Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH PSIKOLOGI PENDIDIKAN

KOMPETENSI GURU DALAM PEMBELAJARAN (KOMPEtENSI


PEDAGOGIK, PROFESIONAL, KEPRIBADIAN DAN SOSIAL)

OLEH:

KELOMPOK 1

DANDY 210002301066

PUSPITA HARTONO 210002301058

NAFA URBACH 210002301063

RIDHA WAHYUNI 210002301048


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Profesi adalah suatu pekerjaan yang dalam melaksanakan tugasnya


memerlukan/menuntut keahlian, menggunakan teknik-teknik ilmiah, serta
dedikasi yang tinggi. Keahlian diperoleh dari lembaga pendidikan yang khusus
diperuntukkan untuk itu dengan kurikulum yang dapat dipertanggungjawabkan.

Pada dasarnya profesi guru adalah profesi yang sedang tumbuh.


Walaupun ada yang berpendapat bahwa guru adalah jabatan semi profesional,
namun sebenarnya lebih dari itu. Hal ini dimungkinkan karena jabatan guru hanya
dapat diperoleh pada lembaga pendidikan yang lulusannya menyiapkan tenaga
guru, adanya organisasi profesi, kode etik dan ada aturan tentang jabatan
fungsional guru (SK Menpan No. 26/1989).

Semakin dituntutnya profesionalitas seorang guru, maka guru sebagai


tenaga pengajar dan pemberi informasi kepada siswanya tentu harus mengetahui
bagaimana seorang guru yang professional itu. Secara umum, sikap profesional
seorang guru dilihat dari faktor luar. Akan tetapi, hal tersebut belum
mencerminkan seberapa baik potensi yang dimiliki guru sebagai seorang tenaga
pendidik. Menurut PP No. 74 Tahun 2008 pasal 1.1 Tentang Guru dan UU. No.
14 Tahun 2005 pasal 1.1 Tentang Guru dan Dosen, guru adalah pendidik
profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan,
melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini
jalar pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.

Profesional adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh


seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian,
kemahiran, dan kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta
memerlukan pendidikan profesi (UU. No. 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan
Dosen pasal 1.4). Guru sebagai pendidik professional dituntut untuk selalu
menjadi teladan bagi masyarakat di sekelilingnya. Masyarakat akan melihat
bagaimana sikap dan perbuatan guru sehari-hari, apakah memang ada yang patut
diteladani atau tidak.

Walaupun segala perilaku guru selalu diperhatikan masyarakat, tetapi


guru memiliki beberapa perilaku yang berhubungan dengan profesinya, hal yang
berhubungan dengan pola tingkah laku guru dalam memahami, menghayati, serta
mengamalkan sikap profesionalnya,

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan kompetensi dan standar kompetensi guru ?

2. Apa yang dimaksud dengan kompetensi pedagogik ?

3. Apa yang dimaksud dengan kompetensi profesional?

4. Apa yang dimaksud dengan kompetensi kepribadian?

5. Apa yang dimaksud dengan kompetensi sosial?

C. Tujuan

1. Memberikan informasi tentang definisi kompetensi dan standar kompetensi


seorang guru.

2. Mengetahui pengertian kompetensi pedagogik

3. Mengetahui bagaimana kompetensi kepribadian

4. Mengetahui sikap profesional seorang guru.

5. Mengenal bagaimana sikap kompetensi sosial.


BAB II

PEMBAHASAN

A. Hakikat Kompetensi Guru

Seiring dengan perkembangan teknologi informasi yang demikian pesat,


guru tidak hanya bertindak sebagai penyaji informasi tetapi juga harus mampu
bertindak sebagai fasilitator,motivator dan pembimbing yang lebih banyak
memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mencari dan mengelola
sendiri informasi. Dengan demikian keahlian guru harus terus dikembangkan dan
tidak hanya terbatas pada penguasaan prinsip mengajar seperti telah diuraikan.

Kompetensi guru pada hakikatnya tidak bisa lepas dari konsep hakikat
guru dan hakekat tugas guru(Spencer 1993:7). Kompetensi guru mencerminkan
tugas dan kewajiban guru yang harus dilakukan sehubungan dengan arti jabatan
guru yang menuntut suatu kompetensi tertentu sebagaimana telah disebutkan. Ace
Suryadi (1999:298-304) mengemukakan bahwa untuk mencapai taraf kompetensi
seorang guru memerlukan waktu lama dan biaya mahal. Status kompetensi yang
profesional tidak diberikan oleh siapapun, tetapi harus dicapai kelompok profesi
bersangkutan. Awalnya tentu harus dibina melalui penguatan landasan profesi,
misalnya pembinaan tenaga kependidikan yang sesuai, pengembangan
infrastruktur, pelatihan jabatan (in service training) yang memadai, efisiensi dalam
sistem perencanaan, serta pembinaan administrasi dan pembinaan kepegawaian.

B. Pengertian Kompetensi

Kompetensi diartikan sebagai pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai


dasar yang direflesikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak. Dengan
demikian, kompetensi yang dimiliki oleh setiap guru akan menunjukkan kualitas
guru yang sebenarnya.Kompetensi tersebut akan terwujud dalam bentuk
penguasaan pengetahuan dari perbuatan secara profesional dalam menjalankan
fungsi sebagai guru.
Kepmendiknas No. 045/U/2002 menyebutkan kompetensi sebagai
seperangkat tindakan cerdas dan penuh tanggungjawab dalam melaksanakan
tugas-tugas sesuai dengan pekerjaan tertentu. Jadi kompetensi guru dapat
dimaknai sebagai kebulatan penetehuan, keterampilan dan sikap yang berwujud
tindakan cerdas dan penuh tanggungjawab dalam melaksanakan tugas sebagai
agen pembelajaran.

Majid (2005:6) menjelaskan kompetensi yang dimiliki oleh setiap guru


akan menunjukkan kualitas guru dalam mengajar. Kompetensi tersebut akan
terwujud dalam bentuk penguasaan pengetahuan dan profesional dalam
menjalankan fungsinya sebagai guru. Diyakini Robotham (1996:27), kompetensi
yang diperlukan oleh seseorang tersebut dapat diperoleh baik melalui pendidikan
formal maupun pengalaman.

Syah (2000:229) mengemukakan pengertian dasar kompetensi adalah


kemampuan atau kecakapan. Usman (1994:1) mengemukakan kompentensi
berarti suatu hal yang menggambarkan kualifikasi atau kemampuan seseorang,
baik yang kualitatif maupun yang kuantitatif. McAhsan (1981:45), sebagaimana
dikutip oleh Mulyasa (2003:38) mengemukakan bahwa kompetensi: “…is a
knowledge, skills, and abilities or capabilities that a person achieves, which
become part of his or her being to the extent he or she can satisfactorily perform
particular cognitive, affective, and psychomotor behaviors”. Dalam hal ini,
kompetensi diartikan sebagai pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan yang
dikuasai oleh seseorang yang telah menjadi bagian dari dirinya, sehingga ia dapat
melakukan perilaku-perilaku kognitif, afektif, dan psikomotorik dengan sebaik-
baiknya.

Kompetensi guru adalah salah satu faktor yang mempengaruhi


tercapainya tujuan pembelajaran dan pendidikan disekolah, namun kompetensi
guru tidak berdiri sendiri, tetapi dipengaruhi latar belakang pendidikan,
pengalaman mengajar, dan lamanya mengajar. Kompetensi guru dapat dinilai
penting sebagai alat seleksi dalam penerimaan calon guru, juga dapat dijadikan
sebagai pedoman dalam rangka pembinaan dan pengembangan tenaga
guru.Sealain itu, penting dalam hubungannya kegiatan belajar mengajar dan hasil
belajar siswa. Dengan kata lain kompetensi adalah pemilikan, penguasaan,
ketrampilan dan kemampuan yang dituntut oleh jabatan seseorang. (A.Piet
Sahertian :4)

C. Pengertian Standar Kompetensi Guru

Standar Kompetensi Guru adalah suatu ukuran yang ditetapkan atau


dipersyaratkan dalam bentuk penguasaan pengetahuan dan perilaku perbuatan
bagi seorang guru agar berkelayakan untuk menduduki jabatan fungsional sesuai
bidang tugas, kualifikasi, dan jenjang pendidikan.

D. Tujuan Standar Kompetensi Guru

Standar Kompetensi Guru bertujuan untuk memperoleh acuan baku


dalam pengukuran kinerja guru untuk mendapatkan jaminan kualitas guru dalam
meningkatkan kualitas proses pembelajaran.

Dengan demikian, Standar Kompetensi Guru berfungsi sebagai :

1. Tolok ukur semua pihak yang berkepentingan di bidang pendidikan dalam


rangka pembinaan, peningkatan kualitas dan penjenjangan karir guru.

2. Meningkatkan kinerja guru dalam bentuk kreatifitas, inovasi, keterampilan,


kemandirian, dan tanggung jawab sesuai dengan jabatan profesional.

Seorang guru yang mendidik banyak siswa dan siswi di sekolah harus
memiliki Standar kompetensi yang layak dan sesuai, karena figur guru adalah
faktor yang menentukan berhasis atau tidaknya sebuah pendidikan.

E. Dimensi-Dimensi Kompetensi Guru

1. Kompetensi Pedagogik

Kompetensi pedagogik yang dimaksud yakni kemampuan pemahaman


tentang peserta didik secara mendalam dan penyelenggaraan pembelajaran yang
mendidik. Pemahaman tentang peserta didik meliputi pemahaman tentang
psikologi perkembangan anak sedangkan Pembelajaran yang mendidik meliputi
kemampuan merancang pembelajaran, mengimplementasikan pembelajaran,
menilai proses dan hasil pembelajaran, dan melakukan perbaikan secara
berkelanjutan. Sedangkan menurut PP tentang Guru, bahwasanya kompetensi
pedagogik guru merupakan kemampuan guru dalam pengelolaan pembelajaran
peserta didik yang sekurang-kurangnya meliputi:

a. Pemahaman wawasan atau landasan kependidikan.

Guru memiliki latar belakang pendidikan keilmuan sehingga memiliki


keahlian secara akademik dan intelektual. Merujuk pada sistem pengelolaan
pembelajaran yang berbasis subjek (mata pelajaran), guru seharusnya memiliki
kesesuaian antara latar belakang keilmuan dengan subjek yang dibina. Selain itu,
guru memiliki pengetahuan dan pengalaman dalam penyelenggaraan
pembelajaran di kelas. Secara otentik kedua hal tersebut dapat dibuktikan dengan
ijazah akademik dan ijazah keahlian mengajar (akta mengajar) dari lembaga
pendidikan yang diakreditasi pemerintah.

b. Pemahaman terhadap peserta didik

Guru memiliki pemahaman akan psikologi perkembangan anak, sehingga


mengetahui dengan benar pendekatan yang tepat yang dilakukan pada anak
didiknya. Guru dapat membimbing anak melewati masa-masa sulit dalam usia
yang dialami anak. Selain itu, Guru memiliki pengetahuan dan pemahaman
terhadap latar belakang pribadi anak, sehingga dapat mengidentifikasi problem-
problem yang dihadapi anak serta menentukan solusi dan pendekatan yang tepat.

c. Pengembangan kurikulum atau silabus

Guru memiliki kemampuan mengembangkan kurikulum pendidikan


nasional yang disesuaikan dengan kondisi spesifik lingkungan sekolah.

d. Perancangan pembelajaran
Guru memiliki merencanakan sistem pembelajaran yang memanfaatkan
sumber daya yang ada. Semua aktivitas pembelajaran dari awal sampai akhir telah
dapat direncanakan secara strategis, termasuk antisipasi masalah yang
kemungkinan dapat timbul dari skenario yang direncanakan.

e. Pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis.

Guru menciptakan situasi belajar bagi anak yang kreatif, aktif dan
menyenangkan. Memberikan ruang yang luas bagi anak untuk dapat mengeksplor
potensi dan kemampuannya sehingga dapat dilatih dan dikembangkan.

f. Pemanfaatan teknologi pembelajaran.

Dalam menyelenggarakan pembelajaran, guru menggunakan teknologi


sebagai media. Menyediakan bahan belajar dan mengadministrasikan dengan
menggunakan teknologi informasi. Membiasakan anak berinteraksi dengan
menggunakan teknologi.

g. Evaluasi hasil belajar

Guru memiliki kemampuan untuk mengevaluasi pembelajaran yang


dilakukan meliputi perencanaan, respon anak, hasil belajar anak, metode dan
pendekatan. Untuk dapat mengevaluasi, guru harus dapat merencanakan penilaian
yang tepat, melakukan pengukuran dengan benar, dan membuat kesimpulan dan
solusi secara akurat.

h. Pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang


dimilikinya.

Guru memiliki kemampuan untuk membimbing anak, menciptakan


wadah bagi anak untuk mengenali potensinya dan melatih untuk
mengaktualisasikan potensi yang dimiliki. Salah satu upaya yang dapat dilakukan
untuk mengembangkan kemampuan ini adalah dengan melaksanakan penelitian
tindakan kelas. Penelitian tindakan kelas, berbasis pada perencanaan dan solusi
atas masalah yang dihadapi anak dalam belajar. Sehingga hasil belajar anak dapat
meningkat dan target perencanaan guru dapat tercapai. Pada prinsipnya, Kesemua
aspek kompetensi pedagogik di atas senantiasa dapat ditingkatkan melalui
pengembangan kajian masalah dan alternatif solusi.

2. Kompetensi Profesional

Kompetensi profesional adalah kompetensi atau kemampuan yang


berhubungan dengan penyesuaian tugas-tugas keguruan. Kompetensi ini
merupakan kompetensi yang sangat penting. Oleh sebab langsung berhubungan
dengan kinerja yang ditampilkan.

Kompetensi profesional guru adalah merupakan suatu keharusan dalam


mewujudkan sekolah berbasis pengetahuan, yaitu pengetahuan tentang
pemahaman tentang pembelajaran, kurikulum, dan perkembangan manusia
termasuk gaya belajar (Kariman,2002). Pada umumnya disekolah-sekolah yang
memiliki guru dengan kompetensi profesional akan menerapkan “pembelajaran
dengan melakukan” untuk menggantikan cara mengajar dimana guru hanya
berbicara dan peserta didik hanya mendengarkan.

Kompetensi guru berkaitan dengan profesionalisme yaitu, guru yang


profesional adlah guru yang kompeten (berkemampuan), karena itu kompetensi
profesionalisme guru dapat diartikan sebagai kemampuan dan kewenangan guru
dalam menjalankan profesi keguruannya dengan kemampuan tinggi (Muhibbin
Syah : 230).

Oleh sebab itu, tingkat keprofesionalan seorang guru dapat dilihat dari
kompetensi sebagai berikut:

1. Kemampuan untuk menguasai landasan kependidikan, misalnya paham akan


tujuan pendidikan yang harus dicapai baik tujuan nasional, institusional,
kurikuler dan tujuan pembelajaran;

2. Pemahaman dalam bidang psikologi pendidikan, misalnya paham tentang


tahapan perkembangan siswa, paham tentang teori-teori belajar;
3. Kemampuan dalam penguasaan materi pelajaran sesuai dengan bidang studi
yang diajarkannya;

4. Kemampuan dalam mengaplikasikan berbagai metodologi dan strategi


pembelajaran;

5. Kemampuan merancang dan memanfaatkan berbagai media dan sumber


belajar;

6. Kemampuan dalam melaksanakan evaluasi pembelajaran;

7. Kemampuan dalam menyusun program pembelajaran;

8. Kemampuan dalam melaksanakan unsur penunjang, misalnya administrasi


sekolah, bimbingan dan penyuluhan dan;

9. Kemampuan dalam melaksanakan penelitian dan berpikir ilmiah untuk


meningkatkan kinerja.

Dalam suasana seperti itu, peserta didik dilibatkan secara aktif dalam
memecahkan masalah, mencari sumber informasi, data evaluasi , serta menyajikan
dan mempertahankan pandangan dan hasil kerja mereka kepada teman sejawat
dan yang lainnya. Sedangkan para guru dapat bekerja secara intensif dengan guru
lainnya, dalam merencanakan pembelajaran baik individual maupun tim,
membuat keputusan tentang mendesai sekolah kolaborasi tentang pengembangan
kurikulum, dan partisipasi dalam penilaian. Berikut akan diuraikan tentang
kompetensi profesional yang harus menjadi andalan guru dalam melaksanakan
tugasnya.

3. Kompetensi Pribadi

Guru sering dianggap sebagai sosok yang memiliki kepribadian ideal.


Oleh karena itu, pribadi guru sering dianggap sebagai model atau panutan (yang
harus digugu dan ditiru). Kepribadian guru merupakan faktor terpenting bagi
keberhasilan belajar anak didik. Kepribadian mencakup semua unsur, baik fisik
maupun psikis. Sehingga dapat diketahui bahwa setiap tindakan dan tingkah laku
seseorang merupakan cerminan dari kepribadian seseorang, selama hal tersebut
dilakukan dengan penuh kesadaran. Setiap perkataan, tindakan, dan tingkah laku
positif akan meningkatkan citra diri dan kepribadian seseorang.

Sebagai seorang guru harus memiliki kompetensi yang berhubungan


dengan pengembangan kepribadian (personal competencies), di antaranya:

1. Kemampuan yang berhubungan dengan pengalaman ajaran agama sesuai


dengan keyakinan agama yang dianutnya;

2. Kemampuan untuk menghormati dan menghargai antar umat beragama;

3. Kemampuan untuk berperilaku sesuai dengan norma, aturan, dan sistem nilai
yang berlaku di masyarakat;

4. Mengembangkan sifat-sifat terpuji sebagai seorang guru misalnya sopan


santun dan tata karma dan;

5. Bersikap demokratis dan terbuka terhadap pembaruan dan kritik.

Zakiah Darajat dalam Syah (2000:225-226)  menegaskan bahwa


kepribadian itulah yang akan menentukan apakah ia menjadi pendidik dan
pembina yang baik bagi anak didiknya, ataukah akan menjadi perusak atau
penghancur bagi masa depan anak didiknya terutama bagi anak didik yang masih
kecil (tingkat dasar) dan mereka yang sedang mengalami kegoncangan jiwa
(tingkat menengah).

Gumelar dan Dahyat (2002:127) merujuk pada pendapat Asian Institut


for Teacher Education, mengemukakan kompetensi pribadi meliputi :

1. Pengetahuan tentang adat istiadat baik sosial maupun agama,

2. Pengetahuan tentang budaya dan tradisi,

3. Pengetahuan tentang inti demokrasi,

4. Pengetahuan tentang estetika,


5. Memiliki apresiasi dan kesadaran sosial,

6. Memiliki sikap yang benar terhadap pengetahuan dan pekerjaan,

7. Setia terhadap harkat dan martabat manusia.

Arikunto (1993:239) mengemukakan kompetensi personal mengharuskan


guru memiliki kepribadian yang mantap sehingga menjadi sumber inspirasi bagi
subyek didik, dan patut diteladani oleh siswa.Berdasarkan uraian di atas,
kompetensi kepribadian guru tercermin dari indikator sikap, dan keteladanan.

4. Kompetensi Sosial Kemasyarakatan

Kompetensi ini berhubungan dengan kemampuan guru sebagai anggota


masyarakat dan sebagai makhluk sosial, meliputi:

1. Kemampuan untuk berinteraksi dan berkomunikasi dengan teman sejawat


untuk meningkatkan kemampuan profesional;

2. Kemampuan untuk mengenal dan memahami fungsi-fungsi setiap lembaga


kemasyarakatan dan;

3. Kemampuan untuk menjalin kerja sama baik secara individual maupun secara
kelompok.

Keberhasilan pembelajaran kepada peserta didik sangat ditentukan oleh


guru, karena guru adalah pemimpin pembelajaran, fasilitator, dan sekaligus
merupakan pusat inisiatif pembelajaran. Itulah sebabnya, guru harus senantiasa
mengembangkan kemampuan dirinya. Guru perlu memiliki standar profesi
dengan menguasai materi serta strategi pembelajaran dan dapat mendorong
siswanya untuk belajar bersungguh-sungguh. Selain standar profesi, guru perlu
memiliki standar sebagai berikut:

1. Standar intelektual: guru harus memiliki pengetahuan dan keterampilan yang


memadai agar dapat melaksanakan tugas dan kewajibannya dengan baik dan
profesional.
2. Standar fisik: guru harus sehat jasmani, berbadan sehat, dan tidak memiliki
penyakit menular yang membahayakan diri, peserta didik dan lingkungannya.

3. Standar psikis: guru harus sehat rohani, artinya tidak mengalami gangguan
jiwa ataupun kelainan yang dapat mengganggu pelaksanaan tugas
profesionalnya

4. Standar mental: guru harus memiliki mental yang sehat, mencintai, mengabdi,
dan memiliki dedikasi yang tinggi pada tugas dan jabatannya.

5. Standar moral: guru harus memiliki budi pekerti luhur dan sikap moral yang
tinggi.

6. Standar sosial: guru harus memiliki kemampuan untuk berkomunikasi dan


bergaul dengan masyarakat lingkungannya.

7. Standar spiritual: guru harus beriman kepada Allah yang diwujudkan dalam
ibadah dalam kehidupan sehari-hari.

Ada empat pilar pendidikan yang akan membuat manusia semakin maju:

1. Learning to know (belajar untuk mengetahui), artinya belajar itu harus dapat
memahami apa yang dipelajari bukan hanya dihafalkan tetapi harus ada
pengertian yang dalam.

2. Learning to do (belajar, berbuat/melakukan), setelah kita memahami dan


mengerti dengan benar apa yang kita pelajari lalu kita melakukannya.

3. Learning to be (belajar menjadi seseorang). Kita harus mengetahui diri kita


sendiri, siapa kita sebenarnya? Untuk apa kita hidup? Dengan demikian kita
akan bisa mengendalikan diri dan memiliki kepribadian untuk mau dibentuk
lebih baik lagi dan maju dalam bidang pengetahuan.

4. Learning to live together (belajar hidup bersama). Sejak Tuhan Allah


menciptakan manusia, harus disadari bahwa manusia tidak dapat hidup sendiri
tetapi saling membutuhkan seorang dengan yang lainnya, harus ada penolong.
Karena itu manusia harus hidup bersama, saling membantu, saling
menguatkan, saling menasehati dan saling mengasihi, tentunya saling
menghargai dan saling menghormati satu dengan yang lain.

Pada butir ke 4 di atas, tampaklah bahwa kompetensi sosial mutlak


dimiliki seorang guru. Yang dimaksud dengan kompetensi sosial adalah
kemampuan guru sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan
bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga
kependidikan, orang tua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar (Standar
Nasional Pendidikan, penjelasan Pasal 28 ayat 3 butir d). Karena itu guru harus
dapat berkomunikasi dengan baik secara lisan, tulisan, dan isyarat; menggunakan
teknologi komunikasi dan informasi; bergaul secara efektif dengan peserta didik,
sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta didik; bergaul
secara santun dengan masyarakat sekitar.

Memang guru harus memiliki pengetahuan yang luas, menguasai


berbagai jenis bahan pembelajaran, menguasai teori dan praktek pendidikan, serta
menguasai kurikulum dan metodologi pembelajaran. Namun sebagai anggota
masyarakat, setiap guru harus pandai bergaul dengan masyarakat. Untuk itu, ia
harus menguasai psikologi sosial, memiliki pengetahuan tentang hubungan antar
manusia, memiliki keterampilan membina kelompok, keterampilan bekerjasama
dalam kelompok, dan menyelesaikan tugas bersama dalam kelompok.

Sebagai individu yang berkecimpung dalam pendidikan dan juga sebagai


anggota masyarakat, guru harus memiliki kepribadian yang mencerminkan
seorang pendidik. Guru harus bisa digugu dan ditiru. Digugu maksudnya bahwa
pesan-pesan yang disampaikan guru bisa dipercaya untuk dilaksanakan dan pola
hidupnya bisa ditiru atau diteladani. Guru sering dijadikan panutan oleh
masyarakat, untuk itu guru harus mengenal nilai-nilai yang dianut dan
berkembang di masyarakat tempat melaksanakan tugas dan bertempat tinggal.

Sebagai pribadi yang hidup di tengah-tengah masyarakat, guru perlu


memiliki kemampuan untuk berbaur dengan masyarakat misalnya melalui
kegiatan olahraga, keagamaan, dan kepemudaan. Keluwesan bergaul harus
dimiliki, sebab kalau tidak, pergaulannya akan menjadi kaku dan berakibat yang
bersangkutan kurang bisa diterima oleh masyarakat.

Bila guru memiliki kompetensi sosial, maka hal ini akan diteladani oleh
para murid. Sebab selain kecerdasan intelektual, emosional dan spiritual, peserta
didik perlu diperkenalkan dengan kecerdasan sosial (social intelegence), agar
mereka memiliki hati nurani, rasa perduli, empati dan simpati kepada sesama.
Pribadi yang memiliki kecerdasan sosial ditandai adanya hubungan yang kuat
dengan Allah, memberi manfaat kepada lingkungan, dan menghasilkan karya
untuk membangun orang lain. Mereka santun dan peduli sesama, jujur dan bersih
dalam berperilaku.

Sumber kecerdasan adalah intelektual sebagai pengolah pengetahuan


antara hati dan akal manusia. Dari akal muncul kecerdasan intelektual dan
kecerdasan bertindak yang memandu kecerdasan bicara dan kerja. Sedangkan dari
hati muncul kecerdasan spiritual, emosional dan sosial.

Sosial inteligensi membentuk manusia yang setia pada kebersamaan.


Apabila ada satu warganya yang menderita merupakan penderitaan bersama.
Sebaliknya apabila ada kebahagiaan menjadi/merupakan kebahagiaan seluruh
masyarakat. Dalam tingkatan nasional, sosial intelegensi membimbing para
pemimpin untuk selalu peka terhadap kesulitan rakyatnya dengan mengutamakan
kesejahteraan seluruh lapisan masyarakat.

Cara mengembangkan kecerdasan sosial di lingkungan sekolah antara


lain: diskusi, hadap masalah, bermain peran, kunjungan langsung ke masyarakat
dan lingkungan sosial yang beragam. Jika kegiatan dan metode pembelajaran
tersebut dilakukan secara efektif maka akan dapat mengembangkan kecerdasan
sosial bagi seluruh warga sekolah, sehingga mereka menjadi warga yang peduli
terhadap kondisi sosial masyarakat dan ikut memecahkan berbagai permasalahan
sosial yang dihadapi oleh masyarakat.
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Keberhasilan seorang guru dalam melaksanakan tugas dan tanggung


jawabnya sebagai sebagai seorang pengajar sangat tegantung pada diri pribadi
masing-masing guru dalam lingkungan tempat ia bertugas. Sedangkan kompetensi
guru adalah kemampuan yang dimiliki guru yang diindikasikan dalam empat
kompetensi, yaitu kompetensi yang berhubungan dengan tugas profesionalnya
sebagai guru (profesional), kompetensi pedagogik, kompetensi yang berhubungan
dengan keadaan pribdinya (personal), dan kompetensi yang berhubungan dengan
masyarakat atau lingkungannya (sosial).

B. SARAN

Apabila syarat-syarat profesionalisme guru telah terpenuhi diharapkan


dapat mengubah peran guru yang tadinya pasif menjadi guru yang kreatif dan
dinamis berdasarkan empat kompetensi dasar guru.
DAFTAR PUSTAKA

Mulmung. 2006. Sertifikasi Profesi Keguruan di Indonesia. Jakarta: Gaung


Persada.

Mulyasa, E.2008. Standaar Kompetensi dan Sertifikasi Guru. Bandung: Remaja


Rosdakarya

Yamin, Martinis. 2006. Sertifikasi Profesi Keguruan di Indonesia. Jakarta: Gaung


Persada

Anda mungkin juga menyukai