Anda di halaman 1dari 3

TANGGAL : 06 JUNI 2021

MINGGU : 1 DUNG TRINITATIS


JAMITA : MARKUS 3:20-35
SIBASAON : PAMUNGKAAN 3:1-7

Jangan menghujat Roh Kudus

Secara konstan, Yesus berhadapan dengan pemimpin-pemimpin agama yang sekaligus menjadi
pemimpin politik di kalangan bangsa Yahudi. Untuk itu Yesus harus menghadapi penolakan mereka.
Kebencian mereka pada Yesus cukup beralasan, karena Ia merupakan ancaman bagi kedudukan mereka.

Ternyata Yesus harus berhadapan juga dengan keluarga-Nya, yang menganggap Dia gila (ayat 20-21).
Lalu bagaimana reaksi Yesus terhadap komentar keluarganya itu? Markus tidak mencatat apa pun
mengenai reaksi Yesus.

Namun ahli-ahli Taurat yang datang dari Yerusalem jadi memperparah suasana. Bagai menyirami api
dengan minyak, mereka ikut-ikutan mendukung pendapat keluarga Yesus (ayat 22). Mereka mengatakan
bahwa Yesus kerasukan setan (Beelzebul). Pernyataan ini jelas melawan kebenaran tentang Yesus Kristus.
Padahal ahli-ahli Taurat itu telah melihat dengan mata kepala mereka sendiri segala mukjizat yang
dilakukan Yesus.

Tentu saja untuk hal ini Yesus tidak tinggal diam. Ia menjelaskan bahwa tidak mungkin setan bekerja
melawan dirinya sendiri (ayat 23-26). Lalu menurut Yesus, komentar ahli-ahli Taurat itu memperlihatkan
bahwa para pemimpin agama itu sedang berada dalam bahaya penghujatan Roh Kudus. Mereka telah
melihat keajaiban karya Allah di dalam Yesus, tetapi malah mengatakan bahwa semua itu berasal dari
setan. Jelas ini merupakan penyangkalan terhadap kebenaran. Kemudian Yesus pun menyebutkan bahwa
penghujatan merupakan dosa yang tak terampuni.

Terus menerus menolak karya Roh termasuk dosa menghujat Roh Kudus. Mengeraskan hati terhadap
Roh yang terus berbicara dan memberi kesaksian tentang Kristus, juga merupakan penghujatan.
Menghujat Roh Kudus tidak akan diampuni bukan karena dosa itu terlalu besar untuk diampuni,
melainkan karena dosa itu mewujudkan sikap hati yang memberontak terhadap Allah. Kiranya kita tidak
jatuh ke dalam dosa semacam ini. Bercerminlah senantiasa pada kebenaran firman Allah dan bertobatlah
jika Tuhan menyatakan teguran-Nya.

TANGGAL : 13 JUNI 2021


MINGGU : 2 DUNG TRINITATIS
JAMITA : MASMUR 20:1-9
SIBASAON : MARKUS 4:26-34

Doa Untuk Pemimpin

Menjadi pemimpin yang bertugas menegakkan keadilan dan kebenaran di tengah kebiasaan berkorupsi,
jelas tidak mudah. Mereka yang kaya karena korupsi tentu merasa terancam kalau korupsi mereka
dibongkar. Maka, segala upaya akan dilakukan untuk mengguncang pihak-pihak yang akan

BAHAN SERMON JUNI 2021


GKPA REST. MARANCAR 1
memberantas korupsi. Maka penting sekali mendoakan pemimpin yang jujur, berintegritas, serta berani
menegakkan keadilan dan kebenaran.

Mzm 20 merupakan doa permohonan agar Allah membela pemimpin seperti itu, karena bagaimanapun
kekuatan manusia terbatas (ayat 1-2). Itu sebabnya, pemimpin yang baik pasti beribadah sungguh-
sungguh kepada Tuhan dan bersandar kepada Dia (ayat 3,7). Ya, menjadi pemimpin seperti itu
membutuhkan kekuatan supernatural! Tentunya bukan dengan jimat atau orang pintar, karena itu
berasal dari kuasa jahat. Bersandar pada pimpinan Tuhan, cara Tuhan bertindak, sesuai dengan karakter
Tuhan, itulah yang menghasilkan kekuatan supernatural untuk melawan segala kejahatan manusia.

Para pendoa syafaat bagi pemimpin harus memiliki keyakinan iman seperti pemazmur. Yakin bahwa
Allah pasti memberikan kemenangan kepada orang yang diurapi-Nya dan menjawab permohonan doa
yang dinaikkan demi kepentingan rakyat, bukan diri sendiri (ayat 6). Doa syafaat jangan hanya
dipanjatkan saat pemimpin naik ke jabatannya, tetapi terutama sepanjang masa pengabdiannya dalam
menegakkan kebenaran dan keadilan!

Mari kita tekun berdoa dengan penuh keyakinan bahwa Tuhan mengasihi bangsa Indonesia. Buktinya, Ia
memberikan pemimpin yang baik di tengah banyak orang munafik. Biarpun banyak orang yang
berupaya menjatuhkan pemimpin yang baik itu, tetapi kalau Tuhan yang membela, siapa yang dapat
melawan?

TANGGAL : 20 JUNI 2021


MINGGU : 3 DUNG TRINITATIS
JAMITA : 2 KORINTUS 6:1-10
SIBASAON : JOB 38:1-11

Hamba Tuhan Yang Sejati

Sebagai seorang hamba Tuhan yang bertanggung jawab, Paulus menginginkan agar orang-orang yang
dia layani membuat respons yang sepadan dengan Injil Yesus Kristus. Ia tidak mau bila anugerah Tuhan
dijadikan sia-sia karena respons negatif orang terhadap Injil (ayat 1). Yang Paulus maksud adalah bahwa
sikap jemaat yang mulai merendahkan Paulus karena pengaruh pengajar palsu, membuat mereka secara
tidak langsung menolak Injil. Padahal waktu anugerah Allah atau kesempatan yang Allah berikan bagi
orang untuk beriman dan bertobat menyambut Injil, tidak dapat dan tidak boleh diulur-ulur. Fakta
bahwa Allah penuh dengan anugerah justru seharusnya mendorong orang untuk segera berespons
dengan benar pada Allah.

Paulus menyadari bahwa faktor ketidaklayakan hamba Tuhan, bisa menjadi batu sandungan yang
membuat orang yang dilayani menolak anugerah Allah. Paulus tidak termasuk hamba Tuhan palsu
macam itu. Dengan keberanian yang luar biasa, ia mengklaim integritas dirinya sebagai hamba Tuhan.
Mari kita perhatikan bukti integritas hamba Tuhan seperti keteladanan Paulus: Pertama, Paulus tidak
pernah melakukan hal yang bisa membuat orang lain tersandung (ayat 3). Sebaliknya, sikap dan
tindakannya selalu menunjukkan bahwa ia takut akan Tuhan. Kedua, sikap pada waktu harus
menanggung kesulitan dan penderitaan (ayat 4-5). Ia tidak menggerutu dan tidak menghindari derita. Ia
BAHAN SERMON JUNI 2021
GKPA REST. MARANCAR 2
justru bersusah payah disertai disiplin rohani seperti berjaga-jaga dengan berdoa dan berpuasa. Ketiga,
Paulus menjaga kemurnian, sabar, murah hati, dan tidak munafik (ayat 6). Ia juga mengandalkan
penyertaan Roh Kudus dan senjata rohani (ayat 7). Keempat, semua kualitas rohani ini ada pada Paulus
secara konsisten. Dalam segala keadaan, ia menjunjung kemuliaan Tuhan (ayat 8-10).

Standar semacam ini bukan hanya perlu ada dalam diri seorang rasul saja, tetapi berlaku bagi semua
orang yang terlibat melayani Tuhan. Apa pun peran dan pelayanan Anda, berusahalah agar tidak
menjadi batu sandungan!

TANGGAL : 27 JUNI 2021


MINGGU : 4 DUNG TRINITATIS
JAMITA : 2 SAMUEL 1:17-27
SIBASAON : 2 KORINTUS 8:7-15

Ratapan yang Istimewa

Betapa sulit menentukan prioritas dalam hidup. Menggubah lagu kebangsaan tanda kemenangan tidak
menjadi prioritas Daud, tetapi ratapan untuk mengenang hubungan baik, jasa-jasa seseorang yang tidak
pernah terlupakan dalam hidupnya. Jika kita mempunyai waktu membaca ulang hubungan raja Saul dan
Daud, pasti kagum atas gubahan ratapan ini. Keistimewaannya, Daud sendiri menggubah dan
menyanyikannya (ayat 17), lalu memerintahkan untuk diajarkan (ayat 18). Apabila Anda dan saya dalam
posisi Daud, mungkin prioritas kita adalah strategi untuk memperkokoh kedudukan, dan menumpas
sampai ke akar-akarnya pengikut-pengikut pendahulu.

Bait demi bait. Bila kita simak baik-baik, tidak ada satu pun kata dalam syair itu yang menggambarkan
kebencian, menyatakan kejelekan dan kebejatan raja Saul. Bahkan seluruh bangsa Israel dilarang untuk
menyebarkan berita gugurnya pahlawan di Gilboa (ayat 20-21). Kepahlawanan, keberanian, kesetiaan,
keindahan, keramahan, semua yang mulia (bdk. Flp. 4:88), itulah yang diungkapkan Daud tentang raja
Saul, Yonathan dan para pahlawan.
Jadi, marilah kita renungkan; apakah lagu, gosip, nada dan kisah yang Anda sebarluaskan kepada orang
lain?

BAHAN SERMON JUNI 2021


GKPA REST. MARANCAR 3

Anda mungkin juga menyukai