Anda di halaman 1dari 9

UPAYA MENGATASI MASALAH KETERAMPILAN

BERBAHASA MASYARAKAT DI DESA SURAKARTA

Disusun untuk memenuhi tugas Bahasa Indonesia

Oleh:
Siska Rahayu / 6511420028

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG


2021
PRAKATA

Alhamdulillahirobbil Alamin segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah
SWT yang maha penyayang tanpa Karunia-Nya, mustahillah makalah ini
terselesaikan dengan tepat waktu mengingat tugas dan kewajiban lain yang
bersamaan hadir. Makalah ini dibuat untuk menunjukkan bagaimana kurangnya
keterampilan berbahasa yang benar, baik dalam keterampilan berbicara, menulis,
membaca dan menyimak yang ada di desa di mana penulis tinggal. Ucapan terima
kasih tidak lupa penulis sampaikan kepada ibu Zuliyanti S.pd., M. Pd. Selaku dosen
Bahasa Indonesia yang telah memberi Arahan dalam proses pembentukan makalah
yang sesuai dengan kaidah sehingga makalah ini dapat tersusun dengan baik. Tak
lupa ucapan terima kasih kepada teman sesama mahasiswa yang telah membantu
penulis menyelesaikan makalah ini.

Meskipun telah berusaha menghindari kesalahan, penulis menyadari juga bahwa


makalah ini masih memiliki kelemahan sebagai kekurangan nya. Karena itu, penulis
berharap agar pembaca berkenan menyampaikan kritikan. Dengan segala
pengharapan dan keterbukaan, penulis menyampaikan rasa terima kasih dengan
setulus-tulusnya. Kritik merupakan perhatian agar dapat menuju kesempurnaan.
Akhir kata, penulis berharap agar makalah ini membawa manfaat kepada pembaca
secara langsung penulis berharap agar generasi Millennial tetap menjunjung tinggi
bahasa Indonesia, dan sesuai pada ketentuan bahasa yang baik.

Lampung, 19 mei 2021

Siska Rahayu
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ................................................................................... i


PRAKATA ..................................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................
1.1 Latar Belakang Masalah .............................................................................
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................
1.3 Tujuan ........................................................................................................
BAB II ISI .......................................................................................................
2.1 Landasan Teori ..........................................................................................
2.2 Pembahasan ................................................................................................
BAB III PENUTUP .........................................................................................
3.1 Simpulan ....................................................................................................
3.2 Saran ...........................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
- Sebagai masyarakat berkebangsaan Indonesia, tentulah dapat menggunakan
keterampilan berbahasa yang baik dan benar sesuai kaidah yang berlaku.
- Namun, kondisi yang sebenarnya terjadi di desa Surakarta, kebanyakan dari
masyarakat tidak menggunakan keterampilan berbahasa tersebut. Salah satunya
dalam berbicara
- Masyarakat di desa ini kesulitan dalam berbicara terutama dalam penggunaan
bahasa Indonesia. Alasannya, penggunaan bahasa daerah yang sudah mereka terima
sedari kecil membuat mereka kesulitan dalam penggunaan bahasa nasional yakni
bahasa Indonesia.
-penggunaan keterampilan berbahasa yang baik membantu masyarakat agar tetap
menjunjung tinggi bahasa persatuan, serta menggunakan tata Krama yang baik ketika
berbicara. Masyarakat khususnya generasi Millennial tentunya harus memiliki
keterampilan dalam berbahasa agar bahasa yang dipergunakan dapat mencapai
fungsinya dengan baik dan tepat.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari makalah ini adalah bagaimana upaya mengatasi masalah
keterampilan berbahasa di desa Surakarta
1.3 Tujuan
Tujuan dalam makalah ini adalah bagaimana upaya mengatasi masalah keterampilan
berbahasa di desa Surakarta
BAB II ISI

2.1 Landasan Teori


2.1.1 Pengertian Keterampilan berbahasa
adalah kemampuan dan kecekatan menggunakan bahasa yang dapat meliputi
mendengar atau menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Keterampilan
berbahasa dibagi menjadi 2, yaitu Lisan dan Tulis. Lisan meliputi menyimak dan
berbicara, sedangkan keterampilan berbahasa tulis meliputi membaca dan menulis.
Komunikasi sesungguhnya terjadi dalam suatu konteks kehidupan yang dinamis,
dalam suatu konteks budaya. Dalam komunikasi yang sesungguhnya, ketika
melakukan proses encoding si pengirim berada dalam suatu konteks yang berupa
ruang, waktu, peran, serta konteks budaya yang menjadi latar belakang pengirim dan
penerima. Keberhasilan suatu komunikasi sangat bergantung kepada proses encoding
dan decoding yang sesuai dengan konteks komunikasinya. Seseorang dikatakan
memiliki keterampilan berbahasa dalam posisi sebagai pengirim pesan (encoder), jika
dalam proses encoding ia terampil memilih bentuk-bentuk bahasa yang tepat, sesuai
dengan konteks komunikasi. Kemudian, ia dapat dikatakan memiliki keterampilan
berbahasa dalam posisi sebagai penerima pesan (decoder), jika dalam proses
decoding ia mampu mengubah bentuk-bentuk bahasa yang diterimanya dalam suatu
konteks komunikasi menjadi pesan yang utuh, yang isi dan maksudnya sama dengan
maksud si pengirimnya.

Seseorang dikatakan memiliki keterampilan berbicara apabila yang bersangkutan


terampil memilih bunyi-bunyi bahasa (berupa kata, kalimat, serta tekanan dan nada)
secara tepat serta memformulasikannya secara tepat pula guna menyampaikan
pikiran, perasaan, gagasan, fakta, perbuatan dalam suatu konteks komunikasi tertentu.
Kemudian, seseorang dikatakan terampil mendengarkan (menyimak) apabila yang
bersangkutan memiliki kemampuan menafsirkan makna dari bunyi-bunyi bahasa
(berupa kata, kalimat, tekanan, dan nada) yang disampaikan pembicara dalam suatu
konteks komunikasi tertentu. Selanjutnya, seseorang dikatakan memiliki
keterampilan menulis bila yang bersangkutan dapat memilih bentuk-bentuk bahasa
tertulis (berupa kata, kalimat, paragraf) serta menggunakan retorika (organisasi
tulisan) yang tepat guna mengutarakan pikiran, perasaan, gagasan, fakta. Terakhir,
seseorang dikatakan terampil membaca bila yang bersangkutan dapat menafsirkan
makna dan bentuk-bentuk bahasa tertulis (berupa kata, kalimat, paragraf, organisasi
tulisan) yang dibacanya

2.1.2 keterampilan berbicara


Keterampilan berbicara merupakan salah satu keterampilan berbahasa selain
menyimak, membaca, dan menulis. Secara alamiah, perolehan keterampilan tersebut
dapat diurutkan dari menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Ketika anak masih
kecil, ia membangun kompetensi komunikatif melalui kegiatan menyimak pajanan
bahasa yang diucapkan oleh orang-orang di sekelilingnya dan kemudian ia belajar
berbicara. Jika tidak meneruskan belajar membaca dan menulis, si anak tidak
memiliki dua keterampilan tersebut. Berbicara merupakan keterampilan berbahasa
yang aktif. Berbicara dikatakan aktif karena pembicara melakukan aktivitas untuk
menyeleksi hal-hal yang akan diungkapkan dan media yang digunakan. Formulasi
antara isi dan media tersebut menghasilkan produk, yaitu tuturan. Oleh sebab itu,
berbicara disebut keterampilan berbahasa yang aktif dan produktif.

Pembelajaran berbicara merupakan suatu proses yang melibatkan tiga komponen,


yaitu perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Ketiga komponen tersebut berinteraksi
dalam suatu sistem. Oleh sebab itu, ketiga komponen tersebut saling berkaitan secara
langsung maupun tidak langsung. Tentang hal ini, Djiwandono (1996:3)
mengemukanan bahwa tiga komponen tersebut mempunyai hubungan langsung
dalam bentuk sebab akibat dan hubungan tidak langsung dalambentuk umpan balik.
2.2 Pembahasan
2.2.1 Bagaimana Upaya Mengatasi Masalah Keterampilan Berbahasa di Desa
Surakarta
Indonesia adalah bangsa yang bhinneka. Dengan kalimat lain, masyarakat Indonesia
adalah masyarakat multikultural di dalamnya berkembang banyak kebudayaan
(Tilaar, 2004:29). Konsekuensi multikultural antara lain adanya tuntutan “pengakuan
atau identitas” kelompok kelompok dan penerimaan “perbedaan kebudayaan” yang
berkembang di dalamnya. Menyadari pentingnya multikultural, Indonesia
membutuhkan manusia yang cerdas dan bermoral yang hanya dapat diciptakan
melalui pendidikan multikultural.

Berbicara adalah kemampuan mengemukakan hal-hal yang terdapat dalam kehidupan


sehari-hari secara lisan dengan kemudahan dan kefasihan yang memadai sehingga
dapat dipahami oleh lawan bicaranya. Berbicara adalah salah satu proses pengiriman
pesan kepada orang lain dengan menggunakan bahasa lisan yang secara langsung
maupun tidak langsung mempunyai efek terhadap pembicara/pendengar atau kedua-
duanya. Djiwandono (1996:68) dan Nurgiyantoro (1995:273) mengemukakan bahwa
berbicara merupakan kemampuan yang aktif produktif. Selanjutnya Djiwandono
(1996:68) mengemukakan bahwa hal itu disebabkan dalam berbicara pembicara
dituntut prakarsa nyata dalam menggunakan bahasa untuk mengungkapkan diri secara
lisan.

Lalu bagaimana cara mengupayakan akan keterampilan berbicara ini dapat di atasi?
Interaksi dan komunikasi antarbudaya dan masyarakat multibudaya dapat terjalin
dengan menggunakan bahasa karena bahasa Indonesia sebagai alat komunikasi dapat
menyatukan keragaman dalam diri masyarakat. Upaya tersebut sesuai dengan tujuan
pembelajaran bahasa Indonesia yakni meningkatkan kemampuan peserta didik untuk
berkomunikasi dalam bahasa Indonesia, baik secara lisan maupun tulis serta
menimbulkan penghargaan terhadap hasil cipta manusia Indonesia. Lebih dari itu,
pembelajaran bahasa Indonesia dituntut mampu mengembangkan konsep berbagai
ilmu pengetahuan untuk mengantarkan masyarakat dan bangsa Indonesia menuju
kearah peradaban dan kehidupan modern sesuai dengan tingkat kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi mutakhir (Alwi, 2002:4) .

Mata pelajaran bahasa dan sastra Indonesia adalah program untuk mengembangkan
pengetahuan, keterampilan berbahasa, dan sikap positif terhadap bahasa Indonesia
(Depdikbud, 1995:1). Selain itu, Oka dan Suparno (1994:47) mengemukakan bahwa
pengajaran bahasa Indonesia dimaksudkan untuk membuat anak didik mampu
mengintegrasikan diri dalam masyarakat Indonesia.

BAB III PENUTUP

3.1 Simpulan
Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa upaya mengatasi masalah
keterampilan berbahasa khusunya pada keterampilan berbicara adalah dengan
menanamkan bahasa Indonesia kepada masyarakat sedari dini. Dengan penggunaan
bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan dapat mempermudah komunikasi bangsa
Indonesia yang kaya akan bahasa daerah.

3.2 Saran
Penulis berharap agar makalah ini dapat menambah wawasan pembaca.

DAFTAR PUSTAKA
Zulaeha, Ida. 2013. “Pengembangan Model Pembelajaran Keterampilan Bahasa
Indonesia Berkonteks Multikultural”. JURNAL LITERA. Edisi no 1 Volume 12 April
2013. Halaman 97-105
Halidjah, Siti. 2010. “Evaluasi Keterampilan Berbicara dalam Pembelajaran Bahasa
Indonesia”. Jurnal Visi Ilmu Pendidikan. Edisi no 1 Volume 2. Halaman 259-269
Supriani, Reni. Siregar, Ida Ramadani. 2012. “Penelitian Analisis Kesalahan
Berbahasa”. Jurnal Edukasi Kultural. Halaman 67-76

Anda mungkin juga menyukai