Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
JUAL BELI
Disusun Oleh
Ahmad Kasful Fahmi
Slamet
Siti Annisa
1
Kata Pengantar
Puji syukur kami sampaikan kepada Allah SWT, Tuhan semesta alam yang
telah memberikan kesehatan dan kesempatan kepada penulis untuk dapat
melaksanakan tugas makalah kuliah dan sekaligus presentasi kelompok tentang
pembahasan Jual beli. Dan berkat rahmat-Nya jualah, maka penulis dapat
menyusun sebuah makalah sebagai tugas yang diberikan oleh dosen yang
bersangkutan pada mata kuliah Fiqh Semester 01 tahun 2021.
Makalah ini juga ditujukan kepada semua pihak-pihak mahasiswa agar untuk
tahu akan pentingnya peduli tentang hukum-hukum islam dalam kehidupan
sehari-hari.
Dan tidak lupa pula seperti peribahasa “tiada gading yang tak retak” sehingga
penulis menerima segala kritikan dan saran dalam penulisan makalah ini, penulis
terima dengan hati yang lapang.
Semoga makalah ini, membantu semua pihak dalam memberi masukan untuk
meningkatkan harkat dan martabat bangsa kita dalam membangun Indonesia
tercinta.
Penulis
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR………………………………………………………...i
DAFTAR ISI……………….…………………………………………….……ii
3
BAB I
JUAL BELI
A. Pengertian
Menurut etimologi, jual beli adalah pertukaran sesuatu dengan sesuatu
(yang lain). Kata lain dari jual beli adalah al-ba‟i, asy-syira‟, al-mubadah, dan
at-tijarah.
Menurut terminologi, para ulama berbeda pendapat dalam
mendefinisikannya, antara lain :
Menurut ulama Hanafiyah: 1)
Jual beli adalah ”pertukaran harta (benda) dengan harta
berdasarkan cara khusus (yang dibolehkan).”
Menurut Imam Nawawi2) dalam Al-Majmu‟ :
Jual beli adalah ”pertukaran harta dengan harta untuk
kepemilikan.”
Menurut Ibnu Qudamah3) dalam kitab Al-mugni „ :
Jual beli adalah ”pertukaran harta dengan harta, untuk saling
menjadikan milik.”
1)
Alaudin Al-Kasyani, Badai’ Ash-Shanai’fi Tartib Asy-Syarai’. Juz V, Hlm. 133
2)
Muhammad Asy-Syarbini, Mugni Al-Muhtaj. Juz II, hlm. 2
3)
Ibnu Qudamah, Al-Mugni. Juz III, hlm. 559
4
B. Landasan atau Dasar Hukum Jual Beli
Landasan atau dasar hukum mengenai jual beli ini di syariatkan
berdasarkan Al-Qur‟an, Hadist Nabi, dan Ijma‟ Yakni :
1. Al Qur‟an, yang mana Allah Swt berfirman dalam surat Al-Baqarah, 2: 198 :
3. Ijma‟
Ulama telah sepakat bahwa jual beli diperbolehkan dengan alasan
bahwa manusia tidak akan mampu mencukupi kebutuhan dirinya, tanpa
bantuan orang lain. Namun demikian, bantuan atau barang milik orang
lain yang dibutuhkannya itu, harus diganti dengan barang lainnya yang
sesuai.
5
Berikut ini adalah contoh bagaimana hukum jual beli bisa berubah
menjadi sunnah, wajib, haram, atau makruh. Jual beli hukumnya sunnah,
misalnya dalam jual beli barang yang hukum menggunakan barang yang
diperjual-belikan itu sunnah seperti minyak wangi.
Jual beli hukumnya wajib, misalnya jika ada suatu ketika para
pedagang menimbun beras, sehingga stok beras sedikit dan mengakibatkan
harganya pun melambung tinggi. Maka pemerintah boleh memaksa para
pedagang beras untuk menjual beras yang ditimbunnya dengan harga sebelum
terjadi pelonjakan harga. Menurut Islam, para pedagang beras tersebut wajib
menjual beras yang ditimbun sesuai dengan ketentuan pemerintah.
Jual beli hukumnya haram, misalnya jual beli yang tidak memenuhi
rukun dan syarat yang diperbolehkan dalam islam, juga mengandung unsur
penipuan.
6
BAB II
RUKUN DAN SYARAT JUAL BELI
Rukun dan syarat jual beli adalah ketentuan-ketentuan dalam jual beli yang
harus dipenuhi agar jual belinya sah menurut syara‟ (hukum Islam).
a. Orang yang melaksanakan akad jual beli (penjual dan pembeli).
Syarat-syarat yang harus dimiliki oleh penjual dan pembeli adalah :
1. Berakal, jual belinya orang gila atau rusak akalnya dianggap tidak
sah.
2. Baliqh, jual belinya anak kecil yang belum baliqh dihukumi tidak sah.
Akan tetapi, jika anak itu sudah mumayyiz (mampu membedakan
baik atau buru), dibolehkan melakukan jual beli terhadap barang-
barang yang harganya murah seperti : Permen, Kue, Kerupuk.
3. Berhak menggunakan hartanya. Orang yang tidak berhak
menggunakan harta milik orang yang sangat bodoh(idiot) tidak sah
jual belinya. Firman Allah ( Q.S. An-Nisa‟(4): 5):
7
b. Sigat atau Ucapan Ijab dan Kabul.
Ulama fiqh sepakat, bahwa unsur utama dalam jual beli adalah
kerelaan antara penjual dan pembeli. Karena kerelaan itu berada dalam
hati, maka harus diwujudkan melalui ucapan ijab (dari pihak penjual)
dan kabul (dari pihak pembeli). Adapun syarat-syarat ijab kabul adalah :
1. Orang yang mengucap ijab kabul telah akil baliqh.
2. Kabul harus sesuai dengan ijab.
3. Ijab dan kabul dilakukan dalam suatu majlis.
d. Nilai tukar barang yang dijual (pada zaman modern sampai sekarang ini
berupa uang).
Adapun syarat-syarat bagi nilai tukar barang yang dijual itu adalah :
1. Harga jual disepakati penjual dan pembeli harus jelas jumlahnya.
2. Nilai tukar barang itu dapat diserahkan pada waktu transaksi jual
beli, walaupun secara hukum, misalnya pembayaran menggunakan
kartu kredit.
3. Apabila jual beli dilakukan secara barter atau Al-muqayadah (nilai
tukar barang yang dijual bukan berupa uang tetapi berupa uang.
8
BAB III
HAL-HAL YANG TERLARANG DALAM JUAL BELI
Jual beli dapat dilihat dari beberapa sudut pandang, antara lain ditinjau dari
segi sah atau tidak sah dan terlarang atau tidak terlarang.
1. Jual beli yang sah dan tidak terlarang yaitu jual beli yang terpenuhi rukun-
rukun dan syarat-syaratnya (seperti yang telah dijelaskan pada halaman
sebelum ini).
2. Jual beli yang terlarang dan tidak sah (bathil) yaitu jual beli yang salah satu
rukun atau syaratnya tidak terpenuhi atau jual beli itu pada dasar dan sifatnya
tidak disyariatkan (disesuaikan dengan ajaran islam).
3. Jual beli yang sah tapi terlarang (fasid). Jual beli ini hukumnya sah, tidak
membatalkan akad jual beli, tetapi dilarang oleh Islam karena sebab-sebab lain.
Berkenan dengan jual beli yang dilarang dalam Islam, Wahbah Al-Juhaili
meringkasnya sebagai berikut 4):
Terlarang Sebab Ahliah (Ahli Akad)
Ulama telah sepakat bahwa jual beli di kategorikan sah apabila
dilakukan oleh orang yang baliqh, berakal, dapat memilih. Mereka yang
dipandang tidak sah jual belinya sebagai berikut :
a. Jual beli yang dilakukan oleh orang gila.
b. Jual beli yang dilakukan oleh anak kecil.
Terlarang dikarenakan anak kecil belum cukup dewasa untuk
mengetahui perihal tentang jual beli.
c. Jual beli yang dilakukan oleh orang buta.
Jual beli ini terlarang karena ia tidak dapat membedakan barang yang
jelek dan barang yang baik.
d. Jual beli terpaksa
Terlarang dikarenakan tidak adanya unsur kerelaan antara penjual atau
pun pembeli dalam akad.
4)
Ibid, hlm. 500-515
9
Terhalang disini artinya karena bangkrut, kebodohan, atau pun sakit.
g. Jual beli malja‟
Adalah jual beli orang yang sedang dalam bahaya, yakni untuk
menghindar dari perbuatan zalim.
a. Jual beli benda yang tidak ada atau dikhwatirkan tidak ada
b. Jual beli yang tidak dapat diserahkan
10
Contohnya jual beli burung yang ada di udara, dan ikan yang ada di
dalam air tidak berdasarkan ketetapan syara‟.
c. Jual beli gharar
Adalah jual beli barang yang menganung unsur menipu (gharar).
d. Jual beli barang yang najis dan yang terkena najis
Contohnya : Jual beli bangkai, babi, dll.
e. Jual beli air
f. Jual beli barang yang tidak jelas (majhul )
Terlarang karenakan akan mendatangkan pertentangan di antara
manusia.
g. Jual beli barang yang tidak ada di tempat akad (gaib), tidak dapat dilihat
h. Jual beli sesuatu sebelum di pegang
i. Jual beli buah-buahan atau tumbuhan
Apabila belum terdapat buah, disepakati tidak ada akad. Setelah ada
buah, tetapi belum matang, akadnya fasid.
11
BAB IV
KHIYAR
A. Pengertian
Menurut Ulama Fiqh 5 ), khiyar adalah “Suatu keadaan yang menyebabkan
orang yang akad (aqid) memiliki hak untuk memutuskan akadnya, yakni
menjadikan atau membatalkannya jika khiyar tersebut berupa khiyar syarat, „aib
atau ru‟yah, atau hendaklah memilih di antara dua barang jika khiyar ta‟yin.”
Khiyar adalah hak memilih bagi si penjual dan si pembeli untuk meneruskan
jual belinya atau membatalkan karena adanya sesuatu hal.
5)
Wahbah Al-Juhaili, Al-Fiqh Al-Islami Wa adillatuhu, juz IV, hlm. 250
12
2. khiyar rusak
khiyar rusak yaitu khiyar yang batasan waktunya tidak diketahui
atau rusak, dan perbuatan ini mengandung unsur jahalah (ketidak
jelasan. Contohnya : “Saya beli barang ini dengan syarat saya khiyar
selamanya.”
2. Khiyar majlis
Pengertian
Menurut Ulama fiqh 7 ), “Hak bagi semua pihak yang melakukan
akad untuk membatalkan akad selagi masih berada di tempat akad dan
kedua pihak belum berpisah. Keduanya saling memilih sehingga
muncul kelaziman dalam akad.”
6)
Al-Kasani, Op.Cit., juz V, hlm. 174
7
) Al-Juahaili, Op.Cit., juz IV, hlm. 250
13
BAB V
JUAL BELI AS-SALAM
A. Pengertian
As-salam atau As-shalaf adalah pembayaran di muka dan penyerahan
barang di kemudian hari, yang terdefinisi oleh para fuqaha sebagai ”akad jual
beli atas sesuatu yang disebutkan kriterianya dalam akad, dan yang
dijanjikan akan diserahkan pada waktunya yang ditentukan nanti kepada
pembeli, dengan bayaran yang diserahkan pada saat transaksi”. Firman Allah
Swt dalam surat al-baqarah ayat 282 yang membolehkan transaksi ini :
Artinya:
“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu‟amalah tidak secara
tunai umtuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya.”(Q.S
Al-Baqarah (2) :282)
14
Transaksi melalui hal seperti ini dibolehkan karena salah satu
kemudahan yang diberikan oleh syarat islam dan sikap toleransinya. karena
juga dalam muamalah ini terdapat kemudahan bagi manusia ini terdapat
kemudahan bagi manusia dan mewujudkan kemaslahatan mereka, sambil
bersihnya hal itu dari riba dan seluruh hal yang dilarang. Maka, segala puji
bagi Allah atas segala kemudahan yang dianugerahkan-Nya.
15
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sesuatu hal yang sering kita lupakan menjadi hal yang dapat merusak nilai
amalan yang kita lakukan jual beli, jadi hal upaya tentang penulisan ini
dilakukan untuk memberikan informasi tentang pengertian, dasar hukum jual
beli, rukun dan syarat jual beli, hal yang terlarang dalam jual beli, khiyar, dan
jual beli As-salam. Agar terciptanya lingkungan ekonomi perdagangan islam
yang sehat dalam kehidupan bermasyarakat. Untuk itu penulis menyimpulkan
bahwa jual beli islam adalah suatu kegiatan yang bersifat kepentingan umum,
juga menjadi tolak ukur untuk mensejahterakan kehidupan rakyat terutama
dalam bidang perekonomian. Karena manusia ini adalah makhluk sosial, jadi
diperlukan kegiatan jual beli ini juga seluk beluk mengenai jual beli islam ini
sudah dapat dilihat dalam bab-bab makalah ini.
B. Saran
Penulisan makalah ini menunjukkan hal yang berkaitan dengan apa-apa
saja mengenai hukum-hukum, tata cara pelaksanaan yang terkait tentang
hubungan jual beli yang baik antara penjual juga pembeli, sehingga dapat
mendorong munculnya penulisan makalah yang sejenis dalam pemberi
informasi yang lebih baik lagi tentang hal-hal yang berkaitan dengan hubungan
jual beli.
16
DAFTAR PUSTAKA
Rahmat Syafe‟i MA, Prof., Dr., 2004, Fiqih Muamalah, Pustaka Setia, Bandung.
Syamsuri, Drs, H., 2005, Pendidikan Agama Islam SMA Jilid 2 Untuk Kelas XI,
Erlangga, Jakarta.
17