Odf Umm
Odf Umm
KABUPATEN BOJONEGORO
Abstrak
Pada tahun 2015 terdapat 130 rumah tangga di desa Mayangkawis kecamatan Balen Kabupaten
Bojonegoro yang masih buang air besar sembarangan. Kondisi ini sangat menurunkan sanitasi
lingkungan. Untuk memperbaikinya dilakukan jambanisasi dan penyuluhan. Pada tahun 2016
dibangun 23 jamban kerjasama pemkab Bojonegoro, desa dan program IbW.
1. PENDAHULUAN
Derajat kesehatan dipengaruhi oleh banyak faktor yaitu : lingkungan, perilaku, pelayanan
kesehatan dan keturunan. Faktor lingkungan dan perilaku sangat mempengaruhi derajat kesehatan.
Termasuk lingkungan yaitu keadaan pemukiman/perumahan, tempat kerja, sekolah dan tempat
umum, air dan udara bersih, teknologi, pendidikan, sosial dan ekonomi. Sedangkan perilaku
tergambar dalam kebiasaan sehari-hari seperti pola makan, kebersihan perorangan, gaya hidup, dan
perilaku terhadap upaya kesehatan [1].
Dalam hal sanitasi lingkungan, masyarakat masih memanfaatkan “toilet terbuka” yang
biasanya terletak di kebun, pinggir sungai, dan parit sawah. Melakukan buang air besar di tempat
terbuka akan menimbulkan pencemaran pada permukaan tanah dan air. Perilaku semacam itu
dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain faktor ekonomi karena untuk membuat septik tank
diperlukan biaya, tidak tersedianya septik tank umum dan layanan yang baik untuk penyedotannya.
Karena beberapa faktor tersebut, maka muncullah suatu masalah yaitu adanya masyarakat yang
masih buang air besar di sembarang tempat [2].
Menurut data UNICEF, 44,5 % total seluruh penduduk Indonesia belum memiliki akses
pembuangan tinja yang layak dan 63 juta masyarakat Indonesia masih buang air besar sembarangan
atau 24% dari total penduduk Indonesia pada tahun 2011 masih melakukan buang air besar (BAB)
Sembarangan [3]. Lebih lanjut, UNICEF menyatakan bahwa sanitasi dan perilaku kebersihan yang
buruk, serta minum air yang tidak aman berkontribusi terhadap 88% kematian anak akibat diare di
seluruh dunia [3].
Sanitasi yang baik dapat mengurangi penularan mikroba yang menyebabkan diare dengan
cara mencegah kontaminasi tinja manusia dengan lingkungan. Meningkatnya sarana sanitasi dapat
mengurangi insiden diare sebesar 36 %.[4,5]. Penggunaan jamban efektif dapat mengurangi insiden
penyakit diare sebesar 30%[5].
Pada tahun 2015 terdapat 130 rumah tangga di desa Mayangkawis kecamatan Balen
Kabupaten Bojonegoro yang masih buang air besar sembarangan. Kondisi ini sangat menurunkan
sanitasi lingkungan. Kondisi ini mempengaruhi kesehatan masyarakat.
Jamban sehat adalah fasilitas buang air besar yang dapat mencegah pencemaran badan air,
mencegah kontak antara manusia dan tinja, mencegah hinggapnya lalat atau serangga lain di tinja,
mencegah bau tidak sedap, serta konstruksi dudukan (slab) yang baik, aman dan mudah
dibersihkan.[6,7,8,9]
DAFTAR PUSTAKA
[1] Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2009. Pedoman Teknik Penyehatan Perumahan.
Jakarta : Depertemen Kesehatan RI – Direktorat Jendral PPM & PL. Departemen Kesehatan
Republik Indonesia 2009. Profil kesehatan Indonesia 2008. Jakarta : Depkes RI.
[2] Sholikhah, S. 2014. Hubungan Pelaksanaan Program ODF (Open Defecation Free) Dengan
Perubahan Perilaku Masyarakat Dalam Buang Air Besar Di Luar Jamban Di Desa Kemiri
Kecamatan Malo Kabupaten Bojonegoro Tahun 2012, Surya Vol.02, No.XVIII, Juni 2014
[3] Triyono, A. 2014. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Buang Air Besar
Masyarakat Nelayan di Kampung Garapan Desa Tanjung Pasir Kabupaten Tangerang Propinsi
Banten. Forum Ilmiah Volume 11 Nomor 3, September 2014
[4] UNICEF/WHO. 2009. Diarrhoea: Why children are still dying and what can be done :1 -
15.
[5] Semba R, Kraemer , K, Sun , K. et.al. 2011. Relationship of the Presence of a Household
Improved Latrine with Diarrhea and Under-Five Child Mortality in Indonesia. The
American Society of Tropical Medicine and Hygiene. 84(3)443–50
[6] Carr R. 2001. Excreta-related infections and the role of sanitation in the control of
transmission. In: Bartram LFaJ, editor. Water Quality: Guidelines, Standards and Health.
London: IWA Publisihing. 90 - 107.
[7] Wagner EG, Lanoix,J.N. 1958. Excreta Disposal for Rural Areas and Small Communities
WHO. Monograph series no.39:9 - 24.
[8] Cairncross S, Valdmanis, V. 2006. Water Supply, Sanitation and Hygiene Promotion. In:
Dean T Jamison ea, editor. Disease Control Priorities in Developing Countries. 2nd edition
ed. Washington (DC): World Bank. 771 - 92.
[9] WSP-EAP. 2011. Informasi Pilihan Jamban Sehat. Jakarta Bill and Melinda Gates
Foundation dan WSP - EAP. 10 - 25.
[10] Dinas Kesehatan Kabupaten Bojonegoro.2012. Profil Kesehatan Kabupaten Tahun 2011.
[11] Pane E. 2009. Pengaruh Perilaku Keluarga terhadap Penggunaan Jamban. Jurnal
Kesehatan Masyarakat Nasional 3(5):229 - 35.
[12] USAID/Indonesia. 2006. Formative Research Report Hygiene and Health. 1-5 and 30- 41
[13] Mukherjee N. 2011. Factors Associated with Achieving and Sustaining Open Defecation
Free Communities: Learning from East Java. Water and Sanitation Program. 1 - 8.
[14] Simanjutak D. 2009. Determinan Perilaku Buang Air Besar (BAB) Masyarakat (Studi
terhadap pendekatan Community Led Total Sanitation pada masyarakat desa di wilayah