Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN PRAKTIKUM

ILMU PRODUKSI TERNAK UNGGAS

Aldy.ky latoana

PROGRAM STUDI PETERNAKAN


JURUSAN PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN DAN PERIKANAN
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2019
LAPORAN PRAKTIKUM
ILMU PRODUKSI TERNAK UNGGAS
“ IDENTIFIKASI ORGAN PENCERNAAN DAN REPRODUKSI
AYAM DAN ITIK (JANTAN DAN BETINA ) PENGENALAN JENIS KANDANG DAN
BAHAN PAKAN PENYUSUN RANSUM “

Aldy.ky latoana
O 121 16168

PROGRAM STUDI PETERNAKAN


JURUSAN PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN DAN PERIKANAN
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2019
HALAMAN PENGESAHAN
Judul : Laporan Praktikum Ilmu Produksi Tenak Unggas

Nama : Aldy.Ky Latoana

Stambuk : O 121 16 168

Kelas : Ptk 7

Kelompok : 03 (Tiga)

Program Studi : S1 Peternakan

Fakultas : Peternakan & Perikanan

Universitas : Tadulako

Palu , 8 November 2019

Mengetahui Penyusun

Andi Pertiwi DamayantiSigit Hardadi


O 121 18 229

KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kita panjatkan kepada allah swt karena rahmatnya dan hidayanya penulis

dapat menyelesaikan laporan praktikum ilmu produksi tenak unggas peternakan ini guna

melengkapitugas mata kuliah ilmu produksi tenak unggas dijurusan peternakan fakultas

peternakan & perikanan universitas tadulako. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan

ucapan terima kasih kepada :

1. Dosen mata kuliah ilmu produksi ternak ungga fakultas peternakan & perikanan

universitas tadulako

2. Teman – teman dan semua pihak yang telah memberi bantuan dalam penulisan laporan

ini .

Penulis menyadari bahwa laporan ini masih banyak kekurangan oleh karena itu penyusun

mengharapkan kritikan dan saran yang membangun demi perbaikan dimasa akan datang. Semoga

laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua khususnya mahasiswa peternakan & perikanan

universitas tadulako

Palu, 8 November 2019


UCAPAN TERIMA KASIH
Puji syukur atas kita panjatkan kepada allah swt karena rahmatnya dan hidayanya penulis
dapat menyelesaikan laporan praktikum ilmu produksi tenak unggas peternakan ini guna
melengkapitugas mata kuliah ilmu produksi tenak unggas dijurusan peternakan fakultas
peternakan & perikanan universitas tadulako. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan
ucapan terima kasih kepada :

1. Dosen mata kuliah ilmu produksi ternak ungga fakultas peternakan & perikanan
universitas tadulako
2. Teman – teman dan semua pihak yang telah memberi bantuan dalam penulisan laporan
ini .

Penulis menyadari bahwa laporan ini masih banyak kekurngan oleh karena itu penyusun
mengharapkan kritikan dan saran yang membangun demi perbaikan dimasa akan datang. Semoga
laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua khususnya mahasiswa peternakan & perikanan
universitas tadulako

Palu, 8 November 2019


DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL

HALAMAN PENGESAHAN

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakan


1.2 Tujuan

BAB II LANDSAN TEORI

2.1 Mengidentifikasi Organ Reproduksi Ayam Dan Itik ( Jantan Dan Betina )
2.2 Mengidentifikasi Organ Pencernaan Ayam Dan Itik
2.3 Pengenalan Bahan Penyusun Ransum
2.4 Pengenalan Bentuk Kandang

BAB III METODE PELAKSANAAN

3.1 Waktu Dan Tempat

3.2 Alat Dan Bahan

3.3 Prosedur Kerja

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

4.2 Pembahasan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

5.2 Saran

LAMPIRAN
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Ternak unggas adalah ternak yang memiliki garis keturunan dari bangsa spesies burung

(aves).Jenis unggas yang umum dipelihara adalah ayam, itik, puyuh, dan burungmerpati. 

Unggas air memilki perbedaan yang spesifik dengan unggas darat dari luarnya yang menunjukan

perbedaan habitat, makanan, cara pertahanan diri dan kebiasaannya. Ransum merupakan pakan

yang siap diberikan kepada ternak terdiri dari campuran bahan – bahan untuk memenuhi

kebutuhan nutrisi ternak selama 24 jam.Formulasi ransum berguna untuk meminimalisir biaya

yang dikeluarkan untuk pakan tetapi dapat memenuhi kebutuhan nutrisi ternak tersebut. Ransum

yang baik membutuhkan beberapa data seperti bahan pakan yang meliputi kandungan gizi serta

adanya zat anti nutrisi atau zat berbahaya yang terkandung di dalamnya.Sistem kandang

merupakan pembentukan suatu kandang sesuai dengan tujuannya hingga membuat ternak merasa

nyaman untuk menghasilkan produksi yang tinggi.

1.2 TUJUAN

Tujuan dari praktikum Produksi Ternak Unggas adalah mengenalperbedaannya sistem

pencernaan ternakunggasjantan dan betina, cara menyusun ransum, mengetahui sistem

perkandangan yang baik, teknik maupun cara dalam penyusunan ransum, factor - faktor yang

dapat mempengaruhi kenyamanan dan produksi ternak dalam suatu perkandangan.


BAB II
DASAR TEORI

2.1 MENGIDENTIFIKASI ORGAN REPRODUKSI AYAM DAN ITIK ( JANTAN DAN


BETINA )

Sistem Reproduksi JantanAlat reproduksi ayam jantan terdiri atas alat kelamin pokok dan alat
kelamin pelengkap. Alat kelamin pokok adalah organ yang langsung membentuk spermatozoa
yaitu testis. Alat kelamin pelengkap terdiri atas saluran  yang menuju kloaka yaitu
epididymis,vasdefferens,dan papillae.
Terdapat 3 bagian utama:

 sepasang testes
 sepasang saluran deferens (ductus deferens)
 kloaka

Sistem reproduksi ayam betina dibantu oleh alat-alat reproduksi.Alat reproduksi tersebut

berupa ovarium (kantong telur) yang berfungsi sebagai pembentuk telur dan dilengkapi dengan

oviduct (saluran telur). Selain alat-alat reproduksi, sistem reproduksi ayam betina juga dibantu

oleh hormon-hormon reproduksi seperti hormon FSH (Follicle Stimulating Hormon) yang

berfungsi merangsang ovarium untuk membentuk folikel telur dan hormon-hormon lain. Proses

reproduksi ayam betina adalah sebagai berikut (Etches, R.J 1996).

 Mula-mula hormon FSH merangsang ovarium untuk membentuk folikel yang jumlahnya

cukup banyak (20.000 sel waktu embrio, setelah ayam dewasa kelamin ada sekitar 400

calon telur yang siap matang selama hidup ayam). Folikel yang telah terbentuk makin

lama makin besar. Ketika folikel telah berbentuk bola dengan diameter 40 mm (telah

matang), hormon estrogen akan merangsang corong oviduct/ infundibulum sehingga

membesarkan rongga salurannya.(Creswell and Gunawan, 1982).


 Oviduct terdiri dari lima bagian yaitu infundibulum, magnum, isthmus, uterus, dan

vagina akan terjadi proses-proses lebih lanjutSelanjutnya hormon androgen merangsang

magnum untuk membentuk putih telur kental dan melapisi kuning telur. Panjang magnum

kurang lebih 33 cm.

 Isthmus dengan kelenjar-kelenjar pembentuk selaput telurnya mengeluarkan dua buah

selaputputih (dalam dan luar) yang akan membungkus semua isi telur yang  disalurkan

oleh magnum.

 Di uterus isi telur ditambah dengan air dan larutan mineral yang terdiri dari natrium,

kalsium, dan kalium. Denganbantuan hormon estrogen terjadi proses pembentukan kulit

telur yang sebagian besar terdiri dari kalsium karbonat.

 Vagina merupakan tempat penyimpanan telur sementara hingga tiba waktunya

dikeluarkan dari tubuh ayam. Sesaat sebelum keluar, kulit telur dilapisi oleh lapisan

mukosa yang akan mengering begitu telur dikeluarkan dari tubuh ayam. Lapisan mukosa

ini berguna melindungi permukaan kulittelur dari bibit penyakit/zat-zat halus lain yang

dapat masuk ke dalam telur. Panjang vagina kurang lebih 5 cm.

 Dengan bantuan hormon oksitosin, telur didorong dari vagina ke kloaka kemudian

dikeluarkan dari tubuh ayam. Proses pembentukan telur di dalam oviduct kurang lebih 25

jam dengan waktu terlama di uterus.

2.2 MENGIDENTIFIKASI ORGAN PENCERNAAN AYAM DAN ITIK

Sistem pencernaan merupakan rangkaian proses yangterjadi di dalam saluran pencernaan

ayam untuk memanfaatkan nutrien dari pakan atau bahan pakan yang diperlukan tubuh untuk

hidup, beraktivitas, berproduksi dan bereproduksi. Sistem pencernaan ayam terdiri atas rongga

mulut, esofagus dan temboloknya, lambung kelenjar, lambung otot, usus halus, usus besar,
kloaka dan anus, beserta kelenjar asesori yaitu hati dan pankreas.Kelenjar ludar mensekresikan

saliva ke dalam rongga mulut untuk membasahi makanan agar mudah ditelan. Saliva

mengandung enzim pencernaan yang akan memecah makanan secara kimiawi. Lidah membantu

proses penelanan dan mendorong makanan menuju esofagus(Anggorodi, 2005).

Proses pencernaan unggas terdiri daripencernaan secara mekanik (fisik), kimiawi

(enzimatis), dan mikrobiologis (North, 1978). Prinsip pencernaan pada unggas ada tiga macam,

yaitu pencernaan secara mekanik (fisik) dilakukan oleh kontraksi otot polos, terutama terjadi di

empedal (gizzard) yang dibantu oleh bebatuan (grit), pencernaan secara kimia (enzimatik)

dilakukan oleh enzim pencernaan yang dihasilkan kelenjar salivadi mulut, enzim yang dihasilkan

oleh proventikulus,enzim dari pankreas,enzim empedudari hati, dan enzim dari usus halus, dan

pencernaan secara mikrobiologik (jumlahnya sedikit sekali) dan terjadi di sekum dan kolon.

Secara umum pencernaan unggas meliputi aspek tiga aspek,yaitu digesti yang terjadi pada paruh,

tembolok,proventikulus, ventrikulus (empedal/ guisar), usus halus, usus besar dan ceca, absorbsi

yang terjadi pada usus halus (small intestinum) melalui vili-vili (jonjot usus), metabolisme yang

terjadi pada sel tubuh yang kemudian disintesis menjadi protein, glukosa dan hasil lain untuk

pertumbuhan badan, produksi telur atau daging, pertumbuhan bulu, penimbunan lemak, dan

menjaga atau memelihara tubuh dari proses kehidupannya (Yuwanta, 2004)

2.3 PENGENALAN BAHAN PENYUSUN RANSUM

Ransum adalah campuran bahan pakan yang sudah dipilih yang mengandung semua gizi

dibutuhkan oleh unggas untuk berproduksi sesuai umur dan ukuran tubuhnya (Rasyaf,

2011).Prinsip penyusunan ransum adalah menyamakan kandungan nutrisi bahan pakan terpilih

dengan kebutuhan ayam yang dipelihara (Rasyaf, 2008).Ayam broiler fase finisher

membutuhkan protein kasar 18 – 20% dan energi metabolis 3000 – 3200 kkal/kg (Yuwanta,

2004).Keseimbangan protein dan energi dalam penyusunan ransum perlu diperhatikan. Protein
dijadikan sebagai patokan karena kualitas suatu bahan dan harga pakan ditentukan oleh kadar

protein tersebut (Rukmana, 2007). Teknik pencampuran ransum yaitu pertama tama, bahan

pakan disusun berlapis secara vertikal yang jumlahnya paling besar diletakkan pada lapisan

paling bawah dan bagian kecil diletakkan semakin keatas kemudian semua bahan pakan tersebut

dicampurkan sampai merata (Sudarmono, 2003).

Penyusunan ransum merupakan suatu metode atau cara mencampurkan beberapa bahan

pakan yang diberikan pada ternak sesuai dengan kebutuhan ternak untuk memenuhi

kebutuhannya selama 24 jam dan sebagai pertumbuhan dan produksinya dengan berbagai

pertimbangan yakni dengan beberapa metode antara lain metode trial and error method (coba -

coba), person square method (metode bujur sangkar) dan sistem komputer

(Suprijatna dkk., 2005). Metode formulasi ransum yang mudah untuk mendapatkan ransum yang

murah dan berkualitas diperlukan yang betujuan untuk digunakan, lebih cepat dan akurat dalam

penentuan komposisi bahan (perhitungan) dan yang paling utama adalah mendapatkan biaya

serendah mungkin dalam perhitungannya yakni ada beberapa cara pencampurannya atau

formulasinya antara lain linear programming, trial and error, equation dan pearson’s square

(Hidayat dan Mukhlash, 2015).

Pemilihan bahan pakan sebaiknya memiliki kandungan gizi yang disesuaikan sesuai

dengan kebutuhan ternak, mudah dicerna agar efisiensi pakan, bahan pakan tidak mengandung

racun yang dapat menyebabkan penyakit bahkan kematian, mudah diperoleh dan harganya

murah (Devani dan Basriati, 2015). Standar kebutuhan akan energi metabolis pada ayam periode

starter adalah 2800 -3200 kkal/kg dan pada unggas fase finisher energi metabolisme sebesar

2800 -3300 kkal/kg, standar protein kasar untuk periode starter adalah 18 - 23 % dan periode

finisher adalah 18 - 22% (Rasyaf, 1995). Serat kasar dalam ransum ayam hanya 5% (Siregar,
1970). Total kebutuhan unggas broiler finisher PK sebesar 20%, LK sebsar 3 - 4%, SK sbesar 3 -

5%, Ca 0,9%, Phospor 0,4%, EM 3200 KKal/kg, Lisin 1,0% dan Metionin 0,38% (NRC, 1984).

Beberapa bentuk pakan yang diberikan pada ternak khususnya unggas ada bermacam

macam antara lain crumble yang merupakan tipe ransum yang dihasilkan dari campuran bahan

pakan, pellet yang merupakan bahan pakan yang dipadatkan menggunakan mesin pellet dan

mash (Jahan dkk., 2006). Pemberian pakan dapat dilakukan dengan cara adlibitum atau secara

terus - menerus (Manurung, 2011). Pemberian pakan sesuai interval yaitu dengan mengatur jarak

waktu antara pemberian ransum setiap harinya (Syahwani, 2004). Metode pemberian pakan

secara force feeding yaitu dengan mempuasakan ayam terlebih dahulu dan kemudian ayam

dipaksa untuk memakan pakan (Hidayati, 2006).

2.4 PENGENALAN BENTUK KANDANG

Kandang merupakan kebutuhan primer awal yang harus dipersiapkan terlebih dahulu

sebagai tempat untuk ternak hidup setiap harinya dan berproduksi (Haryoto, 1999). Evaluasi

perkandangan dilihat dari aspek layout perkandangan dan konstruksi bentuk kandang serta daya

tampung seberapa banyak jumlah ayam dalam suatu kandang (Nadzir dkk., 2015). Kondisi

kandang yang  baik merupakan  kandang yang berada jauh dari pusat keramaian (Muslim, 2006).

Syarat kandang dikatakan baik juga harus dapat memberikan rasa aman dan nyaman bagi unggas

sehingga produksi yang dihasilkan maksimal (Martawijaya dkk., 2004).

2.4.1.    Layout kandang

Kandang ideal yang baik dan sehat memiliki ciri - ciri antara lain kandang menghadap

timur dengan ventilasi yang baik (Ustomo, 2016). Jarak kandang dari pemukiman yang baik

minimal 500 m dari pemukiman supaya tidak terjadi pencemaran udara, air dan kotoran disekitar

kandang (Yuwanta, 2004).Kandang baterai yang baik di letakkan dengan ketinggian minimal 40
cm dari permukaan lantai untuk memberikan ruang gerak udara (Sudarmono, 2003).Standar

jarak antar kandang ayam yang baik adalah 10 m (Artianingsih, 2011).

2.4.2.     Konstruksi kandang

Bagian konstruksi kandang yang perlu di perhatikan meliputi dinding kandang, atap

kandang, lantai kandang, dan sistem kandang (Marconah, 2012). Tipe atap kandang ayam petelur

dibagi menjadi beberapa jenis meliputi tipe atap miring, tipe A, tipe monitor, dan semi monitor

(Udjianto, 2016). Berdasarkan tipe dinding kandang ayam di bagi menjadi dua yaitu kandang

terbuka dan kandang tertutup (Rahayu dkk., 2011).  Tipe alas yang baik terbuat dari semen yang

ditutup dengan sekam, pasir kering dan kapur, dan ukuran mencukupi kebutuhan gerak

ayam(Ustomo, 2016).

2.4.3.    Kapasitas dan daya dukung kandang

Kapasitas kandang merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap tingkat

pertumbuhan unggas, populasi yang terlalu padat dapat mengakibatkan stress pada ayam

(Tamalludin, 2014). Temperaturlingkungan, tipe kandang, ukuran ayam, dan umur ayam

merupakan faktor yang dapat mempengaruhi tingkat kepadatan kandang (Suprijanta dkk., 2005).

Daya dukung kandang juga berpengaruh berpengaruh terhadap pertumbuhan unggas, karena

daya dukung kandang dapat menjaga kondisi lingkungan unggas aga tidak muda stress, daya

dukung kandang meliputi tempat makan, tempat minum, alat pemanas, alat penerang dan alat

sanitasi. (Rasyaf, 2011).


BAB III

METODE PELAKSANAAN

3.1 WAKTU DAN TEMPAT

Praktikum ilmu produksi ternak unggas dilaksanakan pada hari sabtu tangal 2 november

2019 pukul 08:00-12:00 WITA dengan materi karakteristik morfologi ayam jantan dan betina,

itik jantan dan betina. Mengukur organ reproduksi ayam jantan dan betina. Mengukur organ

pencernaan ayam dan itik ( jantan dan betina ). Pengenalan bahan pakan penyusun ransum.

Pengenalan jenis – jenis kadang yang dilakukan disibalaya

3.2 ALAT DAN BAHAN

3.2.1 Bahan dan Alat Identifikasi Organ Reproduksi & Pencernaan ayam dan itik ( jantan dan
betina )

 Ayam dan itik jantan


 Ayam daan itik betina
 Meja lab
 Pisau stenlis
 Pisau curter
 Gunting
 Alat ukur
 Timbangan
 Alkohol, desinfektan, dan sabun
 Tissu
 Baki

3.2.2 Bahan dan Alat Bahan Penyusun Ransum

 Pelastik alas pencampur pakan


 Timbangan
 Jagung
 Dedak padi
 Konsentrat
 Top mix/ mineral mix
 Ampas kelapa fermentasi
3.3 Prosedur Kerja

1. Prosedur kerja system pencernaan

 siapkan alat dan bahan


 lalu potong ayam yang di beli
 letakan itik yang sudah di potong di atas meja yang sudah dilapisi plastic
 kemudian itik di kupas kulitnya agar mempermudah proses pembelahan
 setelah bersih badan ayam di belah bagian tengah hinggah terliat organ-organ dalamnya
 pisahkan organ repoduksi dan organ-organ lainnya
 kemudian organ pencernaan di letakkan di atas nampan sesuai dengan urutannya
 organ pencernaan siap untuk di teliti

2. Prosedur kerja system repoduksi unggas

 siapkan alat dan bahan


 lalu potong itik jantan dan ayam betina yang akan di beli
 letakan ayam dan itik yang sudah dipotong di atas meja yang sudah dilapisi plastic
 kemudian ayam dan itik di kupas kulitnya agar mempermudah proses pembelahan
 setelah bersih badan ayam dan itik dibelah di bagian tengah hingga terlihat organ
dalamnya
 pisahkan organ repoduksi dari organ-organ lainnya
 kemudian organ repoduksinya diletakan di atas nampan sesuai dengan urutannya
 organ repoduksi siap untuk diteliti

3. Prosedur kerja formulasi ransum

 siapkan alat dan bahan


 Timbang bahan-bahan seperi jagung (15 Kg), dedak padi(4,5)dan kosentrat (10,5)
 Campurkan bahan-bahan secara merata menggunakan mesin mixer atau mesin
pencampur
 setelah dicampur, campuran ramsum kemudian di isi kedalam karung lalu di isi kedalam
karung lalu di timbang
 ransum siap di berikan pada ternak
BAB IV

HasilDan Pembahasan

4.1 Hasil

1). Hasil identifikasi organ reproduksi ayam dan itik (jantan dan betina)

Organ reproduksi ayam dan itik jantan

 Testis
 Epididimus
 Vas deferens
 Organ kopulasi
 Fertilisasi

Organ reproduksi ayam dan itik betina

 Ovarium
 Ifundibulum
 Magnum
 Uterus
 Vagina
 Kloaka

2). Hasil identifikasi organ pencernaan ayam dan itik

Organ pencernaan ayam:

 Paruh/mulut
 Esophagus
 Tembolok/crop
 Proventrikulus
 Gizzard/ventrikulus
 Usus halus (terdapat duodenum,jejunum,dan ileum
 Sekum
 Usus besar
 Kloaka

Organ pencernaan itik

 Paruh/mulut
 Esophagus
 Proventrikulus
 Gizzard/ventrikulus (duodenum,jejunum,dan ileum)
 Sekum
 Usus besar
 Kloaka

3). Hasil pengenalan bahan penyusun Ransum

 Jagung ditimbang sebanyak 15 kg


 Dedak ditimbang sebanyak 4,5 kg
 Konsentrat ditimbang sebanyak 10, kg
 Menggunakan ampas kelapa fermentasi 0,5% sebagai media

4.2 PEMBAHASAN

4.1 Pembahasan bahan penyusun ransum


a) ransum
Pencampuran bahan baku lokal dilakukan dengan cara mencampurkan bahan
yang jumlahnya lebih besar dan jumlahnya yang lebih banyak yaitu
jagung,konsentrat ,dedak,tepug ikan dan ampas kelapa.campurkan bahan baku
dan stater di campur sampai homogen.
Bahan penyusun ransum ada 3 yaitu :
 jagung
jagung dimanfaat kan sebagai sumber energy dengan istilah energy metabolis
walaupun jagung mengandung protein sebesar 8,5%,tetapi pertimbangan
penggunaan jagung sebagai pakan adalah untuk energy ,apabilA energy yang
terdapat pada jagung masih kurang,misalnya pakan ayam broiler ,biasanya
ditambahkan minyak agar energy ransum sesusai dengan kebutuhan ternak.

 Dedak padi
Dedak padi merupakan hasil ikutan penggilingingan padi yang berasal dari
lapisan luar beras pecah kulit dalam proses penyosohan beras ,proses
pengolahan gabah menjadi beras akan menghasilkan dedak padi kira-kira
sebanyak 10% pecahan-pecahan beras atau menir sebanyak 17%,tepung
beras 3%,sekam 20% dan beras nya sendiri 50%.presentase tersebut sangat
bervariasi tergantung pada variates dan umur padi,derajat penggilingan serta
penyosohannya (grist,1972).

 Konsentrat
Konsentrat adalah suatu bahan pakan yang digunakan bersama bahan pakan
lain untuk meningkatkan keserasian gizi dari keseluruhan makanan dan
dimaksudkan untuk disatukan dan dicampur sebagai suplemen (pelengkap)
atau pakan pelengkap (Hartadi dkk<1991). Konsentrat terdiri dari campuran
jagung,dedak halus ,bungkil kelapa dan ttepung ikan .kualitaspakan
konsentrat komersial buatan pabrik berupa pellet memiiliki kandungan
protein yang tinggi (Nismas dkk,2012 )

4.2 Pembahasan perkandangan

a) . kapasitas kandang

kapasitas kandang berkaitan dengan kepadatan kandang ,dan kondisi ini juga berhubungan
dengan iklim mikro kandang.

Menurut murni (2009),kapasitas kandang ayam pedaging sesuai dengan tingkat umur ayam
pedaging yaitu :

 Umur 1hr- 1 minggu =40-50 ekor DOC/m²


 Umur >7 hr -2 minggu =20-25 ekor ayam/m²
 Umur > 2 minggu 8-12 ekor ayam/m²

b) peralatan kandang

 Tempat pakan
 Tempat air minum
 Alat pemanas/heater
 Dinding kandang
 Atap kandang
 Ventilasi kandang
c) kandang kolonil/alas liter

System ini menggunakan lantai tanah yang sudah dipadatkan atau semen plaster ,lalu
diatasnya ditaburi dengan bahan litter (alas lantai ).untuk lantai dari tanah yang dikeraskan
,biasanya tanah dicampur dengan pasir dan kapur agar lebih bisa menyerap air dan menetralisir
ammonia, sedangkan bahan litter yang digunakan umumnya adalah sekam padi ,selain sekam
padi ,juga bisa digunakan serbuk,gergaji,serutan kayu yang halus,potongan kulit kacang ,ataupun
tongkol jagung.semakin tebal lapisan atau alas litter ,maka suhu ruangan kandang akan semakin
hangat,namun ,lapisan litter yang terlalu tebal akan menambahkan beban kerja karyawan
bilamana akan mengganti bahan litter tersebut dengan yang masih segar.
d) kandang batrey ayam broiler

kandang tipe battery merupakan modifikasi dari kandang sistem sangkar atau
kurungan,yang disusun secara berderet memanjang ,bertingkat dua atau lebiih.setiap sangkar
bisa untuk satu ekor ayam atau kalua ayam tipe rinngan bisa diisi dua ekor,hasil penelitian yang
sudah ada,pengisian satu ekor per lokal kandang battery adalah lebih baik disbanding kan dengan
lebih satu ekor lokal.hal ini kemungkinan disebabkan adanya sifat-sifat atau tingkah laku
kehidupan social dari ayam.dasar lantai kandang sisteem battery dibuat agak condong kedepan
dengan harapan agar telur dapat menggelinding kedepan untuk memudahkan pengambilan
telur.sistem kandang battery dipandang kurang menguntungkan untukk pemeliharaan ayam buras
pedaging karena sering menimbulkan lepuh dada atau pemmbengkakan pada tulang dada.

4.3 Pembahasan system pencernaan


Secara garis besar alat pencernaan pada unggas dapat dibagi atas tractus allimentarius
dan organa accesorius .tractus allimmentarius yaitu saluran pencernaan dapat dipandang
sebagai tabung memanjang yang di mulai dari mulut sampai anus dan pada bagian dalam
di lapisi oleh mukosa.
Menurut yasin (2010),bahwa proses pencernaan pada unggas antara lain :
a.mulut
b.kelenjar maksilaris
c.tembolok
d.lambung
e.usus halus

4.4 pembahasan proses system reproduksi

sistem reproduksi jantan –alat reproduksi unnggas jantan terdiri atas alat kelamin pokok
dan alat kelamin pelengkap.alat kelamin pokok adalah organ yang langsung membentuk
spermatozoa yaitu testis,alat kelamin pelengkap terdiri atas saluran yang menuju kloaka
yaitu epididymis,vas deferens,dan papillae.
Terdapat 3 bagian utama ;
 sepasang testes
 sepasang saluran deferens (ductus deferens )
 kloaka
testis

 terletak di rongga badan dekat tulang belakang


 temperature testis antara 41-43 c karena spermatogenesis terjadi pada
temperature tersebut.
 pada 1 mm3 cairan (disebut semen )terdapat 3-5 juta spermatozoa
 bentuk seperti biji buncis ,warna putih-krem,terbungkus oleh lapisan
albugin yang lunak

 bagian dalam testis terdiri dari :

1.tubuli seminiferi (85-95% volume testis ),yang merupakan tempat terjadinya


spermatogenesis

2. jaringan interstitial yang terdiri dari sel glandular ( seling Leydig ) tempat
disekresikannya hormon steroid ,androgen dan testosterone.

Saluran deferens

 bagian atas merupakan muara sperma dari testis


 Bagian bawah merupakan perpanjangan saluran epididymis
 Sperma mengalami pemasakan dan penyimpanan ( pada 65 % bagian
distal saluran deferens )
 Bermuara di kloaka pada daerah proktodeum yang bersebelahan
dengan urodeum dan koprodeum
Alat kopulasi

 Alat kopulai pada ayam berupa papila (penis) yang rudi menter
 Pada itik (unggas air) berbentuk spiral dengan panjang sekitar 15 cm
 Pada papilla di produksi cairan transparan yang bercampur dengan
sperma pada saat terjadi kopulasi

Mekanisme spermatogenesis

 Spermatogenesis adalah proses pembentukan sel sperma yang terjadi di


tubuli seminiferi ,dikontrol oleh hormone gonadotropin dari hipofisis
 Tubuli seminiferi terdiri dari sel sertoli dan sel germinalis
 Proses spermatogenesis
1.awal spermatogenesis dengan pembelahan meiosis dari spermatosit I
menjadi spermatosit II (6 hari)
2.pembelahan meiosis II (0,5 hari )
3.spermatid bulat (2,5 hari )
4.spermatid bulaat memanjang untuk menjalani pemasakan (8 hari )

Sistem reproduksi betina


Karakteristik

 Organ reproduksi betina yang berkembang hanya sebelah kiri


 Organ sebelah kanan tidak berkembang (rudimenter) ketika embrio
 Terdiri dari
1.ovarium
2.oviduct: infundibulum,magnum,isthmus,vagina,cloaca

Ovarium

 Terdiri dari folikel yang berwarna kekuning-kuningan


 Tiap folikel mengandung ovum(yolk)
 Terdapat banyak folikel kecil,dan beberapa folikel yang besar dan
segera matanng untuk menjadi telur
 Ukuran folikel bervariasi ,dengan diameter sangat kecil sampai 40 mm
 Perkembangan yolk di dalam folikel dari ukuran kecil sampai besar
memerlukan waktu 10 hari
 Folikel berfungsi sebagai kantung dan mensuplai nutrient selama
perkembangan yolk
 Terdapat area yang tidak memiliki pembuluh darah ,disebut stigma
 Jika tidak pecah pada bagian lain,bukan pada stigma ,maka pembuluh
darah pada folikel akan rusak ,mengeluarkan darah dan menghasilkan
bercak darah pada telur (blood spot )

Oviduct

 Berfungsi menghasilkan albumen,membran kerabang (shell membranes)


dan kerabang telur (shell )sehingga menjadi telur lengkap
 Menyerupai tabung panjang,terdapat banyak pembuluh darah
 Terdapat banyak kelenjar pada dindingnya yang menghasilkan
albumen,membran kerabang dan kerabang telur
 Pada unggas non petelur ,oviduct pendek dan kecil ,tetapi pada saat aktif
dapat membesar dengan panjang 80 cm.
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 KESIMPULAN

Unggas jantan umumnya memiliki tampilan yang cenderung menarik untuk sebagai

penarik perhatian betina.Saluran respirasi unggas terbang cenderung memiliki pundi-pundi udara

yang besar utuk meringankan saat terbang. Bentuk paruh dan organ pencernaan lain pada unggas

di sesuaikan dengan bentuk pakan yang di kosumsi.Berdasarkan praktikum yang telah

dilaksanakan dapat disimpulkan bahwa dalam penyusunan suatu formulasi ransum dibutuhkan

ketelitian dalam perhitungan agar dapat memenuhi kebutuhan nutrisi suatu ternak.Selain

memenuhi kebutuhan nutrisi suatu ternak juga dapat mencari bahan – bahan campuran dengan

harga termurah untuk meminimalisir pengeluaran biaya produksi.Kesimpulan yang dapat

diperoleh dari praktikum sistem kandang yaitu dapat mengetahui keadaan kandang yang diatur

untuk membuat ternak menjadi nyaman dengan konstruksi kakandang yang dapat diatur dengan

bahan maupun bentuk yang sesuai.

5.2 SARAN

Saran untuk praktikum sebaiknya dilakukan dengan lebih teliti, hati-hati, tertib dan tepat

waktu agar memperoleh hasil yang maksimal.


DAFTAR PUSTAKA

Afiati, F., Herdis dan S. Said. 2013. Pembibitan Ternak dengan Inseminasi Buatan. Penebar
Swadaya, Jakarta.

Hidayat, S. dan I. Mukhlash.2015. Rancang Bangun dan Implementasi Sistem Pendukung


Keputusan Berbasis Web untuk Menentukan Formulasi Ransum Pakan Ternak. J. Sains dan seni
its. 4 (2) : 2337-3520.

Horhoruw, W. M. 2012. Ukuran saluran reproduksi ayam petelur fase pullet yang diberi pakan
dengan campuran rumput laut (Gracilarria edulis). J. Ilmu Ternak dan Tanaman. 2 (2) : 75 – 80.

Isnaeni, W. 2006. Fisiologi Hewan. Kanisius, Yogyakarta.

Nadzir, A. Tusi, A. Haryanto. 2015. Evaluasi desain kandang ayam broiler di desa rejo binangun,
kecamatan raman utara, kabupaten lampung timur. J. Teknik Pertanian Lampung. 4 (4) : 255-
266.

Prasetyo, L. H. 2006. Strategi dan Peluang Pengembangan Pembibitan Ternak Itik. J.Wartazoa
16 (3) : 109 - 115

Rahayu, I., T. Sudaryani dan H. Santosa. 2011. Panduan Lengkap Ayam. Penebar Swadaya,
Jakarta.

Rasyaf, M. 2011. Beternak Itik Komersial. Kanisius, Yogyakarta.

Siregar, A. P. dan M. Sabrani.1970. Teknik Modern Beternak Ayam.Yasaguna, Jakarta.

Siwi, N., T. H. Wahyuni dan Hamdan. 2014. Identifikasi morfologi dan morfometri organ
pencernaan serta sifat kualitatif warna bulu Belibis Kembang (Dendrocygna arcuata) dan Belibis
Batu (Dendrocygna javanica). J. Peternakan Integratif. 2 (2) : 193 – 208.

Suprijatna, E., U. Atmomarsono dan R. Kartasudjana. 2008. Ilmu Dasar Ternak Unggas. Penebar
Swadaya, Jakarta.

Suprapti,S.W.H., J. Wahju, D. Sugandi dan D.J. Samosir. 2008. Implementasi dedak padi
terfermentasi oleh Aspergillus ficuum dan pengaruhnya terhadap kualitas ransum serta
performans produksi ayam petelur. J.Indon.Trop.Anim.Agric. 33 (4) : 255–261.

Yuwanta, T. 2004. Dasar Ternak Unggas. Penerbit Kanisius, Yogyakarta.


LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai