Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN
1.      Latar Belakang
Berbicara tentang pendidikan, berarti berbicara tentang manusia. Hal ini disebabkan
karena manusia adalah objek dari pendidikan dan pendidikan yang dilakukan adalah untuk
manusia. Manusia menjadi sosok sentral di alam dunia, karena manusia mengurus dirinya
sendiri dan juga mengurus alam. Manusia membuat peraturan sendiri untuk mengatur
dirinya sendiri dan  manusia juga membuat peraturan sendiri untuk mengatur alam. Dalam
realitas kehidupannya sehari-hari seluruh kegiatan di alam yang dilaksanakan oleh manusia
diatur oleh manusia itu sendiri. Oleh karena itu kerusakan dan kelestraian alam tergantung
pada manusia sebagai sosok sentralnya. Jadi, sudah seharusnya manusia mengenali hakikat
manusia yang sebenarnya.
Kelestarian manusia dan alam harus tetap terjaga dengan sebaik-baiknya. Untuk itu
manusia harus dibekali dengan ilmu pengetahuan, sehingga manusia dapat menjadi manusia
yang sesungguhnya dan mengetahui eksistensinya di alam dunia sebagai sosok sentral yang
harus menjaga kelestariannya sendiri dan kelestarian alam dunia. Tujuan ini hanya bisa
diwujudkan melalui bimbingan dan pengajaran dari orang lain dalam proses pendidikan.
2.      Rumusan Masalah
1) Jelaskan pengertian penciftaan manusia
2) Sebutkan sifat Hakikat Manusia      
3) Sebutkan dimensi-dimensi hakekat manusia
3.      Tujuan
1) Mengetahui pengertian penciftaan manusia
2) Mengetahuai sifat hakikat manusia
3) Mengetahui dimensi-dimensi hakekat manusia

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Penciptaan Manusia
Salah satu spesies makhluk hidup di bumi ini adalah manusia. Keberadaannya
pertama kali di bumi ini tidak diketahui secara pasti. Sejarah panjangnya merupakan
rangkaian peristiwa yang terputus-putus. Namun, sebagaimana kita pikirkan bahwa
keberadaan bumi seharusnya mendahului keberadaan manusia sebagai penghuni di
atasnya. Walaupun mungkin saja terjadi, sebelum menghuni bumi ini, manusia telah
berada di tempat lain kemudian mengadakan eksodus ke atas bumi.
Teori evolusi mengatakan bahwa alam ini, termasuk manusia yang berada di
dalamnya berkembang secara evolusionis (berubah atau berkembang secara perlahan) dari
makhluk yang sangat sederhana yang berkembang sedemikian rupa menjadi makhluk yang
lebih kompleks. Perjalanannya yang sangat panjang itu menceritakan perkembangan tahap
demi tahap sampai menjadi manusia seperti sekarang ini. Prediksi ke depan, manusia terus
akan berkembang dan mengalami transformasi ke bentuk manusia lainnya yang lebih
kompleks. Golongan Realisme (orang yang beranggapan bahwa realitas ini bersifat
bendawi), golongan Materialisme (orang yang beranggapan bahwa alam ini merupakan
wujud gerak mekanistik) dan Atheis (orang yang tidak percaya kepada Tuhan)
berpandangan demikian. Bagi mereka, yang paling utama bagi manusia dalah jasadnya
(jasmaninya). Jiwa (ruhani) bersifat bayangan dari jasmani yang bersifat bendawi. Hal
demikian tentu sangat berbeda dengan apa yang Anda pikirkan, bahwa manusia
mempunyai aspek ruhani yang berbeda dengan aspek jasmani.
Pandangan yang lain, seperti pandangan ahli agama, mengatakan bahwa manusia
pertama tidak diciptakan di tempat ini (di bumi), dan bukan merupakan bagian panjang
dari sejarah alam seperti diperkirakan dalam pandangan evolusionisme tadi. Manusia
pertama yang kemudian disebut dengan Adam itu diciptakan dalam surga (suatu tempat
yang menjadi idaman para penganut agama dan keberadaannya di luar alam ini, serta
berbeda dengan alam ini karena ia bersifat immateri). Pandangan demikian dianut oleh
para pemeluk agama (terutama agama samawi dunia, seperti Islam, Kristen, Katolik, dan
Yahudi).
Pendidikan adalah kegiatan yang berhubungan dengan manusia. Oleh karena itu perlu
dikaji hakikat dari manusia itu sendiri.
            Istilah hakikat berasal dari bahasa Arab dengan kata dasarnya “haq” yang berarti
kebenaran yang sesungguhnya (mendasar). Istilah manusia berasal dari bahasa Arab, yaitu
2
dari kata ”man”  yang artinya manusia. Penggalan kedua yaitu “nasia” yang artinya
pelupa. Jadi, istilah manusia berarti orang yang sering lupa tentang aturan atau peringatan-
peringatan Tuhan.
B.Sifat Hakikat Manusia
Sifat hakikat manusia adalah ciri yang menjadi karakteristik, yang secara prinsipel
membedakan membedakan manusia dari makhluk lain seperti hewan, meskipun secara
biologis dalam hal tertentu ada kemiripan antara manusia dan hewan. Para ahli seperti
Socrates mengatakan bahwa manusia itu adalah hewan yang bermasyarakat (zoon
politicon) dan Charles Darwin dengan teori evolusinya mengatakan bahwa manusia
berasal dari kera namun tidak dapat membuktikannya . Manusia tidak bisa disamakan
dengan hewan, karena manusia mempunyai ciri-ciri yang khas yang membedakannya
dengan hewan sebagai sifat hakikat manusia.
Ada berbagai pendapat tentang manusia, tergantung pada sudut pandang masing-
masing orang. Beberapa diantaranya telah memandang manusia sebagai makhluk yang
mampu berpikir, makhluk yang memiliki akal budi, makhluk yang mampu berbahasa, dan
makhluk yang mampu membuat perangkat peralatan untuk memenuhi kebutuhan dan
mempertahankan eksistensinya dalam kehidupan.
Manusia adalah makhluk bertanya yang selalu ingin tahu tentang berbagai
hal.Tidak hanya ingin mengetahui tentang segala sesuatu yang ada di luar dirinya, manusia
juga berusaha mencari tahu tentang siapa dirinya sendiri.
Dalam kehidupannya yang nyata, manusia mempunyai banyak sekali perbedaan,
baik tampilan fisik, strata sosial, kebiasaan maupun pengetahuannya. Tetapi, dibalik
perbedaan itu terdapat satu hal yang menunjukkan kesamaan di antara semua manusia,
yaitu semua manusia adalah manusia. Berbagai kesamaan yang menjadi karakteristik
esensial dari setiap manusia itulah yang kemudian disebut hakikat manusia. Atau dengan
kata lain hakikat manusia adalah seperangkat gagasan tentang “sesuatu yang
olehnya”manusia menjadi apa yang terwujud, “sesuatu yang olehnya” manusia memiliki
karakteristik yang khas, “sesuatu yang olehnya” ia merupakan sebuah nilai yang unik,
yang memiliki sesuatu martabat khusus(Wahyudin, 2008: 1.4).
Wujud hakikat manusia (yang tidak dimiliki oleh hewan) menurut Umar
Tirtaraharja yang mengambil paham eksistensialisme adalah sebagai berikut.
1)        Kemampuan menyadari diri;
2)        Kemampuan bereksistensi;
3)        Memiliki kata hati;
3
4)        Moral;
5)        Kemampuan bertanggung jawab;
6)       Memiliki  rasa kebebasan (kemerdekaan);
7)        Kesediaan melaksanakan kewajiban dan menyadari hak
8)        Kemampuan menghayati kebahagiaan.
Hakikat Manusia Menurut Pandangan Islam
a. Manusia makhluk yg paling mulia dan atau paling hina
Mulia => Konstruksi jasmani dan rohani manusia lebih  lengkap
Hina => Tingkah lakunya bertentangan dgn aturan Tuhan
b. Hakikat kejadian manusia
Jasmani => Tanah
Rohani => Gaib
Manusia adalah makhluk Allah yang sangat mulia, karena ia telah dilengkapi sejak
awal penciptaannya dengan akal pikiran, sehingga atas dasar ini pula, ia sanggup memikul
amanah Tuhan sebagai khalifah fi al-Ardl. Di samping itu, manusia dilengkapi dengan
fitrah yang selalu cenderung kepada kebenaran. Artinya bahwa manusia adalah makhluk
yang senantiasa cenderung untuk mengetahui siapa Tuhannya, di samping juga terdapat
kecenderungan untuk beragama (Ahnan dan Syafa, 1994: 204).
Dari beberapa penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa hakikat manusia adalah
segala sesutu yang mendasar dari manusia yaitusebagai makhluk ciptaan Allah yang
sangat mulia dan paling sempurna di alam dunia serta memiliki ciri-ciri karakteristik yang
membedakannya dengan makhluk lain di alam dunia. Manusia adalah makhluk yang
mampu berpikir, makhluk yang memiliki akal budi, makhluk yang mampu berbahasa, dan
makhluk yang mampu membuat perangkat peralatan untuk memenuhi kebutuhan dan
mempertahankan eksistensinya dalam kehidupan.  
C. Hakekat Pendidikan
Istilah pendidikan berasal dari bahasa Yunani “paedagogie” , yang akar
katanya ”pais” yang berarti anak dan “again” yang artinya membimbing.
Jadi, “paedagogie” berarti bimbingan yang yang diberikan kepada anak. Dalam bahasa
Inggris, pendidikan diterjemahkan menjadi “education” . “Education”  bersal dari bahasa
Yunani “educare”  yang berarti membawa keluar yang tersimpan dalam jiwa anak, untuk
dituntun agar tumbuh dan berkembang.
Batasan atau definisi pendidikan yang dikemukakan oleh para ahli atau suatu bangsa
tergantung dari sudut pandang yang digunakan dalam memberi arti, sehingga definisi
4
pendidikan ini berbeda antara satu dengan yang lain. Ada yang memberikan definisi
pendidikan yang lebih bersifat deskriptif, di mana mereka melihat dari bagaimana proses
terjadinya pendidikan itu sendiri, tanpa melihat tujuan apa yang ingin dicapai. Di
sampping itu, ada yang mendefinisikan pendidikan berdasarkan tujuannya atau lebih
bersifat normatif (Madyo Ekosusilo, 1987:3).

5
BAB III
PENUTUP
1.  Kesimpulan
Manusia sebagai sosok sentral di alam dunia yang memiliki berbagai potensi
seperti potensi intelektual, rasa, karsa, karya, dan religi sangat membutuhkan pendidikan
agar potensi-potensi tersebut dapat terealisasikan hingga manusia dapat tumbuh dan
berkembang secara fisik maupun non fisik. Pendidikan pada intinya bertujuan untuk
membentuk manusia yang sesungguhnya atau memanusiakan manusia. Dalam hal ini
pendidikan berperan penting dalam proses pendewasaan manusia, hingga manusia menjadi
pribadi-pribadi yang unggul secara individu yang secara akumulatif akan membentuk
formasi hubungan sosial yang unggul pula dan berbasis pada tata susila sesuai dengan
norma yang ada.
Jadi, antara manusia dan pendidikan adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan.
Manusia adalah objek dari pendidikan, dan pendidikan yang dilakukan adalah untuk
manusia. Belajar tentang hakikat manusia akan menyempurnakan pendidikan dan belajar
tentang hakikat pendidikan akan menyempurnakan manusia.
2.      Saran
Kepada semua pihak yang berkepentingan dunia pendidikan wajib berpegang teguh
kepada nilai-nilai kependidikan dalam mengemban tugas dan tanggung jawab
kesehariannya

6
DAFTAR PUSTAKA

 http://riskaworldjam.blogspot.com/2018/02/dasar-dasar-ilmu-pendidikan-hakikat.html

Anda mungkin juga menyukai