Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN KDM

OKSIGENASI

NAMA : Maria Helena Nei

NPM : 21203024

RUANGAN : Melati

UNIVERSITAS KATOLIK INDONESIA SANTU PAULUS RUTENG

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

2020/2021
A. Anatomi Fisiologi Pernapasan
1. Saluran pernapasan atas(Somanti, Irma 2014)
a. Lubang hidung
Hidung dibentuk oleh tulang sejati (os) dan tulang
rawan (kartigo) dan sebagian jaringan ikat. Bagian dalam
hidung dipisahkan menjadi lubang bagian kiri dan kanan oleh
sekat (septum). Rongga terdapat rambut halus yang berfungsi
menyaring udara yang masuk. Hidung berfungsi sebagai
jalan nafas, pengaturan udara, pengatur kelembapan,
mengatur suhu, pelindung dan penyaring udara dan indra
penciuman.
b. Faring
Faring adalah pipa berotot berbentuk cerobong yang
letaknya bermula dari dasar tengkorak sampai
persambungannya dengan esofagus. Faring dibagi menjadi 3
yaitu naso faring terletak di belakang hidung, orofaring
(dibelakang mulut) yang berfungi menampung udara dari
baso faring dan makanan dari mulut dan laringo faring
bagian terbawah faring yang berhubungan dengan esofagus
untuk proses menelan dan respirasi.
c. Laring
Laring berhubungan dengan faring yang berfungsi
untuk pembentukan suara, prooteksi jalan nafas bawa dari
benda asing an mefasilitasi proses batuk. Laring terdiri dari
beberapa bagaian epiglotis, glotis, kartilago tiroid,
krikoid,aritenoid dan pita suara.
2. Saluran pernapasan bawah
a. Trakea
Merupakan kelanjutan dari laring sampai kira-kira
ketinggian vertebra torakalis ke 7. Trakhea dilapisi oleh
selaput lendir dan terdapat epitelium bersilia yang bisa
mengeluarkan debu atau benda asing.
b. Bronkus dan bronkiolus
Bronkus terdiri dari 2 cabang kiri dan kanan, cabang
kanan lebih pendek dari yang kiri. Bronkus kanan memiliki
tiga lobus,yaitu lobus atas, lobus tengah dan lobus bawah.
Sedangkan bronkuskiri lebih panjang dari bagian kanan
dengan dua lobus, yaitu lobusatas dan bawah. Beronkus
bercabang lagi membentuk ranting yang dinamakan dengan
bronkiolus.
c. Alveoli
Alveoli merupakan kantung udara yang berfungsi
sebagai tempat pertukaran oksigen dan karbondioksida.
B. Defenisi Oksigenasi
Oksigen merupakan salah satu unsur penting yang
dibutuhkan oleh tubuh untuk semua proses penting tubuh seperti
pernapasan, peredaran, fungsi otak, pertumbuhan sel dan jaringan.
Kebutuhan Oksigenasi merupakan salah satu kebutuhan dasar
manusia yang digunakan untuk kelangsungan metabolisme tubuh
dalam mempertahankan kelangsungan hidup dan berbagai aktivitas
sel tubuh dalam kehidupan sehari-hari. Oksigen ditambahkan
kedalam tubuh secara alami dengan cara bernapas. Pernapasan atau
respirasi merupakan proses pertukaran gas antara individu dengan
lingkungan yang dilakukan dengan cara menghirup udara untuk
mendapatkan oksigen dari lingkungan dan kemudian udara
dihembuskan untuk mengeluarkan karbon dioksida ke
lingkungan(Eki, 2017)
C. Etiologi atau faktor yang mempengaruhi Oksigenasi(Maya,
2017)
1. Faktor fisiologis
a. Menurunnya kemampuan mengikat oksigen seperti pada
anemia.
b. Menurunya konsentrasi oksigen yang diinspirasi seperti pada
obstruksi saluran pernapasan bagian atas.
c. Hipovolemia, sehingga tekanan darah menurun yang
mengakibatkan terganggunya O2.
d. Meningkatnya metabolisme seperti adanya infeksi, demam,
Kondisi yang mempengaruhi pergerakan dinding dada seperti
28 pada kehamilan, obesitas, muskulus skeleton yang
abnormal, penyakit kronis seperti TBC paru.
2. Faktor perkembangan
a. Bayi premature yang disebabkan kurangnya pembentukan
surfaktan.
b. Bayi dan toddler, adanya resiko infeksi saluran pernapasan
akut.
c. Usia sekolah dan remaja, resiko infeksi saluran pernapasan
dan merokok.
d. Dewasa muda dan pertengahan, diet yang tidak sehat, kurang
aktivitas, stress yang mengakibatkan penyakit jantung dan
paruparu
e. Dewasa tua, adanya proses penuaan yang mengakibatkan
kemungkinan arteriosclerosis, elastisitas menurun, ekspansi
paru menurun.
3. Faktor Perilaku
a. Nutrisi misalnya pada obesitas mengakibatkan penurunan
ekspansi paru, gizi yang buruk menjadi anemia sehingga
daya ikat oksigen berkurang, diet tinggi lemak menimbullkan
arteriosclerosis
b. Exercise akan meningkatkan kebutuhan oksigen.
c. Merokok, nikotin dapat menyababkan vasokontriksi
pembuluh darah perifer dan koroner.
d. Substance abuse (obat-obatan dan alcohol)
4. Faktor lingkungan
a. Tempat kerja (polusi)
b. Suhu lingkungan
D. Indikasi pemberian Oksigen
Indikasi pemberian terapi O2 adalah kerusakan 02 jaringan yang
diikuti gangguan metabolisme dan sebagai bentuk Hipoksemia,
secara umum (Saryono,2017)
- Kadar oksigen arteri (Pa 02) menurun
- Kerja pernafasan meningkat ( laju nafas meningkat, nafas dalam,
bemafas dengan otot tambahan)
- Adanya peningkatan kerja otot jantung (miokard)
Indikasi klinisnya
- Henti jantung paru
- Gagal nafas
- Gagal jantung atau ami
- Syok
- Meningkatnya kebutuhan o2 (luka bakar, infeksi berat, multiple
trauma)
- Keracunan co
- Post operasi, dll
E. Metode Pemberian Oksigen
Terapi oksigen terdiri dari beberapa jenis diantararnya yaitu
(Saryono,2017)
1. Kateter Nasal
Oksigen : Aliran 1 - 6 liter/ menit menghasilkan oksigen dengan
konsentrasi 24-44 % tergantung pola ventilasi pasien.
2. Nasal kanul
Oksigen : Aliran 1 - 6 liter/ menit menghasilkan oksigen dengan
konsentrasi 24-44 % tergantung pola ventilasi pasien.
3. Simple face mask
Oksigen : Aliran 6-8 liter/ menit menghasilkan O2 dengan
konsentrasi 40 - 60 %.
4. Rebreather mask
Oksigen : Aliran 8-12 l/menit menghasilkan oksigen dnegan
konsentrasi 60 - 80%.
5. Non rebreather mask
Oksigen : Aliran 12-15 l/menit menghasilkan oksigen dnegan
konsentrasi 90 %
F. Patofisiologi
Proses pertukaran gas dipengaruhi oleh ventilasi, difusi dan
trasportasi. Proses ventilasi (proses penghantaran jumlah oksigen
yang masuk dan keluardari dan ke paru-paru), apabila pada proses
ini terdapat obstruksi maka oksigen tidak dapat tersalur dengan baik
dan sumbatan tersebut akan direspon jalan nafas sebagai benda asing
yang menimbulkan pengeluaran mukus.
Proses difusi (penyaluran oksigen dari alveoli ke jaringan)
yang tergangguakan menyebabkan ketidakefektifan pertukaran gas.
Selain kerusakan padaproses ventilasi, difusi, maka kerusakan pada
transportasi seperti perubahan volume sekuncup, afterload, preload,
dan kontraktilitas miokard juga dapat mempengaruhi pertukaran
gas(Fitriani, 2019)
G. Manifestasi Klinis
- Hipoksia
- Hipoksemia
- Gagal nafas
- Perubahan pada irama dan frekuensi pernafasan
- Sianosis
- Kesulitan untuk bersuara
- Ortopnea
H. Pemeriksaan diagnostik
Pemeriksaan diagnostik dilakukan untuk mengkaji status pasien
mengenai fungsi dan oksigenasi pernapasan pasien. Beberapa jenis
pemeriksaan diagnostik yaitu
- Penilaian ventilasi dan oksigenasi : uji fungsi paru, pemeriksaan
gas daraharteri, oksimetri, pemeriksaan darah lengkap.
- Tes struktur sistem pernapasan : sinar- x dadabronkoskopi, scan
paru.
- Deteksi abnormalitas sel dan juga infeksi saluran pernapasan
kultur kerongkongan, sputum, dan uji kulit torakentesis
I. Komplikasi
Efek pemberian terapi oksigen (O2) terhadap sistem pernapasan,
di antaranya dapat menyebabkan (Resa Amelia, 2017)
1. Retensi karbondioksida
2. Asidosis respiratorik
3. Penurunan dorongan hipoksik untuk bernapas
4. Kekeringan mukosa dan disfungsi mukosiliar
5. Dehidrasi akibat sekresi respirasi dan retensi sputum
6. Atelektasis (Kolaps paru) : karena konsentrasi oksigen inspirasi
yang tinggi dapat menurunkan produksi surfaktan (suatu
substansi yang menstabilkan membran alveolar dan menurunkan
tegangan permukaan)
J. Tujuan Terapi Oksigen
Seperti halnya terapi secara umum, terdapat tujuan dari
pemberian oksigen/terapi oksigen ini diantaranya (Subagiartha,
2016)
1. Mencegah Hipoksemia
Pemberian oksigen juga bisa bertujuan untuk pencegahan,
dimana untuk menyediakan oksigen dalam darah, seperti
contohnya pada tindakan bronkoskopi, atau pada kondisi yang
menyebabkan konsumsi oksigen meningkat.
2. Mencegah Hipoksia
Pada keadaan gagal nafas akut, tujuan dari pemberian oksigen
disini adalah upaya penyelamatan nyawa. Pada kasus lain, terapi
oksigen bertujuan untuk membayar ulang oksigen jaringan.
3. Mengobati keracunan karbon monooksid (CO)
Terapi oksigen dapat untuk meningkatkan tekanan parsial
oksigen (PO2) dalam darah dan untuk mengurangi ikatan CO
dengan hemoglobin.
K. Proses Oksigenasi
Proses Oksigenasi terdiri dari tiga proses yaitu ventilasi, difusi
dan transportasi gas(Putri, 2017)
1. Ventilasi
Ventilasi merupakan proses keluar dan masuknya oksigen dari
atmosfer ke dalam alveoli atau dari alveoli ke atmosfer. Proses
ventilasi dipengaruhi oleh beberapa hal, yaitu:
a) Adanya perbedaan tekanan antara atmosfer dengan paru,
semakin tinggi tempat maka tekanan udara semakin
rendah, demikian sebaliknya, semakin rendah tempat
tekanan udara semakin tinggi.
b) Adanya kemampuan toraks dan paru pada alveoli dalam
melaksanakan ekspansi atau kembang kempis.
c) Adanya jalan napas yang dimulai dari hidung hingga
alveoli yang terdiri atas berbagai otot polos yang
kerjanya sangat dipengaruhi oleh sistem saraf otonom.
d) Adanya peran mukus siliaris sebagai barier atau
penangkal benda asing yang mengandung interveron dan
dapat mengikat virus.
2. Difusi gas
Difusi merupakan pertukaran antara oksigen di alveoli
dengan kapiler paru dan CO2 di kapiler alveoli. Proses
pertukaran ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu luasnya
permukaan paru, tebal membran respirasi/ permeabilitas yang
terdiri atas epitel alveoli dan interstitial, perbedaan tekanan dan
konsentrasi O2 (hal ini sebagaimana O2 dari alveoli masuk ke
dalam darah oleh karena tekanan O2 dalam rongga alveoli lebih
tinggi dari tekanan O2 dalam darah vena pulmonalis masuk
dalam darah secara difusi), pCO2 dalam arteri pulmonalis akan
berdifusi ke dalam alveoli, dan afinitas gas (kemampuan
menembus dan saling mengikat hemoglobin).
3. Transportasi gas
Merupakan proses pendistribusian O2 kapiler ke jaringan
tubuh dan CO2 jaringan tubuh ke kapiler. Pada proses
transportasi, O2 akan berikatan dengan Hb membentuk
oksihemoglobin dan larut dalam plasma, sedangkan CO2 akan
berikatan dengan Hb membentuk karbominohemoglobin dan
sebagian menjadi HCO3 yang berada dalam darah. Transportasi
gas dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu curah jantung
(cardiac output), kondisi pembuluh darah.
DAFTAR PUSTAKA

Somantri, Irma. (2014). Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan


Gangguan Sistem Pernapasan. Jakarta : Salemba Medika

Eki. (2017). Asuhan Keperawatan Gangguan Pemenuhan Kebutuhan


Oksigen Pada Pasien Dengan Congestive Heart Failure (Chf). Tugas
Akhir, 176. http://pustaka.poltekkes-
pdg.ac.id/repository/Eki_KTI_DIII_Keperawatan_Padang_2017.pdf

Fitriani, R. (2019). Penerapan Prosedur Pemberian Oksigen Dengan Nasal


Kanul Pada Pasien Pola Napas Tidak Efektif.

Maya, I. P. G. N. (2017). Terapi Oksigen (O2). Fakultas Kedokteran


Universitas Udayana, 2–28.

Putri, N. (2017). ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN


OKSIGENASI PADA PASIEN PENYAKIT PARU OBSTRUKSI
KRONIS (PPOK) DI RUANG VI RUMAH SAKIT TK III Dr ….
Pustaka.Poltekkes-Pdg.Ac.Id. http://pustaka.poltekkes-
pdg.ac.id/repository/Nia_Angraini_Putri_143110258_.pdf

Resa Amelia. (2017). Asuhan Keperawatan Gangguan Pemenuhan


Kebutuhan Oksigen Pada Pasien Tb Paru Di Ruang Vi Rumah Sakit
Reksodiwiryo Padang Tahun 2017. Repository Poltekkes Padang, 131.
http://pustaka.poltekkes-
pdg.ac.id/repository/KTI_RESA_AMELIA.pdf

Saryono. (n.d.). TERAPI OKSIGEN Oleh. Ketrampilan Medik PPD


Unsoed, Pa 02, 1–12. http://pustaka.poltekkes-
pdg.ac.id/repository/Eki_KTI_DIII_Keperawatan_Padang_2017.pdf

Subagiartha, I. M. (2016). Terapi oksigen.

Womaka, S. G. (2017). LAPORAN KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN


KEPERAWATAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN
OKSIGENASI PADA PASIEN CEDERA KEPALA SEDANG DI
RUANG IGD RSUD PROF. Dr. W. Z. JOHANNES KUPANG.

Anda mungkin juga menyukai