Anda di halaman 1dari 11

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN METODE PEMBERIAN TUGAS TERHADAP

KEMAMPUAN SISWA UNTUK MENEMUKAN IDE-IDE POKOK TIAP


PARAGRAF DALAM BELAJAR BAHASA INDONESIA PADA SISWA KELAS V
SDN 35 AMPENAN TAHUN PELAJARAN 2018/2019
OLEH
BAIQ SRI AYU NINGSIH
EMAIL:……………………..

ABSTRAK

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SD Negeri 35 Ampenan untuk mata


pelajaran Bahasa Indonesia. Sebagai subjek penelitian ini adalah kelas V SD Negeri 35
Ampenan tahun pelajaran 2018/2019 dengan jumlah siswa sebanyak 15 orang, terdiri dari
6 siswa laki-laki dan 9 siswa perempuan. Bedasarkan jumlah populasi yang kurang dari
100 orang, maka penelitian ini disebut penelitian populasi. Mengingat populasi dari
penelitian ini berjumlah kurang dari 100 orang, maka sampel dari penelitian ini akan
diambil secara keseluruhan sehingga penelitian ini merupakan penelitian populasi
( Arikunto, 2002:112). Tempat penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SD Negeri 35
Ampenan Kelurahan Sekarbela Kecamatan Ampenan Kota Mataram tahun pelajaran
2018/2019.Prosedur perbaikan penelitian ini yaitu meliputi 2 siklus. Masing-masing
siklus Peneliti ingin mengetahui efektivitas kemampuan siswa untuk menemukan ide-ide
pokok tiap paragraf dalam bahasa Indonesia pada siswa kelas V SDN 35 Ampenan,
Tahun Pelajaran 2018/2019 tanpa menggunakan metode pemberian tugas. Berdasarkan
tabel diatas dapat dijelaskan bahwa hasil perbaikan siklus I rata-ratanya yaitu 74,47
Dengan memperoleh nilai ketuntasan klasikal sebesar 87,00%. maka dapat ditarik
kesimpulan sementara bahwa terdapat adanya peningkatan kemampuan menemukan ide
pokok tiap paragraf pada kelompok ini tuntas dan berhasil. Dengan melihat hasil
penelitian disimpulkan bahwa Berdasarkan tabel diatas dapat dijelaskan bahwa hasil
perbaikan siklus I rata-ratanya yaitu 53,33 meningkat menjadi 74,47 dan nilai ketuntasan
klasikal sebesar 73,00%. Meningkat menjadi 87,00%. maka dapat ditarik kesimpulan
sementara bahwa tidak ada peningkatan kemampuan menemukan ide pokok tiap paragraf
mata pelajaran bahasa Indonesia pada perbaikan pembelajaran adanya peningkatan
kemampuan menemukan ide pokok tiap paragraf pada kelompok ini tuntas dan berhasil.

Kata Kunci: Metode Pemberian Tugas, Kemampuan Siswa, Bahasa Indonesia

I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pemberian tugas-tugas di sini tidak hanya sekedar dijadikan sebagai selingan
penyajian pelajaran atau upaya menuntaskan materi pelajaran yang ditargetkan oleh
kurikulum, melainkan juga berfungsi sebagai strategi belajar mengajar yang dianggap
mampu membawa siswa atau peserta didik untuk lebih aktif dalam belajarnya. Hal ini
ditegaskan oleh Roestiyah N.K (1998:133), Bahwa teknik penyajian bahan pelajaran
dengan memberikan tugas dapat digunakan dengan tujuan agar siswa memiliki hasil
belajar yang lebih mantap, karena siswa melaksanakan latihan-latihan selama
melaksanakan tugas, sehingga pengalaman siswa dalam mempelajari sesuatu dapat
lebih terintegrasi. Hal itu terjadi disebabkan siswa mengalami situasi atau pengalaman
yang berbeda, waktu menghadapi maslah-masalah baru.
Dengan demikian untuk memperoleh pengetahuan dengan cara melaksanakan
tugas akan memperluas dan memperlengkap pengetahuan serta keterampilan siswa di
sekolah, melalui kegiatan-kegiatan di luar sekolah. Dengan kegiatan melaksanakan
tugas siswa bisa aktif dalam belajar dan merasa terangsang untuk meningkatkan belajar
1
yang lebih baik, memupuk inisiatif dan berani bertanggung jawab sendiri, banyak
tugas yang harus dikerjakan siswa, hal ini diharapkan mampu menyadarkan siswa
untuk selalu memanfaatkan waktu senggangnya untuk hal-hal yang menunjang
belajarnya, dengan mengisi kegiatan yang berguna dan konstruktif.
Untuk membuktikan hal demikian penulis mencoba melalui penelitian
membahas Bagaimana Efektivitas Penggunaan Metode Pemberian Tugas Terhadap
Kemampuan Untuk Menemukan Ide-Ide Pokok Tiap Paragraf Dalam Bahasa Indonesia
Pada Siswa Kelas V SDN 35 Ampenan Kecamatan Ampenan Kota Mataram Tahun
Pelajaran 2018/2019.
B. Rumusan Masalah
Dari uraian tersebut di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah
“Bagaimana efektivitas penggunaan metode pemberian tugas terhadap kemampuan
siswa untuk menemukan ide-ide pokok tiap paragraf dalam belajar Bahasa Indonesia
pada siswa kelas V SDN 35 Ampenan Tahun Pelajaran 2018/2019?”
C. Tujuaan Penelitian Perbaikan Pembelajaran
Peneliti ingin mengetahui efektivitas kemampuan siswa untuk menemukan ide-
ide pokok tiap paragraf dalam bahasa Indonesia pada siswa kelas V SDN 35 Ampenan,
Tahun Pelajaran 2018/2019 tanpa menggunakan metode pemberian tugas.
D. Manfaat Penelitian Perbaikan Pembelajaran
Berapa manfaat antara lain :
1. Bagi Sekolah
Penelitian ini diharapkan dapat menjadikan masukan bagi pihak sekolah
dalam memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran, sehingga dapat
meningkatkan kualitas pendidikan.
2. Bagi Guru
a. Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk
memperbaiki dan menyempurnakan proses belajar mengajar.
b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan dan pengetahuan
mengenai ” Bagaimana efektivitas penggunaan metode pemberian tugas
terhadap kemampuan siswa untuk menemukan ide-ide pokok tiap paragraf
dalam belajar bahasa Indonesia pada siswa kelas V SDN 35 Ampenan.
c. Bagi Siswa
Melalui penelitian ini diharapkan hasil belajar siswa pada pelajaran
Bahasa Indonesia materi menemukan ide-ide pokok dapat meningkat.

II. KAJIAN PUSTAKA

A. Pengertian Efektivitas
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002:187) Efektivitas berasal dari kata
dasar yaitu “Efektif” yang berarti: dapat membuahkan hasil ada pengaruhnya dan ada
akibatnya. Efektivitas adalah tepat atau ketepatan untuk memecahkan suatu masalah
agar membuahkan hasil secara maksimal (Arikunto 2001 : 160) pendapat lain juga
mengatakan bahwa efektivitas adalah : suatu hal yang dilakukan dan mempunyai
pengaruh, akibat terhadap pemecahan suatu masalah ( Aqib, 2002 : 165). Dari
pengertian tersebut di atas penulis menyimpulkan bahwa efektivitas dalam penulisan
skripsi ini adalah suatu daya yang ditimbulkan oleh adanya suatu perlakuan yang
diberiikan guru berupa pemberian tugas yang ikut membentuk dan menentukan
kemampuan menemukan ide - ide pokok tiap paragraf pada mata pelajaran Bahasa
Indonesia kelas V tahun pelajaran 2018/2019.
B. Penggunaan Metode

2
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Indonesia (2000:740) dijelaskan bahwa
penggunaan adalah proses, perbuatan, cara menggunakan sesuatu, sedangkan metode
adalah cara yang teratur yang digunakan untuk mencapai tujuan yang dikehendaki.
Jadi penggunaan metode yang dimaksud dalam penelitian ini adalah proses atau cara
menggunakan sesuatu yang teratur yang digunakan untuk melaksanakan suatu
pekerjaan agar tercapai sesuai dengan yang dikehendaki; cara kerja yang bersistem
untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang
ditentukan.
Roestiyah menjelaskan (1986:6) bahwa ilmu yang menguraikan tentang cara-
cara mengajar untuk mata pelajaran tertentu atau bagian yang disebut didaktif
khusus/metodik. Sedangkan metode mengajar merupakan cara atau taktik yang
digunakan guru dalam interaksi dengan siswa pada saat proses pembelajaran
berlangsung (Winataputra, 2005:43).
Menurut Winaputra (2005:4) bahwa penggunaan metode mengajar dalam
pembelajaran ditinjau dari segi prosesnya memiliki beberapa fungsi sebagai
berikut.
a. Sebagai alat atau cara untuk mencapai tujuan pelajaran.
b. Sebagai gambaran aktivitas yang harus ditempuh oleh siswa dan guru dalam
kegiatan pembelajaran.
c. Sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan alat penilaian pembeelajaran.
d. sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan bimbingan kegiatan pembelajaran,
apakah dalam kegiatan pembelajaran tersebut perlu diberikan bimbingan secara
individu atau kelompok.

Adapun pengertian lain dari penggunaan metode mengajar adalah kemampuan


atau kecerdasan guru untuk mewujudkan relasi pendidikan dengan murid melalui
penyampaian materi bidang studi tertentu (Nawawi, 1993:248).
Dari penjelasan tersebut di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa penggunaan
metode mengajar adalah proses cara kerja yang bersistematis untuk memudahkan guru
di dalam menyampaikan pelajaran guna mencapai tujuan pembelajaran. Oleh karena
itu, guru dalam melaksanakan pembelajaran harus secara analisis dan fleksibel
menentukan metode apa yang harus digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran
secara efektif dan efisien.
C. Pemberian Tugas
Pemberian tugas berasal dari dua kata, yaitu kata “pemberian” yang berasal
adari kata “beri” yang memiliki makna “menyerahkan, merelakan, menyampaikan,
membagikan” (Hoetomo, 2005:96). Dalam Kamus Bahasa Indonesia (2000:140)
dipertegas lagi dengan kata menyediakan, melakukan sesuatu dan lain sebagainya.
Kata “tugas” memiliki makna “pekerjaan yang menjadi tanggung jawab seseorang,
pekerjaan yang dibebankan, fungsi yang boleh tidak dikerjakan, sesuatu yang wajib
dikerjakan atau yang ditentukan untuk dilakukann suruhan, perintah untuk melakukan
sesuatu, fungsi, jabatan” (Hoetomo:556). Jadi dapat disimpulkan bahwa kata
pemberian tugas dalaam kaitannya dengan metode mengajar, memiliki pengertian
bahwa suatu teknik pembelajaran berupa pekerjaan yang harus
dikerjakan/diselesaikan yang diberikan oleh guru kepada muridnya dan selanjutnya
tugas tersebut harus dipertanggungjawabkan di depan kelas setelah tugas tersebut
selesai dikerjakan. Dengan demikian maka pemberian tugas yang dimakasudkan di
sini bukan sekedar pekerjaan rumah (PR) sebagai pelarian dari guru apabila target
kurikulum tidak selesai.
Adapun menurut pakar, metode pemberian tugas disebut juga resitasi h-ah
Pelaksanaan Penggunaan Metode Pemberian Tugas

3
Penerapan metode pemberian tugas akan memberikan hasil optimal, jika pada
saat guru memberikan tugas menempuh berbagai tahapan atau langkah-langkah
yang telah ditentukan oleh para ahli. Dalam setiap langkah dari pelaksanaan metode
pemberian tugas, ada ketentuan atau syarat-syarat yang harus diperhatikan dan
dipertimbangkan guru. Kepedulian terhadap ketentuan atau syarat-syarat tersebut,
juga didasarkan pada adanya asumsi bahwa terdapat adanya perbedaan karakteristik
siswa, karakteristik mata pelajaran dan karakteristik tujuan yang hendak dicapai
dalam setiap pembelajaran.
Hadari Nawawi (1993:280) menjelaskan bahwa metode pemberian tugas
memiliki beberapa fase, yaitu fase pemberian tugas, fase belajar/bekerja di luar
kelas dan fase resitasi atau pengulangan untuk mempertanggungjawabkan
pelaksanaan tugas setelah selesai dikerjakan.
Untuk fase lebih jelas dan lebih lengkap syarat-syarat dalam setiap langkah
atau fase tersebut di atas perlu penulis uraikan sebagai berikut.
a. Fase Pemberian Tugas
Syarat pertama yang harus diperhatikan dalam fase ini adalah tujuan
yang hendak dicapai. Oleh karena itu yang menjadi tugas guru adalah
merumuskan tujuan pembelajaran yang sesuai dengan ketentuan kurikulum baik
itu yang menyangkut standar kompetensi atau kompetensi dasar yang dijabarkan
dalam bentuk indikator dan kegiatan pembelajaran. Dengan demikian akan dapat
dinilai apa wajar atau tidak metode pemberian tugas digunakan. Di samping itu
juga dapat dipergunakan untuk mengetahui keberhasilan dalam proses belajar
siswa dalam mengerjakan tugas-tugas belajar sesuai dengan maksudnya untuk
memperdalam dan memperluas pengetahuan, pengertian, pengalaman dan
meningkatkan iman siswa. Untuk itu tujuan-tujuan tersebut harus memiliki sifat-
sifat sebagai berikut.
1) Merangsang agar murid berusaha belajar secara baik dan sungguh-sungguh
mengembangkan inisiatif, bertanggungjawab dan berdiri sendiri
2) Membantu murid mengisi waktu luang di luar jam sekolah secara
bermanfaat dan konstruktif yang menarik minat secara wajar.
3) Membantu murid untuk memperkaya pengetahuan, pengertian dan
pengalaman yang diperolehnya dari sekolah agar penguasaannya menjadi
lebih permanen (tahan lama) atau tidak mudah dilupakan dan terhindar dari
verbalisme.
4) Membantu mengenal relevansi kehidupan nyata dengan petunjuk allah
SWT. Dan semua aspeknya. (Nawawi, 1993:280-281)

Syarat yang kedua yang harus diperhatikan guru dalam fase pemberian tugas ini
adalah jenis tugas yang jelas dan tepat sehingga anak mengerti apa yang
ditugaskan. Pemberian tugas yang kurang jelas tentu akan mengacaukan dan
menyulitkan siswa, banyak waktu yang sia-sia karena siswa bingung dan tidak
tahu apa yang harus diperbuat.
Syarat ketiga yang harus diperhatikan oleh guru dalam fase pemberian tugas ini
adalah menyesuaikan tugas tugas dengan kemampuan siswa. Dalam kegiatan
belajar mengajar yang baik harus memperhatikan perbedaan karakteristik siswa
secara individual. Perbedaan individual ini juga diperhatikan dalam menerapkan
pemberian tugas kepada para siswa. Atas dasar tersebut maka bagi siswa di atas
rata-rata tentunya diberikan tugas yang berbeda dengan siswa rata-rata atau di
bawah rata-rata (Moedjiono, 1993:70). Sebagai bahan pertimbangan guru dalam
memberikan tugas kepada siswa adalah kewajarannya berdasarkan sifat
tujuannya yang sesuai dengan tingkat perkembangan siswa dan kemungkinan

4
untuk dapat melaksanakannya di lingkungan masing-masing (Nawawi,
1993:281).
b. Langkah-langkah Pemberian Tugas
1) Diberikan bimbingan/pengawasan oleh guru
Setelah guru memberikan tugas, maka siswa mulai untuk melaksanakan
tugasnya sesuai dengan tugas dan petunjuk yang telah diberikan oleh gurunya.
Pada fase ini, bimbingan dan pengawasan guru sangat dibutuhkan dan jika
terdapat masalah yang belum bisa difahami oleh siswa dapat didiskusikan. Hal
ini akan dapat mengurangi perasaan bahwa tugas sebagai hal yang dipaksakan
oleh guru (Moedjiono, 1993:70)
2) Diberikan dorongan sehingga anak mau bekerja
Dalam fase ini juga sangat dibutuhkan adanya motivasi dari guru. Hal ini
dimaksudkan untuk memberi dorongan agar siswa tidak merasa bosan akan
tetapi merasa tertarik dan senang dalam melaksanakan tugas.
Ada beberapa Prinsip dalam memotivasi siswa yang harus diperhatikan
oleh seorang guru sebagai mana yang dikutip berikut ini
“Pemberian pujian, kepuasan kebutuhan psikologi, instrinsik, pengetahuan,
penalaran, pemehaman atas tujuan, tugas yang dibebankan oleh diri sendiri,
ganjaran dari luar, teknik pembelajaran yang bervariasi, minat siswa,
penyesuaian dengan kondisi siswa, menghindari ada kecemasan, tingkat
kesulitan, kadar emosi, pengaruh kelompok dan kreatifitas siswa (Aqib,
2003:50-51)”.
3) Diusahakan/dikerjakan oleh siswa sendiri, tidak menyuruh orang lain.
Siswa yang telah termotivasi untuk mengerjakan tugas, akan bekerja sendiri
tanpa mengharapkan bantyuan dari siapapun. Berbeda sekali dengan siswa yang
belum memiliki motivasi untuk mengerjakan tugas akan melakukan hal sebaiknya,
yaitu mengharapkan bantuan dari orang lain. Untuk menghindari hal ini tentu saja
guru harus dapat mengarahkan dan memotivasi siswa.
Di samping hal tersebut di atas yang perlu diperhatikan oleh seorang guru
adalah mengontrol pelaksanaan tugas itu, apakah dikerjakan dengan baik, apakah
dikerjakan oleh siswa sendiri, tidak dikerjakan oleh orang lain, maka perlu diawasi
dan diteliti (Roestiyah, 1998:134).
4) Diajarkan agar siswa mencatat hasil-hhasil yang ia peroleh dengan baik dan
sistematik.
Demikian pula dalam fase ini, hendaknya guru mewajibkan siswa untuk
mencatat hasilnya secara sistematis sesuai dengan petunjuk yang diberikan. Karena
setelah fase mengerjakan tugas akan dilanjutkan dengan fase pengumpulan hasil
kerja dan resitasi (pengulangan) yang dapat berbentuk penuturan, diskusi, tanya
jawab atau mendemonstrasikan sesuatu kegiatan tertentu (Nawawi, 1993:283).
c. Fase Mempertanggungjawabkan Tugas
setelah fase mengerjakan tugas maka langkah selanjutnya adalah fase
mempertanggungjawabkan tugas. Fase inilah yang disebut dengan “resitasi”
(Djamarah, 2006:86).
Sebagai mana yang telah diuraikan di atas maka dalam fase resitasi ini siswa
diminta untuk melaporkan hasil tugasnya kepada guru dan selanjutnya guru
meminta menuturkannya di depan kelas. Melakukan tanya jawab atau diskusi kelas,
atau mendemonstrasikan suatu kegiatan tertentu. Dan selanjutnya untuk mengukur
ketercapaian hasil belajar dengan metode ini adalah guru melakukan evaluasi, agar
guru dapat menilai hasil kerja siswa dan dapat member gambaran yang objektif
mengenai usaha siswa melakukan tugas itu. Evaluasi ini penting untuk siswa karena
dapat meningkatkan hasil belajar (Roestiyah, 1998:134).
D. Kebaikan dan Kelemahan Metode Pemberian Tugas
5
Dari uraian-uraian di atas, jelas metode pemberian tugas memiliki kebaikan
dan kelemahan. Adapun kebaikan dan kelemahannnya seabagai berikut.
1) Kebaikannya
a. Lebih merangsang siswa dalam melakukan aktivitas belajar individual atau
kelompok
b. Dapat mengembangkan kemandirian siswa di luar pengawasan guru
c. Dapat membina ttanggung jawab dan disiplin siswa
d. Dapat mengembangkan kreatifitas siswa
2) Kekurangannya
a. Siswa sulitt dikontrol, apakah benar ia mengerjakan tugas ataukah orang lain
b. Khusus untuk tugas kelompok, tidak jarang yang aktif mengerjakan dan
menyelesaikan adalah anggota tertentu saja, sedangkan anggota lainnya tidak
berpartisipasi dengan baik.
c. Tidak mudah memberikan tugas yang sesuai dengan perbedaan individu
siswa
d. Sering memberikan tugas yang monoton (tidak bervariasi) dapat
menimbulkan kebosanan siswa (Djamarah, 2006:1987)

E. Kemampuan Menemukan Ide-ide Pokok Tiap Paragraf


Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007:895) kata “kemampuan”
mempunyai makna ‘kesanggupan, kekuasaanuntuk melakukan sesuatu, kekayaan
yang dimiliki. Kata “menemukan” berasal dari kata “temu” dan memiliki makna “
mendapatkan. Sedangkan kata “ide pokok tiap paragraf” mempunyai makna ‘yang
menjadi gagasan utama, topik utama, inti permasalahan dalam tiap-tiap paragrap’
(KBB, 2007:205-207).
Dari bebrapa pengertian di atas dapat dipahami bahwa kemampuan
menemukan ide pokok tiap paragrap adalah hasil yang diperoleh seorang siswa
ataupun peserta didik berupa perubahan pengetahuan, kecakapan, pemahaman,
keterampilan kebiasaan, sikap, pandangan, minat dan lain-lain, baik secara
kuantitatif maupun kualitatif. Permasalahan yang timbul sekarang adalah apa yang
dapat dijadikan sebagai acuan atau standar oleh seorang guru untuk mengukur nilai
dari tingkat kemampuan menemukan ide-ide pokok tiap paragraf pada diri siswa?
F. Indikator Kemampuan Siswa Menemukan Ide Pokok Tiap Paragraf
Untuk mengukur tingkat kemampuan siswa dalam menemukan ide
pokok tiap paragraf sangat diperlukan acuan-acuan yang tepat dan dapat dijadikan
sebagai indikator untuk mengukur tingkat kemampuan siswa dalam menemukan
ide pokok tiap paragraf. Adapun yang dimaksud dengan indikator adalah cirri-ciri
yang tampak dan dapat diamati serta diukur oleh siapapun yang tugasnya
berkenaan dengan pendidikan dan pengajaran, yakni guru dan tenaga
kependidikan lainnya (Nana Sudjana, 1991:11). Sebagai petunjuk mampu atau
tidak dapat dilihat dari proses belajar mengajar dengan memperhatikan hal-hal
sebagai berikut.
a. Daya serap terhadap bahan pengajaran yang diajarkan mencapai hasil yang
tinggi baik secara individual maupun kelompok.
b. Prilaku yang digariskamn dalam tujuan pengajaran/instruksional khusus
(TIK) telah dicapai oleh siswa, baik secara individual maupun kelompok
(Djamarah, 2006:106).
G. Penilaian Kemampuan Menemukan Ide-ide Pokok Tiap Paragraf
Sebagaimana diketahui bahwa penilaian merupakan bagian integral dari
proses belajar mengajar. Oleh sebab itu penilaian adalah suatu keharusan untuk
dilaksanakan setiap saat. Penilaian harus digunakan sebagai proses untuk mengukur

6
dan mennentukan tingkat ketercapaian kompetensi dan sekaligus mengukur
efektivitas proses beelajar mengajar (Depdiknas, 2003:8).
Berkaitan dengan penilaian ini Nana Sudjana menjelaskan sebagai berikut.
“Evaluasi terhadap proses belajar mengajar terutama pada saat siswa
mempelajari konsep dan prinsip untuk menjelaskan masalah atau gejala dan
pada saat siswa menguji dan membuktikan konsep dan prinsip dalam
pemecahan masalah atau gejala yang sejenis (Nana Sudjana, 1991:90).

III. PELAKSANAAN PENELITIAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN


A. Subjek, Tempat, dan Waktu Penelitian, Pihak Yang Membantu

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SD Negeri 35 Ampenan untuk mata


pelajaran Bahasa Indonesia. Sebagai subjek penelitian ini adalah kelas V SD Negeri 35
Ampenan tahun pelajaran 2018/2019 dengan jumlah siswa sebanyak 15 orang, terdiri dari
6 siswa laki-laki dan 9 siswa perempuan.
Bedasarkan jumlah populasi yang kurang dari 100 orang, maka penelitian ini
disebut penelitian populasi. Oleh karena itu, objek pada populasi diteliti, hasilnya
dianalisis, disimpulkan dan kesimpulan itu berlaku untuk seluruh populasi (Arikunto,
2002:108).
Mengingat populasi dari penelitian ini berjumlah kurang dari 100 orang, maka
sampel dari penelitian ini akan diambil secara keseluruhan sehingga penelitian ini
merupakan penelitian populasi ( Arikunto, 2002:112).
Tempat penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SD Negeri 35 Ampenan
Kelurahan Sekarbela Kecamatan Ampenan Kota Mataram tahun pelajaran 2018/2019.
2. Pihak yang Membantu
Dalam penelitian tindakan kelas ini untuk memperlancar proses penelitian,
peneliti dibantu dari pihak sekolah antara lain ; Kepala Sekolah, teman sejawat, para
guru, supervisor I, penguji I dan penguji II dan serta siswa sebagai sampel.
B. Desai Prosedur Perbaikan Penelitian
Prosedur perbaikan penelitian ini yaitu meliputi 2 siklus. Masing-masing siklus meliputi:
1.Siklus I

Data hasil pemberian tes yang diperoleh dalam penelitian ini meliputi data yang
diperoleh dari hasil penilaian Siklus I mata pelajaran bahasa Indonesia pada siswa kelas
V SDN 35 Ampenan. Untuk memperoleh jenis data tersebut penulis memakai metode
eksperimen dengan penggunaan metode tes untuk mendapatkan data yang berkaitan
dengan kemampuan menemukan ide-ide pokok tiap paragraf pada kelompok yang
diberikan tugas berupa pemberian Siklus I yang dilakukan sebelum melakukan
penelitian. Soal Siklus I yang yang diberikan bertujuan untuk mengukur kemampuan
awal siswa sebelum diberikan pengajaran. Setelah diadakan pemberian soal Siklus I ,
selanjutnya program pembelajaran bahasa Indonesia dilaksanakan dengan ketentuan
bahwa kelompok yang diberikan tugas ini tidak mendapatkan perlakuan khusus, artinya
kelompok siswa ini mendapatkan pembelajaran yang biasa-biasa saja. Kemudian setelah
pembelajaran selesai kelompok ini pun diberikan Siklus II yang bertujuan untuk
mengukur kemampuan siswa setelah mendapatkan pembelajaran. Selanjutnya antara
nilai Siklus I dan Siklus II perlu dicari berapa selisihnya atau perbedaannya sehingga
peneliti mengetahui kemampuan belajar bahasa Indonesia khususnya menemukan ide-
ide pokok tiap paragraf pada kelompok siswa yang tidak diberikan tugas, terdapat
adanya peningkatan kemampuan belajar atau tidak.

C. TeknikAnalisa Data

7
Adapun data hasil Siklus I dan Siklus II yang diperoleh peneliti pada
kelompok yang diberikan tugas pada siswa kelas kelas V SDN 35 Ampenan tahun
pelajaran 2018-2019 dapat dilihat pada di bawah ini.

Berdasarkan pedoman, baik secara individual pada analisis nilai Siklus I dan
Siklus II dari yang diberikan tugas dapat dikategorikan tuntas jika siswa memperoleh
nilai KKM yaitu 70 dan dinyatakan tuntas klasikal 85%.. Selanjutnya setelah
pembelajaran dilakukan dan kemudian diadakan penilaian post test, terlihat bahwa nilai
masing-masing siswa ternyata tidak ada peningkatan yang cukup berarti, bahkan ada
beberapa siswa yang memperoleh nilai Siklus II kurang dari nilai Siklus I. Hal ini
menunjukkan bahwa penigkatan kemampuan menemukan ide-ide pokok tiap paragraf
mata pelajaran bahasa Indonesia masih sangat rendah. Demikian halnya bila ditinjau
berdasarkan kemampuan kelompok juga berada di bawah standar. Maka dilanjutkan
pada siklus II.

Untuk mengetahui perbedaan hasil akhir peningkatan kemampuan menemukan


ide pokok tiap paragraf setelah pembelajaran pada siswa yang tidak diberikan tugas,
peneliti mencari besaran nilai beda antara nilai rata-rat Siklus I dan nilai rata-rata Siklus
II dengan rumus sebagai berikut.

M = ∑FX

Keterangan :
M = Rata – rata Kelas
∑FX = Jumlah Skor
N = Jumlah Siswa

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Deskripsi Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran
1. Hasil Perbaikan Siklus I
Data hasil pemberian tes yang diperoleh dalam penelitian ini meliputi data
yang diperoleh dari hasil penilaian Siklus I mata pelajaran bahasa Indonesia pada siswa
kelas V SDN 35 Ampenan. Untuk memperoleh jenis data tersebut penulis memakai
metode eksperimen dengan penggunaan metode tes untuk mendapatkan data yang
berkaitan dengan kemampuan menemukan ide-ide pokok tiap paragraf pada kelompok
yang diberikan tugas berupa pemberian Siklus I yang dilakukan sebelum melakukan
penelitian. Soal Siklus I yang yang diberikan bertujuan untuk mengukur kemampuan
awal siswa sebelum diberikan pengajaran. Setelah diadakan pemberian soal Siklus I ,
selanjutnya program pembelajaran bahasa Indonesia dilaksanakan dengan ketentuan
bahwa kelompok yang diberikan tugas ini tidak mendapatkan perlakuan khusus, artinya
kelompok siswa ini mendapatkan pembelajaran yang biasa-biasa saja. Kemudian setelah
pembelajaran selesai kelompok ini pun diberikan Siklus I yang bertujuan untuk
mengukur kemampuan siswa setelah mendapatkan pembelajaran. Selanjutnya antara
nilai Siklus I dan Siklus II perlu dicari berapa selisihnya atau perbedaannya sehingga
peneliti mengetahui kemampuan belajar bahasa Indonesia khususnya menemukan ide-
ide pokok tiap paragraf pada kelompok siswa yang tidak diberikan tugas, terdapat
adanya peningkatan kemampuan belajar atau tidak.
Adapun data hasil Siklus I yang diperoleh peneliti pada kelompok yang
diberikan tugas pada siswa kelas kelas V SDN 35 Ampenan tahun pelajaran 2018-2019
dapat dilihat bahwa hasil perbaikan siklus I rata-ratanya yaitu 53,33 Dengan
memperoleh nilai ketuntasan klasikal sebesar 73,00%. maka dapat ditarik kesimpulan

8
sementara bahwa tidak ada peningkatan kemampuan menemukan ide-ide pokok tiap
paragraf mata pelajaran bahasa Indonesia pada perbaikan pembelajaran ini belum tuntas
maka dilanjutkan pada siklus II.
2.Hasil Perbaikan Siklus II
Data hasil pemberian tes yang diperoleh dalam penelitian ini meliputi data yang
diperoleh dari hasil penilaian Siklus I mata pelajaran bahasa Indonesia pada siswa kelas
V SDN 35 Ampenan. Untuk memperoleh jenis data tersebut penulis memakai metode
eksperimen dengan penggunaan metode tes untuk mendapatkan data yang berkaitan
dengan kemampuan menemukan ide-ide pokok tiap paragraf sebagaimana halnya pada
kelompok yang diberikan tugas berupa pemberian Siklus I yang dilakukan sebelum
melakukan penelitian. Soal Siklus I yang yang diberikan bertujuan untuk mengukur
kemampuan awal siswa sebelum diberikan pengajaran. Proses pembelajarannya
diberikan secara bersamaan dengan kelompok yang tidak diiberikan tugas. Dalam hal
ini kedua kelompok diperlakukan sama. Setelah pembelajaran selesai kelompok yang
diberikan tugas mendapat perlakuan khusus dengan diberikannya tugas tambahan di
luar jam pelajaran (PR). Adapun tugas tambahan yang diberikan tidak jauh beda dengan
soal Siklus I. Pada pertemuan berikutnya kelompok yang diberikan tugas ini
mempertanggungjawabkan tugas tambahan yang diberikan dengan cara mengumpulkan
tugasnya kepada guru. Selanjutnya bersamaan dengan kelompok yang tidak diberikan
tugas, kelompok ini juga diberikan soal Siklus II yang bertujuan untuk mengukur
kemampuan siswa setelah pembelajaran.
Adapun data hasil Siklus II yang diperoleh peneliti pada kelompok yang
diberikan tugas pada siswa Kelas V SDN 35 Ampenan Tahun Pelajaran 2018-2019
dapat dilihat bahwa hasil perbaikan siklus I rata-ratanya yaitu 74,47 Dengan
memperoleh nilai ketuntasan klasikal sebesar 87,00%. maka dapat ditarik kesimpulan
sementara bahwa terdapat adanya peningkatan kemampuan menemukan ide pokok tiap
paragraf pada kelompok ini tuntas dan berhasil.
B. Pembahasan Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran
Setelah mendapatkan data dan menganalisis masing-masing data hasil
penilaian pada kelompok yang diberikan tugas dan data hasil penelitian yang
diberikan tugas terkumpul, maka selanjutnya peneliti menganalisis kemampuan dapat
menentukan ada atau tidaknya efektivitas metode pemberian tugas terhadap
kemampuan untuk menemukan ide-ide pokok tiap paragraf mata pelajaran bahasa
Indonesia pada siswa kelas V SDN 35 Ampenan Tahun Pelajaran 2018-2019.

1. Pembahasan Siklus I.
Berdasarkan tabel diatas dapat dijelaskan bahwa hasil perbaikan siklus I rata-ratanya
yaitu 53,33 Dengan memperoleh nilai ketuntasan klasikal sebesar 73,00%. maka dapat
ditarik kesimpulan sementara bahwa tidak ada peningkatan kemampuan menemukan
ide pokok tiap paragraf mata pelajaran bahasa Indonesia pada perbaikan pembelajaran
ini belum tuntas maka dilanjutkan pada siklus II.
2. Pembahasan Siklus II.

Berdasarkan tabel diatas dapat dijelaskan bahwa hasil perbaikan siklus I rata-
ratanya yaitu 74,47 Dengan memperoleh nilai ketuntasan klasikal sebesar 87,00%.
maka dapat ditarik kesimpulan sementara bahwa terdapat adanya peningkatan
kemampuan menemukan ide pokok tiap paragraf pada kelompok ini tuntas dan berhasil.
Dengan melihat hasil penelitian disimpulkan bahwa Berdasarkan tabel diatas dapat
dijelaskan bahwa hasil perbaikan siklus I rata-ratanya yaitu 53,33 meningkat menjadi
74,47 dan nilai ketuntasan klasikal sebesar 73,00%. Meningkat menjadi 87,00%. maka
dapat ditarik kesimpulan sementara bahwa tidak ada peningkatan kemampuan

9
menemukan ide pokok tiap paragraf mata pelajaran bahasa Indonesia pada perbaikan
pembelajaran adanya peningkatan kemampuan menemukan ide pokok tiap paragraf pada
kelompok ini tuntas dan berhasil.

V. SIMPULAN dan SARAN TINDAK LANJUT


A.Simpulan
Terbatas pada ruang lingkup penelitian, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai
berikut.
Berdasarkan tabel diatas dapat dijelaskan bahwa hasil perbaikan siklus I rata-
ratanya yaitu 74,47 Dengan memperoleh nilai ketuntasan klasikal sebesar 87,00%.
maka dapat ditarik kesimpulan sementara bahwa terdapat adanya peningkatan
kemampuan menemukan ide pokok tiap paragraf pada kelompok ini tuntas dan berhasil.
Dengan melihat hasil penelitian disimpulkan bahwa Berdasarkan tabel diatas dapat
dijelaskan bahwa hasil perbaikan siklus I rata-ratanya yaitu 53,33 meningkat menjadi
74,47 dan nilai ketuntasan klasikal sebesar 73,00%. Meningkat menjadi 87,00%. maka
dapat ditarik kesimpulan sementara bahwa tidak ada peningkatan kemampuan
menemukan ide pokok tiap paragraf mata pelajaran bahasa Indonesia pada perbaikan
pembelajaran adanya peningkatan kemampuan menemukan ide pokok tiap paragraf pada
kelompok ini tuntas dan berhasil.
B.Saran Tindak Lanjut
Berdasarkan hasil penelitian, maka penulis akan mengajukan beberapa saran
kepada berbagai pihak sebagai berikut.
1. Kepada segenap guru khususnya guru bidang studi bahasa Indonesia hendaknya dalam
menggunakannya secara baik dan tepat sesuai dengan langkah-langkah yang
ditentukan oleh para ahli sehingga kemampuan belajar yang diharapkan dapat tercapai
dengan memuaskan.
2. Kepada para siswa hendaknya mematuhi segala aturan dan tata tertib yang ada serta
hendaknya senantiasa memiliki rasa hormat pada guru dan memiliki semangat yang
tinggi untuk belajar agar lebih siap menghadapi tantangan hari esok yang penuh
dengan kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
3. Kepada orang tua/wali murid, hendaknya memberikan perhatian penuh terhadap minat
dan perkembangan anak karena dia merupakan tunas-tunas bangsa yang akan
melanjutkan dan mengisi kemerdekaan bangsa ini.
DAFTAR PUSTAKA

N.K, Roestiyah (1998 : 133). Teknik Penyajian Bahan Pelajaran.

Arikunto (2001 : 160). Aqib (2002 : 165). Pengertian Efektivitas.

N.K, Roestiyah (1986 : 6). Ilmu yang Menguraikan tentang Cara-Cara Mengajar.
Winataputra. (2005 : 43). Metode Mengajar.
Nawawi. (1993 : 248). Pengertian Penggunaan Metode Mengajar.
Hoetomo. (2005 : 96, 556). Pengertian Pemberian Tugas.
Djamarah. (2006 : 86). Penilaian hasil Pekerjaan Siswa dengan Tes maupun Nontes.
Moedjiono. (1993 : 70). Perbedaan Karakteristik Siswa secara Individual.
KBB. (2007 : 205 – 207). Kemampuan Menemukan Ide-Ide Pokok Tiap Paragraf.
10
Sudjana, Nana. (1991 : 11). Indikator Kemampuan Siswa Menemukan Ide Pokok Tiap
Paragraf.
Depkiknas. (2003 : 8). Penilaian Kemampuan Menemukan Ide-Ide Pokok Tiap Paragraf.

11

Anda mungkin juga menyukai