAN
Remunerasi CAD.
HASIL PENELITIAN
kepedulian lingkungan yang lebih besar mendukung geoengineering lebih kuat. Baik
ketidakberdayaan yang dipelajari maupun itu interaksi dengan kepedulian
DISKUSI
depan seharusnya tidak lagi melihat kepedulian lingkungan secara langsung, tetapi
sebagai penentu tidak langsung yang penting dari perilaku tertentu" (Bamberg, 2003,
hal. 21). Namun, sedikit penelitian telah mengeksplorasi variabel moderasi tingkat
Krygsman, & Speiser, 2017, hlm.27). Ketidakberdayaan ini mungkin tidak penting
ketakutan (misalnya, Adolphs, 2013), temuan dari penelitian ini bisa memiliki
implikasi untuk strategi berbasis rasa takut yang dimaksudkan untuk dipromosikan
tindakan lingkungan.
Menurut pendapat saya, jurnal diatas sudah cukup lengkap jika dilihat dari sisi
pembahasan sampai dengan hasilnya pun sudah cukup lengkap dibahas dengan
detil. Adapun kekurangan dan saran terhadap temuan jurnal tersebut telah dibahas
di dalam diskusi. Namun dari saya sendiri masih kesulitan untuk memahami jurnal
tersebut, karena dalam pengambilan sampel partisipan dan analisis maupun alat
ukur masih sulit untuk memahaminya, karena tidak biasa dengan alat atau
instrument yang digunakan oleh peneliti tersebut sehingga belum mampu untuk