Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.
Dengan selesainya makalah ini, tidak lepas dari bantuan banyak pihak yang telah memberikan
banyak masukan kepada kami. Untuk itu kami mengucapkan terimakasih kepada Ibu Nina
Shabrina, SE. MM. selaku dosen mata kuliah “Bank dan Lemabaga Keungan Lainnya” yang
telah bersedia memeriksa dan mengoreksi makalah kami.Serta terimakasih kepada seluruh
anggota kelompok 1 Ruang 546 Manajemen Reguler B Universitas Pamulang, atas kerjasama,
waktu dan kontribusinya dalam pembuatan makalah ini.
Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam pembuatan makalah ini. Maka dari itu,
kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan demi tercapainya kesempurnaan dari
makalah ini.
Penulis
Halaman
Rentang masa pada tahun 1945 – 1949, dimana Indonesia baru saja
memproklamasikan kemerdekaannya dari penjajahan Belanda merupakan masa teramat
buruknya kondisi perekonomian yang dialami. Meskipun Belanda saat itu telah
mengakui secara de jure kedaulatan Republik Indonesia, tetapi usaha-usaha mengontrol
dan mengintervensi ekonomi Indonesia masih menjadi tujuan strategis mereka ketika
berada di wilayah kedaulatan. Ini terbukti dari langkah-langkah mereka dalam
menguasai sebagian wilayah Indonesia dan Indonesia beberapa kali mengalami
pergantian penguasa dan pusat Negara (Ibukota) yang disebabkan penculikan yang
dilakukan kepada penguasa saat itu (Soekarno).
Sehingga saat itu penambahan volume peradaran uang yang berlebihan akibat
pencetakan yang dilakukan oleh pemerintah menyebabkan excess demand (permintaan
berelebih) dari jumlah penawaran yang tetap dan terjadi inflasi yang sangat tinggi.
Data saat itu menunjukkan bahwa volume peredaran uang telah mencapai Rp. 6 miliar
untuk wilayah yang dikuasai Indonesia, sedangkan pada wilayah penguasaan Belanda
jumlahnya mencapai Rp. 3,7 miliar (tahun 1949).
Pada tahun yang sama terdapat berbagai jenis mata uang yang beradar dalam
masyarakat yang berbeda-beda nilai tukarnya mengakibatkan situasi moneter menjadi
teramat kacau (chaos) dan membigungkan. Kebijakan-kebijakan keuangan Negara di
Pangkal pokoknya dari „rezim devisa‟ tersebut adalah bahwa devisa dan emas
pada prinsipnya hanya diperkenankan dimiliki oleh negara. Dampak selanjutnya adalah
valuta asing yang telah diperoleh dari hasil ekspor harus diserahkan kepada dana devisa.
Ekonomi moneter daerah kekuasaan Indonesia dengan secara langsung mengalami
keadaan yang pasif, dimana hanya mampu memberikan akomodasi kepada keperluan-
keperluan polotik dan militer serta mengusahakan jaminal yang sangat minimal untuk
kehidupan rakyat.
Penjelasaan kedua adalah bahwa banyak uang yang di pegang oleh bandar
narkoba, penggelap pajak, dan perilaku kriminal lainnya. Bagi kebanyakan orang yang
ada dalam perekonomian AS, uang bukanlah cara yang bagus untuk memperoleh
kesejahteraan. Bukan saja karena uang dapat hilang atau di curi, tetapi uang juga tidak
mendatangkan bunga, sedangkan tabungan di bank dapat berbunga. Oleh karena itu,
kebanyakan orang memegang uang dalam jumlah yang sedikit. Sebaliknya, pas kriminal
mungkin menghindari untuk menyimpan kekayaan mereka di bank karena tabungan di
bank karena tabungan memungkinkan polisi untuk melacak transaksi ilegal mereka.
Bagi para kriminal, uang mungkin menjadi penyimpanan nilai terbaik yang tersedia.
2.3 Pembahasan
A. Sistem Moneter
B. Pengendalian Moneter
Dalam kerangka kerja ini, kebijakan moneter juga ditandai oleh transparansi
dan akuntabilitas kebijakan kepada publik. Secara operasional, stance kebijakan
moneter dicerminkan oleh penetapan suku bunga kebijakan (BI Rate) yang
diharapkan akan memengaruhi suku bunga pasar uang dan suku bunga deposito dan
suku bunga kredit perbankan. Perubahan suku bunga ini pada akhirnya akan
memengaruhi output dan inflasi.
Sebagai akibat adanya krisis moneter dan diikuti dengan krisis ekonomi,
hampir semua bank mempunyai masalah, seperti kredit macet, diragukan, dan
kurang lancer. Karena itu, persyaratan modal minimum ditingkatkan lagi untuk
terciptanya system perbankan yang sehat sesuai dengan PP No. 38/1998, 9 Maret
Kondisi perbankan yang mulai tidak sehat ini menyebabkan pemerintah dan BI
terpaksa mengambil kebijakan melikuidasi 16 bank umum swasta terhitung mulai 1
November 1997. Selang beberapa waktu kemudian, yaitu mulai 4 April 1998,
pemerintah menghentikan operasi tujuh bank swasta nasional (biasa disebut Bank
Beku Operasi atau BBO). Pada tanggal 21 Agustus 1998 pemerintah membekukan
lagi tiga buah bank, sehingga statusnya menjadi BBO.
Dari pengertian kebijakan moneter adalah suatu kebijakan yang diambil oleh
pemerintah (Bank Sentral) untuk menambah dan mengurangi jumlah uang yang
beredar.Sejak tahun 1945, kebijakan moneter hanya digunakan sebagai kebijakan
ekonomi untuk mencapai stabilitas ekonomi jangka pendek. Adapun kebijakan fiscal
digunakan dalam pengendalian ekonomi jangka panjang. Namun pada saat ini
kebijakan moneter merupakan kebijakan utama yang dipergunakan untuk
pengendalian ekonomi jangka pendek dan jangka panjang. Untuk mempengaruhi
jumlah uang yang beredar, pemerintah dapat melakukan kebijakan uang ketat dan
kebijakan uang longgar.
Fenomena yang terjadi saat ini khususnya di kawasan asean adalah penyatuan
mata uang di antara Negara asean, atau pencanangan mata uang tunggal. Hal tersebut
di lakukan kerena mengingat adanya keberhasilan kawasan ekonomi eropa
memberlakukan kebijakan mata uang bersama.Dari sisi ekonomi jika sekelompok
negara ternyata memiliki mata uang yang berkorelasi sangat erat, maka secara implisit
kelompok negara tersebut dapat menggabungkan mata uangnya.
Dengan kata lain negara tersebut dapat melepaskan kekuasaan moneternya dan
memberikan kepada suatu badan supra nasional (dalam wadah ekonomi
Memperbaiki nilai tukar terhadap blok Dollar yang meliputi hampir seluruh
ekonomi dunia, telah memberi negara-negara transisi baru yang relatif memiliki
tingkat harga yang stabil di antara negara-negara barat. Sekarang saya ingin
menunjukkan kontribusi amat penting oleh IMF di antara awal pendiriannya tahun
1946 dan 1971. Pada awal pendiriannya IMF memberi negara-negara sebuah filosofi
manajemen makro ekonomik yang logis berdasarkan nilai tukar tetap atau terkendali
(fixed exchange rate). Kesepakatan yang luar biasa ini sekarang diserahkan kepada
para pemimpin moneter domestik. Untuk meyakinkan, sebuah negara dapat
memperbaiki mata uangnya terhadap salah satu mata uang utama seperti Dollar AS.
Pada praktiknya, kebijakan seperti itu memerlukan aksi dari kepemimpinan yang kuat;
rencana stabilisasi (inflasi) melibatkan nilai tukar tetap yang diterapkan di Argentina
oleh Domingo Cavallo yang menggambarkan betapa jarang kualitas pemimpin
sepertinya.
Dalam periode nilai tukar tetap sebelum 1971, kepemimpinan yang kuat tidak
diperlukan sebab ada sebuah sistem dimana mayoritas negara mematuhinya dan IMF
memiliki seperangkat aspek teknis untuk menerapkannya. Namun setelah tahun 1971
IMF kehilangan sentuhan tersebut ketika beralih dari nilai tukar tetap (terhadap emas)
sebelum 1971 menjadi nilai tukar mengambang setelah 1971 dan khususnya setelah
1973, tahun dimana sistem moneter internasional membatalkan nilai tukar tetap
beralih ke nilai tukar mengambang.
Tugas kebijakan moneter pada umumnya jauh lebih berat dan rumit jika
dibandingkan dengan di negara maju. Ada beberapa faktor menyebabkan hal ini.
Pertama, tugas untuk menciptakan penawaran uang yang cukup sehingga
pertambahannya dapat selalu selara dengan jalannya pembangunan yang memerlukan
disiplin kuat di kalangan penguasa moneter dan juga di pihak pemerintah. Kekurangan
modal, dan terbatasnya pendapatan pemerintah sering kali menimbulkan dorongan
yang sangat kuat bagi pemerintah untuk meminjam secaraberlebihan pada bank
Sentral. Jika ini, dilakukan laju pertambahan jumlah uang tunai danakan menjadi lebih
cepat dari yang diperlukan. Kedua, Bank sentral di negara berkembangharus lebih
teliti dan berhati-hati mengawasi perkembangan penerimaan valuta asing
danmengawasi kegiatan dalam sektor luar negeri (ekspor dan impor). Kegiatan di
sektor inisangat mudah menimbulkan inflasi negar tersebut, karena harga mentah yang
diekspor selalunaik turun. Maka, penerimaan dari kegiatan ekspor selalu mengalami
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
Sistem dan kebijakan moneter yang baik akan dapat membuat perekonomian ,
pembangunan , serta arus moneter di Indonesia menjadi lebih baik pula. Maka itu,
lembaga keuangan harus paham mengenai kebijakan kebijakan moneter yang ada di
Indonesia.
http://defiannadiana.blogspot.co.id/2013/05/sistem-moneter-internasional.html
http://diahayuastriniwebblog.blogspot.co.id/2013/02/sistem-moneter-internasional.html
http://alexandria05.blogspot.co.id/2014/10/makalah-sistem-moneter-internasional.html