Disusun Oleh :
Najwa Nabilla
X SS
2021
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan nikmat serta hidayah-Nya, terutama
nikmat kesempatan dan kesehatan sehingga saya dapat menyelesaikan makalah mata
pelajaran Sejarah “PERKEMBANGAN MANUSIA PRA-AKSARA DI INDONESIA”.
Kemudian shalawat beserta salam kita sampaikan kepada Nabi besar kita Muhammad SAW
yang telah memberikan pedoman hidup yakni Al-Qur’an dan sunnah untuk keselamatan umat
di dunia dan di akhirat.
Selanjutnya, saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Ibu Elfidayati,
S.Pd selaku guru mata pelajaran Sejarah Wajib dan kepada segenap pihak yang telah
memberikan bimbingan serta arahan selama penulisan makalah ini.
NAJWA NABILLA
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..........................................................................................................2
DAFTAR ISI.........................................................................................................................3
2.2 Teori tentang Asal Usul Nenek Moyang Bangsa Indonesia ................................. 12
PENDAHULUAN
Zaman praaksara sering juga disebut sebagai zaman prasejarah atau zamannirleka. Nir artinya
tidak dan leka artinya tulisan. Jadi kesimpulannya, pada zamanini manusia masih belum
mengenal tulisan. Batas antara zaman prasejarah danzaman sejarah adalah dengan
ditemukannya tulisan dalam kebudayaan manusia. Dimulainya zaman sejarah pada setiap
bangsa itu berbeda-beda, hal itutergantung dari tingkat peradaban masing-masing bangsa.
Bangsa yang pertama kalimenggunakan tulisan dalam kebudayaan mereka adalah bangsa
sumeria. Sekitar 3000 tahun sebelum masehi, mereka terbukti telah membuat ukiran diatas
tanah liat,yang dipercaya berisikan simbol-simbol yang merepresentasikan angka-angka.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan diatas, beberapa hal yang menjadi
rumusan masalah dalam makalah ini, adalah :
Manusia pra-aksara adalah manusia yang hidup sebelum tulisan dikenal. Kehidupan
manusia pada masa pra-aksara disebut juga sebagai kehidupan manusia purba.
Secara umum manusia pra-aksara atau manusia purba secara garis besar terbagi kedalam 3
kelompok yaitu :
Terlepas dari kontroversi bahwa manusia berasal dari kera yang dianut dalam Teori
Evolusi, berikut adalah 10 (sepuluh) jenis manusia pra-aksara yang pernah ada di Indonesia,
yaitu :
1. Meganthropus Paleojavanicus
Ditemukan oleh seorang arkeolog dari negeri Belanda bernama Van Koenigswald. Dia
pertama kali menemukan fosil ini di daerah Sangiran pada tahun 1936. Manusia purba di
Indonesia tidak seperti jenis – jenis manusia purba di dunia.
Pada era tersebut paling banyak fosil ditemukan dalam kondisi seperti orang Barat. Maka ketika
arkeolog menemukan fosil yang berbeda dari sebelumnya, membangkitkan gairah ilmiah di
kalangan Arkeolog untuk lebih mendalami tentang fosil manusia pra-aksara yang ditemukan di
Indonesia.
Diperkirakan manusia besar ini hidup antara 1 juta dan 2 juta tahun yang lalu. Hal ini
dibuktikan dari fosil dengan teknik peluruhan karbon. Sehingga usia dari fosil tersebut
bisa kita ketahui. Dengan adanya sifat waktu paruh itu, banyak sekali fosil, batuan dan
elemen lainnya yang bisa kita perkirakan umurnya. Bahkan umur Bumi yang kita cintai
ini bisa kita perkirakan dengan waktu paruh dari unsur karbon pada material atau zat.
2. Pitecanthropus Erectus
Manusia pra-aksara ini hidup di wilayah Indonesia pada 1-2 juta tahun yang lalu. Wilayah
Indonesia yang menurut sejarah Arkeologi, pernah beberapa kali mengalami bencana
alam Indonesia. Dari mulai hal yang bersifat mengikat hingga membuat wilayah
indonesia terdiri dari bermacam macam pulau. Doktor dari Belanda bernama Eungene
Dubois adalah penemu pertama manusia disini.
b. Dengan struktur tengkorak mirip kera, maka dimungkinkan ukuran otaknya kecil.
c. Menyebabkan tingkat kecerdasan jenis manusia purba ini hampir sama namun diatas
dengan insting hewan.
3. Pitecanthropus Soloensis
Merupakan jenis – jenis manusia pra-aksara yang berasal dari Solo tepatnya area
ngandong. Selain dari aspek daratan, terdapat batas wilayah laut di Indonesia yang bagi
negara kita sangat penting. Hal ini dikemukakan dalam batas laut Indonesia yang sudah
menjadi ketetapan di kalangan internasional.
4. Pitecanthropus Mojokertensis
Dalam hal yang dilakukan tanpa perlu mendalami jenis – jenis manusia praaksara dan
gambarnya, kita bisa tahu bahwa Eungene Dubois berhasil menjadi penemu fosil jenis ini
di wilayah Mojokerto, sehingga beliau menamai fosil penemuannya menjadi sebuah
temuan besar abad ini. Penggalian yang dilakukan di Mojokerto ini mau tidak mau
merusak tulang – tulangnya. Beberapa bagian nya menjadi hancur sehingga beberapa
detil tidak terselamatkan sempurna.
5. Homo Floresiensis
Untuk jenis homo ini memiliki kebiasaan dan gaya hidup yang kurang lebih sama dengan
manusia sekarang. Bahkan pada masa itu jenis homo memiliki kesatuan dalam hal
bertindak secara ciri – ciri manusia sebagai makhluk ekonomi. Pada masa tersebut tidak
menggunakan alat – alat canggih, tetapi menggunakan batu sederhana yang kemudian di
Hampelas. Manusia jenis Homo ini sudah sadar akan keberadaan kita, atau manusia di
sekitarnya. Sehingga akan timbul kesamaan ras. Secara nama mungkin kita sedikit
terkecoh, karena peneliti Belanda tersebut tidak menamakan fosil penemuannya dengan
namanya, tetapi menggunakan nama tempat pada waktu penggalian arkeologisnya. Nama
lain dari Homo mungkin bisa diartikan sebagai suatu kecenderungan seksual antara
sesama laki-laki. Secara umum manusia jenis homo ini memiliki ciri khas : a. Muka
lebar dengan hidung yang lebar
b. Mulutnya menonjol
c. Dahinya juga masih menonjol, sekalipun tidak seperti jenis Pithecanthropus
d. Bentuk fisiknya sudah seperti manusia sekarang
e. Tingginya 130 – 210 cm
f. Berat badan 30 – 150 kg g.
g. Hidupnya sekitar 40.000 – 25.000 tahun yang lalu
6. Homo Wajakensis
Homo Wajakensis berarti homo yang berasal dari Wajak. Perselisihan antar kelompok
masih menjadi masalah pada masa purba menjadikan tiap daerah memiliki bentuk fosil
yang berbeda – beda pula. Kita hanya bisa memperkirakan seperti apa kehidupan
sosialnya. Namun para ahli telah meneliti pengaruh letak geografis Indonesia terhadap
keadaan alam dan iklim. Dengan begitu sejauh yang kita perkirakan, kehidupan sosial
manusia praaksara bisa jadi tidak berbeda dengan keadaan sekarang kecuali dalam hal
berkomunikasi.
Di Wajak inilah, yang bila digambarkan dekat daerah Tumenggung Jawa Timur, pada
tahun 1889 Eungene Dubois menemukan fosil manusia praaksara asli Indonesia.
Penemuan ini merupakan penemuan penting, karena seolah menemukan keping puzzle
yang hilang yang membuktikan adanya hubungan manusia dengan kera. Fosil – fosil
manusia pra-aksara di Indonesia menjadi jembatan penghubung itu. Seperti dikemukan
dalam teori Darwin dalam bukunya ‘The Descent Of Man’ (asal usul manusia).
7. Homo Soloensis
Merupakan jenis manusia pra-aksara Homo yang ditemukan fosilnya di wilayah Solo
pulau Jawa. Siapa saja yang meneliti manusia pra-aksara di indonesia? Yang paling
terkenal tentunya Eungene Dubois, kemudian Van Koenigswald, kemudian ada
Weidenreich.
b. Namun tentunya kontribusi para peneliti tersebut menjadikan khazanah bagi jenis -
jenis manusia pra-aksara di Asia dan tentunya Dunia. Sungai Bengawan Solo
merupakan jantung dari sebuah kehidupan primitif di masa lampau Indonesia.
d. Belum ditemukannya sistem irigasi, seolah memaksa manusia pra-aksara untuk tidak
jauh dalam memberikan intervensi.
8. Pitechanthropus Robustus
Adalah jenis Pitecanthropus yang memiliki rahang besar. Dengan adanya rahang besar
tersebut, menurut peneliti jenis manusia pra-aksara ini memiliki kegemaran memakan
tumbuhan. Kegunaan rahang yang besar adalah agar dalam mengunyah tumbuhan
menjadi lebih mudah dan lebih cepat, sehingga bangsa ini lebih senang bila hidup sendiri.
Berikut bentuk rupa dari manusia pra-aksara Pitechanthropus Robustus :
a. Bentuk rahang yang besar itu pula menunjukkan bahwa cakupan dari kapasitas
Kapasitas mulut Pitecanthropus Erectus lebih besar dari manusia masa sekarang.
c. Bisa diartikan bahwa jenis manusia pra-aksara homo ini adalah kondisi alamiah
jenis manusia Indonesia pada jaman sekarang. Yang membedakan tentunya waktu
hidup dan cara berkomunikasi dalam interaksi sosial pada masa itu. Termasuk
penggunaan alat bantu.
d. Manusia pra-aksara jenis ini sudah mulai mengedepankan akal dibanding insting.
Dibuktikan dengan banyaknya peninggalan berupa batu, kapak batu, dan perkakas
lainnya yang dipergunakan untuk menunjang dalam kehidupan sehari – harinya.
Selain itu, juga pada titik titik temuan arkeologis, manusia pra-aksara jenis Homo
ini tidak terlalu dekat dengan sungai, yang menandakan bahwa manusia purba
jenis ini membuat sebuah tempat tinggal atau kawasan tempat tinggal yang
nyaman meskipun tidak dekat sekali dengan sumber air. Yang pada masa itu
adalah sungai