tentang
Dosen Pengampuh :
: FAHRIZAL
UNIVERSITAS SURYAKANCANA
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ilmiah tentang faktor
faktor yang mempengaruhi perkembangan belajar peserta didik.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak
sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak
terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari
segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.
Akhir kata kami berharap semoga bermanfaat dan dapat memberikan manfaat maupun inpirasi
terhadap pembaca.
penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................................... i
DAFTAR ISI.............................................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................... 1
Latar belakang Masalah............................................................................................................... 1
Rumusan Masalah........................................................................................................................ 1
Tujuan.......................................................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN
PESERTA DIDIK LINGKUNGAN DAN
KEMATANGAN................................................................................ 2
1 Pengertian Lingkungan.......................................................................................................... 2
2. Pengertian Kematangan..................................................................................................... 11
C. Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah memenuhi tugas dari dosen, dan para
pembacanya agar dapat menambah pengetahuan tentang hal-hal yang berhubungan dengan faktor
yang mempengaruhi perkembangan peserta didik, khususnya bagian lingkungan dan
kematangan.
BAB II
PEMBAHASAN
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK
LINGKUNGAN DAN KEMATANGAN
1. Pengertian Lingkungan
Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada disekitar manusia, baik berupa benda mati,
makhluk hidup, ataupun peristiwa-peristiwa yang terjadi termasuk masyarakat terutama yang
dapat memberikan pengaruh kuat kepada individu.
Menurut Hasbullah (2003) lingkungan mencakup:
a. Tempat (lingkungan fisik), keadaan iklim, keadaan tanah dan keadaan alam.
b. Kebudayaan (lingkungan budaya) dengan warisan budaya, seperti seni, bahasa, ekonomi
ilmu pengetahuan dsb.
c. Kelompok hidup bersama (lingkungan social atau masyarakat)keluarga, kawan bermain dsb.
Lingkungan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pembentukan dan
perkembangan perilaku individu, baik dalam lingkungan fisik maupun sosial.
Terhadap faktor lingkungan ini ahli yang mengikuti aliran Empirisme, yang berarti
pengalaman, karena dengan lingkungan itu individu mulai mengalami perubahan dan mengecap
alam sekitarnya. Manusia tidak bisa melepaskan diri secara mutlak dari pengaruh lingkungan,
karena lingkungan tersedia disekitarnya.
1.1. Ragam Bentuk Lingkungan
Linkungan adalah tempat seseorang memperoleh pendidikan secara langsung dan tidak
langsung. Oleh karena itu, lingkungan ada yang bersifat social dan materiel. Lingkungan secara
garis besarnya oleh Ki Hajar Dewantoro dibagi menjadi tiga, yaitu: lingkungan keluarga, sekolah
dan masyarakat.
1.1.1. Lingkungan Keluarga
Keluarga dalam pandangan antropologi adalah satu kesatuan kecil yang memiliki tempat
tinggal dan ditandai oleh kerjasama yang sangat erat. Orang tua ( ayah dan ibu) mempunyai
kewajiban dan tanggaung jawab untuk mendidik anaknya. Pada dasarnya kewajiban ayahlah
yang melindungi semua anggota keluarganya baik secara fisik maupun psikis., sedangkan
kewajiban ibu adalah menjaga, memeliharanya dengan mendidik dan merawat anaknya-anaknya.
Tetapi boleh jadi peran dan fungsi ayah dan ibu bisa bergantian tergangtung kepada situasi dan
kondisi (sikon) yang diperlukan.
Keluarga merupakan pengelompokan primer yang terdiri dari sejumlah keluarga kecil
karena hubungan darah. Meskipun pada mulanya ibu yang paling berpengaruh dalam
perkembangan anak, walaupun pada akhirnya anggota keluarga lainnya dapat mempengaruhi
perkembangan anak. Disamping itu faktor-faktor lain dalam keluarga juga ikut mempengaruhi
perkembangan anak, seperti lingkungan kebudayaan,masyarakat dan lainnya.
Anak dilahirkan dan dibesarkan dalam keluarganya, anak mendapat asuhan dan buaian
pertama kali adalah keluarga melalui ibu dan bapaknya. Sebelum ia bisa berbuat sesuatu untuk
dirinya, ibu dan bapaknyalah yang memberikan pemenuhan kebutuhannya. Keluarga juga
sebagai salah satu lembaga penidikan yang beran penting dalam pembentukan generasi terbaik.
Dalam islam manusia lahir dalam keadaan fitrah, yakni memiliki kemampuan untuk
berTuhan, sebagaimana firman Allah dalam Al Qur’an surah Al A’raf ayat 172:
ت بَِربِّ ُك ْم ِ ِ ِ ِ َ ُّوإِ ْذ أَخ َذ رب
ُ ك م ْن بَِِن ءَ َاد َم م ْن ظُ ُهوِره ْم ذُِّريَّتَ ُه ْم َوأَ ْش َه َد ُه ْم َعلَى أَنْ ُفس ِه ْم أَلَ ْس َ َ َ
ِِ ِ ِ
يَ قَالُوا بَلَى َش ِه ْدنَا أَ ْن تَ ُقولُوا يَ ْوَم الْقيَ َامة إِنَّا ُكنَّا َع ْن َه َذا َغافل
Artinya:
“Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu mengeluarkan cucu Adam dari sulbi (tulang belakang)
meraka, dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa meraka, (seraya berfirman: “bukankah
AKU ini Tuhanmu?” Mereka menjawab “betul, (engkau adalah Tuhan kami), kami menjadi
saksi" (kami lakukan demikian itu) agar di hari kiamat kami tidak mengatakan “sesungguhnya
ketika itu kami lengah terhadap ini.”. (Q.S Al A’raf: 172)
Demikian juga sabda Rasulullah saw:
Artinya:
Dari Abu Hurairah r.a. ia berkata: bahwa Rasulullah Saw bersabda: “setiap anak
dilahirkan dalam keadan fitrah, maka kedua orang tuanya lah yang membuat ia Yahudi, Nasrani
atau Majusi, sebagaimana seekor hewan ternak yang melahirkan anaknya (dengan sempurna
kejadian dan anggotanya), adakah kamu menganggap hidung, telinga dan anggota lainnya
terpotong?(H.R Bulhari dan Muslim).
Dari ayat dan hadits diatas dapat disimpulkan bahwa walaupun manusia lahir memiliki
insting untuyk bertuhs, namun iya lahit tidk beragama melainkan iya menjadi beragama bila iya
medapatkan untuk itu (Agama). Sama dengan hal-hal yang lain, komitmen untuk beragama
seseorang adalah karena pengaruh atau pendidikanorang lain dan membaginya dengan orang
lain. Dengan kata lain, interaksi social, religious merupakan keniscayaan dalam perkembangan
keragaman seseorang sejak iya lahir sampai iya kembali kepada Tuhannya.
Baik buruknya perkembangan jiwa beragama pada anak-anak sangat dipengaruhi oleh
pendidikan agama dari orang tuanya atau pendidikan lainya. Argyle dikutip dalam buku
perkembangan peserta didik dalam penelitiannya tentang hubungan keluarga dengan
perkembangan anak menyimpulkan bahwa terdapat hubunan yang sangat signifikan antara sikap
orang tua terhadap agama dan merupakan factor yang paling penting dalam membentuk sikap
beragama anak.
Dalam beribadah anak-anak cenderung meniru orang tuanya. Bandura mengatakan
“melalui identifikasi seorang anak mulai menerima sifat-sifat peribadi dan tingkah laku tertentu
sebagai sesuatu yang berguna agar bisa sesuai dan diterima orang lain.” Hal ini disebabkan
karena anak suka meniru, palagi menirui orang tuanya atau pengasuhnya yang selalu dilihat atau
di dengarnya setiap hari. Pentingnya proses peniruan ini mengajak kita semua untuk bisa menjadi
teladan yang baik bagi anak-anak. Seorang anak yang selalu melihat orang tuanya sholat,
mengaji, berbuat baik, akan mempunyai kesan yang positif terhadap pengamalan pengajaran
agama, sehingga mereka tertarik untuk mengerjakan ibadah-ibadah tersebut.
Islam sangat mengajarkan orang tua menjadi contoh yang baik bagi anak-anaknya ,
Rasulullah selalu mengajarkan orang tua untuk menjadi contoh yang baik buat anak-anaknya.
Rasulullah pernah menegur seorang ibu yang berjanji akan memberi anaknya kurma, tetapi tidak
berniat memenui janjinya, maka Rasulullah menegur ibu tersebut, beliau mengatakan “kalau
engkau tidak memberinya kurma maka engkau telah berdusta. Hal tersebut dapat menjadi
pendidkan pada anak bahwa berbohong dibolehkan.
Meskipun kedua faktor (keluarga dan sekolah) tersebut telah diupayakan dengan sebaik-
baiknya, misalnya seorang ayah memelih istri yang soleha untuk anak-anaknya dan telah
mendidiknya menjadi ayah yang baik, selanjutnya telah mendidik anaknya untuk mendidk
anaknya menjadi baik pula, namun Allah berkehendak lain. Manusia tidak dapat menolak
kehendak Allah. Allah telah meemberi contoh didalam Al Quran bagaimana Nabi Nuh tidak
dapat mengajak anaknya menjadi hamba Allah yang beriman. Demikian juga kisah Nabi Luth
yang tidak dapat mengajak istrinya menjadi orang yang beriman kepada Allah. Nabi Ibrahim
juga tidak dapat menajak ayahya Untuk beriman Kepada Alla swt. Nabi Muhammad Saw juga
tidak dapat menolak takdir Allah ketika Pamannya Abu Tholib meninggal dunia dalam keadaan
kafir.
Bebrapa peristiwa diatas menunjukkan bahwa didalam pandangan islam, takdir Allah
merupakan faktor penentu dalam perkembangan seseorang. Sebagaimana hadis nabi Saw yang
artinya:
Sesungguhnya kejadian seseorang diantara kamu diperut ibumu adalah 40 hari pertama
berupa sperma (air mani), kemudian menjadi alaqah (segumpal darah) pada masa seperti itu
lagi (40 hari) lalu menjadi mudgah (segumpal daging), dalam masa itu (40 hari) kemudian
malaikat itus oleh Allah, lalu DIA meniupkan ruh kepada janin dan Allah memerintahkan empat
hal yaitu: rezekinya, umurnya, dan apakah dia orang bahagia atau merugi. (H.R Muslim dari
Ibnu Mas,ud)
Keluarga merupakan lembaga penting dalam pembentukan generasi penerus, keluarga
disebut juga sebagai pendidikan informal. Pendidikan informal adalah kegiatan pendidikan yang
tidak diorganisasikan secara terstruktural dan tidak mengenal ama sekali penjenjangan kronoligis
menurut tingkatan umum maupun tingkatan keterampilan dan pengetahuan.
Keluarga sebagia lingkungan pertama bagi individu dalam berinteraksi, dari interaksi ini
selanjutnya invidu memperoleh unsur dan ciri dasar dari pembentukan kepribadian melalui
akhlak, nilai-nilai, kebiasaan-kebiasan dan emosinya untuk ditampakkan dalam dalam sikap
hidup individu dan tingkah lakunya. Interaksi yang terjadi merupakan proses yang meneguhkan
peran orang tua sebagai penanggung jawab atas proses tersebut.
Motivasi keluarga didasarkan pada cinta kasih yang sangat natural, sehingga suasana
pendidikan yang berlangsung didalamnya tanpa berdasarkan kepada suasana yang tanpa
memikirkan hak. Motivasi keluarga semata-mata demi cinta kasih yang kodrati. Didalam susana
cinta dan kemesraan inilah proses pendidikan berlangsung seumur anak itu didalam
tanggungjawab keluarga. Dasar-dasar ranggung jawabkelurga terhadap pendidikan anak,
meliputi hal-hal berikut:
a. Dorongan/motovasi cinta kasih yang menjiwa huungan orang tua dengan anaknya.
b. Dorongan/motivasi kewijaban moral.
c. Tanggung jawab sebagai bagian dari kekuarga.
Dasar-dasar pendidikan yang diberikan orang kepada anak, meliputi:
a) Pendidikan agama
b) Pendidikan budi pekerti
c) Pendidikan sosial
d) Pendidikan intelek
e) Pembentukan pambiasan berkepribadian baik
f) Pendidikan kekeluargaan
g) Pendidikan nasionalisme
2. Pengertian Kematangan
Kematangan adalah siapnya suatu fungsi kehidupan, baik pisik maupun psikis untuk
berkembang dan melakukan tugasnya denagn baik. Bagaimanapun kayanya pembawaan
seseorang individu dan betapapun baiknya lingkungan yang tersedia baginya bila belum
mencapai kematangan untuk berfungsi maka suatu fungsi kehidupan belum dapat berkembang
optial. Kematangan (maturation) adalah urutan perubahan yang dialami individu secara teratur
yang ditentukan oleh rancangan genetiknya (Santrock dan Yussen, 1992).
2.1. Pentingnya Tingkat Kematangan
Anak yang berumur empat atau lima tahun tidak menikmati keindahan musik dunia dan
kita tidak boleh memperkirakan hal itu. Karena kita semua tahu bahwa anak pada tahap ini
senang mendengarkan musik dan lagu-lagu sederhana sesuai dengan tingkatnya. Kematangan
dan kesukaannya terhadap musik bertumbuh apabila ia telah tumbuh dan dewasa, apabila ia
mendapat kesempatan mendengarkan dan belajar musik.
Anak belum mampu menguasai suatu macam kegiatan atau keterampilan, apabila ia belum
sampai tahap kematangan yang cukup, yang diperlukan waktu kegiatan tersebut, baik itu
menyusun kancing baju,membuat rumah untuk boneka kecil atau memotongkayu memakai
gergaji. Dan kita tidak patut mengharapkannya akan senang pada kegiatan tertentu yang sesuai
dengan tingkat yang ebih matang dari padanya.
Gessel menyatakan bahwa anak umur lima tahun condong pada mendengarkan rekaman
musik bergambar dari pada mendengarkan radio, ia condong kepada mendengarkan musik yang
sama. Akan tetapi, pada umur enam tahun, kecondongannya untuk mendengar radio meningkat
pada umur enam tahun dan kecenderungan untuk mendengar percakapan lebih besar dari pada
kecenderungan program musik. Ketika ia telah sampai pada umur tujuh tahun, bertumbuh
padanya kecenderungan untuk mendengarkan cerita-cerita yang berharga, dan kepahlawanan
melalui siaran radio setelah ia berumur sembilan tahun, kecondongannnya pada kisah-kisah dan
cerita yang samar-samar dan memerlukan penelitian serta pengambilan kesimpulan seperti
mengikuti penjahat dan mencari orang yang melarikan diri.
Apabila telah dewasa, kecondongannya beralih kepada ingin mendengarkan program-
program jenis lainnya. Kecondongannya terhadap bermacam-macam program sesudah itu,
tergantung kepada banyak faktor, seperti umur, kemamouan mental, pengaruh sekolah, keluarga
dan sebagianya.
Hal tersebut dapat menjadi pendidikan Kematangan (maturation) adalah urutan perubahan
yang dialami individu secara teratur yang ditentukan oleh rancangan genetiknya (Santrock dan
Yussen, 1992). Kematangan dianggap sebagai suatu pembawaan (nature), yakni warisan biologis
organisme yang dibawa sejak lahir. Disisi lain, pengalaman (experience) merupakan peristiwa-
peristiwa yang di alami oleh individu dalam berinteraksi dengan lingkungan (nature), yakni
sebagai pengalaman-pengalaman environmental yang diperoleh individu dalam kehidupannya.
Disamping dua kelompok aliran diatas, ada pula paara ahli perkembangan (interationests)
yang mempercayai bahwa hampir semua kualitas fisik dan psikis individu merupakan hasil dari
pengaruh pembawaan dan lingkungan.