Pertolongan Pertama
Pertolongan Pertama
Dalam memberikan pertolongan pertama ada beberapa tips dan etika yang perlu
diperhatikan, diantaranya adalah:
- menganalisa kondisi lingkungan
- memperkenalkan diri
- minta ijin
- penilaian keadaan
- penilaian dini
Penilaian dini adalah pemeriksaan awal terhadap korban. Pemeriksaan ini
merupakan pemeriksaan yang bersifat mendasar, berhubungan dengan
kelangsungan hidup korban, sehingga harus segera dilaksanakan. Penilaian
dini meliputi:
- pemeriksaan fisik
- pemeriksaan kepala
- pemeriksaan mata
Periksa kondisi dan reaksi pupil terhadap rangsang cahaya. Jika pupil
mata kanan dan kiri tidak sama besar atau ukurannya lebar sekali, ada
indikasi korban mengalami gangguan syaraf/syok.
- pemeriksaan hidung
- pemeriksaan telinga
- pemeriksaan mulut
- pemeriksaan leher
Periksa apakah ada pelebaran vena atau memar di leher. Jika ada,
kemungkinan korban mengalami cidera spinal bagian tulang leher.
- pemeriksaan dada
- pemeriksaan perut
- pemeriksaan panggul
- pemeriksaan punggung
- pemeriksaan pernafasan
- penatalaksanaan
- pemeriksaan berkala
- Pelaporan
Pada kasus bencana alam, musibah, kecelakaan, atau kasus lain yang
menimbulkan banyak korban sedangkan jumlah penolong terbatas, pemeriksaan
(triase, triage) dibagi menjadi 2 tahap, yaitu pemeriksaan primer dan skunder.
Pemeriksaan primer dilakukan oleh regu pioner, regu yang pertama kali masuk
ke lokasi. Pemeriksaan ini bertujuan untuk memilah korban menjadi 4 kelompok
berdasarkan tingkat kegawatan cideranya. Pemeriksaan skunder dilakukan regu
penolong yang bertujuan memberikan pertolongan pertama. Jenis pertolongan
yang diberikan biasanya mengacu pada pertolongan untuk korban trauma.
Tes ini dilakukan dengan menghitung jumlah nafas korban. Jika korban
bernafas lebih dari 30 kali per menit, maka korban termasuk kelompok
merah. Bila korban bernafas kurang dari 30 kali per menit, korban perlu
mendapat tes selanjutnya.
Tes ini dilakukan dengan cara menekan ujung jari korban dan menghitung
waktu yang dibutuhkan bagian tersebut untuk berubah warna dari pucat
menjadi merah kembali. Apabila waktu yang dibutuhkan lebih dari 2 detik,
maka korban termasuk kelompok merah. Bila waktu yang dibutuhkan kurang
dari 2 detik, maka korban perlu mendapat tes selanjutnya.
- tes kemampuan status mental
Korban yang dimasukkan kedalam kelompok hitam adalah korban yang pada
saat ditemukan dalam kondisi tidak sadar dan tidak bernafas. Meskipun ada
kemungkinan korban masih bisa dibantu dengan nafas buatan, namun karena
jumlah tenaga penolong terbatas, korban ini dimasukkan ke kelompok hitam
yang mendapat prioritas penanganan terakhir.
Pada pendarahan tertutup, darah keluar dari pembuluh darah dan mengisi
daerah di sekitarnya, terutama dalam jaringan otot. Pendarahan ini dapat
diidentifikasi dengan adanya memar pada korban.
Penekanan ini dilakukan dengan kuat pada pinggir luka. Setelah beberapa
saat, sistem peredaran darah akan menutup luka tersebut. Teknik ini
dilakukan untuk luka kecil yang tidak terlalu parah (luka sayatan yang tidak
terlalu dalam).
- elevasi
Penekanan titik nadi ini bertujuan untuk mengurangi aliran darah menuju
bagian yang luka. Pada tubuh manusia terdapat 9 titik nadi, yaitu temporal
artery (di kening), facial artery (di belakang rahang), common carotid artery
(di pangkal leher, dekat tulang selangka), brachial artery (di lipatan siku),
radial artery (di pergelangan tangan), femoral artery (di lipatan paha),
popliteal artery (di lipatan lutut), posterior artery (di belakang mata kaki), dan
dorsalis pedis artery (di punggung kaki).
- Immobilisasi
- tourniquet
- rest
- ice
- commpression
Bagian yang luka dibalut dengan kuat untuk membantu mempercepat proses
penutupan lubang/bagian yang rusak pada pembuluh darah.
- elevation
Kaki dan tangan korban ditinggikan sehingga lebih tinggi dari jantung.
Syok
Ditulis oleh dr. Hamidie Ronald, M.Pd
Syok adalah peristiwa gagalnya pengiriman darah ke organ vital. Peristiwa ini
dapat disebabkan oleh beberapa hal, antara lain:
- dehidrasi
- status mental berubah (gelisah, mual, haus, pusing, ketakutan, dan lain-
lain)
Meskipun tidak tergolong darurat, tapi penderita syok perlu segera mendapat
perawatan. Perawatan yang bisa diberikan antara lain:
- tenangkan penderita
Metode Baru Resusitasi Jantung ParuSetiap menit terdapat sekitar 4-6 orang
meninggal didunia karena serangan jantung. Dan sangat disayangkan jika
seseorang tiba-tiba meninggal, yang tadinya kelihatan segar bugar,dengan kata
lain jantungnya sangat sehat tiba-tiba tidak lagi berdenyut
Jantung sekonyong-konyong berhenti berdenyut (cardiac arrest) serta paru-paru
berhenti bernapas (apnoe), atau seseorang tiba-tiba pingsan atau tidak sadarkan
diri, seharusnya kita yang berada disekitarnya segera memberikan bantuan
sesuai standar prosedur medis yang berlaku, sehingga nyawa yang
bersangkutan dapat tertolong dalam artian sembuh sempurna seperti sediakala.
Biasanya jika seseorang tiba-tiba pingsan, suasana jadi panik, apalagi jika yang
pingsan itu orang penting, maka banyak orang akan beramai-ramai memberikan
pertolokngan dengan cara masing-masing, ada yang berteriak, menangis sambil
memeluk korban sehingga menghalangi jalan napas, ada yang memijat ibu jari
kaki sekuat tenaga sambil komat-kamit, ada yang berdoa menurut agama
masing-masing, ada yang memberi minum, dan yang lebih rumit lagi sebagian
besar berkerumun disekitar kornban sambil berdesakan hanya sekedar pengin
tahu apa kejadian sebenarnya, Pada hal jika lebih dalam 5 (lima) menit aliran
darah keotak terhenti maka akan terjadi kerusakan permanen diotak. Dan
keberhasilan Bantuan hidup dasar sangat menentukan keberhasilan batuan
hidup lanjut (Advance Cardiac Life Support/ACLS).
Seharusnya hanya ada satu komando. Timbul pertanyaan siapa yang menjadi
komandan ?,, dalam hal ini yang menjadi komandan adalah mereka yang pernah
mendapatkan pelatihan bantuan hidup dasar (Basic Life Support/BLS) dan
bantuan hidup lanjut (Advance Cardiac Life Support/ACLS).
Di luar negeri, biasanya mereka yang terlatih dan punya verifikasi terbaru akan
menawarkan diri sambil mengacungkan tangan ;saya resusitator siap jadi
komandan , maka yang lain mempersilakan yang bersangkutan menjadi
komandan resusitasi dan semua instruksi dan perintah berada dibawah satu
komando yang bersangkutan.?. Bagaimana ditemapat kita.??, masih jauh dari
harapan, disamping jumlah anggota masyarakat masih sangat sedikit yang telah
mengikuiti pelatihan bantuan hidup dasar(BLS), disamping itu juga ada rasa
ewoh pekewoh, rasa sungkan, rasa takut salah dan sebagainya. Siapa yang
boleh mengikuti pelatihan BLS?, mereka adalah, dokter, perawat, polisi, tentara,
satpan, mereka yang berhubungan banyak dengan orang banyak seperti; sopir,
kondektur, pilot, pramugari, sekretaris, pemadam kebakaran, anggota DISHUB,
guru, dosen, peltih senam dan lain sebagainya.
Periksa jalan napas korban sebagai berikut : membuka mulut korban, masukkan
2 jari (biasanya jaritelunjuk dan jari tengah), lihat apah ada benda asing,
darah,(bersihkan), lidah yang jatuh kebelakang(drop), menutpi jalan napas.
Letakkan tangan penolong diatas kening korban dan tangan yang lain didagu
korban , tengadahkan/dongakkan kepala korban (Head tilt chin lift), Jika kita
mencurigai adanya patah atau fraktur tulang leher/servikal, maka pakai cara
lalu buka jalan napas.
Periksa napas koban selama 5 detik, paling lama 10 detik dengan cara : Lihat,
rasakan dengarkan (look-feellisten). (Letakkan pipi penolong didepan mulut
korban, sambil melihat dan merasakan adanya napas korban yaitu naikturunnya
dada, jika tidak ada napas, atau bernapas tapi tidak adekuat berikan napas
buatan dari mulut pemolong kemulut korban (mouth to mouth ventilation),
dengan menutup/memencet hidung korban, sampai terlihat dada korban
naik/ekspansi, selama 1 detik( jangan berikan napas terlalu cepat dan volume
terlalu banyak. pemberian napas tersebut sebanyak 2 kali dengan jarak antara
pemberian napas selama 5 detik.
Periksa denyut nadi karotis, (sebelah kanan atau kiri jakun), dengan 2-3 jari
selama 5 detik jangan lebih dari10 detik.Jika ada denyut nadi, maka korban
hanya henti napas, maka lanjutkan resusitasi paru, berikan napas mulut ke mulut
sampai 1 menit (12 kali), sampai napas spontan (satu siklus).
Jika denyut nadi tidak ada, maka lakukan kompresi jantung ( resusitasi jantung
paru) dengan meletakkan telapak tangan ditulang dada (sternum) jari-jari tangan
kanan saling mengait/mengunci, 2-3 jari diatas tulang muda(prosesus sipoideus),
atau sejajar puting payudara, kedua bahu penolong sejajar, tegaklurus, sehingga
waktu melakukan kompresi disertai bantuan berat badan penolong dan lakukan
kompresi jantung dengan kedalaman 4-5cm sebanyak 30 kali kompresi (dulu
15, sekarang 30 kompresi), apakah penolong 1 atau 2 orang tetap 30 kali setiap
siklus. Hali ini dilakukan sebanyak 4 siklus (kurang lebih 100 kali kompresi setiap
menit. Setelah 4 siklus, cek kembali kesadaran korban, jalan napas korban,
apakah sudah ada napas dan nilai denyut arteri karotis. Setelah 2 menit
sebaiknya penolong atau bagian kompresi digantikan oleh penolong lain untuk
menjaga kwalitas kompresi dan juga kelelahan penolong.
Lakukan hal tersebut diatas sambil datangnya ambulance atau alat AED
(automated external defibrillator) untuk selanjutnya dilakukan Resusitasi jantung
paru lanjutan (ACLS/advance cardiac life support).