Anda di halaman 1dari 17

MATA KULIAH FIQH

JUAL BELI

Disusun Oleh
Ahmad Kasful Fahmi
Slamet
Siti Annisa

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM
WALI SEMBILAN SEMARANG

1
Kata Pengantar

Puji syukur kami sampaikan kepada Allah SWT, Tuhan semesta alam yang
telah memberikan kesehatan dan kesempatan kepada penulis untuk dapat
melaksanakan tugas makalah kuliah dan sekaligus presentasi kelompok tentang
pembahasan Jual beli. Dan berkat rahmat-Nya jualah, maka penulis dapat
menyusun sebuah makalah sebagai tugas yang diberikan oleh dosen yang
bersangkutan pada mata kuliah Fiqh Semester 01 tahun 2021.
Makalah ini juga ditujukan kepada semua pihak-pihak mahasiswa agar untuk
tahu akan pentingnya peduli tentang hukum-hukum islam dalam kehidupan
sehari-hari.
Dan tidak lupa pula seperti peribahasa “tiada gading yang tak retak” sehingga
penulis menerima segala kritikan dan saran dalam penulisan makalah ini, penulis
terima dengan hati yang lapang.
Semoga makalah ini, membantu semua pihak dalam memberi masukan untuk
meningkatkan harkat dan martabat bangsa kita dalam membangun Indonesia
tercinta.

Semarang, 27 November 2021

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………………...i
DAFTAR ISI……………….…………………………………………….……ii

BAB I. JUAL BELI…………………………………….……………..


A. Pengertian Jual Beli……………………………………………...
B. Landasan atau Dasar Hukum Jual Beli………………………...

BAB II. SYARAT DAN RUKUN JUAL BELI……….…………….


A. Orang yang Melaksanakan Akad Jual Beli..........................
B. Sigat atau Ucapan Ijab dan Kabul..........................................
C. Barang yang Diperjual-belikan.................................................
D. Nilai tukar barang yang dijual.................................................

BAB III. HAL-HAL YANG DALAM TERLARANG JUAL BELI.……


A. Terlarang Sebab Ahliah (Ahli Akad).......................................
B. Terlarang Sebab Shigat............................................................
C. Terlarang Sebab Ma‟qud Alaih (Barang jualan).....................
D. Terlarang Sebab Syara‟.............................................................

BAB IV. KHIYAR.................................................................................


A. Pengertian Khiyar.....................................................................
B. Macam-macam khiyar..............................................................

BAB V. JUAL BELI AS-SALAM...........................................................


A. Pengertian Jual beli As-Salam……………………………………
B. Syarat Sah Transaksi model Salam……………………………..

BAB VI. PENUTUP...............................................................................


A. Kesimpulan…………………………………………..……………....
B. Daftar Pustaka………………………………………………...………..iii

3
BAB I
JUAL BELI

A. Pengertian
Menurut etimologi, jual beli adalah pertukaran sesuatu dengan sesuatu
(yang lain). Kata lain dari jual beli adalah al-ba‟i, asy-syira‟, al-mubadah, dan
at-tijarah.
Menurut terminologi, para ulama berbeda pendapat dalam
mendefinisikannya, antara lain :
 Menurut ulama Hanafiyah: 1)
Jual beli adalah ”pertukaran harta (benda) dengan harta
berdasarkan cara khusus (yang dibolehkan).”
 Menurut Imam Nawawi2) dalam Al-Majmu‟ :
Jual beli adalah ”pertukaran harta dengan harta untuk
kepemilikan.”
 Menurut Ibnu Qudamah3) dalam kitab Al-mugni „ :
Jual beli adalah ”pertukaran harta dengan harta, untuk saling
menjadikan milik.”

Pengertian lainnya Jual beli ialah persetujuan saling mengikat antara


penjual (yakni pihak yang menyerahkan/menjual barang) dan pembeli
(sebagai pihak yang membayar/membeli barang yang dijual). Pada masa
Rasullallah SAW harga barang itu dibayar dengan mata uang yang terbuat
dari emas (dinar) dan mata uang yang terbuat dari perak (dirham).

1)
Alaudin Al-Kasyani, Badai’ Ash-Shanai’fi Tartib Asy-Syarai’. Juz V, Hlm. 133
2)
Muhammad Asy-Syarbini, Mugni Al-Muhtaj. Juz II, hlm. 2
3)
Ibnu Qudamah, Al-Mugni. Juz III, hlm. 559

4
B. Landasan atau Dasar Hukum Jual Beli
Landasan atau dasar hukum mengenai jual beli ini di syariatkan
berdasarkan Al-Qur‟an, Hadist Nabi, dan Ijma‟ Yakni :
1. Al Qur‟an, yang mana Allah Swt berfirman dalam surat Al-Baqarah, 2: 198 :

2. Sunnah Nabi, yang mengatakan:


”Suatu ketika Nabi SAW, ditanya tentang mata pencarian yang paling baik.
Beliau menjawab, ‟Seseorang bekerja dengan tangannya dan setiap jual-
beli yang mabrur.” (HR. Bajjar, Hakim yang menyahihkannya dari Rifa‟ah
Ibn Rafi‟)
Maksud mabrur dalam hadist di atas adalah jual-beli yang terhindar
dari usaha tipu-menipu dan merugikan orang lain.

3. Ijma‟
Ulama telah sepakat bahwa jual beli diperbolehkan dengan alasan
bahwa manusia tidak akan mampu mencukupi kebutuhan dirinya, tanpa
bantuan orang lain. Namun demikian, bantuan atau barang milik orang
lain yang dibutuhkannya itu, harus diganti dengan barang lainnya yang
sesuai.

Mengacu kepada ayat-ayat Al Qur‟an dan hadist, hukum jual beli


adalah mubah (boleh). Namun pada situasi tertentu, hukum jual beli itu bisa
berubah menjadi sunnah, wajib, haram, dan makruh.

5
Berikut ini adalah contoh bagaimana hukum jual beli bisa berubah
menjadi sunnah, wajib, haram, atau makruh. Jual beli hukumnya sunnah,
misalnya dalam jual beli barang yang hukum menggunakan barang yang
diperjual-belikan itu sunnah seperti minyak wangi.

Jual beli hukumnya wajib, misalnya jika ada suatu ketika para
pedagang menimbun beras, sehingga stok beras sedikit dan mengakibatkan
harganya pun melambung tinggi. Maka pemerintah boleh memaksa para
pedagang beras untuk menjual beras yang ditimbunnya dengan harga sebelum
terjadi pelonjakan harga. Menurut Islam, para pedagang beras tersebut wajib
menjual beras yang ditimbun sesuai dengan ketentuan pemerintah.

Jual beli hukumnya haram, misalnya jual beli yang tidak memenuhi
rukun dan syarat yang diperbolehkan dalam islam, juga mengandung unsur
penipuan.

Jual beli hukumnya makruh, apabila barang yang dijual-belikan itu


hukumnya makruh seperti rokok.

6
BAB II
RUKUN DAN SYARAT JUAL BELI

Rukun dan syarat jual beli adalah ketentuan-ketentuan dalam jual beli yang
harus dipenuhi agar jual belinya sah menurut syara‟ (hukum Islam).
a. Orang yang melaksanakan akad jual beli (penjual dan pembeli).
Syarat-syarat yang harus dimiliki oleh penjual dan pembeli adalah :
1. Berakal, jual belinya orang gila atau rusak akalnya dianggap tidak
sah.
2. Baliqh, jual belinya anak kecil yang belum baliqh dihukumi tidak sah.
Akan tetapi, jika anak itu sudah mumayyiz (mampu membedakan
baik atau buru), dibolehkan melakukan jual beli terhadap barang-
barang yang harganya murah seperti : Permen, Kue, Kerupuk.
3. Berhak menggunakan hartanya. Orang yang tidak berhak
menggunakan harta milik orang yang sangat bodoh(idiot) tidak sah
jual belinya. Firman Allah ( Q.S. An-Nisa‟(4): 5):

7
b. Sigat atau Ucapan Ijab dan Kabul.
Ulama fiqh sepakat, bahwa unsur utama dalam jual beli adalah
kerelaan antara penjual dan pembeli. Karena kerelaan itu berada dalam
hati, maka harus diwujudkan melalui ucapan ijab (dari pihak penjual)
dan kabul (dari pihak pembeli). Adapun syarat-syarat ijab kabul adalah :
1. Orang yang mengucap ijab kabul telah akil baliqh.
2. Kabul harus sesuai dengan ijab.
3. Ijab dan kabul dilakukan dalam suatu majlis.

c. Barang yang Diperjual-belikan


Barang yang diperjual-belikan harus memenuhi syarat-syarat yang
diharuskan, antara lain :
1. Barang yang diperjual-belikan itu halal.
2. Barang itu ada manfaatnya.
3. Barang itu ada ditempat, atau tidakada tapi ada ditempat lain.
4. Barang itu merupakan milik si penjual atau dibawah kekuasaanya.
5. Barang itu hendaklah diketahuioleh pihak penjual dan pembeli
dengan jelas, baik zatnya, bentuknya dan kadarnya, maupun sifat-
sifatnya.

d. Nilai tukar barang yang dijual (pada zaman modern sampai sekarang ini
berupa uang).
Adapun syarat-syarat bagi nilai tukar barang yang dijual itu adalah :
1. Harga jual disepakati penjual dan pembeli harus jelas jumlahnya.
2. Nilai tukar barang itu dapat diserahkan pada waktu transaksi jual
beli, walaupun secara hukum, misalnya pembayaran menggunakan
kartu kredit.
3. Apabila jual beli dilakukan secara barter atau Al-muqayadah (nilai
tukar barang yang dijual bukan berupa uang tetapi berupa uang.

8
BAB III
HAL-HAL YANG TERLARANG DALAM JUAL BELI
Jual beli dapat dilihat dari beberapa sudut pandang, antara lain ditinjau dari
segi sah atau tidak sah dan terlarang atau tidak terlarang.
1. Jual beli yang sah dan tidak terlarang yaitu jual beli yang terpenuhi rukun-
rukun dan syarat-syaratnya (seperti yang telah dijelaskan pada halaman
sebelum ini).
2. Jual beli yang terlarang dan tidak sah (bathil) yaitu jual beli yang salah satu
rukun atau syaratnya tidak terpenuhi atau jual beli itu pada dasar dan sifatnya
tidak disyariatkan (disesuaikan dengan ajaran islam).
3. Jual beli yang sah tapi terlarang (fasid). Jual beli ini hukumnya sah, tidak
membatalkan akad jual beli, tetapi dilarang oleh Islam karena sebab-sebab lain.
Berkenan dengan jual beli yang dilarang dalam Islam, Wahbah Al-Juhaili
meringkasnya sebagai berikut 4):
 Terlarang Sebab Ahliah (Ahli Akad)
Ulama telah sepakat bahwa jual beli di kategorikan sah apabila
dilakukan oleh orang yang baliqh, berakal, dapat memilih. Mereka yang
dipandang tidak sah jual belinya sebagai berikut :
a. Jual beli yang dilakukan oleh orang gila.
b. Jual beli yang dilakukan oleh anak kecil.
Terlarang dikarenakan anak kecil belum cukup dewasa untuk
mengetahui perihal tentang jual beli.
c. Jual beli yang dilakukan oleh orang buta.
Jual beli ini terlarang karena ia tidak dapat membedakan barang yang
jelek dan barang yang baik.
d. Jual beli terpaksa
Terlarang dikarenakan tidak adanya unsur kerelaan antara penjual atau
pun pembeli dalam akad.

e. Jual beli fudhul


Adalah jual beli milik orang lain tanpa seizin pemiliknya.
f. Jual beli yang terhalang

4)
Ibid, hlm. 500-515

9
Terhalang disini artinya karena bangkrut, kebodohan, atau pun sakit.
g. Jual beli malja‟
Adalah jual beli orang yang sedang dalam bahaya, yakni untuk
menghindar dari perbuatan zalim.

 Terlarang Sebab Shigat


Jual beli yang antara ijab dan kabulnya tidak ada kesesuaian maka
dipandang tidak sah. Beberapa jual beli yang termasuk terlarang sebab
shiqat sebagai berikut :
a. Jual beli Mu‟athah
Jual beli yang telah disepakati oleh pihak akad, berkenaan dengan
barang maupun harganya, tetapi tidak memakai ijab kabul.
b. Jual beli melalui surat atau melalui utusan
Dikarenakan kabul yang melebihi tempat, akad tersebut dipandang tidak
sah, sperti surat tidak sampai ke tangan orang yang dimaksudkan.
c. Jual beli dengan isyarat atau tulisan
Apabila isyarat dan tulisan tidak dipahami dan tulisannya jelek (tidak
dapat dibaca), maka akad tidak sah.
d. Jual beli barang yang tidak ada ditempat akad
Terlarang karena tidak memenuhi syarat in‟iqad (terjadinya akad).
e. Jual beli tidak bersesuaian antara ijab dan kabul.
f. Jual beli munjiz
Adalah yang dikaitkan dengan suatu syarat atau ditangguhkan pada
waktu yang akan datang.

 Terlarang Sebab Ma‟qud Alaih (Barang jualan)


Ma‟qud alaih adalah harta yang dijadikan alat pertukaran oleh orang
yang akad, yang biasa disebut mabi ‟ (barang jualan) dan harga. Tetapi ada
beberapa masalah yang disepakati oleh sebagian ulama, tetapi
diperselisihkan, antara lain :

a. Jual beli benda yang tidak ada atau dikhwatirkan tidak ada
b. Jual beli yang tidak dapat diserahkan

10
Contohnya jual beli burung yang ada di udara, dan ikan yang ada di
dalam air tidak berdasarkan ketetapan syara‟.
c. Jual beli gharar
Adalah jual beli barang yang menganung unsur menipu (gharar).
d. Jual beli barang yang najis dan yang terkena najis
Contohnya : Jual beli bangkai, babi, dll.
e. Jual beli air
f. Jual beli barang yang tidak jelas (majhul )
Terlarang karenakan akan mendatangkan pertentangan di antara
manusia.
g. Jual beli barang yang tidak ada di tempat akad (gaib), tidak dapat dilihat
h. Jual beli sesuatu sebelum di pegang
i. Jual beli buah-buahan atau tumbuhan
Apabila belum terdapat buah, disepakati tidak ada akad. Setelah ada
buah, tetapi belum matang, akadnya fasid.

 Terlarang Sebab Syara‟


Jenis jual beli yang dipermasalahkan sebab syara‟ nya diantaranya
adalah :
a. Jual beli riba
b. Jual beli dengan uang dari barang yag diharamkan
Contohnya jual beli khamar, anjing, bangkai.
c. Jual beli barang dari hasil pencegatan barang
Yakni mencegat pedagang dalam perjalanannya menuju tempat yang di
tuju sehingga orang yang mencegat barang itu mendapatkan keuntungan.
d. Jual beli waktu adzan jum‟at
Terlarang dikarena bagi laki-laki yang melakukan transaksi jual beli
dapat mengganggukan aktifitas kewajibannya sebagai muslim dalam
mengerjakan shalat jum‟at.
e. Jual beli anggur untuk dijadikan khamar
f. Jual beli barang yang sedang dibeli oleh orang lain
g. Jual beli hewan ternak y
h. ang masih dikandung oleh induknya.

11
BAB IV
KHIYAR

A. Pengertian
Menurut Ulama Fiqh 5 ), khiyar adalah “Suatu keadaan yang menyebabkan
orang yang akad (aqid) memiliki hak untuk memutuskan akadnya, yakni
menjadikan atau membatalkannya jika khiyar tersebut berupa khiyar syarat, „aib
atau ru‟yah, atau hendaklah memilih di antara dua barang jika khiyar ta‟yin.”

Khiyar adalah hak memilih bagi si penjual dan si pembeli untuk meneruskan
jual belinya atau membatalkan karena adanya sesuatu hal.

B. Macam-macam khiyar yang kita kenal :


1. Khiyar syarat
 Pengertian
Menurut Ulama fiqh5), Khiyar syarat adalah “Suatu keadaan yang
membolehkan salah seorang yang akad atau masing-masing yang akad
atau selain kedua pihak yang akad memiliki hak atas pembatalan atau
penetapan akad selama waktu yang diientukan.” Contohnya : si
penjual berkata kepada si pembeli, “Saya jual barang ini kepadamu
seharga Rp.100.000,- dengan syarat boleh khiyar selama tiga hari tiga
malam.”
 khiyar masyru‟ (disyariatkan) dan khiyar rusak
1. khiyar masyru‟ (disyariatkan)
adalah khiyar yang ditetapkan batasan waktunya. Contohnya : si
penjual berkata kepada si pembeli, “Saya jual barang ini kepadamu
seharga Rp.100.000,- dengan syarat boleh khiyar selama tiga hari
tiga malam.”

5)
Wahbah Al-Juhaili, Al-Fiqh Al-Islami Wa adillatuhu, juz IV, hlm. 250

12
2. khiyar rusak
khiyar rusak yaitu khiyar yang batasan waktunya tidak diketahui
atau rusak, dan perbuatan ini mengandung unsur jahalah (ketidak
jelasan. Contohnya : “Saya beli barang ini dengan syarat saya khiyar
selamanya.”

 Batasan khiyar masyru‟


Adapun batas khiyar itu adalah tidak boleh lebih dari tiga hari. Dan
beberapa dari para ulama berpendapat bahwa6) khiyar yang melebihi
tiga hari membatalkan jual beli, sedangkan bila kurang dari tiga hari
adalah rukhshah (keringan) bagi penjual.

2. Khiyar majlis
 Pengertian
Menurut Ulama fiqh 7 ), “Hak bagi semua pihak yang melakukan
akad untuk membatalkan akad selagi masih berada di tempat akad dan
kedua pihak belum berpisah. Keduanya saling memilih sehingga
muncul kelaziman dalam akad.”

6)
Al-Kasani, Op.Cit., juz V, hlm. 174
7
) Al-Juahaili, Op.Cit., juz IV, hlm. 250

13
BAB V
JUAL BELI AS-SALAM

A. Pengertian
As-salam atau As-shalaf adalah pembayaran di muka dan penyerahan
barang di kemudian hari, yang terdefinisi oleh para fuqaha sebagai ”akad jual
beli atas sesuatu yang disebutkan kriterianya dalam akad, dan yang
dijanjikan akan diserahkan pada waktunya yang ditentukan nanti kepada
pembeli, dengan bayaran yang diserahkan pada saat transaksi”. Firman Allah
Swt dalam surat al-baqarah ayat 282 yang membolehkan transaksi ini :

Artinya:
“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu‟amalah tidak secara
tunai umtuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya.”(Q.S
Al-Baqarah (2) :282)

B. Syarat sah transaksi model salam


1. Adanya kepastian sifat-sifat barang yang ditransaksikan.
2. Menyebut jenis dan macam barang yang ditransaksikan dengan akad
salam.
3. Disebutkan ukuran barang yang ditransaksikan dengan akad salam itu.
4. Disebutkan waktu penyerahan barang.
5. Agar barang yang ditransakasikan salam itu biasanya tersedia pada waktu
penyerahan barang seperti yang ditetapkan, sehingga sapat diserahkan
pada waktunya.
6. Agar harga pembeliannya sudah diterima secara sempurna dan diketahui
jumlahnya pada saat akad/transaksi.
7. Agar barang yang ditransaksikan itu bukan sesuatu yang tertentu, tapi
hendaknya ia bentuk semacam utang yang tertanggung.

14
Transaksi melalui hal seperti ini dibolehkan karena salah satu
kemudahan yang diberikan oleh syarat islam dan sikap toleransinya. karena
juga dalam muamalah ini terdapat kemudahan bagi manusia ini terdapat
kemudahan bagi manusia dan mewujudkan kemaslahatan mereka, sambil
bersihnya hal itu dari riba dan seluruh hal yang dilarang. Maka, segala puji
bagi Allah atas segala kemudahan yang dianugerahkan-Nya.

15
BAB VI
PENUTUP

A. Kesimpulan
Sesuatu hal yang sering kita lupakan menjadi hal yang dapat merusak nilai
amalan yang kita lakukan jual beli, jadi hal upaya tentang penulisan ini
dilakukan untuk memberikan informasi tentang pengertian, dasar hukum jual
beli, rukun dan syarat jual beli, hal yang terlarang dalam jual beli, khiyar, dan
jual beli As-salam. Agar terciptanya lingkungan ekonomi perdagangan islam
yang sehat dalam kehidupan bermasyarakat. Untuk itu penulis menyimpulkan
bahwa jual beli islam adalah suatu kegiatan yang bersifat kepentingan umum,
juga menjadi tolak ukur untuk mensejahterakan kehidupan rakyat terutama
dalam bidang perekonomian. Karena manusia ini adalah makhluk sosial, jadi
diperlukan kegiatan jual beli ini juga seluk beluk mengenai jual beli islam ini
sudah dapat dilihat dalam bab-bab makalah ini.

B. Saran
Penulisan makalah ini menunjukkan hal yang berkaitan dengan apa-apa
saja mengenai hukum-hukum, tata cara pelaksanaan yang terkait tentang
hubungan jual beli yang baik antara penjual juga pembeli, sehingga dapat
mendorong munculnya penulisan makalah yang sejenis dalam pemberi
informasi yang lebih baik lagi tentang hal-hal yang berkaitan dengan hubungan
jual beli.

16
DAFTAR PUSTAKA

Rahmat Syafe‟i MA, Prof., Dr., 2004, Fiqih Muamalah, Pustaka Setia, Bandung.

Wahbah Al-Juhaili, 1989, Al-fiqh Al-Islami wa Adillatuhu, Dar Al-Fikr.

Rambe, Nawawiah, Drs, 1994, Fiqih Islam, Duta Pahala, Jakarta.

Syamsuri, Drs, H., 2005, Pendidikan Agama Islam SMA Jilid 2 Untuk Kelas XI,
Erlangga, Jakarta.

17

Anda mungkin juga menyukai