Anda di halaman 1dari 2

PERMASALAHAN PEMBANGUNAN PERKOTAAN

Oleh Deddy Iskandar Ma’ruf


Masalah pembangunan kota tidak sekedar dilihat dari sisi keseharian seperti kemacetan,
perumahan kumuh dan kriminalitas. Secara luas harus dilihat dari sisi sosio-ekonomi,
political dinamic, dan kondisi geografis/fisik baik tingkat global, regional dan lokal.
Kegagalan dalam mengelola perluasan wilayah bukan hanya akan memperburuk
kesenjangan, namun juga akan mengakibatkan dampak risiko ekonomi dan lingkungan hidup
yang lebih besar bagi kota tersebut secara keseluruhan.
Beberapa issues penting yang perlu dikembangkan di perkotaan :
 Pertama, global ekonomi dipengaruhi oleh kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya,
Medan, atau, lainnya, yang telah terintegrasi dengan kota-kota dunia lainnya, mulai
dari Singapura, Tokyo dan New York, yang kesemuanya di’main’kan oleh global
capital.
 Kedua, dari perspektif nasional, pembangunan kota-kota juga merefleksikan
ketimpangan regional.
 Ketiga, perubahan cuaca akan memiliki dampak yang signifikan terhadap
pembangunan kota, termasuk penanganan banjir disebabkan abnormalitas hujan dan
banjir dari kenaikan permukaan laut, misalnya di utara Laut Jawa.
 Keempat, dalam konteks lingkungan yang luas, issue pembangunan kota termasuk
menyangkut keberlanjutan (sustainability).
 Kelima, pembangunan perkotaan selalu terkait dengan ketidaktersediaan infrastruktur
dan fasilitas perkotaan lainnya.
 Keenam, undang-undang tata ruang membutuhkan perencanaan, pemanfaatan, dan
pengendalian ruang kota dengan melibatkan seluruh stakeholders dalam prosesnya,
dengan melaksanakan prinsip-prinsip efisiensi dan efektivitas, transparansi serta
akuntabilitas yang kesemuanya merupakan prinsip good governance.
 Ketujuh, dalam eforia reformasi politik (political reform) banyak kotakota dan
pemerintah daerah menderita syndrome of “regional egoism”.

Selama ini, penanganan masalah kemiskinan perkotaan di Indonesia, baik oleh pemerintah,
LSM, maupun lembaga internasional, lebih banyak dilakukan secara parsial atau sektoral.
Pengalaman menunjukkan bahwa penanganan secara sektoral saja tidak selalu efektif dan
berkelanjutan. Hal ini mengingat masalah kemiskinan perkotaan tidak hanya terkait dengan
masalah akses terhadap lahan dan rumah saja, tetapi juga masalah sosial dan ekonomi
(McAuslan, 1985).

Faktor penghambat dalam Rencana Tata Ruang Wilayah di tingkat Provinsi dan
Kabupaten/Kota antara lain; Masalah fisik lahan yang tidak sesuai peruntukkannya, daya
dukung lingkungan, tingkat kepedulian aparat penegak hukum, dan keterbatasan SDM dan
budaya masyarakat yang masih kurang peduli terhadap lingkungan. Bertambahnya jumlah
pemukiman yang akan berdampak serius terhadap kelestarian dan keseimbangan wilayah ini.
Permasalahan yang terjadi pada pandangan saya pribadi,
 Rencana pembangunan yang selalu di sandingkan dengan perencanaan tata
ruang.
 Adanya pendekatan antara pemerintah dengan masyarakat yang bersentuhan
dengan ruang kegiatan.
 Perbedaan pandangan antara masyarakat perkotaan dan pedesaan dengan
adanya kesenjangan; sosial, tingkat pendidikan, pengentahuan tentang informasi
yang berkembang.
 Urbanisasi menjadi masalah yang timbul, karena daya tampung perkotaan yang
terbatas.
 Dalam penetapan rencana pembangunan kota lebih banyak di dominasi oleh
keputusan politik, sehingga obyektifitas terhadap karakteristik wilayah menjadi tidak
dapat berjalan dengan baik.
 Identitas sebuah kota diawali dari sejarah yang terawat, sehingga pembangunan
tetap berkembang dalam hal teknologi dan infomasi tetapi tidak melupakan sisi
sejarah yang menjadi karakter kota tersebut.

Anda mungkin juga menyukai