BAB IV
HASIL PENELITIAN
1. Kondisi Geografis.
adalah 377 Km2 atau 2/5 dari luas wilayah pulau Ambon.Berdasarkan hasil survey
Tata Guna Tanah Tahun 1980 luas daratan kota Ambon tercatat 359,45 Km2 dan
lautan seluas 17,55 Km2 dengan panjang garis pantai 98 Km. Sesuai Peraturan
Daerah (Perda) Kota Ambon Nomor 2 Tahun 2006 wilayah administratif Kota
Lintang Selatan dan 128° – 129° Bujur Timur, dengan batas-batas wilayah sebagai
berikut :
Sebelah Utara : Petuanan Desa Hitu, Hila dan Kaitetu dari Kecamatan
Maluku Tengah.
Kondisi topografi wilayah Kota Ambon, sebagian besar terdiri dari daerah
perbukitan yang berlereng terjal dan daerah dataran dengan kemiringan sekitar 10%
2. Iklim
Iklim di Kota Ambon adalah iklim tropis dan iklim musim, karena letak Pulau
Ambon dikelilingi oleh laut. Sehubungan dengan itu iklim Kota Ambon sangat
dipengaruhi oleh lautan dan berlangsung bersamaan dengan iklim musim, yaitu
musim Barat atau Utara dan musim Timur atau Tenggara. Pergantian musim selalu
diselingi oleh musim Pancaroba yang merupakan transisi dari kedua musim tersebut.
Musim Barat umumnya berlangsung dari bulan Desember sampai dengan bulan
Maret, dimana bulan April merupakan masa transisi ke musim Timur. Sedangkan
musim Timur berlangsung dari bulan Oktober, dimana bulan Nopember merupakan
Ambon.
41
dan eksternal. Faktor internal datang dari dalam diri si pengemis itu sendiri, seperti
Alasan dasar yang menjadi penyebab adanya pengemis yaitu faktor ekonomi.
yang kekurangan dalam hal ekonomi akan mencari berbagai cara untuk memperbaiki
hidupnya, dana salah satu cara yang digunakan yaitu mengemis. Kondisi ekonomi
yang rendah inilah yang sering orang sebut kemiskinan, sebagian masyarakat yang
tidak dapat menerima kondisi kemiskinan ini merasa menderita dan membenci
kemiskinan.
Pengemis adalah suatu masalah sosial yang sudah lama ada dalam kehidupan
minimnya ketrampilan kerja, lingkungan, sosial budaya dan lainnya. Masalah ini
merupakan masalah sosial dan bersifat sebagai penyakit dalam masyarakat. Beberapa
permasalahan adalah faktor yang ada di internal individu dan keluarga, dan eksternal
mereka mencari nafkah di jalan agar dapat memenuhi kebutuhannya, mulai dari
kebutuhan akan makanan sampai pakaian yang mereka pakai sehari-hari. Banyak hal
yang melatar belakangi seorang pengemis menjadi pengemis jalanan. Salah satunya
sebagai berikut:
a. Tingkat pendapatan
b. Kebutuhan relatif
Tolok ukur ini adalah kebutuhan yang biasanya berkenaan sewa rumah,
biaya untuk kesehatan, biaya menyekolahkan anak, biaya untuk sandang pangan.
jalanan di Pasar Mardika Kota Ambon termasuk dalam golongan keluarga miskin.
Hal ini disebabkan oleh rata-rata penghasilan mereka yang rendah dan serba
kekurangan dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari. Selain itu tempat tinggal atau
rumah tinggal mereka bukan milik pribadi. Ada beberapa pengemis jalanan yang
mengontrak rumah akibat tidak memiliki dana yang cukup untuk membeli atau
Amin Rais yaitu: Kemiskinan Absolut adalah absolut adalah suatu kondisi dimana
dengan jumlah tanggungan keluarga yang relatif banyak. Seperti yang ditegaskan
“Pekerjaan saya itu hanya penarik becak jadi penghasilanya ya tidak tentu
kadang sehari Rp.30.000 kalau ada rejeki yah kadang sampai Rp.50.000 per
hari, itu pun kalau banyak penumpang yang naik becak apalagi sekarang kan
banyak angkot jadi sudah jarang penumpang yang naik becak. Uang segitu
zaman sekarang ya tidak cukup sama sekali untuk keperluan seluruhnya yah
bisa buat makan sehari-hari”. Jadi kira-kira penghasilan saya selama sebulan
sekitar Rp.200.000 sampai Rp.300.000
Bapak Kamil ialah salah seorang penarik becak yang telah menceritakan
penghasilannya untuk mencari nafkah bagi keluarganya. Sebagai warga yang mencari
nafkah di kota Ambon lebih tepatnya di Pasar Mardika dan memilih untuk menjadi
penarik becak karena bagi bapak Kamil tidak memiliki pekerjaan lain selain sebagai
penarik becak. Dengan demikian sebagai warga biasa yang berpenghasilan rendah
akan menimbulkan pengaruh kesenjangan ekonomi bagi keluarga itu sendiri sehingga
orang lain yang tidak memiliki pekerjaan sama sekali seperti pengemis, mereka lebih
memilih untuk menjadi pengemis jalanan demi menghidupi dirinya sendiri maupun
merupakan salah satu upaya dalam penanggulangan masalah ini. Akan tetapi,
keberadaan serta aktivitas mengemis di Kota Ambon masih ada dan dilakukan salah
45
satunya di Pasar Mardika Ambon. Lokasi tersebut, merupakan tempat umum yang
biasa dikunjungi warga masyarakat, juga para pengemis yang berdatangan dari
berbagai lokasi yang biasa melakukan aktivitas di tempat lain. Penelitian ini
kondisi atau tata kehidupan yang terpenuhi baik secara material, spiritual dan sosial.
pengemis, yang sering dikaitkan dengan kondisi kemiskinan. Hal tersebut terjadi
penulis bahwa kegiatan bekerja dijalanan yang mereka lakukan ini apakah ada unsur
memperihatinkan dan sebenarnya sulit sekali dijalani oleh para pengemis jalanan ini
tetapi mereka memiliki keinginan yang keras untuk tetap melakukan usaha-usaha
demi memenuhi kebutuhan mereka. Mereka rela duduk dipiggir jalan dengan
beralaskan koran ataupun karton untuk bekerja mencari uang. Sebagaimana hal ini
Setiap hari saya menggunakan tongkat sebagai alat gerak, saya harus keluar
dari tempat yang saya tinggal. Pagi-pagi sebelum orang-orang mulai
beraktivitas saya sudah mulai bergegas menuju tempat mengemis dan duduk
beralaskan Koran ataupun karton hingga orang-orang mulai beraktivitas saya
pun berharap semoga ada belas kasih dari orang-orang yang lalulalang
disekitarnya. Saya mulai mengemis dari jam 06.00 sampai jam 12.00. Hasil
mengemis yang saya dapat pun tidak menentu untuk keperluan sehari-hari
kadang saya dapat perhari Rp.50.000 itu pun kalau banyak yang kasih jadi
saya hanya berharap dan pasrah dengan apa yang Allah berikan saya tetap
mensyukurinya.1
Keberadaan pengemis jalanan di Pasar Mardika Ambon, mayoritas berasal
dari luar daerah dan sudah berusia lanjut. Untuk lokasi dan jam kerja dalam
mengenakan pakaian yang sudah lusuh ada juga yang mengenakan pakaian yang
orang yang menjadi pengemis sebagai pekerjaan, dan masih memiliki kondisi
kesehatan yang prima. Pengemis yang berada di Pasar Mardika dan depan Amplaz
1
Wawancara dengan bpk. Labukara (Pengemis jalanan), pada tanggal 25 Februari 2019.
47
(Ambon Plazza) dengan pakaian yang kumal, membawa tongkat dan mengadahkan
tangan kepada siapa saja yang mereka jumpai dengan raut muka yang minta
Berbicara tentang Tuhan, tidak bisa lepas dari pembahasan arti sakral oleh
bahwasanya sesuatu yang sakral juga mempunyai aspek yang tidak kelihatan atau
Ghaib. Dan di dalamnya menyebutkan salah satu yang sakral dan disembah adalah
Tuhan. Tuhan itu sakral dan tidak bisa dilihat panca indera manusia.
adalah bentuk dari ajaran-ajaran Tuhan yang didalamnya terdapat aturan-aturan bagi
Perintah-perintah Tuhan misalnya saja Sholat, Puasa dan lain sebagainya yang ada
Puasa dan sebagainya adalah bentuk peribadatan kepada Tuhan sebagai wujud
yang dilakukan oleh Pengemis jalanan. Terdapat banyak pernyataan yang dilontarkan
oleh pengemis jalanan tentang perwujudan ibadah mereka. Seperti yang diutarakan
48
Ibu Ani, ketika peneliti menanyai tentang Ibadahnya Ibu Ani, Beliau mengatakan
bahwa dia terkadang menjalankan sholat dan kadang juga tidak disebabkan karena
ada anaknya yang masih Balita kalau misalnya pergi sholat tidak ada yang bisa
menjaga anak-anaknya karena ibu Ani memiliki 3 orang anak dan tidak mempunyai
tempat tinggal, tetapi kalau dalam menjalankan ibadah puasa pada bulan Ramadhan
Beliau tidak pernah putus dalam menjalankannya. Sebagaimana yang Beliau katakana
bahwa:
“kalau dulu sewaktu suami saya masih ada dan keluarga saya masih utuh, saya
selalu menjalankan ibadah sholat. Sebab dulu saya mempunyai tempat tinggal
yang menetap namun sekarang sudah tidak lagi ibadah itu saya jalankan tetapi
hanya sesekali saja. Karena anak-anak saya masih terlalu kecil tidak ada yang
menjaga mereka dan alas an lain juga saya sering duduk dipinggir jalan raya
bersama ke tiga anak saya untuk meminta-minta. Saya berfikir jika saya terus-
terusan meninggalkan tempat mengemis untuk mencari tempat ibadah maka
penghasilan dari mengemis mungkin akan susah untuk didapat jadi saya
putuskan untuk tetap hadir ditempat biasa saya mengemis agar orang-orang
yang lewat bisa mengasihani saya dan anak-anak.2
Bpk Darwis adalah salah satu informan yang menyatakan bahwa Beliau
jarang melaksanakan Sholat sebab kondisi beliau yang tidak sempurna sebab
mengalami penyakit struk sehingga dibagian kaki kanannya mengalami cacat dan hal
itu membuat beliau susah berjalan kesana kemari seperti pergi ke tempat ibadah tetapi
kalau sholat jum’at beliau selalu usahakan untuk pergi sholat jum’at dan puasa pun
beliau tidak pernah putus. Sebagaimana pernyataan yang beliau jelaskan bahwa:
“sekarang ini dengan kondisi saya yang cacat sangatlah sulit untuk pergi ke
tempat ibadah untuk sholat kalau sholat jum’at saya selalu berusaha untuk
menjalankannya. Sebab saya mengalami penyakit struk akibat darah tinggi
2
Wawancara dengan Ibu Ani (Pengemis Jalanan), pada tanggal 11 November 2018.
49
jadi membuat kaki saya dibagian kanan sudah tidak berfungsi lagi seakan-
akan terasa mati susah untuk digerakkan jadi sedikit sulit. Saya itu sering
ketika hari jum’at saya tidak mengemis saya selalu terlebih dulu pergi ke
masjid untuk melaksanakan sholat jum’at, itu pun saya usahakan untuk jalan
meskipun sedkit terasa sulit. Saya jarang sholat 5 waktu kadang magrib isya
atau subuh saja yang saya sering kerjakan tapi kalau dzuhur dan ashar jarang
sebab siang kan banyak orang-orang yang berkunjung ke pasar jadi saya tidak
kemana-mana hanya dipinggir jalan saya biasa mengemis. Kalau hal itu tidak
saya buat seperti itu saya tidak akan dapat sedikitpun hasil mengemis lalu
bagaimana saya makan. Kalau bulan puasa saya puasa supaya saya mengemis
hanya untuk membeli makanan untuk berbuka puasa saja.3
Dari hasil pengamatan peneliti selama melakukan penelitian, mereka
pengemis jalanan dalam menjalankan ibadah ada yang taat da nada juga yang kurang
taat beribadah. Hal ini disebabkan karena kondisi atau fisik yang cacat sehingga
membuat mereka merasa kesulitan untuk pergi ke tempat ibadah. Selain itu juga dapat
dilihat ketika waktunya menjalankan sholat hanya diwaktu malam seperti sholat
magrib dan isya dikarenakan disiang harinya mereka lebih banyak dijalanan untuk
bisa lepas dari yang namanya Dosa. Dimana dalam Islam sendiri jika tidak
menjalankan perintah Allah maka akan mendapatkan dosa. Dari pertanyaan peneliti
tentang apakah mereka tidak takut akan mendapatkan dosa, mereka semua
mendapatkan dosa ini tidak lantas membuat mereka untuk melakukan perintah Tuhan
3
Wawancara dengan Bpk Darwis (Pengemis Jalanan), pada tanggal 11 November 2018.
50
memiliki nilai religiusitas. Dalam agama Islam, setiap di antara manusia yang
mendapatkan rizki baik itu sedikit ataupun banyak maka diwajibkan untuk selalu
bersyukur. Dan inilah hal yang sudah dilakukan oleh pengemis jalanan. Dimana
setiap mereka mendapatkan rizki pasti tidak luput mengucapkan syukur kepada Allah
swt.
kota pada malam hari. Mereka sudah terbiasa dengan kondisi yang seperti ini, tidak
ada sedikit pun dari mereka yang takut akan bahaya yang mengintai mereka. Yang
ada didalam pikiran mereka adalah bagaimana mereka semua bisa mendapatkan uang
yang banyak untuk mereka dan keluarga mereka. Mereka kadang tidak pulang
ketempat tinggal sampai menunggu penghasilan yang didapat bisa mencukupi makan
sehari-hari.
menjunjung tinggi hak azasi manusia serta nilai sosial yang tercermin dalam
otonomi dan tugas pembantuan. Tugas Dinas Sosial yaitu Membantu Walikota
menyelenggarakan fungsi:
Sosial.
a. Kepala Dinas
52
a. Usaha pencegahan
1. Pendataan;
53
oleh Dinas Sosial dan atau bekerjasama dengan instansi terkait serta lembaga
memuat tentang nama, alamat, daftar keluarga, kondisi tempat tinggal, latar
belakan kehidupan sosial ekonomi, asal daerah, pekerjaan, status kluarga dan
dinas sosial dan ata bekerja sama dengan instansi terkait serta unsure masyarakat
dengan cara: (1) Melakukan patroli ditempat umum yang dilakukan oleh Dinas
Sosial Kota Ambon; (2) Memberikan informasi tentang keberadaan anak jalanan,
3. Sosialisasi;
yang meliputi: (1) Sosialisasi secara langsung, melalui kegiatan interaktif dan
54
ceramah; (2) Sosialisasi secara tidak langsung, melalui media cetak maupun
media elektronik.
4. Penyuluhan
terhadap anak jalanan, gelandangan dan pengemis yang dapat dilakukan melalui
dimaksud dilakukan oleh Dinas Sosial dan atau bekerja sama dengan instansi
organisasi kemasyarakatan.
b. Usaha penanggulangan
(a). Razia, yang dilakukan oleh petugas polisi pamong praja dan dibentuk oleh
tim gabungan yang dibentuk oleh Walikota. Mengenai kegiatan razia dari
pihak Dinas Sosial tidak memiliki kewenangan untuk melakukan itu, yang
55
sampai 7 orang, itu pun tidak pasti jadwalnya atau memang mereka tidak
memiliki jadwal pasti dalam kegiatan razia, tidak jarang dalam satu bulan
pihak Satuan Polisi Pamong Praja tidak mengirimkan kepada Dinas Sosial.
(b). Perlindungan yang dilakukan oleh Dinas Sosial bekerja sama dengan
unsur satuan Polisi Pamong Parja dan unsure POLRI dan atau unsure
tidak turun kejalana dengan cara membuat posko yang berbasis dijalanan
Sosial juga tidak memiliki jadwal pasti kapan akan melakukan patroli
langsung, dan patroli ini tidak untuk menangkap atau menjaring karena
terkait dan tim terpadu yang terdiri tari Dinas Sosial, unsure Satpol PP
56
tujuan pembinaan.
dengan studi kasus berdasarkan data yang diperoleh dan temu bahas (case
sehingga dapat dijadikan file permanen bagi setiap anak anak jalanan
pembinaan selanjutnya.
sosial pemerintah maupun pekerja sosial swasta dan atau lembaga sosial
jalanan, gelandangan dan pengemis yang dilakukan melalui system panti dan luar
1. Anak jalanan usia produktif, dengan jenis kegiatan seleksi, bimbingan mental
pengemis usia produktif agar mereka tidak lagi melakukan kegiatan mengemis
asal.
59
dilakukan oleh tim gabungan bersama pengurus lembaga sosial atau panti
mengerti dan mengetahui bahwa aktivitas yang mereka laukan merugikan dan
bersama pengurus lembaga sosial atau panti asuhan yang merasa dirugikan
terhadap pengemis karena amanah peraturan daerah kota Ambon bahwa anak jalanan,
gelandangan dan pengemis merupakan warga yang memiliki hak dan kewajiban yang
sama serta perhatian yang sama sehingga perlu dilakukan pembinaan secara
unsur baik pemerintah maupun non pemerintah agar mendapat kehidupan dan