Anda di halaman 1dari 20

FENOMENA MODERNISASI DI INDONESIA: MEMBANGUN

TRUST SOCIETY MELALUI KAPITAL SOSIAL DITINJAU DARI


PERSPEKTIF ISLAM

Oleh
H. Catur Wahyudi
FISIP Universitas Merdeka Malang

ABSTRAK
Kapital sosial selain menjadi norma, juga menjadi kepercayaan sosial dan juga sebagai
pertukaran menjadikan entitas masyarakat semakin menguatkan kelompok masyarakat
tersebut. Keberadaan sosial kapital dalam lingkungan masyarakat mampu membentuk entitas
masyarakat tersebut menjadi lain dengan lingkungan lainnya. Modernisasi yang terus
berkembang terus menjadi pendorong dalam pengikisan terhadap norma-norma yang berlaku
dalam komunitas masyarakat. Oleh sebab itu trust society yang telah terbentuk harus terjaga
oleh satu struktur kapital sosial yang mapan. Islam memandangnya sebagai kondisi masyarakat
madani. Dalam konteks kehidupan masyarakat Indonesia yang notabene memeluk agama
Islam, kapital sosial telah terbentuk dalam interaksi masyarakat. Zakah, infaq, dan sedekah
yang dianjurkan oleh Islam menjadi rutinitas sosial serta rutinitas spritual bagi masyarakat. Oleh
sebab itu, kerukunan dan keguyuban masyarakat tekelompok dalam kelompok-kelompok
yasinan maupun tahlilan, dan lain sebagainya.

Kata Kunci : Modernisasi, Kepercayaan Sosial, Society, Kapital Sosial.

PENDAHULUAN social development”. Aplikasi social capital


Popularitas konsep kapital sosial terkait masalah sosial menurut Lawang
(social capital) pada beberapa tahun (2005: 88-89) bersifat multiguna (multi-
terakhir mewarnai dinamika perspektif di purpose) dan multi pespektif, sebab
kalangan pemerhati ilmu-ilmu sosial, kemampuan praksis dari kapital sosial
khususnya di kalangan pengembang teori- selalu bersama-sama dengan kapital
teori sosiologi. Sebelumnya telah dikenal lainnya untuk mengatasi masalah sosial
berbagai bentuk kapital, yaitu natural secara berdaya guna, seperti kemiskinan,
capital, financial capital, physical capital, ketidakberdayaan, marginalitas, dimana
human capital, dan human made capital nilai kapital dari kapital sosial selalu
(producced assets). World Bank (The World diperhitungkan bersama-sama dengan
Bank, 1998) memaknai social capital kapital lainnya.
sebagai “…a society includes the
institutions, the relationships, the attitudes Sementara itu, modernisasi memiliki
and values that govern interactions among potensi yang dapat melemahkan atau
people and contribute to economic and sebaliknya menguatkan kapital sosial. Ibnu

1
Khaldun (1332-1406 M) melihat fenomena tertuju pada pencapaian tujuan yang
modernisasi sebagai perkembangan ditetapkannya sendiri, sehingga dalam
peradaban, merupakan hasil dari proses setiap tindakan manusia pasti memiliki
tamaddun (semacam tranformasi pemikiran unsur rasionalitasnya‖ (Lawang, 2005: 90).
yang lebih sehat), lewat ashabiyah (group Hambatan-hambatan yang dihadapi
feeling), perwujudan kompleksitas produk manusia dalam tindakan-tindakannya
pikiran kelompok manusia yang mengatasi tersebut acapkali bisa ditembus, maka
negara, ras, suku, atau agama, yang pilihan tindakan tetap dilakukan, acapkali
membedakannya satu dengan lainnya, pula tidak dapat ditembus maka
kendatipun tidak monolitik dengan dihindarinya. Perihal hambatan yang sulit
sendirinya. Sejalan dengan hal itu, makalah ditembus lazimnya berupa struktur sosial
ini akan menyajikan fenomena potensi makro obyektif yang biasanya bersifat taken
modernisasi dalam kapital sosial yang of granted.
dibangun melalui nilai-nilai ke-Islam-an. Konsepsi kapital sosial menurut
Untuk itu, perlu dikaji terlebih dulu Fukuyama (1995, 1999) pada dasarnya
bagaimana konsep Islam tentang kapital adalah segala ihwal jaringan sosial yang
sosial, agar fenomenanya dapat digali dari mempunyai makna. Aspek-aspek jaringan
berbagai contoh kasus yang ada di sosial, norma sosial, pertukaran dan norma
Indonesia. sosial yang menghubungkan kebersamaan
dalam rangka mencapai tujuan bersama,
REVIEW KONSEP KAPITAL SOSIAL masuk dalam kategori ini. Kapital sosial
DALAM KHASANAH MODERNISASI dalam perbincangan ilmu-ilmu sosial
Literatur yang banyak dikutip terkait menjadi pusat diskursus penting. Hal ini
dengan konsep kapital sosial adalah artikel dapat disimak dari perjalanan terminologi ini
klasik James Coleman (2000: 13-39) ketika hingga memasuki wacana akademis akhir
berbicara tentang fungsi dan struktur dalam abad ini.
menjelaskan konsep kapital sosial, Dalam studi yang dilakukan Putnam
pertanyaan yang hendak dijawab adalah (1993), pertama kali wacana kapital sosial
apakah determinisme yang terkandung dikemukakan bukan oleh teoritisi ilmu sosial
dalam struktur sosial itu demikian absolut namun oleh seorang praktisi pendidikan
menentukan tindakan manusia? Jawaban Hanifan yang pada tahun 1916 yang
Coleman ―tidak demikian, dan tidak juga menemukan pentingnya campur tangan dan
tindakan manusia itu tidak dikendalikan oleh keterlibatan masyarakat untuk keberhasilan
struktur sosial, tindakan manusia selalu pendidikan dalam sekolah. Aspek-aspek

2
kemauan baik, kesertaan, simpati, dan kritik terhadap konsep kapital sosial
pertalian sosial dalam sebuah masyarakat beberapa teoritisi memberikan variasi
amat menentukan dicapainya pemenuhan batasan kapital sosial.
kebutuhan bersama. Temuan itu untuk Berbeda dengan kapital fisikal dalam
beberapa saat tidak banyak mempengaruhi teori ekonomi yang merujuk konstruksi uang
perhatian para teoritisi ilmu-ilmu sosial. dan finansial, kekuatan kapital sosial
Baru setelah 34 tahun, yaitu awal tahun terletak pada daya dongkraknya yang
1950-an seorang sosiolog Kanada membesar tatkala diutilisasikan dalam
mengangkat tema kapital sosial yang interaksi sosial, semakin dipergunakan dan
menjadi karakteristik keanggotaan dari sering menjadi basis interaksi masyarakat,
komunitas pinggiran kota. Berikutnya pada semakin besar timbunan atau stok kapital
tahun 1960-an sosiolog perkotaan, Jacobs sosial. Apabila kapital fisikal menunjuk pada
mengangkat persoalan batas-batas aspek-aspek fisikal dan sumberdaya
interaksi ketetanggaan dalam komunitas manusia merujuk pada kekayaan dan
kota. Pada tahun 1970-an ekonom Loury keterampilan yang dikuasai oleh manusia,
menganalisis hukum-hukum sosial di kapital sosial menunjuk pada "tandem nilai
kawasan kumuh dalam perspektif kapital kolektivitas" dalam hubungan antar
sosial. manusia. Kapital sosial, menurut Putnam
Sosiolog Bourdieu (1986) pada tahun (2000), ruangan sosialnya terletak di antara
1980-an menganalisis bentuk-bentuk dua medan kesadaran interaksi dua pihak
sumber-sumber sosial dan ekonomi yang yang membangun pertukaran kepercayaan.
dapat ditimbulkan dari jaringan sosial. Dengan kata lain kapital sosial bukan
Coleman (2000) melakukan hal yang terletak pada masing-masing manusia,
pernah dilakukan Hanifan untuk tetapi terpusat pada radius interseksi
menganalisis konteks sosial pendidikan. terjadinya proses interaksi sosial antar
Pada akhir era 1990-an, Putnam (1993) aktor. Kapital sosial yang paling esensial
menganalisis peran kapital sosial dalam adalah trust dan trustworthies. Keduanya
proses demokratisasi dan tata kelola berperan memberikan iklim pelumasan
pemerintahan yang amanah (good (lubricant) sehingga kinerja dan dinamik
governance) di Italia dan Amerika. kapital sosial itu menjadi stabil. Pada
Kemudian peran kapital sosial dalam proses akhirnya kapital sosial dimaknai sebagai
modernisasi dan kapitalisme di Asia, suatu nilai mutual trust (kepercayaan)
Amerika dan Eropa yang ditulis Fukuyama antara anggota masyarakat dan masyarakat
(1999; 2000). Dari rangkaian temuan dan terhadap pemimpinnya, kapital sosial juga

3
merupakan institusi sosial yang melibatkan kemampuan institusi menumbuhkan
jaringan (network), norma-norma (norms), kemandirian masyarakat dan menjalankan
dan kepercayaan sosial (social trust) yang fungsi yang baik, kualitas pemahaman
mendorong kolaborasi sosial (koordinasi terhadap hak dan kewajiban tiap orang,
dan kooperasi) untuk kepentingan bersama. struktur institusi yang terbuka, dan
Lebih jauh Putnam memaknainya dengan mekanisme sumber-sumber yang potensial
contoh asosiasi horisontal yang tidak hanya dalam membangkitkan daya
memberikan manfaat desirable outcome kemasyarakatan secara berkelanjutan.
(hasil pendapatan yang diharapkan) Berdasarkan temuan penelitian, Woolcock
melainkan juga undesirable outcomes (hasil dan Narayan (2000: 225-35) dalam
tambahan). menganalisis kapital sosial
Satu konsep lain yang dekat dengan mengelompokkan dalam empat perspektif,
kapital sosial adalah konsep “Kualitas yaitu : komunitarian (communitarian),
Masyarakat”. Menurut Dahlan (1993: 3-22), jaringan (network), institusional
kualitas masyarakat perlu untuk (institutional) dan sinergi (sinergy).
mewujudkan kemampuan dan prestasi Perwujudan kapital sosial dapat
bersama. Hal ini mencakup ciri-ciri yang ditengarai sebagai sumber daya aktual dan
berhubungan dengan kelangsungan potensial yang dimiliki oleh seseorang
masyarakat itu sendiri. Kualitas masyarakat berasal dari jaringan sosial yang
ditelaah atas beberapa kelompok dengan terlembagakan serta berlangsung terus
detail sebagai berikut : (1) kehidupan menerus dalam bentuk pengakuan dan
bermasyarakat yang memiliki keserasian perkenalan timbal balik (atau dengan kata
sosial, kesetiakawanan sosial, disiplin lain, keanggotaan dalam kelompok sosial)
sosial, dan kualitas komunikasi sosial, (2) yang memberikan kepada anggotanya
kehidupan sosial politik melalui level berbagai bentuk dukungan kolektif. Lebih
demokrasi, keterbukaan akses untuk jauh dijelaskan bahwa kapital sosial
partisipasi politik, kepemimpinan yang merupakan sesuatu yang berhubungan
terbuka, ketersediaan sarana dan dengan yang lainnya, yaitu ekonomi,
prasarana komunikasi politik, serta budaya, maupun bentuk-bentuk kapital
keberadaan media massa, (3) eksistensi sosial berupa institusi lokal maupun
kehidupan kelompok, serta (4) adanya kekayaan sumber daya alamnya. Bourdieu
kualitas lembaga dan pranata (1986) tidak saja mengembangkan konsep
kemasyarakatan dengan mempelajari kapital budaya, melainkan dua kapital
kemutakhiran institusi dan kualitas, lainnya, yaitu kapital ekonomi dan kapital

4
sosial dan hubungan antar ketiganya. adalah kebudayaan itu dari dirinya
Penjelasan Bourdieu tentang masing- sendiri bukanlah kapital jika orang tidak
masing kapital adalah seperti berikut : berusaha untuk menguangkan
a. Kapital ekonomi, merupakan kapital kebudayaan itu. Jadi, nilai kapital suatu
yang dapat segera dan langsung ditukar kebudayaan tergantung pada orang,
dengan uang dan dapat dilembagakan bukan pada kebudayaan itu sendiri; (2)
dalam bentuk hak kepemilikan. Dalam kapital kebudayaan itu mempunyai
konteks ini, dapat dibedakan kapital wujud yang nyata dalam bentuk
uang dan kapital kepemilikan. Kapital ijazah/legitimasi, maka ia merupakan
uang lebih merupakan alat tukar kapital kebudayaan. Ini dapat
sedangkan kapital kepemilikan lebih dibenarkan jika ijazah/legitimasi
bersifat kapital fisik yang keilmuan merupakan sertifikat yang
sesuangguhnya, maka uang dipercayai orang sebagai kapital untuk
sebenarnya bukan kapital dalam arti bisa bekerja (human capital), artinya
yang sebenarnya, melainkan sarana apa yang disertifikasikan itu
untuk dapat mengembangkan kapital mencerminkan kemampuan manusia
fisik dan kapital manusia. dalam bentuk keahlian atau kepakaran
b. Kapital budaya, merupakan kapital yang atau ketrampilan. Inipun juga
dalam kondisi-kondisi tertentu dapat dipengaruhi oleh kemampuan pasar
ditukar dengan kapital ekonomi dan untuk menyerap tenaga manusia atau
dapat dilembagakan dalam bentuk kepercayaan pasar. Dalam hal inipun
kualifikasi pendidikan atau keilmuan. ternyata kapital budaya bukanlah
Mengacu pada definisi ini, ada bersifat mandiri, oleh karena itu, kapital-
beberapa kesimpulan yang dapat kapital tersebut memiliki hubungan satu
ditegaskan, yaitu : (1) sesuatu yang sama lain, dan malah dapat pula
bersifat atau ada hubungannya dengan dipertukarkan; dan (3) kapital budaya
kebudayaan yang tidak dapat ditukar memiliki 3 jenis kapital, yang menunjuk
dengan kapital ekonomi, tidak dapat pada keadaan (state) yang memiliki 3
disebut dengan kapital budaya, atau dimensi, yaitu : dimensi manusia secara
dengan kata lain, kebudayaan yang fisik (badan), dimensi obyek yang
mempunyai nilai ekonomik dan secara berupa apapun yang dihasilkan manusia
potensial dan aktual dapat ditukarkan atau karya-karya manusia yang
dengan uang sajalah yang disebut menjadikannya sebagai titik tumpu
dengan kapital budaya. Pertanyaannya berproduksi atau ekonomi sejalan

5
dengan manusia sebagai homo dilembagakan dalam bentuk titel
economicus, dan dimensi institusional, bangsawan atau elit baru yang
khususnya yang dimanifestasikan pada diperhitungkan atau kehormatan yang
pendidikan atau keilmuannya. dapat menimbulkan kepercayaan pihak
c. Jika kapital budaya lebih menunjuk lain dalam pertukaran kapital ekonomi.
pada keadaan, maka menurut Bourdieu, Dari keragaan pandangan-pandangan di
kapital sosial lebih menunjuk pada atas, kapital sosial dalam kajian ini dapat
kondisi atau persyaratan yang mungkin distrukturasikan dalam dua aras kapital
dapat menjadi potensi untuk sosial, yaitu makro dan mikro. Studi yang
diaktualisasikan menjadi kekuatan tukar dilakukan Krisna dan Schrader (1999)
dengan kapital-kapital lainnya, misalnya secara lebih terperinci mencoba
kapital ekonomi, kapital politik, dan merekontruksi aneka kapital sosial dalam
sebagainya. Kapital sosial pada dimensi makro dan mikro. Pada tataran
akhirnya menunjuk pada kewajiban- mikro kapital sosial dibedakan menjadi dua
kewajiban sosial (‖koneksi‖) yang dalam jenis yaitu dimensi kognitif dan struktural.
kondisi tertentu dapat ditukar dengan Lebih lanjut penjelasan ini dapat
kapital ekonomi, dan dapat diperhatikan pada gambar berikut :
Gambar 1.
Peta Konsep Jenis dan Hirarki Kapital Sosial

Lensa Makro

Lensa Mikro

Level Kognitif Struktural


desentralisasi Aturan main
* Nilai-nilai * Struktur
Kepercayaan organisasi
Solidaritas horisontal
Pertukaran

* Norma Sosial * Transparansi


* Perilaku proses
* Sikap-sikap pengambilan
keputusan
bersama Tipe
Rejim
* Akuntabilitas
dari pemimpin

* Praktek tindakan
kolektif &
tanggungjawab Kerangka
Derajad
partisipasi hukum
dalam proses
pengambilan
keputusan

6
Sumber : diadaptasikan dari Anirudh Krishna and Elizabeth Shrader, 1999 : 9
Sementara itu Krishna dan Uphoff Negara sedang berkembang, yaitu : (1)
(1999), dalam pemetaan pengukuran kapital kapital sosial sebagai kepercayaan sosial
sosial, membagi dalam dua kategori besar : (social trust) (Fukuyama, 1995: 26), (2)
(a) kapital sosial struktural yang di kapital sosial sebagai pertukaran
dalamnya terdiri dari peraturan (rules), (reciprocity) (Putnam, 1993: 172), (3) kapital
peranan (roles), jaringan sosial (social sosial sebagai jaringan (networks)
network), prosedur; dan (b) kapital sosial (Fukuyama, 1999: 201-202), serta (4)
dimensi kognitif terdiri dari kapital sosial kapital sosial sebagai norma (norms) atau
yang berorientasi kepada orang lain antara kewajiban Sosial (Fukuyama, 1999: 148-
lain : kepercayaan (trust), resiprositas 149). Kajian kapital sosial di Indonesia telah
(reciprocity), solidaritas (solidarity). Kapital menjadi perhatian Subejo (2004: 77-86),
sosial kognitif yang berorientasi pada dengan mempertimbangkan elemen utama
tindakan terdiri dari kerjasama, sifat social capital yang terdiri dari norms,
kedermawanan atau sifat pemurah. Ahli lain reciprocity, trust, dan network, maka
Bullen dan Onyx (1998: 6-8) berdasar sebenarnya hal tersebut secara historis
rangkaian penelitian di lima komunitas di bukan merupakan fenomena baru dan asing
New South Wales Australia, menyarankan bagi masyarakat di Indonesia dan hal
delapan indikator kapital sosial tanpa tersebut lebih berakar kuat dan
mengkategorisasikan pada hirarki kognitif terinstitusikan dalam kehidupan sehari-hari
dan struktural. Kedelapan indikator tersebut masyarakat di daerah pedesaan, yang
adalah : (a) derajad partisipasi pada secara umum dikenal dengan kegiatan
komunitas lokal; (b) proaktivitas dalam ―saling tolong-menolong‖ atau secara luas
kegiatan sosial; (c) perasaan percaya dan terwadahi dalam tradisi ―gotong royong‖.
aman; (d) tingkat koneksi atau hubungan Tradisi gotong royong memiliki aturan
ketetanggaan; (e) tingkat koneksi keluarga main yang disepakati bersama (norm),
dan pertemanan; (f) derajad toleransi pada menghargai prinsip timbal-balik dimana
keragaman; (g) nilai-nilai pedoman hidup; masing-masing pihak memberikan
(h) dan jaringan kerja. kontribusi dan dalam waktu tertentu akan
Dari berbagai temuan dan kajian menerima kompensasi/reward sebagai
mengenai kapital sosial, telah mampu suatu bentuk dari sistem resiprositas
mendefinikasikan sejumlah indikasi potensi (reciprocity), ada saling kepercayaan antar
kapital sosial dalam kenyataan dinamika pelaku bahwa masing-masing akan
modernisasi yang terjadi di sejumlah mematuhi semua bentuk aturan main yang

7
telah disepakati (trust), serta kegiatan royong bisa mencakup material, tenaga,
kerjasama tersebut diikat kuat oleh uang dan social spirit. Secara umum
hubungan-hubungan spesifik antara lain aktivitas gotong royong memiliki tema
mencakup kekerabatan--kinship, sentral sebagai mutual help antar anggota
pertetanggan--neighborship dan masyarakat yang mana masing-masing
pertemanan—friendship sehingga semakin pihak terlibat saling memberikan kontribusi
menguatkan jaringan antar pelaku dan sebagai reward-nya mereka
(network). mendapatkan gain dari aktivitas yang
Tradisi gotong royong secara nyata dikerjasamakan. Semangat timbal balik--
telah melembaga dan mengakar kuat, ini reciprocity melekat kuat sebagai penunjuk
diwujudkan dalam berbagai aktivitas bahwa proses kerjasama berlangsung
keseharian masyarakat Indonesia. dengan fair. Dalam praktek nyata
Khususnya di pedesaan Jawa, praktek keseharian, timbal balik memiliki spektrum
gotong royong walaupun cenderung yang fleksibel dari timbal balik yang sangat
mengalami penurunan baik dari sudut ketat (strict reciprocity) sampai dengan
pandang lingkup aktifitas maupun jumlah timbal balik yang longgar (non-strict
orang yang terlibat, namun secara umum reciprocity). Dan bukan tidak mungkin
masih mendapatkan apresiasi positif oleh dalam kasus-kasus tertentu terjadi ketidak
warga masyarakat. Hal ini nampaknya juga seimbangan antara kontribusi dan gain
dipengaruhi oleh salah satu karakteristik yang diperoleh pihak terlibat dalam jangka
khusus yaitu keeratan hubungan sosial panjang, namun karena warga masyarakat
yang dimiliki oleh masyarakat Jawa. masih memegang prinsip generosity, hal itu
Salah seorang peneliti terkemuka diterima sebagai hal yang biasa dengan
tentang masyarakat pedesaan, Scott (1976) kebesaran hati.
telah mengkategorikan masyarakat Semangat kesepadanan, dan rasa
pedesaan Jawa sebagai salah satu dari timbang rasa memungkinkan anggota
masyarakat pedesaan di dunia yang masyarakat dari golongan kurang mampu
memiliki tradisi communitarian paling kuat. atau terbelakang secara sosial dan ekonomi
Kegiatan gotong royong terekspesikan untuk memperoleh gain yang lebih besar
dalam berbagai aktivitas mulai dari yang dibandingkan dengan kontribusi yang
bersifat (1) sosial, (2) sosial dan personal diberikan kepada kelompoknya. Aktivitas
serta (3) personal yang diwujudkan dalam gotong royong dalam berbagai dimensinya
bentuk pertukaran (exchange). Ditinjau dari memberikan implikasi semangat dan value
bentuk yang dikerjasamakan, gotong untuk saling memberikan jaminan/self-

8
guarantying atas hak dan kelangsungan mempostulatkan utilitas maksimum dan nilai
hidup antar sesama warga masyarakat kegunaan ekonomi sebagai thesis penting
yang masih melekat cukup kuat di dalam teorinya. Akan tetapi, konsep kapital
pedesaan. Hal ini juga dapat diacu sebagai sosial tidak serta merta dimanfaatkan
salah satu strategi tradisional dalam social sebagai instrumen penting kearah
safety net. Subejo dan Iwamoto (2003) akumulasi material dan ekspansi kapital
memberikan terminologi pada praktek serta maksimisasi keuntungan ekonomi,
gotong royong yang dilembagakan sebagai melainkan lebih dimaknai sebagai prasyarat
tradisi oleh warga pedesaan sebagai terjadinya sebuah tata-ekonomi sehat yang
―institutionalized stabilizers‖ karena aktivitas rasional dan operasional. Dengan demikian,
tersebut memungkinkan proses kapital sosial hanya memberikan energi
keberlanjutan (sustainability) dan menjamin (social energy) bagi berjalannya sebuah
stabilitas secara ekonomi dan sosial pada sistem sosial-kemasyarakatan.
kehidupan rumah tangga di pedesaan. Dalam perspektif ekonomi neo-klasik,
Faktanya, modernisasi telah mengikis kultur individu-individu mendapat kesempatan
pedesaan menjadi urban, bisa jadi gotong untuk berpikir secara rasional dalam
royong sebagai kapital sosial telah berubah, menentukan pilihan-pilihan atas tindakan
menurun kadar kualitasnya atau menjelma sosial yang hendak diputuskannya. Artinya,
menjadi kelembagaan baru yang masih setiap individu memiliki kebebasan
mempertahankan nilai-nilai dari gotong- menimbang ―untung-ruginya‖ dalam
royong tersebut. memanfaatkan stok kapital sosial tersebut,
terutama pada saat mereka hendak
KEPERCAYAAN (TRUST) DALAM membuat keputusan membentuk suatu
BANGUNAN MASYARAKAT HARMONI peradaban masyarakat yang efisien dan
efektif. Kapital sosial (bersama-sama
Secara umum, kapital sosial
dengan berbagai bentuk kapital ekonomi
dipandang sebagai stok kapital yang
lainnya seperti uang, kapital fisikal seperti
penting dalam pembangunan ekonomi
tanah dan mesin-mesin, keterampilan dan
masyarakat negara dunia ketiga maupun
kemampuan atau human capital, serta
masyarakat negara industri maju sekalipun.
kapital lingkungan-ekologis) bermakna
Analisis kapital sosial, sebagai stok kapital
instrumental bagi pencapaian sebuah tata-
dalam sebuah masyarakat memang sulit
masyarakat ideal. Melalui perspektif ini,
dipisahkan dari theoretical way of thinking
penggunaan teori-teori pilihan rasional (the
yang dikembangkan oleh mazhab ekonomi
rational choice theory) menjadi sangat
neo-klasik (Black,1997), yang

9
relevan dalam mengoperasionalisasikan Fenomena lainnya, ditunjukkan oleh kajian-
dan memfungsikan kapital sosial (Litle, kajian informal economy, banyak temuan
1991: 35-52, Hecter and Kanazawa, 1997: mengungkapkan bahwa sektor informal
191-214). perkotaan dunia ketiga tumbuh dan
Dari perspektif fungsionalisme, kapital berkembang sebagai akibat dari adanya
sosial yang berintikan struktur ikatan-ikatan perluasan jaringan sosial desa-kota.
sosial yang berurat-berakar secara luas, Jaringan tersebut memungkinkan sektor
memiliki makna yang bersifat multi-aras. informal menyerap secara berlebihan
Portes (1998: 1-24) menyatakan primordial tenaga kerja dari pedesaan. Kapital sosial
social ties sebagai bentuk kapital sosial yang dipunyai oleh kaum migran desa-kota
―primitif‖ yang telah ada sejak lama, dan itu secara tepat dan efisien mampu
dari sinilah pemaknaan akan kapital sosial mengalokasikan sumberdaya manusia ke
berlangsung. Ikatan primordialisme tersebut unit-unit usaha yang masih memiliki
terjalin dalam jaringan dan ikatan kapasitas untuk berkembang (Gertz, 1968,
kekeluargaan. Fenomena yang nampak Gaughan & Ferman, 1998: 15-25, Reenoy,
pada masa Orde Baru, kapital sosial telah 1990, Lyn, 1999: 467-487).
dimanfatkan secara ―tidak layak‖, dimana Menurut perspektif strukturalisme,
trust dan jejaring sosial dibangun secara trust yang melandasi bangunan ikatan
eksklusif untuk membentuk emperium bisnis sosial itu akan lebih banyak
dan politik berbasis kerabat dan kroni. menguntungkan elemen komunitas di
Sementara itu, norma-norma sosial tingkat individual, sehingga kapital sosial
dibentuk oleh dan sesuai selera pemilik bermakna sebagai asset sosial-ekonomi
otoritas kekuasaan demi mengukuhkan yang dikuasai dan dilakukan oleh individu.
kepentingan-kepentingan kroni tersebut di Dalam perkembangannya, sebagian analis
ruang bisnis dan politik. Kapital sosial pada berpendapat bahwa ikatan-ikatan sosial
masa itu dimanipulasi menjadi asset tersebut memberikan keuntungan tidak
ekonomi kelompok tertentu dan bukan hanya kepada individu semata, namun lebih
menjadi asset publik. Terlepas dari insiden kepada kolektivitas. Dalam konteks ini,
buruk pemanfaatan kapital sosial oleh kapital sosial bermakna sebagai kapital
kekuasaan ekonomi-politik Orde Baru, kolektif yang menopang bangunan sebuah
makna kapital sosial dalam pengertian sistem sosial. Sejumlah fakta dari studi-
traditional ties and social networking tetap studi sosiologi pembangunan yang
memiliki relevansi penting dalam kehidupan menjelaskan bahwa jaringan ikatan sosial
sosial Indonesia pada umumnya. dibentuk secara sengaja sebagai

10
infrastuktur komunitas – purposively Kapital Sosial dan Nilai-nilai Ke-Islam-an
constructed institutions (Dharmawan, 2002). Islam memiliki landasan kuat untuk
Dari pemaknaan di atas, kapital sosial melahirkan masyarakat yang beradab
memungkinkan orang-orang secara tersebut, komitmen pada kontrak sosial dan
bersama menyongsong sumber-sumber norma yang telah disepakati bersama.
kehidupan (sources of livelihoods) dengan Membangun masyarakat dalam kacamata
lebih baik, sehingga terbentuk masyarakat Islam adalah tugas ke-kholifah-an,
yang lebih sejahtera secara sosial-ekonomi kewajiban bagi setiap muslim. Bangunan
(ukurannya : harmonis secara sosial, bebas sosial masyarakat muslim itu ciri dasarnya :
konflik, tingkat kerjasama yang tinggi, ta’awun (tolong-menolong), takaful (saling
makmur secara ekonomi, demokratis, menanggung), dan tadhomun (memiliki
santun, egaliter, dan sebagainya). solidaritas).
Berdasarkan uraian di atas, menjadi Bangunan masyarakat yang
jelas bahwa dimensi kepercayaan (trust) mencirikan hal-hal di atas disebut
dalam kapital sosial merupakan 1
masyarakat madani , di dunia Barat dikenal
sumberdaya yang memiliki kemampuan dengan istilah masyarakat sipil (civil
subtitusi maupun komplementer bagi society), adalah masyarakat dengan
sumberdaya atau kapital lainnya. tatanan sosial yang baik, berazas pada
prinsip moral yang menjamin keseimbangan
KAPITAL SOSIAL DALAM PERSPEKTIF antara hak dan kewajiban individu dengan
ISLAM : FENOMENA DI INDONESIA hak dan kewajiban sosial. Pelaksanaannya

Faktanya, pembangunan suatu antara lain dengan terbentuknya

bangsa tidak hanya berkaitan dengan


1
kapital ekonomi (finansial), Beberapa hasil Perdebatan atas istilah-istilah tersebut tetap saja
terjadi, bukan selayaknya disini untuk
studi menunjukkan bahwa pembangunan memperdebatkan istilah-istilah tersebut yang bisa jadi
tidak terdapatkan titik temunya. Penulis mengambil
tidak saja didorong oleh faktor ketersediaan pengertian konsep masyarakat madani dari
sumberdaya alam, besarnya kapital pandangan Nurcholis Madjid dalam artikel Menuju
Masyarakat Madani yang dimuat pada situs Edi
finansial atau tingginya investasi ekonomi Cahyono’s Page, yaitu masyarakat berbudi luhur atau
berakhlak mulia. Hal ini sejalan dengan pandangan
dan industrialisasi, melainkan juga Robert N. Bellah dalam Beyond Belief (New York :
bertautan dengan matra sosial, khususnya Harper & Row, 1976, hal. 150-151), bahwa
peradaban yang dibangunan Nabi tersebut disebut
kapital sosial yang hanya dapat diwujudkan sebagai masyarakat yang untuk zaman dan tempatnya
sangat modern, sehingga setelah Nabi sendiri wafat
melalui usaha membangun masyarakat
tidak bertahan lama. Timur Tengah dan umat
yang berperadaban. manusia saat itu belum siap dengan prasarana social
yang diperlukann untuk menopang suatu tatanan
social yang modern sebagaimana telah dirintis Nabi.

11
pemerintahan yang tunduk pada aturan dan Merujuk pada banyak pakar politik (seperti
undang-undang dengan sistem yang Anderson, Halliday, Entelis, Gerges,
transparan. Masyarakat madani secara Tessler, Al-Braizat, Rose, Esposito dan Voll,
formal mengatur hubungan sosial antar Mousalli dll), serta studi lapangan, Mujani
komponen masyarakat. Postulat naqliyah menjelaskan bahwa : (1) masyarakat Islam
dari khazanah ajaran Islam, memiliki kapital sosial yang cukup bagi
mendokumentasikan dengan baik 15 abad tumbuhnya demokrasi dan peradaban
silam, bagaimana masyarakat seperti itu modern, (2) tingkat civic engagement di
ditumbuhkembangkan dalam kapital sosial kalangan Muslim Indonesia cukup tinggi
yang kuat, dibuktikan dengan komitmen mencapai 38,9%; sebanyak 26 % terlibat
masyarakatnya yang menjunjung tinggi dalam kelompok arisan; 15,5 % terlibat di
nilai-nilai peradaban, sebuah masyarakat organisasi tingkat desa; 8,7 % di organisasi
yang sarat dengan nilai dan moral, maju, pekerja; 5 % di koperasi; dan 2 % terlibat di
beradab dan sangat menghargai nilai-nilai klub olah raga, (3) tingkat toleransi
kemanusiaan. Bagaimana realitas masyarakat Muslim Indonesia pada tataran
prakteknya pada masyarakat muslim di sikap terhadap kelompok tertentu, seperti
Indonesia dewasa ini ? komunis, Kristen, Islamis Muslim, Cina,
Pertama, dalam kaitan kapital sosial Hindu, Budha dan seterusnya, tampak
sebagai kapital politik, dengan rendah, namun tidak melemahkan karakter
menggunakan pendekatan civic culture peradaban yang terkandung dalam nilai-
dalam konteks Indonesia, penelitian Saiful nilai masyarakat yang demokratis, dan (4)
Mujani (2003) memperlihatkan bahwa dukungan masyarakat Islam Indonesia
pertumbuhan peradaban masyarakat yang terhadap institusi politik relatif rendah,
modern dan demokratis berakar dari kultur meskipun tingkat partisipasinya cukup
demokrasi itu sendiri, yang mencakup : tinggi, baik secara konvensional maupun
keterlibatan kewargaan yang bersifat non-konvensional.
sekular (secular civic engagement), sikap Kedua, dalam kaitan kapital sosial
saling percaya sesama warga (interpersonal sebagai kapital budaya, patut disimak
trust), toleransi, keterlibatan politis (political pandangan Amin Rais (2009) dalam
engagement), dukungan terhadap sistem mencermati pertumbuhan dan
demokrasi, dan partisipasi politik (political perkembangan Muhammadiyah lewat amal
participation). Penelitian tersebut menolak usahanya yang tidak sedikit, terutama
tesis yang menyatakan bahwa Islam tidak dengan adanya sekolah-sekolah. Sebagai
sejalan dengan demokrasi dan civil society. ORMAS Islam, Muhammadiyah sejak lama

12
telah mengembangkan doktrin yang disebut aktivitas kolektif tersebut mempunyai efek
dengan menggembirakan amal saleh. ganda, terdapat kecenderungan bahwa
Organisasi berfungsi untuk memobilisasikan orang yang aktif dalam kegiatan tersebut
atau dalam bahasa Muhammadiyah, untuk ternyata juga aktif dalam organisasi-
menggembirakan amal saleh kolektif organisasi ―sekuler‖, aktivis NU tersebut
(Rasul, 2010). Muhammadiyah umumnya aktif juga di organisasi Karang
membuktikan potensinya dalam Taruna, PKK, dan klub-klub olah raga
pengembangan kapital sosial masyarakat, maupun seni budaya.
yang ditandai oleh kemampuan Ketiga, kapital sosial juga memiliki
organisasinya mensemangati beramal dari entitas dalam konteks kapital ubudiyah.
berbagai individu Muslim yang dipadukan Melalui berbagai amalan di bulan
lewat sebuah organisasi, melalui Ramadanpun, menurut pandangan Hidayat
pembagian kerja yang rapih. Apa yang tidak Nahwi Rasul (2010) ternyata juga
mungkin dikerjakan melalui kemampuan memberikan hikmah bagi pemupukan
individual, akhirnya dapat dilaksanakan kapital sosial masyarakat. Dikatakanya,
dengan baik melalui organisasi. Dipandang bilamana amalan-amalan tersebut
dari sisi kapital sosial, terbangunnya dikerjakan dengan serius, melalui ibadah di
gerakan amal saleh secara kolektif tersebut bulan Ramadan mampu meningkatkan
di antaranya diwujudkan melalui usaha kesalehan sosial, wujudnya adalah
mendirikan sekolah-sekolah berbasis pada kesantunan, keberadaban, kerukunan, dan
kekuatan jamaah di Muhammadiyah. Hal kepedulian terhadap sesama manusia. Nilai
tersebut merupakan trust atau kepercayaan hikmah semacam itu dapat menjadi kapital
dari jamaah kepada pemimpin-pemimpin sosial dalam menghadapi badai krisis
Muhammadiyah yang umumnya hidup ekonomi global yang mengancam akibat
sederhana atau jauh dari bermewah- gagalnya sistem kapitalisme global dalam
mewah, jauh dari korupsi, ikhlas, tekun mensejahterakan masyarakat dunia. Kapital
bekerja, dan tidak banyak bicara. Demikian sosial dalam perspektif Islam dapat pula
halnya alam tradisi NU, sejumlah kegiatan dirupakan dalam bentuk jaringan sosial dan
kolektif yang berbasis pada kerjasama dan sikap manusia untuk bekerja sama, yang
saling percaya dapat dikenali melalui bisa muncul dalam pelbagai cara, seperti
aktivitas yasinan, manakiban, tahlilan, tujuh memenuhi kewajiban, penghormatan dan
harian bagi orang yang meninggal, haul, kesetiaan, solidaritas, kepercayaan dan
dan lain-lain. Dalam penelitian Saiful Mujani pelayanan. Ahmad Sahidah (2009)
(2003) menyajikan temuan bahwa berbagai mengkaji proses ritual korban memiliki

13
kandungan berbagai unsur kapital sosial menjadi integral dengan nilai-nilai Islam. ZIS
tersebut. Bisa jadi setiap orang mampu (Zakah, Infaq dan Sedekah) memiliki aturan
selalu melakukan kurban pada setiap Idul main tertentu dan masyarakatpun
Adha, terdapat pula cara perkongsian (7 memahami (norm), menghargai prinsip
orang dengan 1 ekor lembu) yang timbal-balik dimana masing-masing pihak
menyuburkan ikatan emosional dan memberikan kontribusi dan dalam waktu
kepedulian secara kolektif. Pembagian tertentu akan menerima kompensasi/reward
daging kurban menggambarkan pelayanan sebagai suatu bentuk dari sistem
yang sempurna, karena mereka yang resiprositas (reciprocity), ada saling
terlibat tak berharap pamrih (didasarkan kepercayaan antar pelaku bahwa masing-
rasa tulus ikhlas). Pembagian kerjapun masing akan mematuhi semua bentuk
tertata sedemikian rupa, kaum bapak aturan main yang telah disepakati (trust),
menyembelih dan menguliti hewan yang serta kegiatan kerjasama tersebut diikat
dikurbankan, sedangkan kaum ibu kuat oleh hubungan spesifik, seperti
memotongnya untuk dimasukkan ke dalam kekerabatan-kinship, pertetanggan-
kantong plastik. Dibandingkan ibadah- neighborship dan pertemanan—friendship
ibadah yang lain, ritual kurban mempunyai sehingga semakin menguatkan jaringan
signifikansi yang luas dalam konsep kapital antar pelaku (network).
sosial, karena mempunyai makna edukasi Kekuatan nilai-nilai tersebut juga
yang bisa menggugah anak-anak hingga dilandaskan pada ajaran Islam mengenai fi-
orang dewasa terlibat di dalamnya. sabilillah, berkurban, persaudaraan sesama
Keempat, dalam kaitan kapital sosial muslim, cinta sesama manusia dan
menumbuhkan kapital ekonomi, Islam rahmatan lil ’alamiin. Para aktivis ZIS
memiliki aktivitas nyata yang diwujudkan tidaklah asing dengan hadits berikut ini,
melalui program ZIS (Zakah, Sedekah dan bahwa ‖Rasulullah SAW mengecam orang
Infaq) yang bernilai bagi peningkatan yang dapat tidur nyenyak sementara
kesejahteraan ummah (Suharto, 2008). tetangganya tidak dapat tidur karena
Dengan menggunakan indikasi-indikasi kelaparan‖. Orang jenis ini oleh Rasulullah
kapital sosial yang terdiri atas : norma, SAW disebut sebagai tidak beriman. Fakta
kerjasama permanen, kepercayaan dan keberhasilan lembaga-lembaga ZIS di
jaringan; maka tradisi Islam dalam tolong Indonesia, seperti Dompet Dhuafa, BMT-
menolong yang diwujudkan melalui zakah, BMT ; merupakan fenomena adanya kapital
infaq, dan sedekah merupakan fakta sosial dalam perspektif Islam yang patut
obyektif bagaimana kapital sosial itu dipahami.

14
Uraian nilai-nilai Islam di atas, distrust in society bisa dilakukan dengan
baru merupakan ‖kapital sosial laten‖. cara menanamkan dan menumbuhkan trust
Sedangkan upaya pembangunan komunitas pada beragam aras, yaitu :
madani atau masyarakat yang 1) Trust pada aras individu, disini trust
berperadaban, merupakan usaha menggali ditanamankan sebagai bagian tak
dan memunculkan kapital sosial laten terpisahkan dari moralitas dan adab yang
menjadi manifes, yakni mewujudkan selalu melekat pada karakter setiap
pesan/ajaran Islam benar-benar menjadi individu;
ikutan banyak orang, didukung 2) Trust pada aras kelompok dan
eksistensinya di sebuah komunitas. Tanpa kelembagaan, adalah proses
proses pemupukan secara sistematis, bagaimana menjaga amanah (promise
selamanya kapital sosial islami hanyalah keeping) di tingkat kelompok-kelompok
sebuah potensi, hanya menjadi materi sosial secara efektif.
ceramah keagamaan, atau diwujudkan 3) Trust pada aras sistem yang abstrak
secara parsial, tidak menyeluruh. (ideologi, religi) membantu setiap
individu dalam merealisir trust dalam
Menggagas Trust Society di Indonesia
kehidupan kemasyarakatan.
Dalam bangunan masyarakat madani Bila moralitas trust menjelma menjadi
atau masyarakat ideal yang dicita-citakan perilaku bersama (collective behavior) atau
oleh Islam, kepercayaan (trust) adalah aksi kolektif, maka trust society tak mustahil
sumberdaya yang memiliki kemampuan akan mudah terwujud. Meski demikian, trust
subtitusi maupun komplementer bagi tak akan dapat berkembang dengan
sumberdaya atau kapital lainnya. Mengingat sendirinya tanpa adanya favorable
mayoritas penduduk Indonesia adalah conditions, yang mendukungnya untuk
Muslim, kontek ke-Indonesia-anpun tumbuh dengan baik. Dalam hal ini,
membangun trust society menjadi perhatian Narayan (1999) menilai bahwa trust
yang perlu terus dikuatkan. Dengan merupakan salah satu essential contributor
memasukkan konsep trust ke dalam pola factor yang mempengaruhi tingkat
hubungan sosial dan struktur sosial kesejahteraan suatu masyarakat dan
kemasyarakatan Indonesia, maka secara signifikan membantu terciptanya
bangunan masyarakat Indonesia, harmoni kehidupan sosial dan integrasi
semestinya akan bisa lebih baik di masa sosial (a unity in diversity). Menjadi penting
depan. adanya institusi formal dan informal yang
Upaya mereduksi ciri moralitas menjamin trust agar berfungsi secara

15
operasional. Adapun institusi informal yang tumbuh bila fungsi-fungsi organisasi, seperti
bisa menumbuhkan trust semestinya : lembaga pendidikan, lembaga hukum,
memenuhi criteria; (1) interpersonal pasar, ikut menyumbang energi bagi
relations berkembang kondusif, (2) norms tumbuh dan berkembangnya atmosfer
and values yang dikukuhkan bersama-sama moralitas trust dalam masyarakat.
serta diyakini dan ditaati oleh masyarakat, Berdasarkan uraian-uraian sebelumnhya,
dan (3) adanya social sanctions yang maka model trust society yang dapat
mengikat orang atau kelompok agar tak dihipotesakan nampak seperti tabel berikut
berbuat semaunya. Selanjutnya pada sisi ini :
kelembagaan formal, trust akan bisa

Tabel 1:
Model Hipotesis Kualitas Trust Society

KUALITAS INTEGRASI KUALITAS MORAL TRUST


SOSIAL MORAL DIS-TRUST MORAL TRUST
Masyarakat dis-integrasi Masyarakat dis-integrasi,
DIS-INTEGRASI dengan kondisi masyarakat masih memiliki potensi moral
saling curiga saling percaya
Masyarakat integrasi namun Masyarakat integrasi, masih
INTEGRASI kondisi masyarakat saling dengan potensi moral saling
curiga percaya yang tinggi
Sumber : diolah dari berbagai sumber

Studi yang dilakukan Tadjoeddin untuk menumbuhkan trust pada berbagai


(2002) tentang realitas masyarakat di ranah (individu, kelompok, dan sistemik)
kawasan konflik (Maluku, Poso, Sampit, harus dapat digerakkan secara optimal, baik
Aceh), berkesimpulan bahwa kondisi pada level kelembagaan informal maupun
masyarakatnya pada derajat integrasi sosial formal. Tentunya berbagai langkah tersebut
sangat rendah dan derajat distrust yang perlu dilakukan kajian awal (baseline) agar
tinggi, ditandai oleh adanya konflik sosial terpetakan realitas konflik dan saling curiga
yang meluas, akibat rasa saling curiga yang masyarakat, penyebab-penyebabnya dan
amat-sangat tinggi. Dengan keadaan institusi-institusi kunci yang dimungkinkan
semacam itu, solusi hipotetiknya adalah memiliki kontribusi untuk menciptakan moral
mengusahakan terwujudnya masyarakat distrust maupun dis-integrasi. Dengan
integratif yang didukung dnegan potensi demikian, proses relasi-relasi sosial baru
moral trust yang tinggi pula, yakni trust dapat direkayasa untuk mendapatkan
society. Dengan demikian, seluruh usaha respon atau dukungan yang realistik dalam

16
menumbuhkan trust society di kawasan indikasi kapital sosial yang terdiri atas:
tersebut. Pola ini bisa jadi typical untuk norma, kerjasama permanen, kepercayaan
menggerakkan iklim kemasyarakatan yang dan jaringan; maka tradisi Islam dalam
kondusif di Indonesia, dimana nilai-nilai ke- tolong menolong yang diwujudkan melalui
Islam-an dalam kapital sosial memiliki berbagai ibadah ritual dan kultural umat
kontribusi yang patut diaktualisasikan. Islam di Indonesia, seperti : zakah, infaq,
PENUTUP sedekah, tahlilan, manaqiban, kesalehan
Berdasarkan review konsep kapital kolektif, ibadah di bulan Romadon,
sosial, dapat didefinikasikan sejumlah berkurbann pada saat Idul Adha, dan
indikasi potensi kapital sosial dalam sejenisnya, merupakan fakta obyektif
kenyataan dinamika modernisasi yang bagaimana kapital sosial itu menjadi integral
terjadi di sejumlah Negara sedang dengan nilai-nilai Islam. Berbagai kegiatan
berkembang, yaitu : (1) kapital sosial ubudiyah dan kesesalehan sosial tersebut
sebagai kepercayaan sosial (social trust), memiliki aturan main tertentu dan
(2) kapital sosial sebagai pertukaran masyarakatpun memahami (norm),
(reciprocity), (3) kapital sosial sebagai menghargai prinsip timbal-balik dimana
jaringan (networks), serta (4) kapital sosial masing-masing pihak memberikan
sebagai norma (norms) atau kewajiban kontribusi dan dalam waktu tertentu akan
Sosial. menerima kompensasi/reward sebagai
Kajian kapital sosial di Indonesia telah suatu bentuk dari sistem resiprositas
menjadi perhatian sejumlah peneliti. (reciprocity), ada saling kepercayaan antar
Bilamana mempertimbangkan elemen pelaku bahwa masing-masing akan
utama social capital yang terdiri dari norms, mematuhi semua bentuk aturan main yang
reciprocity, trust, dan network, maka telah disepakati (trust), serta kegiatan
eksistensi kapital sosial secara historis kerjasama tersebut diikat kuat oleh
bukan merupakan fenomena baru dan asing hubungan spesifik, seperti kekerabatan-
bagi masyarakat di Indonesia, dan hal kinship, pertetanggan-neighborship dan
tersebut lebih berakar kuat dan pertemanan—friendship sehingga semakin
terinstitusikan dalam kehidupan sehari-hari menguatkan jaringan antar pelaku
masyarakat di daerah pedesaan, yang (network). Kekuatan nilai-nilai tersebut juga
secara umum dikenal dengan kegiatan dilandaskan pada ajaran Islam mengenai fi-
―saling tolong-menolong‖ atau secara luas sabilillah, berkurban, persaudaraan sesama
terwadahi dalam tradisi ―gotong royong‖. muslim, cinta sesama manusia dan
Dengan menggunakan indikasi- rahmatan lil ’alamiin.

172
Dalam bangunan masyarakat madani Ahmad Sahidah, Kurban dan Modal Sosial,
Bening online, dikutip dari Harian
atau masyarakat ideal yang dicita-citakan
Seputar Indonesia, Kamis 26
oleh Islam, kepercayaan (trust) adalah November 2009
sumberdaya yang memiliki kemampuan Amien Rais, Muhammadiyah dan
Kesalehan Kolektif, dalam Almisar
subtitusi maupun komplementer bagi
Hamid : ‖Faktor Modal Sosial
sumberdaya atau kapital lainnya. Oleh Gerakan Muhammadiyah‖, makalah
diskusi dosen FISIP Unmuh Jakarta,
sebab itu, membangun trust society menjadi
27 Pebruari 2009
perhatian yang perlu terus dikuatkan.
Anirudh Krishna & Elizabeth Shrader,
Sebagaimana telah dipahami, bahwa Social Capital Assessment,
Prepared for the Conference on
hilangnya rasa saling percaya antar individu
Social Capital and Poverty
atau antar kelompok serta miskinnya trust Reduction the World Bank,
Washington D.C., 22-24 Juni 1999
dalam pengertian ―ketidakmampuan dalam
‗Abdul Rahman Ibn Khaldun, Muqodimah
mengemban amanah‖ (lower degree of Ibnu Khaldun, al-Qohirah : Darul
social accountability), baik secara Fajri liltirot. 1425 H
interpersonal maupun institusional, akan Arya Hadi Dharmawan, Kemiskinan
Kepercayaan (The Poverty of Trust),
berakibat pada dua hal penting, yaitu : (1) Stok Modal Sosial dan Disintegrasi
proses disintegrasi sosial yang menajam; Sosial, Makalah Seminar dan
Kongres Nasional IV Ikatan
dan (2) proses pemburukan ekonomi Sosiologi Indonesia (ISI) bertemakan
sebagai akibat in-efisiensi kelembagaan ―Menggalang Masyarakat Indonesia
Baru yang Berkemanusiaan‖, Bogor
dan transaksi yang makin serius. Melihat 27-29 Agustus 2002
pentingnya posisi dan peranan trust dalam Bourdieu P., The Form of Capital, dalam
kehidupan sosial kemasyarakatan Richardson J. G. (ed), Handbook of
Theory and Research for The
Indonesia, maka kajian trust society menjadi Sociological of Education, New York
agenda mendesak dalam sosiologi. Melihat : Greenwood, 1986
potensi Indonesia yang terbesar Black, J, Oxford Dictionary of Economics,
Oxford university Press, New York,
penduduknya adalah muslim, maka 1997
mengintegrasikan tradisi atau budaya Islam Coleman, James, ―Social Capital in the
sebagai proses membangun masyarakat Creation of Human Capital‖,
dipublikasikan oleh Dasgupta P. &
Indonesia amat dibutuhkan. Ismail Serageldin : Capital Social : A
Multifaceted Perspective, 2000
DAFTAR PUSTAKA Dahlan, M. Alwi, Menjabarkan Kulaitas dan
Martabat Manusia dan Masyarakat,
hal. 3-22; disajikan dalam: Sofian
Al-Qur‘anul Karim, Al-Qur’an Terjemah Effendi et al. (eds), Membangun
Indonesia, PT. Sari Agung, Jakarta, Martabat Manusia: Peranan Ilmu-
1997 Ilmu Sosial dalam Pembangunan,

3
18
Gajah Mada University Press Cet.2, Nurcholis Madjid, Menuju Masyarakat
1993 Madani artikel dimuat pada situs Edi
Cahyono‘s Page, yaitu masyarakat
Edi Suharto, Islam, Modal Sosial dan
berbudi luhur atau berakhlak mulia
Pengentasan Kemiskinan,
Disampaikan pada ‖Indonesia Social Portes, Alejandro, Social Capital : Its
Economic Outlook‖, Dompet Dhuafa, Origins and Aplications in Modern
Jakarta, 8 Januari 2008 Sociology, Annual Review Social,
1998, Volume 24
Fukuyama, Trust : The Social Virtues & The
Creation of Prosperity, New York : Reenoy, The Informal Economy: Meaning,
Free Press, 1995, Measurement and Social
Significance, Elinkwijk bv. Utrecht,
Fukuyama, The Great Disruption : Human
The Netherlands, 1990
Nature and the Reconstruction of
Social Order, Touchstone, 1999 Robert N. Bellah, Beyond Belief, New York :
Harper & Row, 1976
Gaughan & Ferman, Toward an
Understanding of the Informal Robert M. Z. Lawang, Kapital Sosial,
Economy. The Annals of the Jakarta : FISIP UI Press, 2005
American Academy of Political and
Robert D. Putnam, Leonardi R. dan Nanetti
Social Science, Vol. 493, 1988
R., Making Democracy Work : Civic
Geertz, Clifford, Peddlers and Princes: Traditions in Modern Italy, Princeton
Social Change and Economic : Princeton University Press, 1993
Modernisation in Two Indonesian
Saiful Mujani, Ritual Nahdhiyin, Modal
Towns, Chicago : Chicago University
Sosial dan Demokrasi, temuan
Press, 1968
penelitian Pusat Pengkajian Islam
Hechter dan Kanazawa, Sociological dan Masyarakat (PPIM) UIN Jakarta
Rational Choice Theory, Annual tahun 2001 dan 2002, disajikan pada
Review of Sociology, Vol. 23, 1997 wawancara Burhanudin dengan
Saiful Mujani, 13 Juli 2003
Hidayat Nahwi Rasul, Puasa Mempertebal
Modal Sosial, Nuansa Persada Scott, James C, The Moral Economy of The
online, 18 Januari 2010 Peasant: Rebellion and Subsistence
in Southeast Asia, New Heaven and
Lin, M., Social networks and Status
London, Yale University Press, 1976
Attainment, Annual Review of
Sociology,Vol. 25, 1999 Subejo, Peranan Kapital Sosial dalam
Pembangunan Ekonomi : Suatu
Little, D., Rational Choice Models and Asian
Pengantar untuk Studi Kapital Sosial
Studies, Journal of Asian Studies,
di Pedesaaan Indonesia, Artikel
Vol. 50/1, 1991
dalam Jurnal Agro Ekonomi Vol.11.
Narayan, Deepa & Lant Pritchett, Social No.1 Juni 2004
Capital : Evidence and Implications,
Subejo, Iwamoto, dan Noriaki, Labor
dalam Dasgupta P. & Ismail
Institutions in Rural Java: A Case
Serageldin : Capital Social : A
Study in Yogyakarta Province,
Multifaceted Perspective, tahun
Working Paper Series No. 03-H-01,
2000
Department of Agriculture and
Narayan, D., dalam Bonds and Bridges Resource Economics, The University
Social Capital and Poverty, of Tokyo, 2003
Washington D.C : World Bank, 1999
Tadjoeddin, M.Z., Anatomi Kekerasan
Sosial dalam Konteks Transisi :

4
19
Kasus Indonesia 1990-2001,
UNSFIR Working Paper No. 02/01-,
Jakarta, 2002
The World Bank, ‖The Initiative on
Defining, monitoring and Measuring
Social Capital : Text of Proposal
Approved for Funding‖, Social
Capital Initiative Working Paper No.
2. The World Bank, Social
Development Family,
Environmentally and Socially
Sustainable Development Network,
June 1998.Dalam
http://www1.worldbank. org
/prem/poverty/scapital/wkrppr/sciwp2
.pdf. 9 Mei 2005

205

Anda mungkin juga menyukai