Anda di halaman 1dari 7

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kemiskinan merupakan ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan baik

yang mencakup material maupun non material. Kemiskinan merupakan permasalahan

yang sangat komplek dan lebih bersifat multidimensional. Dimensi-dimensi dari

gejala-gejala kemiskinan tersebut muncul dalam berbagai bentuk, seperti ekonomi,

sosial, budaya, dan sarana hidup, bentuk yang paling nyata dari dimensi kemiskinan

tersebut adalah perumahan.1

Kemiskinan yang dirasakan oleh sebagian masyarakat dapat dilihat dari dua

sudut pandang. Kemiskinan yang disebabkan karena tidak mempunyai peluang dan

kemampuan yang memadai untuk mencapai tingkat kehidupan yang layak,

kemiskinan ini disebut sebagai kemiskinan stuktural dan kemiskinan kultural yang

disebabkan karena faktor budaya dan kebiasaan (kultural) sebagai penyebab utama

kemiskinan.

Kurangnya akses, modal, dan usaha dalam pemenuhan segala kebutuhan

hidup ini, menyebabkan sebagian masyarakat di Indonesia mengalami

kemiskinan.Dampak krisis yang diperberat oleh terjadinya berbagai bencana yang

telah menyebabkan banyak orang mengalami keterpurukan ekonomi, tidak sedikit

usaha yang dijalankan berakhir dengan pemutusan hubungan kerja dan juga berakibat

1
Gilbert, allan & Josef gugler. 1996. Urbanisasi dan Kemiskinan di Dunia ketiga.
Yogyakarta: Tiara Wacana
2

pada melambungnya harga barang kebutuhan sehingga banyak para orang tua yang

tidak dapat memenuhi kebutuhan pangan. Dampak dari pemutusan hubungan kerja

tersebut tidak saja menimbulkan pengangguran, bahkan merupakan ancaman

meningkatnya kejahatan.

Bagi masyarakat miskin tanpa keterampilan dan tidak mendapatkan pekerjaan

di kota, maka solusi terbaik bagi mereka untuk mendapatkan uang adalah dengan cara

memohon belas kasihan orang atau meminta-minta atau mengemis. Hal ini

menimbulkan permasalahan baru bagi pemerintah, khususnya pemerintah provinsi.

Tingkat kemiskinan yang parah inilah yang kemudian memicu setiap orang untuk

melakukan segala cara agar tetap hidup ( survive ). Kondisi tersebut kemudian

“memaksa” mereka untuk terlibat dan ikut serta berusaha keluar dari tingkat kesulitan

hidup. Maka tidak jarang mereka duduk beralaskan koran dan meminta-minta di

perempatan jalan, terminal, pasar, dan tempat keramaian lainnya adalah tempat yang

dirasa mudah untuk menghasilkan uang, hanya dengan menengadahkan tangan

sekedar mengharapkan imbalan uang recehan logam untuk makan sehari-hari.

Keberadaan pengemis jalanan telah menjadi fenomena global, khususnya di

kota-kota besar. Pemandangan tidak menyenangkan di trotoar jalan sudah menjadi

sarapan sehari-hari. Potret kehidupan ini hanya hal kecil dari kondisi kehidupan

masyarakat yang mengais rezeki di jalanan, di jalanan sana ternyata masih terhampar

luas terpandang lusuh dan kumuh kehidupan jalanan yang dijalani berbagai jenis

manusia.2
2
Soerjono Soekanto. Sosiologi, Suatu Pengantar. ( Jakarta: CV Rajawali, 1982 ) hal 52
3

Definisi pengemis menurut KepMenSos No 80 / HUK / 2010 tentang panduan

perencanaan pembiayaan pencapaian standar minimal (SPM) bidang sosial daerah

provinsi dan daerah kabupaten / kota bagian F tentang Penyandang Masalah

Kesejahteraan Sosial (PMKS) adalah orang – orang yang mendapat penghasilan

meminta – minta di tempat umum dengan berbagai cara dengan alasan untuk

mengharapkan belas kasihan orang lain.3

Budaya keagamaan komersial, konsumsi keagamaan, ke-percayaan yang

dipasarkan dan bentuk-bentuk lain komodifikasi keagamaan menjalar dikalangan

pengemis, para pengemis ini mengubah tradisi-tradisi atau kepercayaan keagamaan

menjadi barang-barang yang dapat dikonsumsi dan dapat di pasarkan. Dalam Islam

ada pemahaman kalau membaca Al-Qur‘an harus di tempat yang bersih dan memiliki

wudlu, Islam juga mengajarkan agar tangan di atas lebih baik daripada tangan

dibawah.

Dalam masyarakat terjadi perbedaan cara pandang tentang pengemis, menurut

masyarakat pada umumnya menjadi pengemis adalah sebagai satu pekerjaan yang

hina, maka mereka menyebutnya, sampah masyarakat. Tetapi dalam pandangan para

pengemis jelas berbeda, menjadi pengemis dalah pilihan hidup yang tidak dapat

ditawar lagi, karena cara inilah yang paling mudah dalam mengatasi kebutuhan

hidupnya secara materi. Hal ini juga sangat bertentangan dengan aturan dalam Islam,

bahwa mengemis adalah pekerjaan yang dilarang.

3
KepMenSos No 80 / HUK / 2010 tentang panduan perencanaan pembiayaan pencapaian
standar minimal (SPM) bidang sosial daerah provinsi dan daerah kabupaten / kota.
4

Islam tidak menghargai para pengangguran dan orang-orang yang hanya

menggantungkan hidupnya pada orang lain. Islam dengan tegas menjelaskan, bahwa

setiap pekerjaan yang halal merupakan pekerjaan yang memiliki tingkat keutamaan

yang tinggi dan agung, sekalipun ada sebagian orang yang menganggap pekerjaan

tersebut sebagai suatu kehinaan.

Dalam pandangan para pengemis, menjadi pengemis bukan sebuah perbuatan

yang bertentangan dengan norma keagamaan, justru mereka berfikir bahwa norma

agama yang ada telah mem- berikan inspirasi yang menakyubkan bagi pekerjaannya.

Bahwa mereka sering mendengarkan ceramah para Ustad yang mengatakan bahwa

tangan di atas lebih baik dari tangan di bawah, dan ini di- anggap sebagai peluang dan

memberi kesempatan kepada para konsumen untuk memberi mereka uang dan yang

pasti pahala untuk para dermawan.4

Penjelasan yang penulis ungkapkan menunjukkan bahwa kemiskinan yang

dialami masyarakat berpengaruh besar terhadap semua aspek kehidupannya, terlebih

pada religiusitas khususnya dalam hubungan sosial masyarakat. Bertolak dari

pemahaman tersebut perlu dilakukan penelitian tentang Religiusitas Pengemis

Jalanan (studi kasus pengemis jalanan di jln. Pasar Mardika Ambon).

B. Rumusan dan Batasan Masalah

4
https://media.neliti.com/media/publications/76386-ID-komodifikasi-keagamaan-di-kalangan-
penge.pdf. diakses pada tanggal 15 Oktober 2018.
5

1. Faktor apa saja yang menyebabkan adanya pengemis jalanan di jalan Pasar

Mardika Ambon ?

2. Bagaimana perilaku religiusitas pengemis jalanan di jalan Pasar Mardika

Ambon ?

C. Pengertian Judul dan Defenisi Operasional

1. Religiusitas adalah tingkah laku manusia yang sepenuhnya dibentuk oleh

kepercayaan kepada kegaiban atau alam gaib, yaitu kenyataan-kenyataan

supra empiris. Manusia melakukan tindakan empiris sebagaimana layaknya,

tetapi manusia yang memiliki religiusitas meletakan harga dan makna

tindakan empirisnya di bawah supra empiris.

2. Pengemis adalah orang-orang yang berpenghasilan dengan meminta-minta di

tempat umum dengan berbagai cara dan alasan untuk mendapat belas kasih

orang lain.

D. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian

Tujuan Penelitian yaitu :

1. Untuk mengetahui faktor yang menyebabkan adanya pengemis jalanan di

jalan Pasar Mardika Ambon.

2. Untuk mengetahui bagaimana perilaku religiusitas pengemis jalanan di jalan

Pasar Mardika Ambon.

Manfaat Penelitian yaitu :


6

1. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan konstribusi bagi pemerintak kota

Ambon dalam mengambil kebijakan tentang penanggulangan di jalan Pasar

Mardika Ambon.

2. Penelitian ini secara akademis bermanfaat untuk member sumbangan bagi

sosiologi kemiskinan di daerah perkotaan.

E. Sistematika Penulisan Skripsi

Untuk memahami lebih jelas skripsi ini, maka materi-materi yang tertera pada

Laporan Skripsi ini dikelompokkan menjadi beberapa sub bab dengan sistematika

penyampaian sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN : Berisi tentang Latar Belakang Masalah, Rumusan dan

Batasan Masalah, Pengertian Judul dan Defenisi Operasional, Tujuan Penelitian

dan Manfaat Penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II LANDASAN TEORI : Bab ini berisikan Kerangka Teori, Penelitian

Terdahulu, Tinjauan Teori dan Pengemis.

BAB III PEMBAHASAN : Bab ini berisikan Metode Penelitian, Metode

Pendekatan, Waktu Penelitian dan Lokasi , Jenis Data, Teknik Pengumpulan Data

dan Teknik Analisis Data.

BAB IV HASIL PENELITIAN berisi tentang peneliti memaparkan temuan

penelitian dilapangan mengenai Perilaku Religiusitas Pengemis Jalanan di Jalan

Pasar Mardika Ambon.


7

BAB V PENUTUP berisikan tentang kesimpulan dan saran.

Anda mungkin juga menyukai