Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PRAKTIKUM MAHASISWA

MATA KULIAH PENANGANAN DAN PENGOLAHAN


TELUR DAN DAGING

PENGOLAHAN NUGGET DAN AYAM GORENG

KELOMPOK 4/B1

1. DZURIATUDZ DZARWA J3I219096


2. HADI ARYADI J3I819076
3. GERDA FASHA MANTA J3I219102
4. RISWANDHA IMAWAN J3I119054

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN TERNAK


SEKOLAH VOKASI
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2021
Daftar Isi

BAB 1.........................................................................................................................................3

PENDAHULUAN......................................................................................................................3

1.1. Latar Belakang.............................................................................................................3

1.2. Tujuan..........................................................................................................................3

BAB 2.........................................................................................................................................4

TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................................................4

2.1. Nugget.........................................................................................................................4

2.2. Nugget Ayam...............................................................................................................4

2.3. Proses Pengolahan Nugget..........................................................................................5

BAB 3.........................................................................................................................................7

METODE PERCOBAAN..........................................................................................................7

3.1. Waktu dan tempat........................................................................................................7

3.2. Alat dan Bahan............................................................................................................7

3.3. Prosedur Kerja.............................................................................................................7

BAB 4.........................................................................................................................................9

HASIL DAN PEMBAHASAN..................................................................................................9

4.1. Hasil Percobaan...........................................................................................................9

4.2. Pembahasan...............................................................................................................10

BAB 5.......................................................................................................................................13

PENUTUP................................................................................................................................13

5.1. Kesimpulan................................................................................................................13

5.2. Saran..........................................................................................................................13

Dafatar Pustaka........................................................................................................................14

Lampiran..................................................................................................................................15
BAB 1

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Daging didefinisikan sebagai semua jaringan hewan yang sesuai untuk
dimakan dan tidak menyebabkan gangguan kesehatan bagi yang memakannya.
Daging dikenal sebagai bahan pangan yang bernilai gizi tinggi namun mempunyai
sifat mudah rusak. Oleh karena itu usaha pengolahan penanganan merupakan cara
untuk mengurangi kerusakan daging pasca panen sekaligus memperoleh nilaitambah
dari produk yang dihasilkan
Chicken nugget merupakan salah satu produk olahan makanan setengah jadi
terbuat dari gilingan daging ayam dengan campuran bumbu-bumbu. Pembuatan
chicken nugget memanfaatkan daging ayam yang berkualitas rendah atau
memanfaatkan potongan ayam relatif kecil dan tidak beraturan, kemudian dilekatkan
kembali menjadi bentuk yang lebih besar. Chicken nuggetyang terbuat dari daging
ayam sangat digemari oleh masyarakat, akan tetapi tidak semua lapisan masyarakat
dapat menikmatinya karena harganya yang relatif mahal. Sehingga lebih baik
membuat chicken nugget sendiri yang dapat dicampurkan bahan-bahan yang sesuai
dengan selera, kualitas yang lebih baik dengan biaya yang perlu dikeluarkan tidak
semahal dengan membeli chicken nugget yang siap makan
Komponen protein berasal dari daging ayam, lemak dari daging dan minyak
yang terserap pada saat penggorengan, sedangkan karbohidrat dari tepung roti yang
digunakan sebagai pelapis, sedangkan karbohidrat dari tepung roti yang digunakan
sebagai pelapis.Nugget ayam merupakan makanan kaya protein. Kadar proteinnya
mencapai 43 g/140 gram bahan, yaitu memenuhi 86% dari kebutuhan protein tubuh
sehari-hari. Protein nugget ayam tersusun dari sejumlah asam amino esensial dan
nonesensial. Nugget ayam sangat kaya akan asam amino lisin, yaitu suatu asam
amino esensial yang kadarnya sangat rendah pada bahan pangan pokok, seperti
beras, jagung, ubi, sagu, dan lain-lain.
1.2. Tujuan
Tujuan dilakukannya praktikum pengolahan nugget ayam dan ayam goreng
adalah untuk mengetahui cara yang tepat dalam pengolahan daging ayam menjadi
produk yang dapat meningkatkan nilai tambah.
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Nugget
Nugget adalah suatu bentuk produk olahan daging yang terbuat dari daging
giling yang dicetak dalam bentuk potongan empat persegi dan dilapisi dengan
tepung berbumbu (battered dan braded) (Maghfiroh, 2000). Nugget dikonsumsi
setelah proses penggorengan rendam (deep fat frying) (Saleh et al, 2002). Nugget
dibuat dari daging giling yang diberi bumbu, dicampur bahan pengikat, kemudian
dicetak membentuk tertentu, dikukus, dipotong dan dilumuri perekat tepung (batter)
dan diselimuti tepung roti (breading). Nugget digoreng setengah matang dan
dibekukan untuk mempertahankan mutunya selama penyimpanan (Astawan, 2007).
Nugget merupakan salah satu bentuk produk makanan beku siap saji, yaitu produk
yang telah mengalami pemanasan sampai setengah matang (precooked), kemudian
dibekukan (Afrisanti, 2010). Produk beku siap saji ini hanya memerlukan waktu
penggorengan selama 1 menit pada suhu 150º C. Tekstur nugget tergantung dari
bahan asalnya (Astawan, 2007).

2.2. Nugget Ayam


Nugget ayam adalah produk olahan dengan bahan baku ayam. Produk ini
berupa restructured meat dengan bentuk bervariasi yang meruapakan bentuk
diversifikasi dari produk daging dengan nilai nutrisi masih baik. Tujuan diversifikasi
ini adalah meningkatkan pola ragam konsumsi protein hewani guna memenuhi
kebutuhan konsumsi protein hewani asal ternak . Chicken nugget dibuat dari daging
ayam dengan penambahan pati dan bumbu antara lain 1% garam, 0,6% bawang
putih, 0,4% merica, dan 14% air (Mannulang, M dan Tannoto, E. 1995). Nugget
ayam sangat kaya akan asam amino lisin, yaitu suatu asam amino esensial yang
kadarrya sangat rendah pada bahan pangan pokok seperti beras, jagung, ubi, sagu,
dan lain-lain. Mengkonsumsi nasi dengan menggunakan chicken nugget sebagai
lauknya, meruapakan hal yang sangat tepat ditinjau dari segi gizi. Nugget ayam
sesekali juga baik untuk dijadikan sumber protein untuk mendukung proses tumbuh
kembang anak-anak balita. Chicken nugget juga merupakan bahan pangan sumber
niasin (vitamin B3), vitamin B6, asam pantotenat, dan ribofalvin (vitamin B2)
dengan sumbangan masing-masing terhadap kebutuhan perhari mencapai 68,34,16
dan 16%. Selain itu, chicken nugget juga sumber mineral selenium, fosfor, dan zinc
(Amertaningtyas, 2003).

2.3. Proses Pengolahan Nugget


Pembuatan nugget mencakup lima tahap, yaitu penggilingan yang disertai oleh
pencampuran bumbu, es dan bahan tambahan, pengukusan dan pencetakan,
pelapisan perekat tepung dan pelumuran tepung roti, penggorengan awal (pre-frying)
dan pembekuan (Aswar, 2005). Tahapan pembuatan nugget adalah sebagai berikut,
2.3.1. Penggilingan
Penggilingan daging diusahakan pada suhu di bawah 15ºC, yaitu
dengan menambahkan es pada saat penggilingan daging (Tatono, 1994).
Pendinginan ini bertujuan untuk mencegah denaturasi protein aktomiosin oleh
panas. Pada proses penggilingan daging terjadi gesekan-gesekan yang dapat
menimbulkan panas. Air yang ditambahkan ke dalam adonan nugget pada
waktu penggilingan daging keong sawah dalam bentuk serpihan es. Air es
digunakan untuk mempertahankan temperatur selama pendinginan. Air es
selain berfungsi sebagai fase pendispersi dalam emulsi daging, juga berfungsi
untuk melarutkan protein sarkoplasma dan sebagai pelarut garam yang akan
melarutkan protein myofibril (Afrisanti, 2010).
2.3.2. Pengukusan
Pengukusan menyebabkan terjadinya pengembangan granula– granula pati
yang disebut gelatinisasi. Gelatinisasi merupakan peristiwa pengembangan
granula pati sehingga granula tersebut tidak dapat kembali seperti keadaan
semula (Winarno, 1997). Penambahan air dan pemanasan akan menyebabkan
amilosa berdifusi keluar granula, sehingga granula tersebut hanya
mengandung sebagian amilopektin dan akan pecah membentuk suatu matriks
dengan amilosa yang disebut gel (Winarno, 1997).
2.3.3. Batter dan Breading
Menurut Fellow (2000), perekat tepung (batter) adalah campuran yang
terdiri dari air, tepung pati, dan bumbu-bumbu yang digunakan untuk
mencelupkan produk sebelum dimasak. Pelumuran tepung roti (breading)
merupakan bagian yang paling penting dalam proses pembuatan produk
pangan beku dan industri pangan yang lain. Coating adalah tepung yang
digunakan untuk melapisi produk–produk makanan dan dapat digunakan
untuk melindungi produk dari dehidrasi selama pemasakan dan
penyimpangan. Breading dapat membuat produk menjadi renyah, enak dan
lezat. Nugget termasuk salah satu produk yang pembuatannya menggunakan
batter dan breading. Batter yang digunakan dalam pembuatan nugget berupa
tepung halus dan berwarna putih, bersih dan tidak mengandung benda–benda
asing. Tepung roti harus segar, berbau khas roti, tidak berbau tengik atau
asam, warnanya cemerlang, serpihan rata, tidak berjamur dan tidak
mengandung benda-benda asing (BSN, 2002).
2.3.4. Penggorengan
Penggorengan merupakan proses termal yang umum dilakukan orang
dengan menggunakan minyak atau lemak pangan. Bahan pangan yang
digoreng mempunyai permukaan luar berwarna coklat keemasan. Warna yang
muncul disebabkan karena reaksi pencoklatan (Maillard) 8 (Ketaren, 1986).
Reaksi Maillard terjadi antara protein, asam amino, dan amin dengan gula
aldehida dan keton, yang merupakan penyebab terjadinya pencoklatan selama
pemanasan atau penyimpanan dalam waktu yang lama pada bahan pangan
berprotein. Penggorengan awal (pre-frying) adalah langkah yang terpenting
dalam proses aplikasi batter dan breading. Tujuan penggorengan awal adalah
untuk menempelkan perekat tepung pada produk sehingga dapat diproses lebih
lanjut dengan pembekuan selanjutnya didistribusikan kepada konsumen.
Penggorengan awal akan memberikan warna pada produk, membentuk kerak
pada produk setelah digoreng, memberikan penampakan goreng pada produk
serta berkontribusi terhadap rasa produk (Fellow, 2000). Penggorengan awal
dilakukan dengan menggunakan minyak mendidih (180-195°C) sampai
setengah matang. Suhu penggorengan jika terlalu rendah, pelapis produk
menjadi kurang matang. Jika suhu terlalu tinggi, pelapis produk akan berwarna
gelap dan gosong. Waktu untuk penggorengan awal adalah sekitar 30 detik.
Penggorengan awal dilakukan karena penggorengan pada produk akhir hanya
berlangsung sekitar 4 menit, atau tergantung pada ketebalan dan ukuran
produk (Tanoto, 1994). Menurut Jamaludin et al (2008) selama proses
penggorengan terjadi secara simultan perpindahan panas dan massa.
2.4 Uji Organoleptik
Uji organoleptik atau uji indera merupakan cara pengujian dengan
menggunakan indera manusia sebagai alat utama untuk pengukuran daya penerimaan
terhadap produk. Dalam penilaian bahan pangan sifat yang menentukan diterima
atau tidak suatu produk adalah sifat indrawinya. Indra yang digunakan dalam menilai
sifat indrawi adalah indera penglihatan, peraba, pembau dan pengecap (Rahayu,
2001; Churchill, 2005; Ningrum, 2017). Pengujian ini digunakan untuk mengukur
tekstur, warna, aroma, dan juga rasa pada produk yang diamati, yaitu nugget dan
ayam goreng.
BAB 3

METODE PERCOBAAN
3.1. Waktu dan tempat
Praktikum pengolahan nugget ini dilaksanakan pada Hari Rabu, 24 November
2021 yang bertempat di RPA, Kampus Gunung Gede, Sekolah Vokasi Institut
Pertanian Bogor materi yang digunakan pada praktikum ini yaitu daging ayam. 
3.2. Alat dan Bahan
 Timbangan
 Alat masak
 Daging Ayam 225 gram
 Daging Itik 75 gram
 Es batu 21 gram
 NaCl 6 gram
 STPP0,9 gram
 Maizena4,5 gram
 Bumbu rempah (Pala, Merica, bawang putih ) 1 gram
 Royco¼ sdt
 Roti Tawar 40 gram (Hancurkan dengan 5 sdm susu cair)
Batter dan Breading :
 Telur 1 butir
 Tepung Panir 70 gram
 Susu Segar 100 ml

3.3. Prosedur Kerja


 Potong halus daging lalu masukan kedalam food processor
 Tambahkan es, stpp,NaCl, Maizena, dan roti tawar yg telah di hancurkan dengan
susu, setelah halus lalu masukan bumbu-bumbu. timbang
 Kukus adonan dengan menggunakan saringan tang telah dilapisi minyak goreng
(hitung waktu yg dibutuhkan untuk membuat adonan matang (±3-5menit setelah
air mendidih) lalu potong adonan membentuk stick. (Timbang).
Batter dan Breading
 Telur dan susu segar di kocok
 Celupkan adonan nugget yg telah dipotong-potong lalu gulirkan ke dalam tepung
panir lakukan hingga 2 kali ulangan.
 Goreng nugget kedalam minyak panas, tiriskan dan timbang.
BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1. Hasil Percobaan
4.1.1. Nugget

Peubah 1 2 3 4 5
Warna ✓
Tekstur ✓
Aroma ✓
Citarasa ✓

4.1.2. Ayam Tepung


Peubah 1 2 3 4 5
Warna ✓
Tekstur ✓
Aroma ✓
Citarasa ✓

Keterangan :
1 = Sangat tidak menarik
2 = Tidak menarik
3 = Netral
4 = Menarik
5 = Sangat menarik

4.2. Pembahasan
Uji organoleptik merupakan cara pengujian dengan menggunakan indera
manusia sebagai alat utama untuk pengukuran daya penerimaan terhadap produk.
Dalam penilaian nugget dan ayam goreng diatas sifat yang menentukan diterima
atau tidak suatu produk adalah sifat indrawinya. Indra yang digunakan dalam
menilai adalah indera penglihatan, peraba, pengecap, dan pembau. Hasil pengujian
nugget dan ayam goreng menunjukkan bahwa produk tersebut tidak mengalami
perbedaan organoleptik yang terlalu berlebih dari kelompok lain. Nugget dan ayam
goreng kelompok kami menjadi salah satu produk yang paling disukai.

4.2.1. Warna
Berdasarkan hasil pembuatan nugget dan ayam goreng diperoleh
hasil warna ayam yang berwarna kuning keemasan. Aspek warna yang di
uji mendapatkan nilai untuk nugget 4 dan untuk ayam goreng 5. Hasil
penilaian tersebut diartikan bahwa warna nugget dari kelompok kami sudah
menunjukkan warna yang seharusnya ada pada nugget dan ayam goreng.
Di samping itu, melakukan uji oeganoleptik warna membutuhkan
indra penglihatan, dengan penglihatan yang tajam maka tiap produk yang
diuji pasti memiliki perbedaan. Warna memegang peranan penting dalam
penerimaan makanan, walaupun tidak ada hubungannya dengan nilai gizi
atau nilai fungsional lainya. Namun warna dapat memberi petunjuk
mengenai perubahan kimia dalam makanan, warna juga merupakan salah
satu parameter yang digunakan konsumen dalam memilih produk (deMan,
1997).
Protein yang ada pada bahan pembuatan nugget dan ayam goreng
akan menyebabkan warna coklat ketika pemanasan, sehingga warna tepung
yang dihasilkan akan lebih putih (Subagio, 2006). Gilingan daging ayam
juga mempengaruhi warna nugget. (Cross ,1988) menyatakan bahwa warna
daging ayam disebabkan oleh provitamin A yang terdapat pada lemak
daging dan pigmen oksimioglobin. Provitamin A (beta karoten) merupakan
vitamin yang larut dalam lemak dan memberi zat warna kuning pada suatu
bahan. Adanya beta karoten dalam daging dan telur ayam, berfungsi
sebagai antioksidan untuk mencegah peroksidasi asam lemak dalam daging.
Pigmen oksimioglobin pada daging ayam terbentuk akibat adanya
oksigenasi mioglobin setelah daging terpapar udara. Dan komposisi yang
terkandung pada setiap tepung berbeda menyebabkan pengaruh warna pada
nugget ayam.

4.2.2. Aroma
Aroma merupakan sesuatu yang dirasakan oleh hidung. Pada
umumnya aroma yang diterima oleh hidung dan otak lebih banyak
merupakan berbagai ramuan atau campuran empat bau utama yaitu harum,
asam, tengik, dan hangus (Zuhra, 2006). Aroma adalah hal terpenting
dalam suatu produk untuk mengetahui kuliatas produk tanpa mencicipi.
Hasil pembuatan nugget ayam dan ayam goreng yang telah kita lakukan
sudah muncul aroma khas nugget dan ayam goreng. Selain itu dari
penilaian aroma, nugget mendapatkan nilai 5 dan 4 untuk ayam goreng.
Penambahan tepung terigu dan maizena aromanya relatif sama
dikarenakan kedua tepung tersebut memiliki kandungan protein yang
cukup tinggi jadi sedikit berpengaruh terhadap aroma nugget. Aroma akan
timbul dan terasa lebih kuat sewaktu dilakukannya proses pemasakan
seperti dipanggang, direbus ataupun digoreng. Pendapat ini didukung oleh
Winarno (2004) menyataan bahwa komponen yang memberikan aroma
adalah asam-asam organik berupa ester dan volatil. Secara kimiawi sulit
dijelaskan mengapa senyawa senyawa menyebabkan aroma yang berbeda,
karena senyawa-senyawa yang mempunyai struktur kimia dan gugus
fungsional yang hampir sama (stereoisomer) kadang-kadang mempunyai
aroma yang sangat berbeda, misalnya methanol, isometanol, dan
neometanol.

4.2.3. Tekstur
Analisa organoleptik tekstur merupakan analisa secara sensori
menggunakan indra peraba dengan penilaian halus atau kasar, keras atau
empuk, dan parameter lainnya yang sedang diajukan (Winarno, 2004).
Tektur nugget dan ayam goreng yang telah dibuat menghasilkan tekstur
yang sudah pas dengan standarnya, dengan nilai yang dihasilkan masing –
masing adalah 4. Hal tersebut karena ketika mencicipi, tektur yang
diberikan tidak terlalu meleleh ataupun tidak terlalu padat untuk nugget dan
empuk untuk ayam goreng. Dari hal tersebut menununjukkan bahwa
pembuatan nugget dan ayam goreng kami sudah sesuai ketentuan.
Tekstur nugget juga dipengaruhi oleh pemasakan termasuk
penggorengan. Pada perinsipnya pemasakan dapat meningkatkan atau
menurunkan keempukan bahan. Perubahan- perubahan yang terjadi selama
penggorengan yaitu terjadinya penguapan air, kenaikan suhu menyebabkan
terjadinya perbahan tekstur nugget yang digoreng. Perbedaan komposisi
tepung juga akan mempengaruhi tekstur nugget saat penggorengan.

4.2.4. Rasa
Hasil uji organoleptik yang didapatkan oleh rasa dari nugget dan
ayam goreng yaitu masing – masing 5 dan 4. Penggunaan bahan dasar dan
bahan tambahan dicampurkan kedalam adonan nugget ayam menghasilkan
nugget ayam dengan rasa yang enak. Bahan tambahan yang dimaksud
adalah bumbu-bumbu yang menjadi penambah rasa, aroma dan bau bahkan
banyak bumbu-bumbu alami yang berperan sebagai pengawet. Dalam
makanan penambahan garam kurang lebih 0,35% untuk menghasilkan
penilaian organoleptik yang kurang disukai karena makanan tersebut akan
terasa hambar. Bawang putih ditambahkan karena merupakan bahan yang
memiliki fungsi menambah cita rasa dan aroma pada makanan. Selain itu,
merica juga merupakan bahan tambahan yang digunakan sebagai penyedap
rasa dan berfungsi sebagai pengawet alami untuk memperpanjang masa
simpan dari makanan. Penambahan es batu pada olahan nugget ayam
ditujukan untuk mempertahankan suhu adonan nugget agar tetap dingin
karena adonan nugget yang panas cenderung cepat rusak proteinya sehingga
berpengaruh pada tekstur. Es juga berfungsi untuk menstabilkan
kelembaban adonan agar tidak kering selam perebusan dan pencetakan dan
menstabilkan emulsi.
Rasa pada nugget merupakan kombinasi antara rasa dan bau yang
diciptakan untuk memenuhi selera konsumen, sehingga produsen
menggunakan perasa tertentu untuk menghasilkan suatu produk makanan
yang diinginkan serta merupakan salah satu pendukung cita rasa yang
mendukung mutu suatu produk yang diinginkan. Selain itu cita rasa dapat
membangkitkan rasa lewat aroma yang disebarkan, lebih dari sekedar rasa
pahit, asin, asam dan manis.

BAB 5

PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil percobaan pembuatan nugget ayam menggunakan daging
ayam serta itik dan pembuatan ayam goreng sudah dibilang cukup dilihat dari
penilaian rasa, warna, tektur, dan aroma. Hasil dari pengamatan secara
oraganoleptik pada nugget dan ayam goreng memiliki warna kuning keemasan khas
nugget dan ayam goreng, beraroma khas, tekstur renyah dan kenampakannya
menarik.
5.2. Saran
Saran yang dapat diberikan oleh penulis adalah percobaan dilakukan secara
higienis dan sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan, serta harus lebih teliti
dalam penambahan bahan tambahan dan prosedurnya.
Dafatar Pustaka

Afrisanti, D.W. 2010. Kualitas Kimia dan Organoleptik Nugget Daging Kelinci dengan
Penambahan Tepung Tempe. Skripsi. Program Studi Peternakan. Fakultas Pertanian.
Surakarta : Universitas Sebelas Maret.

Astawan, M. 2007. Nugget Ayam Bukan Makanan Sampah


http://64.203.71.11/kesehatan/news/0508/0/130052.htm. Diakses 28 November 2021

Aswar. 2005. Pembuatan Fish Nugget dari Ikan Nila Merah (Oreochromis Sp.). Skripsi.
Teknologi Hasil Perikanan. Fakultas Perikanan Bogor: Institut Pertanian Bogor

Badan Standardisasi Nasional. 2002. Nugget Ayam. SNI 01-6683-2002. Jakarta : Badan
Standardisasi Nasional.

Diastari,. I Gusti A. F., dan Agustina, Kadek Karang. 2013. Uji Organoleptik dan Tingkat
Keasaman Susu Sapi Kemasan yang Dijual di Pasar Tradisional Kota Denpasar.
Indonesia Medicus Veterinus. Vol 2 (4) : 453 – 460.

Fellow, A.P. 2000. Food Procession Technology, Principles and Practise.2nd ed.
Woodread.Pub.Lim. Cambridge. England. Terjemahan Ristanto.W dan Agus
Purnomo.

Ketaren, S. 1986. Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan. Cetakan ke VI. 2001.
Jakarta : Universitas Indonesia Press.

Maghfiroh, I. 2000. Pengaruh Penambahan Bahan Pengikat Terhadap Karakteristik Nugget


Ikan Patin (Pangasius hypothalamus). Skripsi. Program Studi Teknologi Hasil
Perikanan. Fakultas Perikanan. Bogor : Institut Pertanian Bogor.

Saleh, M., K. Prana, S. Hartatik. 2002. Dokumen Tepat Guna. Institut Pertanian Bogor. UPT.
Perpustakaan. Bogor : Institut Pertanian Bogor.

Sinta, D., Nurhaeda., Rasbawati., dan Fitriani. 2019. Uji Organoleptik dan Tingkat Kesukaan
Nugget Ayam Broiler dengan Penambahan Susu Bubuk Skim Pada Level yang
Berbeda. Sinergitas Multidisiplin Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. Vol 2 : 298 –
302.
Sulistiana S. 2020. Uji Organoleptik Nugget Ayam Dengan Penambahan Tepung Wortel
(Daucus carota L.). Skripsi. Fakultas Sains dan Teknologi : UIN Alauddin Makassar.

Tanoto, E. 1994. Pembuatan Fish Nugget dari Ikan Tenggiri. Skripsi. Jurusan Teknologi
Pangan dan Gizi. Fakultas Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor : Bogor.

Winarno, F.G. 1997. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.

Lampiran

Anda mungkin juga menyukai