Anda di halaman 1dari 11

Penerapan Model Pembelajaran VCT untuk Meningkatkan Kesadaran Nilai Menghargai Jasa Pahlawan

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN VCT (VALUE CLARIFICATION TECHNIQUE)


UNTUK MENINGKATKAN KESADARAN NILAI MENGHARGAI JASA PAHLAWAN
PADA SISWA SEKOLAH DASAR

Fairizah Haris
PGSD FIP Universitas Negeri Surabaya (fairizahh@gmail.com)

Ganes Gunansyah
PGSD FIP Universitas Negeri Surabaya

Abstrak: Tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji aktivitas guru, siswa, kesadaran nilai menghargai
jasa pahlawan siswa, serta mendeskripsikan respon siswa terhadap penerapan pembelajaran VCT (Value
Clarification Technique). Peneliti menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Subyek dan
lokasi penelitian ini adalah siswa SDN Semambung Sidoarjo yang berjumlah 34 siswa. Instrumen yang
digunakan pada penelitian ini terdiri dari lembar observasi aktivitas guru, lembar observasi aktivitas siswa,
lembar penilaian skala sikap, dan angket.Teknik analisis data yang digunakan yaitu deskriptif kualitatif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa aktivitas guru, siswa, kesadaran nilai menghargai, dan respon siswa
selama pembelajaran mengalami peningkatan yang signifikan selama tiga siklus dengan masing-masing
prosentase ketuntasan. Model pembelajaran VCT layak untuk diterapkan oleh guru.
Kata Kunci: Pembelajaran IPS, Model Pembelajaran VCT, Kesadaran nilai.

Abstract: The purpose of this research was to assess the activity of teachers, students, awareness to
appreciate the value of heroes service in self students, as well as describing the students' response to the
implementation of VCT (Value Clarification Technique) learning. Researcher used Classroom Action
Research (CAR) methods. the subjects And the location of research was students of SDN Semambung
Sidoarjo, amounting to 34 students. The instrument used in this research consisted of sheet of observation
teachers activities, sheets of observation of student activities, sheets of assessment attitude scale, and
questionnaire .Technical data analysis used descriptive qualitative. The results showed that the activity of
teachers, students, awareness of the value of respect, and the response of students for learning has
increased significantly during three cycles with their respective percentage of completeness. VCT learning
model is worthy to be applied by the teacher.
Keywords: Social Studies, Model VCT Learning, awareness value.

peningkatan hasil belajar kognitif, (6) tidak memberikan


PENDAHULUAN
pengalaman kepada siswa tentang jiwa kepahlawanan
Berdasarkan observasi awal yang dilakukan di kelas V seperti rela berkorban, keberanian, pantang menyerah,
SDN Semambung ditemukan beberapa kendala selama patriotisme, dan berjiwa besar.
proses pembelajaran IPS, diantaranya (1) papan tulis Sementara kesulitan yang dialami siswa selama
merupakan media utama yang digunakan guru pada mengikuti proses pembelajaran IPS antara lain : (1) masih
pembelajaran, (2) belum diterapkan pembelajaran berbasis terdapat siswa yang iri hati apabila ada teman yang
penanaman nilai sebagai usaha untuk mengembangkan menjadi juara di kelas, (2) mudah putus asa apabila
kesadaran nilai pada diri siswa, ditandai dengan pada mengalami kesusahan mengerjakan tugas yang diberikan
akhir pembelajaran guru tidak memberikan pesan moral oleh guru, (3) menolong teman agar mendapat pujian dari
kepada siswa seperti selalu menghormati orang tua di teman-teman maupun guru, (4) mengumpulkan bantuan
rumah dan menghormati guru di sekolah, (3) minimnya bagi teman yang tertimpa musibah dengan hati tidak
sumber-sumber buku tentang pembelajaran nilai, (4) tidak ikhlas, (5) tidak berani mengakui kesalahan didepan guru
mengetahui model-model pembelajaran nilai dikarenakan ditandai dengan selalu melimpahkan kesalahan yang
guru tidak ingin susah dalam mengajarkan materi kepada diperbuat kepada teman yang lain, (6) tidak mentaati
siswa, (5) pengetahuan guru tentang pembelajaran nilai peraturan yang dibuat oleh sekolah, (7) masih terdapat
masih rendah karena dikelas guru hanya concern terhadap beberapa siswa yang malas dalam pembelajaran di kelas,

1
JPGSD Volume 01 Nomor 02 Tahun 2013, 0-216

(8) tidak berani bertanya apabila ada pelajaran yang sering disingkat VCT dapat diartikan sebagai teknik
kurang dimengerti, (9) membela teman yang membuat pengajaran untuk membantu siswa dalam mencari dan
kesalahan. menentukan suatu nilai yang dianggap baik dalam
Penelitian akan difokuskan terhadap penanaman nilai menghadapi suatu persoalan melalui proses menganalisis
menghargai jasa kepahlawanan, karena penanaman nilai nilai yang sudah ada dan tertanam dalam diri siswa”.
merupakan usaha untuk mengembangkan kesadaran nilai Menurut Ichsan dan Tuti (2006:87), “VCT adalah salah
menghargai pada diri siswa. Dengan cara memberikan satu teknik pembelajaran yang dapat memenuhi tujuan
pesan moral pada akhir pembelajaran dengan selalu patuh pencapaian pendidikan nilai”. Menurut Toyibin dan
dan horamat kepada orangtua maupun guru. Selain itu, Kosasih (1991/1992:28) VCT adalah label dari suatu
terdapat cara yang lain untuk mengembangkan nilai pendekatan atau strategi belajar mengajar untuk
menghargai dan siswa dilibatkan langsung kedalam pendidikan nilai-moral atau pendidikan afektif.
pembelajaran. Dengan materi jasa kepahlawanan, siswa Menurut Taniredja (2011:88), tujuan penggunaan
diajarkan sikap yang menunjukkan seorang pahlawan VCT adalah antara lain (a) mengetahui dan mengukur
misalnya rela berkorban, keberanian, pantang menyerah, tingkat kesadaran siswa tentang suatu nilai, sehingga
berjiwa besar, patriotisme/ bela negara. Siswa akan dapat dijadikan sebagai dasar pijak menentukan target
diberikan ilustrasi cerita dengan tema perjuangan. nilai yang akan dicapai, (b) menanamkan kesadaran siswa
Mencermati karakteristik permasalahan di atas, hal tentang nilai-nilai yang dimiliki baik tingkat maupun sifat
tersebut disebabkan oleh (1) pembelajarannya yang positif maupun yang negatif untuk selanjutnya
menjenuhkan karena penyajiannya bersifat monoton, ditanamkan ke arah peningkatan dan pencapaian tentang
didominasi dengan kegiatan ceramah, mencatat dan nilai, (c) menanamkan nilai-nilai tertentu kepada siswa
hafalan, (2) model pembelajaran IPS yang melalui cara yang regional (logis) dan diterima siswa,
diimplementasikan kurang sesuai dengan jenis materi, sehingga pada akhirnya nilai tersebut akan menjadi milik
yang bertujuan untuk menanamkan dan meningkatkan siswa sebagai proses kesadaran moral bukan kewajiban
kesadaran nilai menghargai pada diri siswa. (3) minimnya moral, (d) melatih siswa dalam menerima menilai nilai
buku-buku yang memuat model pembelajaran nilai, (4) dirinya dan posisi nilai orang lain, menerima serta
rencana pelaksanaan pembalajaran yang dibuat oleh guru mengambil keputusan terhadap sesuatu persoalan yang
sudah mencantumkan tujuan peningkatan aspek afektif berhubungan dengan pergaulannya dan kehidupan sebari-
siswa, namun pada kenyataannya belum benar-benar hari.
diaplikasikan . Hal ini disebabkan karena pada umumnya Adapun langkah-langkah pembelajaran VCT menurut
keberhasilan pembelajaran hanya dilihat dari nilai kognitif Djahiri (1985: 51-52) antara lain (a) penentuan stimulus
yang baik. Sehingga pembelajaran hanya concern pada yang bersifat dilematik, (b) penyajian stimulus melalui
peningkatan hasil belajar kognitif. peragaan, membacakan, atau meminta bantuan siswa
Melihat kondisi pembelajaran di atas, maka diperlukan untuk memeragakan, yang melahirkan kegiatan yang
penelitian untuk meningkatkan kualitas pembelajaran IPS meliputi : pengungkapan masalah, identifikasi fakta yang
dengan melakukan implementasi model pembelajaran dimuat stimulus, menentukan kesamaan pengertian yang
berbasis nilai yang diyakini dapat meningkatkan perlu, menentukan masalah utama yang akan dipecahkan
kesadaran nilai (value) dalam diri siswa. Di antara VCT, (c) penentuan posisi/pilihan/pendapat melalui :
berbagai model pembelajaran yang ada, peneliti memilih penentuan pilihan individual, penentuan pilihan kelompok
untuk menerapkan Teknik Klarifikasi Nilai (Value dan kelas, klasifikasi atas pilihan tersebut, (d) menguji
Clarification Technique). Penelitian semacam ini menjadi alasan, mencakup kegiatan: meminta argumentasi
sangat penting agar pada suatu saat nanti pendidikan di siswa/kelompok/kelas, pemantapan argumentasi melalui:
Indonesia diharapkan benar-benar mampu mencapai mempertentangkan argumen demi argumen, penerapan
hakikat yang sesungguhnya. kejadian secara analogis, mengkaji akibat-akibat
Model Pembelajaran VCT adalah merupakan teknik penerapan tersebu, mengkaji kemungkinan dari
pendidikan nilai dimana peserta didik dilatih untuk kenyataan, (e) penyimpulan dan pengarahan, melalui:
menemukan, memilih, menganalisis, membantu siswa kesimpulan para siswa/ kelompok/ke1as, penyimpulan
dalam mencari dan memutuskan mengambil sikap sendiri dan pengarahan guru, (f) tindak lanjutan (follow up),
mengenai nilai-nilai hidup yang ingin diperjuangkannya. berupa : kegiatan perbaikan atau pengayaan, kegiatan
Pada dasarnya bersifat induktif, berangkat dari ekstra/latihan/uji coba penerapan.
pegalaman-pengalaman kelompok menuju ide-ide yang Sedangkan kesadaran nilai menurut KBI (Kamus
umum tentang pengetahuan dan kesadaran diri. Bahasa Indonesia) kata kesadaran berasal dari kata sadar
Menurut Sanjaya (2008:283), “Teknik yang berarti insaf; merasa; tahu dan mengerti. Sedangkan
mengklarifikasi nilai (Value Clarification Techique) kesadaran berarti keinsafan; keadaan mengerti (Kamus

2
Penerapan Model Pembelajaran VCT untuk Meningkatkan Kesadaran Nilai Menghargai Jasa Pahlawan

Bahasa Indonesia, 2008:1240). Pengertian di atas apabila ini dilakukan dengan siklus yaitu perencanaan, tindakan
digabungkan dengan Nilai menurut Sanjaya (2007:274) dan observasi serta refleksi.
mengartikan nilai (value) sebagai norma-norma yang Tahapan perencanaan meliputi pembuatan perangkat
dianggap baik oleh setiap individu. Maka dapat disi pembelajaran, mempersiapkan media, persiapan sarana
mpulkan bahwa kesadaran nilai adalah suatu keadaan dan prasarana penelitian serta menentukan indikator
dimana, seorang individu tahu, paham dan mengerti kinerja. Selanjutnya, tahapan pelaksanaan tindakan
tentang norma-norma yang yang dianggap baik oleh setiap meliputi, segala tindakan yang tertuang dalam rencana
individu pada umumnya, yaitu nilai positif seperti pelaksanaan pembelajaran (RPP) kesadaran nilai
kejujuran, menghormati, menghargai, kerja keras dan nilai menghargai jasa pahlawan dengan menerapkan model
positif lainnya yang pada gilirannya akan menjadi dasar pembelajaran VCT (Value Clarification Technique) sesuai
terbentuknya sikap, sifat, dan tindakan positif dalam diri dengan sintaks dalam Taniredja (2011). Serta tahapan
individu tersebut. pengamatan marupakan tahap pengumpulan data melalui
Diharapkan hasil penelitian ini dapat mendeskripsikan mengamati aktivitas guru, dan aktivitas siswa. Yang
peningkatan aktivitas guru, aktivitas siswa, hasil belajar terakhir tahapan refleksi dilakukan melalui diskusi dengan
afektif (kesadaran nilai menghargai), serta respon siswa guru kelas, serta teman sejawat mengenai hasil
terhadap model pembelajaran VCT (Value Clarification pengamatan yang dilakukan.
Technique) dalam pembelajaran IPS . Selain itu Adapun subyek penelitian ini adalah siswa-siswi kelas
penelitian ini dapat memberikan manfaat untuk V SDN Semambung No. 296 Sidoarjo pada tahun ajaran
meningkatkan kepekaan dan kesadaran nilai dalam diri 2012/2013 dengan jumlah siswa 34 yang terdiri dari 17
siswa sehingga dapat menghargai jasa pahlawan, siswa siswa putri dan 17 siswa laki-laki. Lokasi penelitian
dapat memahami nilai menghargai jasa pahlawan yang dilaksanakan di kelas V SDN Semambung No. 296 yang
sebenarnya, tidak hanya dengan menyebutkan nama-nama berada di desa Semambung, kecamatan Wonoayu,
pahlawan saja, tetapi mampu memahami pentingnya kabupaten Sidoarjo. Penelitian dilakukan pada semester
kesadaran nilai menghargai, dapat memberikan informasi. dua yaitu dari bulan Maret hingga April 2013. Sesuai
Kepada guru kelas dalam merancang pembelajaran dengan jadwal yang ditetapkan oleh pihak sekolah,
mengklarifikasi nilai dalam diri siswa dengan khususnya wali kelas V.
menggunakan model pembelajaran klarifikasi nilai, Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian
sebagai alternatif pembelajaran nilai dalam IPS, ini adalah deskriptif kualitatif yaitu suatu metode
meningkatkan keberhasilan dan kreativitas guru dalam penelitian yang bersifat menggambarkan kenyataan atau
mengajarkan mata pelajaran IPS. fakta sesuai dengan data yang diperoleh dengan tujuan
untuk mengetahui peningkatan aktivitas guru dan siswa
selama proses pembelajaran, serta untuk mengetahui
METODE peningkatan kesadaran nilai menghargai serta
Penelitian ini menggunakan metode Penelitian memperoleh respon siswa terhadap pembelajaran.
Tindakan Kelas (PTK), maka penelitian ini menggunakan Teknik pengumpulan data yang digunakan pada
model penelitian Kemmis dan Mc Taggart. dalam penelitian ini adalah teknik observasi, skala sikap (non
(Arikunto, 2006:93), pelaksanaan PTK meliputi 3 tes), dan angket. Adapun penjelasan dari masing-masing
langkah, yaitu : 1) Planning-Perencanaan, 2) Acting & teknik pengumpulan data tersebut adalah : (a) teknik
Observing- Tindakan dan Pengamatan, 3) Reflecting- observasi dilakukan untuk memperoleh data tentang
Perefleksian. Ketiga komponen tersebut saling berkaitan aktivtas guru dan siswa saat pelaksanaan pembelajaran
sehigga sering diistilahkan dengan siklus. Jumlah siklus kesadaran nilai menghargai jasa pahlawan menggunakan
pembelajaran ditentukan dari ketercapaian tujuan model pembelajaran VCT (Value Clarification
penelitian yang telah disusun. Apabila tujuan penelitian Technique), (b) teknik skala sikap digunakan untuk
sudah dapat dicapai, akan tidak akan dilanjutkan pada mengukur sikap seseorang terhadap objek tertentu. Skala
siklus berikutnya, apabila ingin memaksimalkan sikap diberikan sebagai bahan evaluasi secara kualitatif
penelitian maka dilanjutkan ke siklus berikutnya. Adapun terhadap keberhasilan nilai dalam diri peserta didik, oleh
prosedur penelitian yang dilaksanakan adalah : membuat karena itu skala sikap diberikan pada akhir pembelajaran.
perencanaan penelitian yaitu menyusun serangkaian Skala sikap ini memuat pernyataan-pernyataan yang
kegiatan secara menyeluruh berupa siklus-siklus ataupun mencerminkan nilai menghargai pahlawan. Pernyataan
tahapan-tahapan penelitian tindakan kelas, menyusun dapat bersifat positif (favorable) maupun negatif
instrumen penelitian sebagai pedoman terhadap (unfavorable) dan netral, (c) teknik angket respon siswa
pembelajaran salam penelitian tindakan kelas, penelitian digunakan untuk memperoleh informasi dari responden

3
JPGSD Volume 01 Nomor 02 Tahun 2013, 0-216

dalam arti tentang pribadinya, atau hal-hal yang ia Sidoarjo. Adapun hasil penelitian dalam akan dipaparkan
ketahui. sebagai berikut :
Data yang dapat dikumpulkan berupa data observasi Hasil pengamatan aktivtas guru dalam proses
aktivitas guru, aktivitas siswa, skala sikap (kesadaran pembelajaran menggunakan model pembelajaran VCT
nilaii mennghargai), dan respon siswa. Instrumen siklus I, II, dan III disajikan dalam tabel dan diagram
penelitian meliputi lembar observasi aktivitas guru dan berikut :
siswa yang diisi oleh observer selama kegiatan Tabel 1
pembelajaran berlangung, lembar skala sikap, dan lembar Data Aktivitas Guru
angket. Siklus Siklus Siklus
No Aktivitas Guru
Analisis hasil observasi diperoleh dari pengamat (guru I II III
1 Melaksanakan
kelas dan teman sejawat) untuk mengisi lembar observasi pemanasan di awal
saat mengamati proses belajar mengajar pada setiap pembelajaran yang
siklus. Analisis lembar observasi digunakan rumus mampu 3,5 3,5 4
meningkatkan
P = f x 100% motivasi belajar
....................................... (1) siswa.
N
2 Melaksanakan
Keterangan pembukaan
P = prosentase frekuensi kejadian yang muncul pembelajaran
f = banyaknya aktivitas siswa yang muncul dengan 2,5 3 4
menginformasikan
N = jumlah aktivitas keseluruhan (Indarti, 2008:26) tujuan
pembelajaran.
Analisis data keterampilan pemecahan masalah 3 Melaksanakan
diperoleh dari hasil tes siswa. Penentuan ketuntasan presensi kehadiran 2,5 3 3,5
belajar siswa dapat dihitung menggunakan rumus: siswa
4 Kemampuan
penguasaan kelas
3 4 4
N = skor perolehan X 100 % sebelum inti
skor ideal (kriterium) ............. (2) pembelajaran.
5 Menyajikan
stimulus dengan
Keterangan : 3 3 3,5
media gambar atau
N= Nilai atau tingkat persetujuan dalam Sugiyono, ilustrasi.
(2011:137) 6 Membantu siswa
mengidentifikasi
3,5 3,5 3,5
Data angket respon siswa dianalisis dengan menarik fakta yang terdapat
kesimpulan yang didasarkan pada presentase. Presentase pada stimulus
7 Membantu siswa
respon siswa dapat dihitung dengan rumus: menentukan pilihan 3 3,5 3,5
indivdu
P = f x 100% ....................................... (3) 8 Membimbing siswa
N 3,5 3,5 3,5
menentukan pilihan
9 Membantu siswa
Keterangan menentukan pilihan 3,5 3,5 3,5
P = prosentase kelompok
f = frekuensi (banyaknya jawaban ya dan tidak siswa 10 Membantu siswa
yang muncul) mengungkapkan
3,5 3 3
N=banyaknya jawaban siswa (responden) keseluruhan argumen kelompok
dalam Sudjana, (2008:131) lewat prestasi
11 Membantu siswa
menyimpulkan
3,5 3,5 4
pilihan kelompok
HASIL DAN PEMBAHASAN masing-masing.
Hasil Penelitian 12 Memberikan
kesimpulan akhir
Berikut ini akan dipaparkan data hasil Penelitian
dan memberikan 3 3,5 3,5
Tindakan Kelas (PTK) pada pembelajaran IPS materi pengarahan terkait
menghargai jasa pahlawan yang telah dilaksanakan materi.
sebanyak 3 siklus dengan setiap siklusnya 2 kali 13 Membagikan lembar
evaluasi dan
pertemuan. Penelitian ini dilaksanakan di kelas V SDN 3 3,5 3
membimbing siswa
Semambung No.296, Kecamatan Wonoayu, Kabupaten yang berkesulitan

4
Penerapan Model Pembelajaran VCT untuk Meningkatkan Kesadaran Nilai Menghargai Jasa Pahlawan

menyelesaikan Melihat kendala tersebut guru memutuskan


lembar evaluasi. melanjutkan penelitian pada siklus II dengan menerapkan
14 Membagikan skala
sikap dan angket upaya perbaikan. Kendala pada siklus I sebagian besar
respon siswa serta sudah dapat teratasi. Hasil aktivitas guru pada siklus II
membimbing siswa 2 3,5 3,5 mengalami peningkatan menjadi 85% dan telah
yang berkesulitan memenuhi indikator keberhasilan penelitian. Namun
menyelesaikan
angket. dalam pembelajaran, guru masih menemukan kendala
15 Membagikan lembar pada saat menampilkan media gambar yang diproyeksikan
2,5 3 3,5
uji penerapan masih kesulitan, serta guru kurang menyampaikan tujuan
16 Refleksi dan pembelajaran secara jelas. Upaya perbaikan yang
3 4 4
pemberian reward
Jumlah 48,5 54,5 57,5 dilakukan yaitu dengan menggunakan dinding yang ada di
Prosentase 76% 85% 89,8% kelas sehingga gambar terlihat lebih jelas, dan guru
menyampaikan tujuan dengan dituliskan di papan dan
Untuk memperjelas peningkatan prosentase aktivitas dijelaskan lebih rinci.
guru dari siklus I sampai siklus III disajikan pada diagram Meskipun indikator keberhasilan telah tercapai, namun
1. peneliti tetap melanjutkan penelitian pada siklus III
89,8%
sebagai pemantapan aktivitas guru. Hasil aktivitas guru
90.00% 85% pada siklus III juga mengalami peningkatan mencapai
85.00% skor 89,8% dan dapat dikategorikan baik sekali. Akan
prosentase

80.00% 76% tetapi masih terdapat kendala pada saat menampilkan


75.00% video karena tidak terdapat layar, sehingga gambar tidak
70.00% terlihat jelas, upaya perbaikan sudah dilakukan dengan
65.00% baik yaitu dengan menggunakan dinding kelas. Kendala
Siklus I Siklus Siklus tersebut dapat di atasi dengan sangat baik. Oleh karena itu
II III peneliti memutuskan untuk menghentikan siklus dan
aktivitas guru menyimpulkan bahwa aktivitas guru pada pembelajaran
dengan menggunakan model pembelajaran VCT telah
Diagram 4.1 Prosentase Aktivitas Guru Setiap Siklus berhasil dan berjalan baik.
Hasil pengamatan aktivitas siswa dalam proses
Berdasarkan hasil pengamatan pada tiap siklus, pembelajaran menggunakan model VCT disajikan pada
diperoleh informasi bahwa pada siklus I, secara umum tabel dan diagram berikut :
aktivitas guru sudah memperoleh tingkat keberhasilan Tabel 2
dalam kategori baik, terbukti dengan tercapainya skor Data Aktivitas Siswa
76% dan terdapat beberapa aspek yang sudah terlaksana Siklus Siklus Siklus
No Aktivitas Siswa
secara maksimal. Namun terlepas dari beberapa aspek I II III
1 Siswa berpartisipasi
yang terlaksana dengan baik, skor tersebut belum aktif dalam 2,5 3,5 3,5
memenuhi indikator keberhasilan dan guru juga pembelajaran.
mengalami beberapa kendala dalam pembelajaran antara 2 Siswa memberikan
lain: guru kesulitan untuk mengkondisikan kelas, pada respon terhadap
2,5 3,5 3,5
stimulus yang diberikan
kegiatan sitimulus guru kurang memberi kesempatan yang guru.
merata bagi siswa yang ingin bertanya, kesulitan 3 Siswa mampu
menghafal nama siswa, guru kesulitan dalam pembagian menentukan 2,5 3 4
kelompok, guru belum memberikan bimbingansecara posisi/pilihan/pendapat
4 Siswa mampu bekerja
merata, guru kurang membahas materi secara detail. sama berpartisipasi
3 4 4
Upaya perbaikan yang dilakukan guru untuk secara baik dengan
mengatasi kendala di atas antara lain: membuat permainan kelompok.
5 Siswa mengungkapkan
sehingga lebih menarik, memberikan kesempatan yang
argumen/memberikan
lebih pada siswa, memberikan label nama pada masing- alasan/memberikan 2 3 3
masing siswa, menjelaskan lagi bahwa semua teman itu kesimpulan atas
sama, memberikan bimbingan secara merata, mengganti pilihannya
6 Siswa mampu
media gambar dengan media gambar yang diproyeksikan,
menyelesaikan
serta dalam memberikan materi harus lebih jelas dan 3 3,5 3,5
pengayaan akhir
mencakup keseluruhan materi. pembelajaran.
JPGSD Volume 01 Nomor 02 Tahun 2013, 0-216

Jumlah 15,5 20,5 21,5 apabila tidak mentaati maka akan mendapat hukuman,
Prosentase 64,5% 85% 89,5% serta guru bersama siswa mengadakan kesepakatan bahwa
kelompok yang bekerja sama dengan baik dan
Adanya peningkatan aktivitas siswa juga dapat menyelesaikan LKS dengan waktu yang sudah ditentukan
diperjelas dengan diagram berikut ini : maka akan mendapat reward.
Indikator keberhasilan sudah tercapai dengan sangat baik
100.00% 85% 89,5% pada siklus II, untuk memaksimalkan peneliti melanjutkan
64,5% pada siklus III. Aktivitas siswa pada siklus III kembali
80.00%
prosentase

mengalami peningkatan mencapai skor 89,5% dan


60.00%
dikategorikan sangat baik. Terdapat kendala yaitu siswa
40.00%
dalam mengunkapkan argumen/pendapat masih ragu-
20.00%
ragu. Akan tetapi kendala tersebut sudah dapat diatasi
0.00%
dengan baik, begitu pula kendala yang ada pada siklus I
Siklus I Siklus Siklus
dan II dapat diatasi dengan baik. Sehingga dapat
II III
disimpulkan bahwa aktivitas siswa selama pembelajaran
aktivitas sisw a IPS dengan menggunakan model pembelajaran VCT telah
terlaksana dengan baik.
Hasil skala sikap (kesadaran nilai menghargai jasa
Diagram 2 Prosentase Aktivitas Siswa Setiap Siklus pahlawan) menggunakan model VCT.
Adanya peningkatan kesadaran nilai menghargai juga
Hasil pengamatan aktivitas siswa pada tiap siklus dapat disajikan dengan diagram berikut ini :
menghasilkan kesimpulan bahwa aktivitas siswa pada
siklus I secara umum sudah cukup baik, hal tersebut dapat
dilihat dari skor yang dicapai siswa pada siklus I adalah 95.00% 93,2%
sebesar 64,5% meskipun belum memenuhi indikator
90.00% 87,7%
keberhasilan penelitian. Kendala yang dialami siswa pada
silkus I antara lain: dalam mengerjakan LKS masih
85.00%
prosentase

banyak siswa yang mengeluh karena ilustrasi cerita dan 79,4%


pertanyaan terlalu banyak, pada saat mengerjakan skala 80.00%
sikap siswa yang mengalami kesulitan karena bahasa dan
pilihan katanya membingungkan, dan masih banyak siswa 75.00%
yag terkecoh antara pernyataan favorable dan 70.00%
unfavorable, siswa kurang memberikan respon kepada
Siklus I Siklus II Siklus III
guru, siswa masih malu-malu dalam mengungkapkan kesadaran nilai
pendapat. Berdasarkan kendala di atas guru memutuskan
Diagram 3 Skala Sikap Siklus I- III
untuk melanjutkan penelitian pada siklus II dengan
melakukan perbaikan pada beberapa aspek, antara lain:
ilustrasi dan pertanyaan dalam LKS diminimalisir, siswa Prosentase keberhasilan skala sikap (kesadaran nilai
diberikan petunjuk dan penjelasan yang lebih terperinci menghargai) pada siklus I mencapai skor 79,4% yang
untuk mengerjakan skala sikap, siswa akan diberikan berarti belum memenuhi indikator keberhasilan penelitian.
reward apabila aktif berpendapat maupun menjawab Kendala yang dialami point-point pernyataan dan bahasa
pertanyaan. yang digunakan dalam skala sikap masih
Pada siklus II aktivitas siswa mengalami peningkatan membingungkan, serta petunjuk yang diberikan dalam
dengan dicapainya skor sebesar 85% dikategorikan sangat skala sikap kurang jelas. Upaya perbaikan yang dilakukan
baik dan sudah memenuhi indikator keberhasilan yaitu dengan memperbaiki point-point pernyataan dalam
penelitian. Akan tetapi masih terdapat kendala saat skala sikap menjadi lebih mudah, dan petunjuk yang
pelaksanaan siklus II adalah siswa masih kesulitan ditulis dalam skala sikap lebih diperjelas.
mengendalikan diri dalam kelompok sehingga kelas Pada siklus II skala sikap mengalami peningkatan
menjadi ramai dan kurang tertib, serta pada kegiatan mencapai skor 87,7% sudah mencapai indikator yang
diskusi kelompok masih ada beberapa siswa yang kurang ditentukan dalam penelitian. Dalam pelaksanaanya
berinteraksi dan bekerja sama dengan kelompok. Upaya terdapat kendala yang dialami yaitu point pernyataan
perbaikan yang dilakukan yaitu siswa diberikan batas masih ada yang membingungkan. Upaya perbaikan tetap
waktu ketika akan berkumpul dengan kelompoknya dilakukan oleh peneliti dengan membenahi point-point

6
Penerapan Model Pembelajaran VCT untuk Meningkatkan Kesadaran Nilai Menghargai Jasa Pahlawan

pernyataan dalam skala sikap sehingga menjadi lebih Berdasarkan hasil angket respon siswa, didapatkan
mudah dan dapat dengan mudah dikerjakan oleh siswa. informasi bahwa respon siswa terhadap model
Dengan pelaksanaan upaya perbaikan tersebut, didapatkan pembelajaran VCT pada siklus I mencapai skor 77,7%
hasil peningkatan skala sikap (kesadaran nilai) siswa pada dengan kategori baik namun belum mencapai indikator
siklus III yankni mencapai skor 93,2%, dan dikategorikan keberhasilan penelitian. Terdapat kendala dalam respon
sangat baik serta telah memenuhi indikator keberhasilan siswa antara lain saat bekerja sama siswa masih
penelitian. mengalami kesulitan, kesadaran menghargai siswa masih
Hasil respon siswa dalam pembelajaran IPS rendah, serta siswa masih belum bisa mengerjakan tugas
menggunakan model VCT disajikan dalam tabel dan dengan baik, terlihat pada prosentase yang memberi
diagram berikut : jawaban “Tidak” dalam ketiga aspek tersebut tergolong
Tabel 4 tinggi. Pada siklus II respon siswa mengalami
Data Respon Siswa peningkatan seiring dengan diterapkannya beberapa upaya
No Aspek Respon Siswa perbaikan pada beberapa aspek di atas, skor yang dicapai
adalah 83% dan telah mencapai indikator keberhasilan
penelitian. Akan tetapi masih terdapat kendala yaitu
1 Apakah pembelajaran IPS hari ini dengan bekerja kelompok dapat bertukar pikiran dan
menyenangkan ?
saling menghargai, siswa yang memberikan jawaban tidak
2 Apakah kamu menjadi lebih aktif dalam
masih tergolong tinggi dengan prosentase 26%.
pembelajaran hari ini ?
Respon siswa terhadap pembelajaran kembali
3 Apakah kamu senang berdiskusi dengan
temanmu ? meningkat pada siklus III mencapai skor 93,6% dengan
4 Apakah dengan bekerja kelompok kamu kategori sangat baik. Sebagian besar siswa telah
dapat bertukar pikiran dan saling menunjukkan ketertarikan terhadap pembelajaran yang
menghargai dengan teman dalam dapat meningkatkan keaktifan, pembelajaran menjadi
kelompokmu ?
lebih menantang karena dierikan sitimulus-sitimulus dan
5 Apakah dengan bekerja sama, pekerjaanmu
akan cepat selesai ?
menumbuhkan motivasi belajar mereka, serta sumber
6 Apakah media gambar yang digunakan belajar yang beragam dapat menambah pengetahuan
memudahkan kamu memahami materi mereka. Sehingga dapat disimpulkan bahwa siswa
pelajaran ? memberikan respon yang sangat baik terhadap penerapan
7 Apakah ilustrasi yang dberikan guru mudah
dipahami ?
model pembelajaran VCT.
8 Apakah materi yang disampaikan oleh guru
mudah kamu pahami ? Pembahasan
9 Apakah melalui pembelajaran hari ini kamu Perkembangan yang diperoleh dalam aktivitas guru,
menjadi lebih menghargai jasa pahlawan ? aktivitas siswa, skala sikap(kesadaran nilai menghargai
10 Apakah kamu dapat mengerjakan tugas
siswa), dan respon siswa.
dengan baik ?
Peningkatan Aktivitas guru memberikan peran penting
Adanya peningkatan respon siswa akan disajikan pada bagi peningkatan kualitas pembelajaran. Kemampuan
diagram berikut ini : guru dalam mengemas pembelajaran berpengaruh
terhadap keberhasilan pembelajaran. Kualitas aktivitas
100% 93,6% guru dalam penerapan model pembelajaran VCT pada
77% 83%
pembelajaran IPS mengalami peningkatan siklus I, siklus
80%
II, dan siklus III. ada beberapa aktivitas guru yang sudah
prosentase

60% baik pada siklus I, diantaranya yaitu pemanasan di awal


40% pembelajaran, presensi kehadiran siswa, membantu siswa
mengungkapkan argumen lewat presentasi dan lainnya.
20%
Guru telah berusaha maksimal mempersiapkan sarana
0% pembelajaran berupa RPP, materi, media, LKS, dan
Siklus I Siklus II Siklus III lembar evaluasi skala sikap. Hal tersebut sesuai dengan
Respon Siswa pendapat yang dikemukakan oleh Trianto (2007:33),
bahwa salah satu peran guru dalam proses belajar
Diagram 4 Respon Siswa Siklus I-III mengajar adalah sebagai manajer yakni mengelola sumber
belajar, waktu dan organisasi kelas.
Aktivitas guru dalam melaksanakan pemanasan di
awal yang mampu meningkatkan motivasi belajar siswa
JPGSD Volume 01 Nomor 02 Tahun 2013, 0-216

dikategorikan “sangat baik”. Guru memotivasi siswa Aktivitas lain yang mengalami peningkatan dan
dengan cara bernyanyi bersama “aku anak pintar”. Hal dikategorikan “sangat baik” yaitu pada saat memberikan
tersebut sesuai dengan pendapat yang dikatakan oleh kesimpulan akhir dengan guru memberikan pengarahan,
Eysenk (dalam Slameto, 2003:170), bahwa motivasi pemantapan inti materi pembelajaran. Hal tersebut sesuai
konsistensi, serta arah umum dari tingkah laku manusia, dengan pendapat Anitah (2007:34), bahwa kegiatan
sedangkan menurut Maslow (dalam Slameto, 2003:171), menyimpulkan atau membuat ringkasan materi pelajaran
bahwa tingkah laku manusia dibangkitkan dan diarahkan digunakan untuk memantapkan penguasaan siswa
oleh kebutuhan-kebutuhan tertentu. Kebutuhan-kebutuhan terhadap pokok materi, selain itu akan sangat berguna
ini (yang memotivasi tingkah laku seseorang). sekali bagi siswa yang tidak memiliki buku sumber.
Kemudian aktivitas guru yang dikategorikan “sangat Aktivitas yang mengalami peningkatan dikategorikan
baik” adalah membantu siswa mengidentifikasi fakta yang “sangat baik” dapat dilihat pada aktivitas menyampaikan
terdapat pada stimulus, membimbing siswa menentukan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai tentang
pilihan individu dan kelompok, membantu siswa menghargai jasa pahlawan dengan cara menuliskan di
mengungkapkan argumen, dengan meminta siswa papan dan menjelaskan secara lebih rinci. Hal tersebut
mengamati media gambar dan ilustrasi yang disajikan sesuai dengan pendapat yang dikemukakan (Anitah,
oleh guru didepan kelas, dengan membuat catatan penting 2007:6), bahwa dengan informasi siswa akan memperoleh
tentang ilustrasi, serta dengan bimbingan guru gambaran jelas tentang kemampuan yang dikuasai dan
menentukan fakta dan menentukan masalah yang akan ruang lingkup materi yang akan dipelajari, sehingga siswa
dipecahkan dengan cara melakukan tanya jawab dan akan memusatkan perhatiannya untuk mencapai
menyamakan pengertian atau persepsi secara individual kemampuan tersebut. Kemudian akivitas guru yang juga
maupun kelompok. Hal tersebut sesuai dengan pendapat dikategorikan “sangat baik” yaitu guru menggunakan
Sanjaya (2008:283), mengenai pengertian model media video tentang peristiwa sekitar proklamasi
pembelajaran VCT bahwa membantu siswa dalam kemerdekaan serta dilema moral yang ada di masyarakat
mencari dan menentukan suatu nilai yang dianggap baik untuk menyajikan sitimulus kepada siswa, hal tersebut
dalam menghadapi suatu persoalan melalui proses juga sesuai dengan pendapat Djahiri dalam (Taniredja,
menganalisis nilai yang sudah ada dan tertanam dalam diri 2011:90), bahwa metode belajar VCT salah satunya
siswa, sedangkan menurut Suhanadji dan Waspodo adalah menganalisis nilai yang meliputi; suatu kasus yang
(2003:182), bahwa proses dilaksanakan dalam aktivitas kontroversial, suatu cerita yang dilematis, mengomentari
kelompok, siswa membandingkan dengan pandangan dan kliping, membuat laporan, dan kemudian dianalisa
pengalaman siswa lainnya. Hal ini jug didukung dari bersama.
penelitian yang dilakukan oleh Gregorius (2011:4), Aktivitas lain yang mengalami peningkatan yaitu
mengatakan bahwa melalui model pembelajaran VCT pemberian penghargaan. Aspek ini diketegorikan “sangat
modifikasi aktivitas guru membantu siswa baik”. Guru memberikan reward berupa stiker “smile”
mengidentifikasi nilai dan mengklarifikasi sikap siswa kepada siswa yang telah berperan aktif dalam
dilakukan dengan sangat baik oleh guru. Kemudian pembelajaran, baik aktif bertanya maupun menjawab
aktivitas guru yang mengalami peningkatan dan pertanyaan dari guru. Pemberian penghargaan merupakan
dikategorikan “sangat baik” yaitu melaksanakan presensi salah satu upaya untuk meningkatkan motivasi kepada
kehadiran siswa, hal tersebut sesuai dengan pendapat siswa dengan tujuan meningkatkan semangat siswa dalam
Kaluge (2003:116), bahwa dalam pengaturan kehadiran mengikuti pembelajaran. Hal ini sejalan dengan teori
siswa di kelas, guru mempunyai andil yang besar. Guru motivasi tentang tingkah laku seseorang yang
diharapkan mampu mencatat/merekam kehadiran siswa dikembangkan Maslow (dalam Slameto, 2003:171), yang
secara kontinu dan teliti. Aktivitas guru yang mengalami menyatakan bahwa penghargaan merupakan kebutuhan
peningkatan dan dikategorikan “sangat baik” yaitu rasa berguna, penting, dihargai, dikagumi, dihormati oleh
kemampuan penguasaan kelas sebelum inti pembelajaran orang lain. Secara tidak langsung ini merupakan
dengan cara membuat kontrak belajar. Hal tersebut seuai kebutuhan perhatian, ketenaran, status, martabat, dan lain
dengan pendapat Kaluge (2003:117), bahwa guru harus sebagainya.
berperan besar dalam menciptakan disiplin kelas yang Dapat disimpulkan bahwa menggunakan model
baik karena didalam kelas maupun sekolah merupakan pembelajaran VCT mengalami peningkatan karena telah
masa pembenatukan disiplin yang sangat menentukan terjadi perbaikan yang berkesinambungan pada aktivitas
untuk masa selanjutnya. Untuk membuat siswa disiplin, guru pada siklus I sampai siklus III.
guru diharapkan mampu menjaadi contoh atau panutan
bagi siswa-siswanya. Peningkatan Aktivitas siswa, dengan menerapkan
model pembelajaran VCT, siswa diberikan kesempatan

8
Penerapan Model Pembelajaran VCT untuk Meningkatkan Kesadaran Nilai Menghargai Jasa Pahlawan

untuk terlibat aktif dalam pembelajaran, karena sasaran yaitu dengan VCT siswa membandingkan dengan
utama kegiatan adalah keterlibatan siswa secara maksimal pandangan dan pengalaman siswa lainnya. Serta pendapat
dalam proses belajar mengajar. Aktivitas siswa pada Taniredja (2011:91), bahwa salah satu keunggulan VCT
siklus I ini belum sepenuhnya maksimal karena siswa yaitu mampu mengklarifikasi/menggali dan
belum terbiasa dengan model pembelajaran VCT yang mengungkapkan isi pesan materi yang disampaikan
diterapkan. Aktivitas siswa yang belum maksimal pada selanjutnya akan memudahkan bagi guru untuk
siklus I meliputi mengungkapkan argumen, memberikan menyampaikan makna/pesan nilai/moral.
respon terhadap stimulus yang diberikan, menentukan
posisi/pilihan/pendapat serta kendala yang dialami siswa Peningkatan Skala Sikap (kesadaran nilai menghargai
antara lain masih kesusahan dalam pengerjaan LKS jasa pahlawan).
karena ilustrasi cerita terlalu banyak, dalam mengerjakan Sebagaimana dijelaskan pada bab II, penelitian ini
skala sikap masih banyak yang kebingungan, siswa ditujukan untuk meningkatkan kesadaran nilai
kurang memberikan respon pada saat guru memberikan menghargai jasa pahlawan siswa pada materi menghargai
pertanyaan, siswa masih malu-malu dalam berpendapat. jasa dan peranan tokoh pahlawan proklamasi
Oleh karena itu, perlu diperbaiki sehingga penelitian kemerdekaan Indonesia. Setelah dilaksanakan
dilanjutkan ke siklus II. pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran
Aktivitas siswa berpartsipasi aktif dalam VCT dan dilaksanakan observasi siklus I, kesadaran nilai
pembelajaran, yaitu siswa aktif bertanya dan menghargai belum mencapai indikator keberhasilan yang
mengemukakan pendapat pada saat proses pembelajaran ditentukan dikarenakan point-point penyataan yang
berlangsung. Hal tersebut sesuai dengan siswa pendapat terdapat pada lembar penilaian skala sikap bahasa yang
Taniredja (2011:91), bahwa salah satu keunggulan VCT digunakan masih membingungkan, petunjuk yang terdapat
yaitu mampu mengundang, melibatkan, membina dan pada skala sikap belum jelas, serta siswa masih bingung
mengembangkan potensi diri siswa terutama antara pernyataan yang favorable dan unfavorable. Pada
mengembangkan potensi sikap. Dalam pelaksanaan siklus II kesadaran nilai menghargai jasa pahlawan sudah
pembelajaran pada siklus II ada beberapa aktivitas siswa mencapai indikator keberhasilan, karena point-point
yang kurang maksimal yaitu menetukan pernyataan dan bahasa yang digunakan pada skala sikap
posisi/pilihan/pendapat serta kendala yang dialami yaitu sudah diperbaiki, petunjuk yang tertulis pada skala sikap
mengalami kesulitan mengendalikan diri dalam lebih jelas, serta guru menjelaskan lebih terperinci lagi
kelompok, serta masih ada beberapa yang kurang antara pernyataan favorable dan unfavorable, dan untuk
berinteraksi dengan kelompok. Oleh karena itu pada memaksimalkan lagi dengan hasil siklus III dengan
siklus II ini perlu diperbaiki dan lebih memaksimalkan kategori sangat baik. Peningkatan ini dapat dilihat dari
pada siklus III. diagram siklus I, siklus II, dan siklus III.
Aktivitas siswa mengalami peningkatan dan Hal yang demikian juga didukung dari penelitian
dikategorikan “sangat baik” yaitu mampu menentukan Herniawati (2011:1), yang mengatakan bahwa dengan
posisi/pilihan/pendapat dengan cara beberapa siswa menggunakan model pembelajaran VCT hasil belajar
mengemukakan pendapat individual terkait permasalahan afektif menanamkan nilai nasionalisme mengalami
yang ditentukan, selanjutnya siswa mengemukakan alasan peningkatan yang signifikan yaitu siklus I rata-rata sedang
atas pendapatnya. Hal tersebut sesuai dengan pendapat dengan prosentase 74,4% kendala yang dialami guru yaitu
(Taniredja, 2011:88), salah satu tujuan VCT yaitu melatih guru kurang memfungsikan media gambar/alat peraga
siswa dalam menerima menilai nilai dirinya dan posisi dalam kegiatan pembelajaran, siklus II sudah lebih baik
nilai orang lain, menerima serta mengambil keputusan dengan prosentase 82,6% karena siswa disiplin dalam
terhadap sesuatu persoalan yang berhubungan dengan menghadiri upacara bendera, menunjukkan sikap dan
pergaulannya dan kehidupan sebari-hari. Hal ini sesuai perilaku melalui penjelasan, pandangan, pendapat, dan
dengan penelitian yang dilakukan oleh Gregorius penilaian terhadap diri sendiri tentang keinginan
(2011:4), bahwa aktivitas siswa dalam menemukan nilai meneruskan cita-cita pahlawan, siklus III sangat baik
dan mengklarifikasi sikap diri dilakukan dengan baik oleh dengan prosentase 91,3% karena siswa dapat
siswa. menunjukkan sikap dan perilaku melalui penjelasan,
Kemudian, aktivitas siswa dikategorikan “sangat baik” pandangan, pendapat, penilaian terhadap diri sendiri untuk
yaitu mengungkapkan argumen/alasan/memberikan dapat menyenangi budaya setempat. Dapat disimpulkan
kesimpulan atas pilihannya yakni setiap kelompok bahwa terjadi peningkatan dalam penanaman nilai-nilai
mempresentasikan hasil diskusi, setiap kelompok siswa nasionalisme siswa melalui pembelajaran dengan
menentukan kesimpulan pendapat. Hal tersebut sesuai menggunakan model pembelajaran VCT menjadi semakin
dengan pendapat Suhanadji dan Waspodo (2003:182), baik dan terjadi peningkatan yang signifikan dari setiap

9
JPGSD Volume 01 Nomor 02 Tahun 2013, 0-216

siklusnya. Demikian juga pada penelitian, terdapat lain materi yang disampaikan oleh guru mudah dipahami,
peningkatan terhadap kesadaran nilai menghargai jasa mampu mengerjakan tugas dengan baik. Hal tersebut
pahlawan pada diri siswa. sesuai dengan pendapat Taniredja (2011:91), bahwa salah
Hal ini sesuai dengan definisi Nilai menurut Sanjaya satu keunggulan VCT yaitu mampu
(2007:274) mengartikan nilai (value) sebagai norma- mengklarifikasi/menggali dan mengungkapkan isi pesan
norma yang dianggap baik oleh setiap individu. Maka materi yang disampaikan selanjutnya akan memudahkan
dapat disimpulkan bahwa kesadaran nilai adalah suatu bagi guru untuk menyampaikan makna/pesan nilai/moral.
keadaan dimana, seorang individu tahu, paham dan Akan tetapi masih terdapat respon siswa yang belum
mengerti tentang norma-norma yang yang dianggap baik maksimal yaitu dengan bekerja kelompok dapat bertukar
oleh setiap individu pada umumnya yaitu nilai positif pikiran dan saling menghargai dengan teman
seperti kejujuran, menghormati, menghargai, kerja keras sekelompokmu. Walaupun pada siklus II respon siswa
dan nilai positif lainnya yang pada gilirannya akan sudah mencapai indikator keberhasilan, akan lebih
menjadi dasar terbentuknya sikap, sifat, dan tindakan dimaksimalkan pada siklus III.
positif dalam diri individu tersebut. Pada pembelajaran Pada siklus III prosentase yang didapat sebesar
IPS kelas V SD terdapat materi menghargai jasa dan dikategorikan “sangat baik”. Data terbesar terlihat pada
peranan tokoh dalam memproklamasikan kemerdekaan. aspek melalui model pembelajaran VCT siswa lebih
Materi ini merupakan materi yang penting karena tidak menghargai jasa pahlawan, bekerja kelompok dapat
hanya mengandung pengetahuan kognitif, akan tetapi juga bertukar pikiran dan saling menghargai dengan teman
mengandung muatan nilai yaitu nilai menghargai jasa sekelompokmu, materi yang disampaikan oleh guru
pahlawan. mudah dipahami. Ini menunjukkan bahwa penerapan
Berdasarkan data hasil uraian di atas dan dikaitkan model pembelajaran VCT mampu menarik perhatian
dengan teori yang ada di bab II yaitu “model siswa. Setelah dilakukan perbaikan terhadap beberapa
pembelajaran VCT yaitu teknik mengklarifikasi nilai aspek yang mengalami kendala dalam refleksi disetiap
(Value Clarification Techique) sering disingkat VCT siklusnya, akhirnya didapatkan respon yang baik dari
dapat diartikan sebagai teknik pengajaran untuk siswa. Hal tersebut terlihat dari hasil lembar angket yang
membantu siswa dalam mencari dan menentukan suatu dibagikan kepada siswa serta antusiasme siswa selama
nilai yang dianggap baik dalam menghadapi suatu mengikuti pembelajaran. Sehingga dapat disimpulkan
persoalan melalui proses menganalisis nilai yang sudah bahwa penerapan model pembelajaran VCT di kelas V
ada dan tertanam dalam diri siswa” (Sanjaya, 2008:283). SDN Semambung No. 296 Sidoarjo mendapat respon
Dimana model pembelajaran menurut Toyibin dan yang sangat baik dari siswa.
Kosasih (1991/1992:28) VCT adalah label dari suatu
pendekatan atau strategi belajar mengajar untuk
pendidikan nilai-moral atau pendidikan afektif. Maka PENUTUP
disimpulkan bahwa dengan penerapan model Simpulan
pembelajaran VCT mampu membuat proses pembelajaran Aktivitas guru melalui penerapan model pembelajaran
terpusat pada siswa, sehingga berdampak pada VCT di kelas V mengalami peningkatan setiap siklusnya.
meningkatnya kesadaran nilai menghargai jasa pahlawan. Hal ini ditunjukkan dengan diterapkannya langkah-
langkah model pembelajaran VCT dengan lengkap.
Peningkatan Respon siswa, pada siklus I dalam sekali Aktivitas siswa melalui penerapan model
pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran pembelajaran VCT juga mengalami peningkatan, yang
VCT mampu menarik perhatian siswa dalam belajar, lebih paling menonjol adalah aktivitas di analisis dan persentasi
aktif dalam pembelajaran, media gambar yang digunakan hasil diskusi kelompok. Siswa yang dulunya pasif menjadi
memudahkan kamu memahami pelajaran. Hal tersebut lebih aktif dan bersemangat mengikuti pembelajaran.
sesuai dengan pendapat Djahiri dalam (Taniredja, Hasil belajar afektif penanaman nilai terjadi pada
2011:90), bahwa metode belajar VCT salah satunya setiap siklusnya, hal ini menunjukkan bahwa dengan
adalah menganalisia nilai yang meliputi; suatu kasus yang menggunakan model pembelajaran VCT dapat
kontroversial, suatu cerita yang dilematis, mengomentari meningkatkan kesadaran nilai menghargai jasa pahlawan.
kliping, membuat laporan, dan kemudian dianalisa Hal ini dapat dilihat dari lembar penilaian skala sikap
bersama. Sedangkan yang belum maksimal pada siklus I setiap siklusnya. Semakin banyak siswa yang mencapai
yaitu dengan bekrja sama, pekerjaan akan cepat selesai, skor ketuntasan minimal yang ditentukan. Peningkatan ini
serta dapat mengerjakan tugas dengan baik. sesuai dengan target indikator keberhasilan yang telah
Pada siklus II respon siswa dikategorikan “sangat dirumuskan peneliti.
baik”. Respon siswa yang mengalami peningkatan antara

10
Penerapan Model Pembelajaran VCT untuk Meningkatkan Kesadaran Nilai Menghargai Jasa Pahlawan

Respon siswa terhadap penerapan model Djahiri, K.A, 1985. Strategi Pengajaran Afektif-Nilai-
pembelajaran VCT siswa sangat senang, tertarik, Moral VCT dan Games dalam VCT. Bandung:
menantang, memperoleh wawasan lebih luas, melalui PMPKN FPIPS IKIP Bandung.
model pembelajaran VCT karena siswa lebih aktif dalam Djahiri, A Kosasih dan M. Aziz Toyibin. 1991/1992.
pembelajaran, materi yang disampaikan mudah dipahami, Pendidikan Pancasila II. Jakarta : Departemen
siswa dapat bekerja sama dengan baik dalam kelompok, Pendidikan dan Kebudayaan.
siswa menjadi lebih menghargai jasa pahlawan. Elmubarok, Zaim. 2008. Membumikan pendidikan
nilai. Bandung : Alfabeta
Saran
Gunawan, Rudy. 2011. Pendidikan IPS Filosofi, Konsep,
Guru hendaknya menerapkan model pembelajaran dan Aplikasi. Bandung: Alfabeta
VCT, khususnya pada materi yang berbasis nilai. Karena
terbukti lebih efektif dalam menanamkan nilai positif , Gregorius, Jandut. 2011. Penerapan Model
Pembelajaran VCT Modifikasi sebagai Upaya
membentuk sikap, dan meningkatkan keaktifan siswa
Membina Kesadaran Nilai pada Siswa dalam
dalam kegiatan pembelajaran, yang pada akhirnya dapat Pembelajaran PKN. Jurnal Pendidikan Sekolah
meningkatkan hasil belajar siswa pada aspek afektif. Dasar, (Online), (volume 6 No.4. 2011),
Sebagai cara peningkatannya yaitu melalui sitimulus- (http://wacana.jurnal.unesa.ac.id), diakses 28
sitimulus, seperti ilustrasi cerita yang mengandung dilema April 2013.
nilai. Herniawati. 2011. Menanamkan Nilai Nasionalisme
Guru hendaknya dalam penerapan model Melalui Model Pembelajaran VCT Pada Siswa
pembelajaran VCT, perlu menggunakan metode kerja Kelas VI SDN 88 PERUMNAS. Jurnal
kelompok dan penugasan untuk melatih kerja sama dalam Kependidikan Triadik, (Online), (volume 14 No.
kelompok serta membimbing siswa memiliki pemahaman 1. 2011),
pengetahuan untuk mencari dan menemukan jawaban dari (http://www.google.co.id/url?q=http://repository
suatu permasalahan. Dengan cara diberikan suatu ilustrasi .unib.ac.id), diakses 07 Februari 2013.
cerita. Indarti, Titik. 2008. Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
Guru hendaknya menerapkan model pembelajaran dan Penulisan Ilmiah. Surabaya: FBS UNESA
VCT dengan memanfaatkan berbagai media pembelajaran
Muslich, Masnur. 2011. Pendidikan karakter . Jakarta:
yang inovatif dan relevan seperi media gambar, atau Bumi Aksara.
media video karena bisa meningkatkan motivasi belajar
Said, Moh. 2011. Pendidikan Karakter di Sekolah.
dan kesadaran nilai pada diri siswa.
Surabaya: Jaring Pena
Untuk mendapatkan respon yang baik terhadap model
pembelajaran VCT, hendaknya guru memiliki berbagai Sapriya, M.Ed. 2009. Pendidikan IPS Konsep dan
alternatif dalam melaksanakan pembelajaran seperti Pembelajaran. Bandung: Rosda
pemberian reward kepada siswa yang aktif, sehingga Sanjaya, Wina. 2008. Strategi Pembelajaran:
dapat memotivasi dan menarik perhatian siswa dalam Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta
pembelajaran. : Kencana Prenada Media Group
Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor yang
mempengaruhi. Jakarta: Rineka Cipta
DAFTAR PUSTAKA Subroto, Waspodo Djipto dan Suhanadji. 2003.
Pendidikan IPS. Surabaya: Insan Cendikia
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian. Jakarta : Sudjana, Nana. 2008. Penilaian Hasil Proses Belajar
Rineka Cipta. Mengajar. Bandung: Rosdakarya
Taniredja, Tukiran dan Efi Miftah. Model-model
Aqib, Zainal. 2009. Penelitian Tindakan Kelas untuk Pembelajaran Inovatif. Bandung: Alfabeta
Guru SD, SLB dan TK. Bandung : Yuma
Pustaka Trianto, S.Pd, M.Pd. 2007. Pembelajaran Inovatif
Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi
Azwar, Saifuddin. 1995. Sikap Manusia Teori dan
Pustaka Publisher
Pengukurannya. Yogyakarta: Pusataka Pelajar
Woolever. M, Robert dan Kathryn P. Scolt. 1987. Active
Bank, A James. 1990. Teaching Strategies for The Social
Learning In Social Studies Promting Cognitive
Studies-Inquiry, Valuing, and Decision Making.
and Social Growth. United Stated of Amerika.
Longman New York and London

11

Anda mungkin juga menyukai