Roda gigi lurus berfungsi untuk meneruskan putaran poros yang sejajar serta
meneruskan daya dari putaran poros yang satu ke poros yang lain.
Dasar perhitungan dan rumusan dari suatu roda gigi lurus adalah dengan sistim
modul ( m ) dan natau sistim Diametral Pitch ( Dp ). Sistim modul ( m ) dipakai di negara
Belanda, sedangkan sistrim Diametral Pitch ( Dp ) dipakai di negara Amerika atau Inggris.
Sistim Modul
Pada suatu roda gigi terdapat tiga macam ukuran garis tengah, yaitu garis tengah
luar ( Dl ), garis tengah tusuk ( Dt ) dan garis tengah kaki ( Dk ).
Garis tengah tusuk adalah tempat kedudukan gigi-gigi bersinggungan satu sama
lainnya. Jarak antara gigi yang satu dengan gigi lainnya yang terletak pada garis tengah tusuk
disebut tusukan gigi ( circular pitch ). Dengan demikian banyak gigi suatu roda gigi
berdasarkan tusukan gigi dan keliling garis tengah tusuk pada roda gigi tersebut adalah :
Apabila banyak gigi pada suatu roda gigi = Z dan Jarak tusuk giginya = t, maka akan
diperoleh persamaan sbb :
tXZ t t
π X Dt = t X Z Dt = = X Z = modul ( m )
π π π
Dt
Sehingga : Dt = Z X m atau m = Z
Modul adalah perbandingan antara diameter tusuk dengan jumlah gigi pada roda
gigi tersebut
Dari setiap pasangan roda gigi, dimana bentuk dan ukuran profil giginya haruslah
sama, agar kaitan antara gigi pada roda gigi utama dan roda gigi pada gigi pinionnya dapat
bekerja dengan sempurna. Dalam hal ini maka setiap pasangan roda gigi ditentukan oleh
“modul” dari suatu pasangan r atau pengefrisan gigi roda gigi yang digunakan tersebut.
Untuk menentukan ukuran ketiga garis tengah ( Dl, Dt, dan Dk ) pada suatu roda gigi
dapat disimpulkan bahwa :
Dl = Dt + 2.hl Dk = Dt - 2.hk Dt = Z X m h = hl + hk
hl
Dimana :
Dt = Diameter tusuk h = Tinggi gigi
Dl = Diameter luar m = modul
Dk = Diameter kaki Z = Jumlah gigi
hl = Tinggi kepala gigi t = jarak tusuk gigi
hk = Tinggi kaki gigi
Dalam pembuatan atau penggunaan setiap roda gigi harus berpatokan pada
standardnya masing-masing. Begitu juga nomor pisau frisnya / cutter yang digunakan untuk
pembuatan atau pengefrisan gigi-giginya.
Berikut ini adalah standard normalisasi untuk pembuatan roda gigi beserta
penggunaan nomor pisau frisnya :
Berikut adalah penggunaan nomor cutter dalam pengefrisan roda gigi sistim modul
Dasar perhitungan roda gigi dengan sistim ini samahalnya dengan sistim modul, hanya sistim
diametral pitch ini, dimana jumlah gigi pada setiap panjang 1 inchi dari diameter keliling
lingkaran tusuknya adalah sebagai dasar perhitungan yang nilainya 1 Dp. Maka didapat
persamaan sbb :
Z
1 Dp = z . 1 . π} over {π . Dt ¿ sehingga Dp =
Dt
“ Diametral pitch adalah perbandingan antara jumlah gigi pada suatu roda gigi
dengan diameter tusuk dari roda gigi tersebut “
Z Z
Dp = ------- Dt =
Dt Dp
Dl = Dt + 2 . hl
Dk = Dt - 2 . hk
t . Z = π . Dt
Pada standard Dp ini, dimana satuan yang digunakan adalah dalam inchi. Hal ini
didasarkan dari ukuran pokok diatas, yakni dalam tiap 1 inchi panjang dari diameter keliling
tusuknya.
Persamaan dari sistim modul dan sistim diametral pitch adalah sebagai berikut :
Dt Z
Dt = Z . m atau m = Dp = atau Z = Dp . Dt
Z Dt
Dt Dt 1 1
Maka : m = = = atau Dp =
Z Dp. Dt Dp m
Dari persamaan diatas, ternyata bahwa modul adalah kebalikan dari Dp atau
sebaliknya, maka dalam pengefrisan / pembuatan gigi-gigi pada roda gigi sistim Dp ini,
dimana pisau fris / cutter yang dipakai dapat menggunakan pisau modul yang berkebalikan
dengan nomor pisau sistim modul tersebut, sehingga untuk cutter modul nomor 1 yang
mengerjakan gigi berjumlah 12 – 13 gigi dapat juga menggunakan cutter Dp nomor 8 atau
sebaliknya, dimana cutter Dp nomr 1 dapat digunakan cutter modul nomor 8. Sehingga
penggunaan nomor cutter / pisau fris sistim Dp ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
Contoh :
Rencanakanlah roda gigi lurus dengan sistim modul dan proses pembuatannya. Jika
modul yang digunakan adalah 1,5 dan jumlah giginya 24 buah dengan lebar gigi = 8 . m
Penyelesaian :
Untuk mengerjakan soal diatas, maka kita harus menghitung / menentukan ukuran-
ukuran dari roda gigi yang akan dibuat :
Dt = z . m Dl = Dt + 2 . hl
= 24 X 1,5 = 36 + 2 . 1 . m
= 36 mm = 36 + 2 X 1 X 1,5
= 36 + 3 = 39 mm
H = 2,25 . m Dk = Dt - 2. Hk
= 2,25 X 1,5 = 36 – 2 . 1,25 . m
= 3,375 mm = 36 – 2,5 . 1,5
L =8.m = 36 – 3,75
= 8 . 1,5 = 32,25 mm
= 12 mm
Dari perencanaan roda gigi diatas, maka telah diperoleh ukuran-ukurannyan sbb :
- Diameter tusuknya Dt = 36 mm
- Diameter luarnya Dl = 39 mm
- Diameter kakinya Dk = 32,25 mm
- Lebar giginya l =12 mm
- Modul roda gigi m = 1,5
- Nomor pisau modul = nomor 4
Putaran engkol pembagi untuk pengefrisan gigi demi giginya adalah :
i 40 16 2 14
Nc = = = 1 = 1 putaran , atau = 1 putaran
Z 24 24 3 21
Sehingga bila piring pembagi yang digunakan menggunakan alur lubang berlubang
21 buah dalam 1 keliling / lingkaran, maka untuk pengefrisan gigi demi gigi, dimana engkol
pembagi pada kepala pembaginya diputar sebesar :
N c = 1 putaran engkol + 14 jarak lubang pada alur piringan yang berlubang 21
buah dalam setiap pergantian pengefrisan alur giginya.
Proses pembuatannya.