Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
1.1 Pengertian
Efusi pleura, yang juga sering disebut dengan adanya air dalam paru-paru,
adalah penumpukan cairan yang berlebihan di ruang antara paru-paru dan
rongga dada. Selaput tipis yang disebut pleura, menutupi bagian luar paru-
paru dan bagian dalam rongga dada. Terdapat sejumlah kecil cairan di dalam
lapisan ini untuk membantu melumasi paru-paru saat mengembang di dalam
dada selama bernafas (Kahn & Gotter, 2018).
Efusi pleura merupakan akumulasi cairan abnormal pada rongga pleura.
Hal ini dapat disebabkan oleh peningkatan produksi cairan ataupun
berkurangnya absorbsi. Efusi pleura merupakan manifestasi penyakit pada
pleura yang paling sering dengan etiologi yang bermacam-macam mulai dari
kardiopulmoner, inflamasi, hingga keganasan yang harus segera dievaluasi
dan diterapi. Efusi pleura merupakan suatu indikator adanya suatu penyakit
dasar baik itu pulmoner maupun non pulmoner, akut maupun kronis (Ginting,
2015). Cairan biasanya bersumber dari pembuluh darah atau pembuluh limfe,
kadang juga disebabkan karena adanya abses atau lesi yang didrainase ke
cavitas pleuralis (Puspita, Soleha, Berta, Kedokteran, & Lampung, 2017).
1.2 Etiologi
Efusi pleura dapat terjadi karena (Muttaqin, 2012):
a. Adanya hambatan drainase limfatik dari rongga pleura
b. Menurunnya tekanan osmotik koloid plasma juga memungkinkan
terjadinya transudasi cairan yang berlebihan
c. Adanya proses infeksi atau peradangan permukaan pleura dari rongga
pleura dapat menyebabkan pecahnya membran kapiler dan 3
memungkinkan pengaliran protein plasma dan cairan ke dalam rongga
secara cepat
1.4 Patofisiologi
Pada orang dewasa sehat normal, rongga pleura memiliki cairan minimal
yang bertindak sebagai pelumas untuk dua permukaan pleura. Jumlah cairan
pleura sekitar 0,1 ml / kg hingga 0,3 ml / kg dan terus-menerus berganti.
Cairan pleura berasal dari pembuluh darah permukaan parietal pleura dan
diserap kembali oleh limfatik pada permukaan diafragmatik dan mediastinum
pleura parietal. Tekanan hidrostatik dari pembuluh sistemik yang memasok
pleura parietal diperkirakan mendorong cairan interstitial ke dalam ruang
pleura dan karenanya memiliki kandungan protein yang lebih rendah daripada
serum. Akumulasi kelebihan cairan dapat terjadi jika ada produksi berlebihan
atau penurunan penyerapan atau keduanya melebihi mekanisme homeostatis
normal. Jika efusi pleura terutama disebabkan oleh Mekanisme yang
mengarah pada efusi pleura terutama karena peningkatan tekanan hidrostatik
biasanya transudatif, dan mengarah pada efusi pleura telah mengubah
keseimbangan antara tekanan hidrostatik dan onkotik (biasanya transudat),
peningkatan permeabilitas mesothelial dan kapiler (biasanya eksudat) atau
gangguan drainase limfatik (Krishna dan Rudrappa, 2019).
Tekanan onkotik yang rendah (mis., Pada hipoalbuminemia), peningkatan
tekanan kapiler paru, peningkatan permeabilitas, obstruksi limfatik, dan
berkurangnya tekanan intrapleural adalah semua komponen patofisiologis
yang mengarah ke tanda klinis yang relevan dan berbeda dari efusi pleura
(Jany dan Welte, 2019).
1.8 Komplikasi
Efusi pleura dapat menyebabkan komplikasi potensial seperti (Davis, 2019):
1. Jaringan parut pada paru-paru.
2. Pneumothorax (kolapsnya paru-paru) sebagai komplikasi dari
thoracentesis.
3. Hemothoraks, dapat disebabkan karena trauma pada pembuluh darah
interkostalis.
4. Emboli udara, dapat disebabkan karena adanya laserasi yang cukup
dalam hingga menyebabkan udara dari alveoli masuk ke dalam vena
pulmonalis.
5. Empyeema (kumpulan nanah di dalam ruang pleura).
6. Sepsis (infeksi darah) kadang-kadang menyebabkan kematian.
1.9 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan efusi pleura didasarkan pada jenisnya, transudatif atau
eksidatif. Pada Efusi pleura transudatif maka perlu menangani diagnose medis
yang mendasari terjadinya efusi pleura. Begitu juga dengan efusi pleura
eksudatif, maka harus diketahui faktor etiologi untuk mengatasinya. Tapi
secara umum penatalaksanaan efusi pleura bertujuan untuk meringankan tanda
dan gejala yang muncul pada pasien. Penatalaksanaan yang bisa dilakukan
diantaranya adalah (Rubins, 2016) :
1. Torakosintesis (Fungsi Pleura)
Modalitas terapi yang bekerja dengan cara melakukan aspirasi
menggunakan jarum yang ditusukkan biasanya pada linea axillaris
media spatium intercostalis. Aspirasi dilakukan dengan
menggunakan jarum dan spuit, atau dapat juga menggunakan
kateter. Aspirasi dilakukan dengan batas maksimal 1000 – 1500 cc
untuk menghindari komplikasi reekspansi edema pulmonum dan
pneumothoraks akibat terapi.
2. Pleurodesis
Modalitas terapi yang bekerja dengan cara memasukkan substansi
kimiawi pada dinding bagian dalam pleura parietal, dengan tujuan
merekatkan hubungan antara pleura visceral dan pleura parietal.
Dengan harapan celah pada cavum pleura akan sangat sempit dan
tidak bisa terisi oleh substansi abnormal. Dan dengan harapan
supaya paru yang kolaps bisa segera mengembang dengan
mengikuti gerakan dinding dada.
3. Drainase cairan (Water Seal Drainage)
Modalitas terapi yang bekerja dengan menghubungkan cavum
pleura berisi cairan abnormal dengan botol sebagai perangkat WSD
yang nantinya akan menarik keluar isi cairan abnormal yang ada di
dalam cavum pleura dan mengembalikan cavum pleura seperti
semula, menyebabkan berkurangnya kompresi terhadap paru yang
tertekan dan paru akan kembali mengembang.
Terapeutik
Edukasi
Kolaborasi
Harjanto, A. R., Nurdin, F., dan Rahmanoe, M. 2018. Efusi Pleura Sinistra Masif
Et Causa TB pada Anak. Majoruty : 7 (3)
Jany, B. dan T. Welte. 2019. Pleural effusion in adults - etiology, diagnosis, and
treatment. Deutsches Arzteblatt International. 116(21):377–386.
Muttaqin, A. 2012. Buku ajar asuhan keperawatan klien dengan gangguan sistem
pernapasan. Makassar : Penerbit Salemba Medika
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.
Definisi dan Indikator Diagnostik. Jakarta: Dewan Pengurus PPNI
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Definisi
dan Kriteria Hasil Keperawatan. Jakarta: Dewan Pengurus PPNI
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.
Definisi dan Tindakan Keperawatan. Jakarta: Dewan Pengurus PPNI
Puspita, I., T. U. Soleha, dan G. Berta. 2017. Penyebab efusi pleura di kota metro pada
tahun 2015. Jurnal Agromedicine. 4(1):25–32.