KELAS A1
PRAKTIKUM KE-2
“SAMPLING AIR DAN UJI FISIK”
1. TUJUAN
1. Mahasiswa memahami dan dapat melakukan pengambilan sampel air untuk
pengujian kualitas air.
2. Mahasiswa mengerti dan dapat melakukan uji fisik kualitas air (warna, bau, rasa,
temperatur, oksigen terlarut, kekeruhan, konduktifitas, dan salinitas) serta uji pH.
3. Mahasiswa dapat mengoperasikan instrumen pH meter dan Water Quality
Checker.
2. METODE
1. Alat
- Water Quality Checker
- pH Meter
2. Bahan
- Wadah/Botol Sample PE
- Aquadest
- Sampel Air
3. Cara Kerja
3.1. Persiapan Wadah/botol sampel:
Untuk analisa kimia dan radioktivitas
Jika botol sudah bersih (seperti di point diatas), botol kemudian disterilkan
dengan cara dipanaskan pada suhu 170 Co selama satu jam pada oven atan pada
suhu 121 Co selama 15 menit di autoklaf
Pembahasan
Air menjadi sumber daya alam yang mempunyai peran sangat penting bagi kehidupan
manusia dan organisme hidup lainnya, mulai dari kebutuhan dasar seperti minum sampai
kebutuhan energi dll. Namun air juga menjadi salah satu sumber daya alam yang paling rentan
terhadap pencemaran maupun pencemaran lingkungan lainnya. Dan air kualitas yang buruk
akan mempengaruhi dan dipengaruhi oleh kondisi/komponen lainnya. Oleh karena itu kualitas
suatu perairan perlu terus diperhatikan, menurut peraturan pemerintah (Perpu) No. 82 tahun
2001, pasal 1 ayat 3 menyebutkan Pengelolaan kualitas air adalah upaya pemeliharaan air
sehingga tercapai kualitas air yang diinginkan sesuai peruntukannya untuk menjamin agar
kualitas air tetap dalam kondisi alamiahnya. kualitas air secara umum menunjukkan mutu atau
kondisi air yang dikaitkan dengan suatu kegiatan atau keperluan tertentu, sehingga proses
penganalisisan dan pengelolaan kualitas air dapat berbeda-beda tergantung dari jenis dan fungsi
tempat perairan tersebut. Sebagai contoh kualitas air untuk keperluan irigasi berbeda dengan
kualitas air untuk keperluan air minum. Kualitas air ditentukan oleh beberapa faktor, salah
satunya adalah faktor fisika yang terdiri dari suhu, kekeruhan, pH, oksigen terlarut dan padatan
terlarut (Suhendar et al., 2020), selain itu menurut Lutfi A S. (2006). Selain faktor fisik kualitas
air juga sangat dipengaruhi oleh lingkungan sosial seperti kepadatan penduduk dan kepadatan
social.
Pada praktikum kali ini dilakukan pengujian kualitas air, pemantauan kualitas air
dilakukan untuk mengetahui kesesuaian air untuk peruntukan tertentu dengan membandingkan
dengan baku mutu air sesuai kelas air. Hasil pemantauan parameter fisika (suhu, TDS, EC
(konduktifitas) dan Kekeruhan (turbiditas), kimia (pH, DO, Salinitas) yang telah dilakukan pada
5 sampel air yaitu sampel 1 (inlet), sampel 2 (inlet), sampel 3 (outlet), sampel 4 (outlet), dan
sampel 5 (daerah pemanfaatan) dapat diamati pada tabel 2.1 Hasil Analisa Uji Kimia Fisika Air.
Lokasi pengukian kualitas air dilakukan di danau Situ Gintung, Kecamatan Ciputat, Kota
Tangerang Selatan dengan mengambil sampel di 5 titik yang berbeda yang meliputi daerah inlet,
outlet dan daerah pemanfaatan.
Faktor Kimia Fisik Air
Suhu (Temperatur)
Pengukuran suhu merupakan parameter yang penting dalam perairan, Menurut hokum
Van’t Hoffs kenaikan suhu sebesar 10°C pada kisaran suhu yang masih ditolerir akan
meningkatkan aktivitas fisiologis dari suatu organism meningkat 2-3 kali lipat (Barus, 2004).
Suhu pada perairan disebabkan oleh intensitas cahaya matahari, kanopi dari vegetasi sekitar
perairan serta pertukaran panas antara air dengan udara di sekelilingnya. Kisaran suhu untuk
organism perairan adalah sekitar 20-30°C (Sitorus, 2009). Peningkatan suhu juga dapat
menyebabkan kelarutan oksigen menurun di dalam air (Haslam, 1995).
Berdasarkan hasil pengukuran suhu dar ke-5 sampel didapati sampel 1 (inlet) bersuhu
28,65oC, sampel 2 (inlet) 28,57oC, sampel 3 (outlet) 28,80oC, sampel 4 (outlet) 28,94oC, dan
sampel 5 (daerah pemanfaatan) 29,27oC, Perbedaan suhu ini dipengaruhi oleh intensitas cahaya
matahari yang tidak terlalu merata di beberapa tempat, ditambah adanya vegetasi air yang
menutupi perairan dikawasan tersebut ketika pengukuran dilakukan. Menurut Mantaya, et al.
(2016) Setiap Perubahan suhu cenderung mempengaruhi banyak proses kimiawi yang terjadi
secara bersamaan. Suhu berkisar antara 20o C – 32o C merupakan kisaran suhu dimana ikan atau
biota perairan yang lain dapat melakukan metabolisme yang baik atau zat pengurai masih dapat
bekerja dengan maksimal, dari hasil pengukuran tersebut dapat disimpulkan bahwa suhu air pada
ke 5 sampel termasuk suhu yang normal. Menurut Gulo, et al. (2015), limbah dapat meningkatkan
suhu perairan sehingga menurunkan kelarutan oksigen. Pengukuran parameter ini dilakukan
dengan mencelupkan ujung termometer ke air dan membiarkannya selama 2-3 menit, kemudian
termometer diangkat dan perubahan suhu yang ditunjukkannya dicatat.
DO
Oksigen terlarut merupakan banyaknya oksigen terlarut dalam suatu perairan. Oksigen
terlarut penting bagi organisme perairan terutama respirasi. Proses fotosintesis dari fitoplankton
yang menghasilkan oksigen dan difusi dari udara akan mempengaruhi kandungan oksigen
terlarut. Faktor lain yang mempengaruhi kandungan oksigen adalah suhu, laju fotosintesis dan
adanya zat pencemar lainnya. Konsenrasi oksigen menurun seiring dengan kenaikan suhu
dan meningkat seiring dengan penurunan suhu (Barus, 2001).
Pengambilan sampel air dilakukan dengan cara mencelupkan botol Winkler kedalam air
hingga sebagian ujungnya terendam, air diusahakan masuk dengan melewati dinding mulut botol
untuk mencegah terjadinya gelembung udara. Berdasarkan analisa kandungan oksigen terlarut
(Dissolved Oxygen) dari ke-5 sampel, didapatkan pada sampel 1 (inlet) 8,36 mg/L, sampel 2
(inlet) 8,45 mg/L, sampel 3 (outlet) 8,30 mg/L, sampel 4 (outlet) 9,25 mg/L, dan sampel 5 (daerah
pemanfaatan) 8,54 mg/L. Sampel 4 memiliki nilai DO paling besar mencapai (outlet) 9,25 mg/L,
sedangkan nilai DO terkecil didapati pada sampel 1 (inlet) sebesar 8,36 mg/L. Menurut
Mahyudin, et al. (2015), suatu perairan dapat dikatakan baik dan mempunyai tingkat pencemaran
yang rendah jika kadar oksigen terlarutnya (DO) lebih besar dari 5 mg/L Jika nilai DO pada air
semakin tinggi maka kualitas air akan semakin baik, dan pada umumnya pada suhu 20°C tingkat
DO maksimal adalah 9ppm (part per million) atau setara mg/L. Melihat kandungan DO dari ke-
5 cukup tinggi maka dapat disimpulkan air di kawasan Situ Gintung telah memenuhi standar baku
mutu air danau pada kelas 1 berdasarkan PP. No 22 Tahun 2021. Menurut PP No 22 Tahun 2021
baku mutu air danau memiliki kadar DO sebesar >4 mg/L.
TDS
Total PadatanTerlarut (TDS) Total padatan terlarut atau Total Dissolved Solid
(TDS) merupakan bahan-bahan terlarut dalam air yang tidak tersaring dengan kertas saring
milipore dengan pori 0,45 μm (Sitorus, 2009). Padatan ini dapat berupa senyawa-senyawa
anorganik dan organik yang terlarut dalam air, mineral dan garam-garamnya. Nilai TDS
berhubungan dengan kecerahan dan kekeruhan. TDS tidak diinginkan apabila perairan tersebut
dimanfaat kan sebagai sumber air minum karena dapat menimbulkan warna, rasa, dan bau yang
tidak sedap nilai TDS = 100-500mg/l merupakan klasifikasi Air bersih (fresh water). Beberapa
senyawa kimia pembentuk TDS bersifat racun dan merupakan senyawa organik bersifat
karsinogenik (Catur dan Asep, 2016). Berdasarkan pernyataan tersebut hasil pengukuran
parameter TDS dari ke 5 sampel yaitu sampel 1 (inlet) 0,217 g/L, mg/L, sampel 2 (inlet) 0,148
g/L, sampel 3 (outlet) 0,140 mg/L, sampel 4 (outlet) 0,272 g/L, dan sampel 5 (daerah
pemanfaatan) 0,154 g/L. Berdasarkan hasil parameter TDS tersebut ke-5 sampel memiliki kadar
TDS dibawah 0 mg/L yang dimana merupakan salah satu syarat kriteria air layak konsumsi atau
air bersih.
Menurut Gusman & Khairunnas (2018) Terdapat lima kategori rasa air berdasarkan TDS
menurut Gusman & Khairunnas (2018) yaitu TDS kurang dari 300 ppm (sangat bagus), TDS
antara 300-600 ppm (bagus), TDS antara 600-900 ppm (sedang), TDS antara 900-1200 ppm
(buruk), TDS diatas 1200 ppm (sangat buruk).
Konduktivitas (EC)
Konduktivitas (Daya Hantar Listrik/ DHL) merupakan kemampuan air untuk meneruskan
aliran listrik. Untuk mengukur konduktifitas suatu perairan dilakukan dengan menggunkan
Electric conductivity, dimana alat ini akan merespond semakin banyak garam-garam terlarut
yang dapat terionisasi, semakin tinggi pula nilai DHL, konduktivitas dinyatakan dengan satuan
µmhos/cm. Pengukuran daya hantar listrik bertujuan mengukur kemampuan ion-ion dalam air
untuk menghantarkan listrik serta memprediksi kandungan mineral dalam air.Konduktivitas
sungai sungai besar/major berkisar antara 200-1000 μS/cm (mid range conductivity)
(Gasim,2015). Berdasarkan hasil analisa parameter EC di danau Situ Gintung, didapati nilai DHL
yang ditemukan di ke-5 sampel adalah sampel 1 (inlet) 0,335 ms/cm, sampel 2 (inlet) 0,227
ms/cm, sampel 3 (outlet) 0,215 ms/cm, sampel 4 (outlet) 0,222 ms/cm, dan sampel 5 (daerah
pemanfaatan) 0,237 ms/cm. Kisaran nilai DHL tersebut masih layak di perairan.
Salinitas
Salinitas merupakan konsentrasi dari total ion yang terdapat di dalam perairan. Satuan untuk
pengukuran salinitas air adalah satuan gram per kilogram (ppt) atau permil (‰). semakin tinggi
salinitas maka akan semakin besar pula tekanan osmotiknya (Widiadmoko, 2013). Berdasarkan
hasil pengukuran parameter salinitas dari ke 5 sampel yaitu sampel 1 (inlet), sampel 2 (inlet),
sampel 3 (outlet), sampel 4 (outlet), dan sampel 5 (daerah pemanfaatan) masing-masing adalah
0% dan sampel 1 yaitu 1%. Nilai salinitas air untuk perairan tawar biasanya berkisar antara 0–
0,5 ppt, perairan payau biasanya berkisar antara 0,5–30 ppt (Salinitas air payau) dan salinitas
perairan laut lebih dari 30 ppt. Hal tersebut menandakan bahwa ke lima sampel tersebut ke dalam
air tawar. Hasil pengukuran salinitas di situ gintung sebesar 1-2%. Berdasarkan hasil tersebut
dapat diketahui bahwa air pada situ gintung merupakan kategori air tawar dan memenuhi kriteria
salinitas air bersih pada sungai atau danau, hal ini sesuai dengan peryataan dari Mughofar et al
(2018) yaitu kisaran salinitas untuk air tawar 0,5 – 5%, estuari 5-35‰, dan air laut sekitar 30-35
%.
Turbiditas (Kekeruhan)
Kekeruhan menggambarkan kurangnya kecerahan perairan akibat adanya bahan-bahan koloid
dan tersuspensi seperti lumpur, bahan organic dan anorganik, dan mikroorganisme perairan
(Wilson, 2010). Berdasarkan hasil analisa didapati kisaran nilai kekeruhan yang diperoleh pada
pengukuran di ke 5 sampel air sampel 1 (inlet) 150 NTU, sampel 2 (inlet) 172 NTU, sampel 3
(outlet) 156 NTU, sampel 4 (outlet) 196 NTU, dan sampel 5 (daerah pemanfaatan) 182 NTU,
nilai kekeruhan tertinggi yaitu pada air sampel 4 (outlet) 196 NTU. Menurut PP No 22 Tahun
2021 standar baku mutu air danau yang baik, tingkat kekeruhan-nya sebesar 25 NTU. Menurut
Kepmenkes No 907 Tahun 2002 standar baku air untuk minum tingkat kekeruhan-nya sebesar 5
NTU. Berdasarkan nilai tersebut dapat disimpulkan bahwa air di Situ Gintung memiliki tingkat
NTU sangat tinggi dan tidak baik untuk dikonsumsi sebgai air minum. Kekeruhan perairan
dipengaruhi oleh bahan-bahan halus yang melayang-layang dalam air baik berupa bahan organik
seperti plankton, jasad renik, detritus maupun berupa bahan anorganik seperti lumpur dan pasir
(Suhendar et al., 2020).
pH
Derajat keasaman merupakan salah satu faktor pembatas suatu perairan. Perairan
umumnya memiliki kisaran tertentu untuk hidup yaitu, netral atau berada pada keadaan
asam lemah hingga basa lemah (pH 7-8,5). Semakin rendah pH suatu perairan maka semakin
tinggi mobilitas logam berat, sedangkan semakin tinggi pH perairan menyebabkan
keseimbangan ammonium dan ammoniak dalam air terganggu (Barus, 2001) . Dari hasil
analisa sampel, didapati Nilai pH air dari ke 5 sampel diantaranya : sampel 1 (inlet), sampel 2
(inlet), sampel 3 (outlet), sampel 4 (outlet), dan sampel 5 (daerah pemanfaatan) masing-masing
adalah 9,20 ; 9,04 ; 9,40 ; 9,36 ; 8,66. Nilai pH tersebut mengindikasikan bahwa konsentrasi
ion H+ dan ion OH- yang terkandung dalam air dari ke lima sampel tersebut masih dalam kadar
yang cukup tinggi sehingga bersifat basa, sedangkan berdasarkan skala nilai pH, air yang
berasal dari air kran rumah bersifat asam yang diindikasikan dengan nilai pH yang rendah (<
7). Menurut PP No 22 Tahun 2021, kriteria baku mutu air danau, kadar pH-nya sekitar 6-9.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa pH air pada situ gintung tidak memenuhi kriteria standar
kelayakan sebagai air minum berdasarkan Kepmenkes No 907 Tahun 2002 yaitu kriteria pH-
nya sebesar 6,5-8,5.
5. KESIMPULAN
kualitas air adalah upaya pemeliharaan air sehingga tercapai kualitas air yang diinginkan,
terdapat 6 kriteria kualitas fisik kimia yang diukur yaitu kadar Suhu, DO, TDS, Konduktifitas,
Salinitas dan turbidinitas. Pengujian sampel dilakukan pada 5 titik berbeda di kawasan Danau
Situ Gintung. Hasil pengukuran kualitas air yang dilakukan pada sampel 1 (inlet), sampel 2
(inlet), sampel 3 (outlet), sampel 4 (outlet), dan sampel 5 (daerah pemanfaatan), menunjukkan
bahwa parameter kualitas air TDS, EC, suhu, salinitas, dan DO masih memenuhi baku mutu
air. Adapun untuk mengukur parameter kimia fisik lingkungan menggunakan beberapa alat
yaitu pH meter, DO, turbidimeter, EC, TDS dan water sampler.
DAFTAR PUSTAKA
Barus, T.A. (2001). Pengantar Limnologi: Studi Tentang Ekosistem Air Daratan. Jurusan
Biologi. Fakultas Matematika dan IPA. Universitas Sumatera Utara.
Medan.
Barus, T.A. (2004). Pengantar Limnologi: Studi Tentang Ekosistem Sungai dan Danau.
Jurusan Biologi. Fakultas Matematika dan IPA.Universitas Sumatera
Utara. Medan.
Catur, M Marliando Satria Pangestu., Asep, Sukohar. (2016). Air Alkali Terionisasi
Pencegahan Termutakhir Timbulnya Kanker. Majority, 5(2), 74-80.
Gasim, Muhammad Barzani. (2015) The Influence of Tidal Activities on Water Quality Of
Paka River Terengganu, Malaysia. Malaysian Journal of Analytical
Science. Vol.19. No.5.
Gulo, U. Z., T. A. Barus dan A. Suryanti. (2015). Kualitas air Sungai Belawan Kecamatan
Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang Provinsi Sumatera Utara. Jurnal
Aquacoastmarine 9(4): 1-11.
Haslam, S.M. (1995). River Pollution, An Ecological Perspective. Belhaven Press. London.
Mahyudin, Soemarno dan T. B. Prayogo. (2015). Analisis kualitas air dan strategi
pengendalian pencemaran air Sungai Metro di Kota Kepanjen Kabupaten
Malang. J-PAL 6(2): 105-114.
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia. (2004) Kemenpes Nomor 907/ MENKES/
SK/ VII/ 2002 Tentang Syarat-Syarat dan Pengawasan Kualitas Air
Minum. Departemen Kesehatan RI. Jakarta. 011.53 DEP k
Khairunnas & Mulya Gusman. (2018). Analisis Pengaruh Parameter Konduktivitas,
Resistivitas dan TDS Terhadap Salinitas Air Tanah Dangkal pada
Kondisi Air Laut Pasang dan Air Laut Surut di Daerah Pesisir Pantai
Kota Padang. Jurnal Bina Tambang, Vol.3, No.4. ISSN: 2302-3333.
Mantaya, S., M. Rahman dan Z. Yasmi. (2016). Model storet dan beban pencemaran untuk
analisis kualitas air di Bantaran Sungai Batu Kambing, Sungai Mali-Mali
Dan Sungai Riam Kiwa Kecamatan Aranio Kalimantan Selatan. Fish
Scientiae 6(11): 35-52
Lutfi A S. (2006). Kontribusi Air Limbah Domestik Penduduk di sekitar Sungai TUK
Terhadap Kualitas Air Sungai Kaligarang serta Upaya Penangaannnya.
(Studi Kasus Kelurahan Sampangan dan Bendan Ngisor Kecamatan
Gajah Mungkur Kota Semarang). Semarang.
Peraturan Pemerintah (PP) No 22. (2021). Penyelenggaraan Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup. Pemerintah Pusat. LN.2021/No.32, TLN No.6634,
jdih.setkab.go.id : 374 hlm.
Peraturan Pemerintah (PP) No 82. (2001). Penyelenggaraan Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup. Pemerintah Pusat. LN. 2001 No. 153, TLN No. 4161,
LL SETNEG : 22 HLM.
Sitorus, M. (2009). Hubungan Nilai Produktivitas Primer Dengan Konsentrasi Klorofil a dan
Faktor Fisik Kimia Di PerairanDanau Toba, Balige, Sumatera Utara. Tesis.
Program Studi Biologi. Sekolah Pasca Sarjana. Universitas Sumatera
Utara.
Suhendar, T. D., Sachoemar, I., & Zaidy, B. (2020). Hubungan Kekeruhan Terhadap Materi
Partikulat Tersuspensi (MPT) dan Kekeruhan Terhadap Klorofil Dalam
Tambak Udang. Journal of Fisheries and Marine Research, 4(3), 332-338.
Widiadmoko, W. (2013). Pemantauan Kualitas Air Secara Fisika dan Kimia di Perairan Teluk
Hurun. Bandar Lampung: Balai Besar Pengembangan Budidaya Laut
(BBPBL) Lampung.
Wilson, P.C. (2010). Water Quality Notes: Water Clarity (Turbidity, Suspended Solids, and
Color). Department of Soil and Water Science. University of Florida.
Lampiran
Instrumen Sampling Air