PENDAHULUAN
Nikel merupakan salah satu bahan penting yang banyak dibutuhkan dalam
bidang perindustrian. Salah satu konsumsi nikel yang paling besar adalah sebagai
bahan baku pembuatan baja anti karat (stainless steel) yaitu sebanyak 62% dari
total konsumsinya. Konsumsi nikel lain adalah sebagai bahan baku pembuatan
alloy steels dan non-ferrous alloy sebanyak 18% (Barkas, 2010). Pertumbuhan
penduduk dunia yang terus meningkat setiap tahunnya berefek pada meningkatnya
1
Sumber nikel pada dasarnya berasal dari dua sumber, yaitu batuan sulfida
dan baruan batuan laterit. Selama ini, sebanyak 60% kebutuhan akan nikel secara
komersial dipasok dari batuan sulfida. Padahal, sekitar 70% cadangan nikel dunia
tidak diminati sebagai sumber utama nikel adalah karena kadar nikelnya yang
sumber cadangan batuan laterit sebagai salah satu sumber utama nikel di masa
depan. Namun, kadar nikel yang terkandung dalam laterit kadarnya sangat rendah,
yakni sekitar 0.5-1.0 % (Kyle, 2010). Oleh karena itu dibutuhkan perlakuan
Deposit batuan nikel laterit secara mudah dapat ditemukan di area tropis
cadangan nikel sebesar 13.000.000 ton dari 140.000.000 ton nikel dunia
Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), telah kebijakan baru nomor 20 tahun
2013 yang mewajibkan bawa kadar minimal nikel yang diekspor harus melebih
70% untuk nikel matte, 10% untuk FeNi dan 6% untuk nickel pig iron
(Kementrian ESDM, 2013). Kondisi ini memaksa para ahli dan industri nikel di
2
Indonesia untuk memikirkan sebuah proses baru yang efektif dan efisien untuk
Batuan laterit pada dasarnya dapat dibagi menjadi dua lapisan, yaitu
pengolahan utama batuan laterit untuk memperoleh berbagai produk nikel, yakni
menghasilkan nikel dengan kadar kemurnian tinggi. Selain itu, pelarut dapat
Akan tetapi, proses ini masih meninggalkan residu dari pelarut kimia tersebut
logam dengan menggunakan bahan kaya akan karbon sebagai reduktor. Bahan
pirometalurgi ini adalah prosesnya kotor dan membutuhkan energi yang sangat
besar (Kyle, 2010). Proses ini dapat mencemari udara karena digunakannya batu
bara yang berasal dari fosil sehingga melepas karbon dioksida ke udara.
3
Dari hasil penelitian-penelitian sebelumnya, dengan mempertimbangkan
FeNi, FeNi matte, atau nickel pig iron (NPI) dari batuan limonite cocok diolah
Whittington, 2008).
Pada penelitian kali ini akan di lakukan reduksi batuan limonite dengan
efisiensi dari proses pirometalurgi ini. Salah satu caranya adalah dengan
khususnya pada proses reduksi dan umumnya pada keseluruhan rangkaian proses.
seperti jenis reduktor, dan suhu reduksi. Dari penelitian ini, kondisi operasi yang
paling sesuai untuk mereduksi nikel bisa dievaluasi. Hasil ini juga bisa digunakan
sebagai basis untuk perkembangan yang lebih efektif dan efisien, khususnya untuk
Penelitian tentang reduksi bijih nikel laterit sudah pernah dilakukan. Beberapa
peneliti mereduksi bijih nikel laterit menggunakan berbagai gas seperti kombinasi
gas CO-CO2 (Purwanto, 2001), kombinasi gas H2-CO2 (Valix, 2002), dan gas
CH4 (Mohanty, 2008). Selain menggunakan reduktor gas, beberapa peneliti lain
4
juga mereduksi bijih nikel lateri menggunakan reduktor padat. Li Yan-jun (2009)
melakukan penelitan tentang reduksi campuran bijih nikel laterit dengan batubara
Li (2009) dan Ma (2013) meneliti efek reduksi bijih nikel laterit dengan batubara
Penelitian mengenai pengeruh jenis reduktor padat pada proses reduksi bijih
nikel laterit masih cukup jarang dilakukan. Setiawan (2014) meneliti reduksi bijih
nikel laterit menggunakan 2 macam batubara, yaitu jenis lignite dan sub-
menyatakan jika batubara jenis lignite memliki kemampuan reduksi yang lebih
tinggi karena lignite memiliki volatile matter yang lebih tinggi jika dibandingkan
oleh Fruehan (1977) pada proses reduksi bijih besi. Penelitian dilakukan
batubara belum pernah dilakukan. Pada penelitian ini akan dilakukan reduksi
salah satu sumber daya yang terbarukan sehingga cukup berpotensi untuk
digunakan sebagai reduktor, salah satunya adalah kayu lamtoro. Selain itu pada
5
penelitian ini juga akan digunakan reduktor batubara dan carbon riser sebagai
pembanding.
pemanfaatan biomassa sebagai sumber gas CO pada proses reduksi batuan laterit.
biomassa yang sangat besar, dimana sebagian besar menjadi sampah setelah
sejatinya adalah sumber daya alam yang tidak terbarukan. Pemanfaatan biomassa
juga dapat mengekstrak energi dari biomassa tersebut sehingga tidak terbuang
karbon tertutup dalam proses pirometalurgi karena CO2 yang dihasilkan dalam
6
I.4 Tujuan Penelitian
biomassa sebagai sumber reduktor pada proses reduksi batuan laterit Pomalaa.
anthracite, carbon riser, dan arang kayu lamtoro) dan temperatur reduksi