Bab I

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan industri di indonesia sangat pesat. Berdasarkan analisis

perkembangan industri oleh Pusdatin Kemenperin edisi II-2018, bahwa

peningkatan sektor industri transportasi meningkat sebesar 8,59% dari yang

sebelumnya sebesar 8,21%. Perkembangan industri yang semakin pesat

memungkinkan penyerapan tenaga kerja yang tinggi. Dengan penyerapan tenaga

kerja yang tinggi, dibutuhkan tenaga kerja yang kompeten, sehingga mampu

untuk bersaing di era globalisasi. Oleh karena itu peranan pendidikan kejuruan

sangatlah penting dalam menciptakan sumber daya manusia yang kompeten.

Menurut Wenrich dan Wenrich dalam Sofyan (2018: 10) mengemukakan

bahwa pendidikan kejuruan adalah bagian dari sistem pendidikan yang

mempersiapkan seseorang untuk mampu bekerja dan meniti karir dalam bidang

pekerjaan tertentu, sedangkan menurut Hamalik (1990: 24) mengemukakan bahwa

pendidikan kejuruan adalah suatu bentuk pengembangan bakat, pendidikan dasar-

dasar keterampilan yang mengarah pada keterampilan bekerja di dunia kerja.

Kemudian menurut Wenrich dan Gollaway dalam Sofyan (2018:10)

mengemukakan bahwa “Vocational education might be defined as spelcialized

education that prepares the learner for entrance into a particular occupation or

family occupation or upgrade employed workers”. Pada intinya pendidikan

kejuruan adalah suatu pendidikan menengah yang bertujuan untuk

1
mempersiapkan peserta didiknya untuk memasuki dunia kerja sesuai dengan

bidangnya.

Kenyataan di lapangan menyebutkan bahwa pengangguran terbanyak

adalah pada jenjang lulusan SMK. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS)

diunduh dari situs www.bps.go.id mencatat terakhir pada bulan Februari 2019

bahwa Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) untuk jenjang SMK masih

menduduki tingkat tertinggi dibandingkan dengan jenjang pendidikan yang lain

yaitu sebesar 8,63%.

10 9,27
8,928,63
9
7,92
8 7,037,196,78 6,89
7 6,35 6,316,24
6 5,365,18
5,04 4,98
5
4 3,54
2,672,65
3
2
1
0
SD SMP SMA SMK DIPLOMA UNIVERSITAS
I/II/III

Feb-17 Feb-18 Feb-19

Gambar 1. Grafik TPT menurut tingkat pendidikan.

Berdasarkan permasalahan tersebut, guna meningkatkan kualitas

pendidikan juga mutu kompetensi lulusan siswa agar terserap dan sesuai dengan

kebutuhan dunia industri maka perlu adanya suatu program yang dapat

mensinkronkan antara pendidikan SMK dengan dunia usaha/dunia industri.

Menurut Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun 2016 tentang Revitalisasi SMK, yaitu

tentang peningkatan kualitas dunia pendidikan menengah kejuruan dengan

2
menyempurnakan dan menyelaraskan kurikulum SMK dengan kompetensi sesuai

pengguna lulusan (link and match) serta meningkatkan kerjasama dengan

kementerian/Lembaga, pemerintah daerah, Dunia Usaha/Industri (DUDI). Salah

satu bentuk Link and Match dengan industri adalah pembentukan kelas industri

sebagaimana dinyatakan oleh Prosser dalam Djojonegoro (1998: 38) menyatakan

bahwa “pendidikan kejuruan akan efektif jika dia melatih seseorang dalam

kebiasaan berpikir dan bekerja seperti yang diperlukan dalam pekerjaan itu

sendiri”

Uraian di atas menunjukan bahwa peran pendidikan kejuruan akan efektif

jika pembelajaran yang dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan di industri. Usaha

industri dalam mendapatkan tenaga kerja yang kompeten adalah dengan cara

melakukan kerjasama dengan sekolah. Hal ini bertujuan untuk menghasilkan

tenaga kerja yang bermutu yaitu memiliki pengetahuan, keterampilan dan etos

kerja yang sesuai dengan tuntutan pekerjaan. Selain hal tersebut juga bertujuan

untuk menyelaraskan antara program sekolah dengan kebutuhan industri, serta

meningkatkan efektifitas dan efisiensi proses pendidikan dan pelatihan tenaga

bermutu.

SMK Muhammadiyah Prambanan merupakan salah satu SMK yang

menerapkan program kelas industri, dimana SMK Muhammadiyah Prambanan

bekerja sama dengan AHM pada kompetensi keahlian Teknik dan Bisnis Sepeda

Motor. Hal ini dapat dilihat dari adanya MoU antara SMK Muhammadiyah

Prambanan dengan PT. Astra Honda Motor (AHM) Yogyakarta atau HSO

Yogyakarta. Upaya yang diharapkan dari hal tersebut adalah siswa dapat belajar

3
dengan objek dan suasana yang sedekat mungkin seperti di AHM khususnya,

sehingga kurikulum yang digunakan adalah kurikulum gabungan antara Honda,

Kementerian perindustrian dan direktorat jendral PSMK. Kurikulum yang

digunakan merupakan kurikulum yang berbeda dengan kurikulum yang digunakan

di sekolah pada umumnya. Dalam implementasinya, guru-guru yang ditunjuk

sebagai tenaga pengajar di jurusan ini mengalami kesulitan dalam beradaptasi

dengan kurikulum ini dikarenakan harus mensinkronakan antara kebutuhan

industri atau kurikulum Honda, kementerian industri dan juga Kemdikbud.

Berdasarkan hasil observasi, ada sebelas guru produktif SMK

Muhammadiyah Prambanan pada jurusan TBSM, namun dari sebelas guru

tersebut juga mengajar pada jurusan TKR, sehingga menjadikan kesulitan

tersendiri bagi guru dalam memanajemen jurusan tersebut. Pada sisi yang lain,

pembinaan yang diberikan kepada guru sangatlah minim, dari sebelas guru

produktif TBSM, baru satu guru yang telah diberikan pelatihan oleh pihak Honda.

Kurangnya pelatihan, menjadikan beberapa guru mengalami sedikit kesulitan

dalam pengimplementasian program ini. Diperlukan pegalaman serta wawasan

yang luas untuk pengimplementasian program ini.

Dari hasil observasi ini juga didapatkan informasi bahwa kerjasama yang

terjalin antara industri dengan sekolah masih dikategorikan belum berjalan dengan

baik. Hal ini ditandai dengan penerimaan siswa PKL di industri yang ditunjuk

oleh pihak kerjasama belum maksimal, tidak sebanding dengan jumlah siswa yang

mengikuti program PKL. Selanjutnya menurut keterangan dari guru di SMK

Muhammadiyah Prambanan, daya serap lulusan TBSM ke industri sangat rendah

4
pada angkatan pertama. Pada angkatan pertama ini kompetensi keahlian TBSM di

SMK Muhammadiyah Prambanan meluluskan 58 siswa, berdasarkan informasi

yang didapat, dari 58 siwa tersebut tidak ada satupun siswa yang terserap di

industri Honda.

Walaupun terdapat kendala dalam pengimplementasian program kelas

Honda tersebut, SMK Muhammadiyah Prambanan tetap berusaha untuk

memperbaiki program tersebut agar tetap berjalan dan dapat menghasilkan

lulusan-lulusan yang baik. Namun dalam usaha perbaikan program ini belum ada

kajian ilmiah terkait pelaksanaan program tersebut. Kajian tersebut digunakan

untuk melihat pada sisi yang mana yang menjadi kendala atau penghambat pada

program tersebut sehingga berakibat pada kualitas lulusan.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan masalah yang telah dikemukakan, masalah yang diidentifikasi

diantaranya:

1. Sekolah Menengah Kejuruan sebagai sebuah lembaga pendidikan kejuruan

yang bertujuan dalam mencetak lulusan yang siap bekerja, ternyata mengalami

masalah dalam hal keterserapan kerja bagi lulusannya.

2. Dalam penerapan program kelas Honda, guru masih kesulitan dalam

beradaptasi menggunakan kurikulum yang dilaksanakan.

3. Kurangnya jumlah guru jurusan Otomotif, memaksakan manajemen TKR dan

TBSM masih menjadi satu, sehingga mengalami kendala dalam

pelaksanaannya. Guru tidak dapat fokus pada satu kompetensi keahlian.

5
4. Minimnya pelatihan yang diberikan oleh pihak mitra, dari 11 orang guru

produktif, baru 1 orang yang telah diberikan pelatihan oleh pihak Honda.

Sehingga menjadikan guru kurang menguasai dalam pelaksanaan program ini.

5. Kerjasama yang terjalin antara industri dengan sekolah belum berjalan dengan

baik,hal ini ditandai dengan penerimaan siswa praktik kerja industri di industri

mitra kurang maksimal, tidak sebanding dengan jumlah siswa yang mengikuti

praktik kerja industri.

6. Serapan lulusan oleh mitra industri belum ada.

C. Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang ada, masalah

yang muncul masih sangat luas sehingga perlu dilakukan pembatasan masalah.

Maka penelitian ini difokuskan pada implementasi program kelas Honda pada

kompetensi keahlian TBSM di SMK Muhammadiyah Prambanan. Hal ini

sangat penting diteliti untuk mengetahui implementasi program kelas Honda

pada kompetensi keahlian TBSM di SMK Muhammadiyah Prambanan dan

mengetahui kendala-kendala yang menghambat sekolah tersebut sebagai

pelaku program kelas Honda. Sehingga kedepannya dapat menjadi bahan

evaluasi program kelas Honda untuk meningkatkan kualitas pelaksanaannya

dan akan berakibat juga pada kualitas lulusan.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan masalah tersebut, dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimana implementasi program kelas Honda pada kompetensi keahlian

TBSM di SMK Muhammadiyah Prambanan?

6
2. Faktor-faktor apa saja yang mendukung dan menghambat dalam pelaksanaan

kerjasama program kelas Honda pada kompetensi keahlian TBSM di SMK

Muhammadiyah Prambanan?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan penelitan ini adalah:

1. Mengetahui implementasi program kelas Honda pada kompetensi keahlian

TBSM di SMK Muhammadiyah Prambanan.

2. Mengetahui faktor-faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan

program kelas Honda pada kompetensi keahlian TBSM di SMK

Muhammadiyah Prambanan.

F. Manfaat Penelitian

Setelah penelitian dilaksanakan, hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat

baik secara praktis maupun teoritis.

a. Manfaat Teoritis

Menjadi bahan kajian atau referensi mengenai program kelas Honda dan dapat

menjadi bahan penelitian untuk penelitian selanjutnya.

b. Manfaat Praktis

1. Bagi sekolah

a. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan referensi dalam usaha

perbaikan pelaksanaan program kelas Honda pada Kompetensi Keahlian

TBSM di SMK Muhammadiyah Prambanan.

7
b. Hasil penelitian ini digunakan sebagai tolok ukur sejauh mana penerapan

program kelas Honda pada Kompetensi Keahlian TBSM di SMK

Muhammadiyah Prambanan.

2. Bagi penulis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan pengetahuan dan

tambahan pengalaman mengenai program kelas Honda.

Anda mungkin juga menyukai