Anda di halaman 1dari 6

Investasl Modal Manusia dan implikasi

Kebijakannya
Oleh Nur Feriyanto

Nur Ferlyanto, lahirdi Yogyakarta tanggal20 Februari 1960.


Setelah menyelesaikan S-lnya di FE Ull tahun 1984, dia
mengabdikan. dirinya di Almamatemya sampal sekarang.
Jabatan struktural yang pemah disandangnya antara lain
sebagai staf PD lUFE Ull, Kepala UPT Perpustakaan FE UtI
dan Ketua Jurusan lESP FE Ull. Selain itu, dia juga aktif
dalam berbagai seminar dan penelitian

Pendahuluan membutuhkan sistem pendidikan yang dapat mendukung


Sebagai negara yang sedang menuju menjadi kebutuhan tenaga kerja bagi kelancaran proses
negara Industri bani, peranaii sektor industri di Indone industrialisasi tersebuL Era industrialisasi membutuhkan
sia menunjukkan peningkatan yang cukup berarti, lebih banyak tenaga terdidik dalam mengendalikan dan
meninggalkan peranan sektor peitaniannya. Kondisi mengembangkan teknologi. Balk teknologi dalam artian
tersebut dapat dilihat dari pergeseran kontribusi kedua produksi ataupun dalam artian yang lebih luas lagi yaitu
sektor tersebut pada PDB (Produk Domestik Bruto) In manajemen. Sehingga barang dan jasa sebagai output
donesia, berdasarkan harga kdnstan tahun 1983 (tabel dapat dihasilkan secara efisien dan dipasarkan dengan
1). Kontribusi sektor Industri pada PDB Indonesia tahun harga yang kpmpetitif.
1980 sebesar 10,95%, naik menjadi 14,57% pada tahun Dari pengalaman pertumbuhan negara-negara
1984, dan sebesar 20,52% pada tahun 1992. Sedangkan industri memperlihatkan pada kita bahwa pertumbuhan
kontribusi sektor pertanianjustni mengalami penurunan di negara tersebut terjadi dikarenakan kesiapan sumber
"yang besar, karena pada tahun 1980 sektor pertani^ daya manusianya dalam mengadopsi, mentransfer dan
memberikan kontribusi sebesar 24,44% dari PDB, pada mengembangkan teknologi yang diterima. Sehingga
tahun 1984 menjadi hahya 22,23%, kemudian menurun teknologi yang baru tersebut dapat meningkatkan
lagi pada tahun 1992 hahya sebesar 18,34%. produktivitas faktor-faktor produksi secara
berkesinambungan. Oleh karenanya, peningkat^ mutii
Tabel 1 sumber daya manusia yang terus menerus inelalui
Prosentase Dlstribusi 6 Sektor Pada PDB Indonesia pendidikan sangat dibutuhkan oleh negara yang
Tahun 1980,1984,19S8, dan 1992
mengharapkan kemajuan perekonomian yang
Berdasarkan Harga KoHstan 1983
berkesinambungan. Lebih-lebihi bilmana kita kaitkan
dengan era globalisasi ekonomi yang kini sudah terasa
Sektor 1980 . 1984 1988' 1992
24,44 22,23 21,07 18,34
dengan telah diratifikasi peijanjian GATT (WTO), dan
-Pertanian
- Pertambangan 24,10 . 20,65 15,98 44,56 akan seinakin terasakan nanti bilamana era perdagangan
- Industri 10,95. 14,57 18,40 20,52 bebas Asia Pasifik tahun 2020 dimulai.
• Bangunan 5,77 5,30 5,.13 6,24 Kondisi tersebut inemberi arti adanya tantangan
- Pengangkutan 4,36 5,36 5,24 5,80 yang semakin besar dan komplek. Persaingan yang
- Sektor lainnya 30;38 31,89 34,18 34,54 teijadi biikan lagi ahtar negara berkembang, tetapi juga
antara negara maju dan berkembang. Batas negara
Sumber: Biro Pusat Statistik, 1980,1984,1988 dan 1992 hampir secara ekonomi tidak ada lagi, karena barang
Didalam mendukung proses pembangunan dan jasa dapat masuk dan keluar dari suatu negara ke
ekonomi yang lebih mengandalkan sumbangan sektor negara lain dalam persaingan yang sangat ketat itu.
industri bagi pendapatan nasional, Indonesia Menyadari kondisi di atas penyiapan sumber daya

22
Nur Feriyanto, Investasi Modal Manusia dan Implikasi Kebijakannya.

manusia yang handal dalam kualitas, sangat dipcrlukan sebesar 12,95%, tidak tamat SD 24,65% dan tamat SD
di dalam menopang pertumbuhan ekonomi yang 36,65%, pada tahun 1992. Sedangkan untuk angkatan
berkelanjutan. Indonesia yang telah cukup sukses dalam kerja berpendidikan menengah dan tinggi juga
PJPTI dengan pertumbuhan ekonomi rata-rata pertahun mengalami perkembangan cukup baik, meskipun tidak
sebesar 6,8%, tentunyaharus terus dapat meningkatkan terlalu drastis. Pada tahun 1980 angkatan keija tamat
kualitas sumber daya manusianya agar outputnya mampu sekolah menengah sebesar 10,92% dan perguman tinggi
bersaing"dengan negara lain. sebanyak 0,81% dari total angkatan keija. Kemudian
pada tahun 1992 berubah menjadi 23,47% lulusan
Untukmelihatperkembangan pendidikan terakhir sekolah menengah dan2,28% lulusan pendidikan tinggi.
dari angkatan keija Indonesia dapat dilihat pada tabel 2 Tampaklah bahwa proporsi pendidikan dasar yang
di. bawah ini. notabene adalah angkatan keija berpendidikan rendah
masih mendominasi angkatan keija Indonesia saat ini.
Tabel 2
Persentase Angkatan Kerja Indonesia Melihat kondisi di atas sangatlah beralasan bagi
Menurut Pendidikan Terakhir kita untuk lebih menekankan perhatian pada persoalan
Tahun 1980,1985,1987, 1990 dan 1992 pendidikan di Indonesia, terutama dalam rangka
mendukung proses industrialisasi dan menghadapi era
Pendidikan 1980 1985 1987 1990 1992 globalisasi perekonomian dunia.
I. Tidak sekolah 29,48 21.32 16,94 17.23 12.95
2. Tidak tamat SD 37,51 33,92 28,15 27,50 24,65
3. Tamat SD 21,26 27.41 34,43 31.54 36,65 Investasi Modal Manusia
4. Tamat SLTP 4,02 5,79 7,62 8,30 9.48
5. SLTP Kejuruan 1,15 1.43 1,32 0,87 1.49
Investasi modal manusia adalah bentuk investasi
(i. Tamat SLTA 2,47 - 4.04 6.81 6.55 6,78
4,77 63M 5,63 5,72
pada diri seseorang untuk meningkatkan kualitas dirinya,
7. SLTA Kejuruan 3,28
8. Diploma 0.43 0.78 I.IJ 2,21 1,23 melalui pendidikan tambahan baik formal ataupun in
9. Universitas 0.38 0.54 0,77 1,17 1,05 formal dengan harapan dapat memperoleh pendapatan
yang baik setelah investasi selesai. Dari pengertian di
Sumber: Biro Pusat Statislik, 1980. 1985. 1987, 1990, dan atas. tersirat adanya opportunity cost seseorang ketika
1992 akan melakukan investasi pada dirinya. Karena selama
dia melakukan investasi maka terhambat dirinya untuk
memperoleh pendapatan danbahkan harus mengcluarkan
Dengan mengamati tabcl 2 lerlihat bahwa biaya. Baik secara konkrit bila investasi melalui
angkatan keija Indonesia pada tahun 1980 didominasi pendidikan harus membayar dan atau gratis sekalipun,
olchpekeija dengan pendidikan yangrendah, baikyang karena ia harus kehilangan waktu, yang jika waktu
tidak sekolah, tidak tamat SD atau lulusan SO. lerscbut digunakan ia bisa memperoleh penghasilan.
Sedangkan yang bcrpcndidikan menengah dan tinggi
sangat kecil pcrsentascnya. Mcskipun kemudian tclah Peningkatan mutumodal manusiaini adalah usaha
terjadi perubahan strukiur angkatan kerja Indonesia dari untuk dapat meningkatkan produktivitas kerjaseseorang.
tahun 1990 sampai tahun 1992, perkembangan Melalui pendidikan tersebut ketrampilan seseorang
persentase untuk pckcrja berpendidikan tinggi masih diharapkan menjadi lebih baik, karena baik secara teori
kecil. ataupun praklis akan diajarkan bekerja lebih efisien.
Dengan dapat ditingkatkan efisiensi keija,produktivitas
Struktur angkatan kerja pada tahun 1980 seseorang diharapkan dapatditingkatkan yangkemudian
didominasi olehpekerja dengan pendidikan rendah, yaitu akan dapat menaikkan pendapatan mereka.
tidak sekolah. tidak tamat SD dan tamat SD, dengan
persentase masing-masing 29,48%, 37,51% dan21,26%. Melihat data empirik, terlihat bahwa pendidikan
Atau mempunyai proporsi sebesar 88,25% dari total terakhir seseorang sangat mempengaruhi upah
angkatan kerja Indonesia tahun itu. Selama 12 tahun ke (pcndapatan)nya.- Semakin tinggi lingkat pendidikan
depan, terjadi perkembangan yaitu dengan adanya seseorang maka penghasilannya akan lebih tinggi
peningkatan kualitas melalui pendidikan fonnal. Hal itu dibanding pekerja dengan pendidikan dibawahnya. Hal
terlihat dengan terjadinya penurunan angkatan kerja yang iiu dapat diamati dari tabcl 3 di bawah ini:
berpendidikan rendah menjadi sebesar74,25% dari total
angkatan keija. Yang tcrstruktur dari: tidak .sekolah

23
UNISIA No. 29 TAHUN XVI TRIWULAN I -1996

Tabel 3 mempunyainilai yang lebih tinggi dibandingkan dengan


Upah Pekerja Indonesia Per Bulan nilai balik sosial pendidikan.
Menurut Pendidikan Tertinggi
(dalaip Rupiah)
Tabel 4
Pendidikan 1989 1991 Nilai Balik Riil Pendidikan dan Modal Fisik
1. Tidak/belum pemah sekolah 29.393 37.443 (dalam persen)
2. TidaktamatSD 39.317 48,704
3. SD '51.573 63.872
Negara Tingkat Pendidikan' Modal Fisik
4. SLTPUmum 73.065 87.702
5. SLTPKejuruan 93.505 102.640 Dasar Menengah Tinggi
6. SLTAUmum 94.860 121.295
7. SLTA Kejunian 100.810 181.765 Asia 27* 15 13 13
Indonesia (1989) a) 27 13 6 9.4
8. Diploma I/II 118.640 168.840
Pakistan (1985) b) 33 3 10 13
9. Akademi 149.520 191.250
10. Universitas 180.310 198.835 Amerika latin 26 18 16 13
Afrika 26 17 13 13
Sumben BPS, Susenas 1982, Sakemas 1989 dan 1991 Negara Berkembang 15 13.
Catalan: dihitung berdasarkan nilai median
Negara Industri 9 11

Secaramakro pengertian investasi modal manusia


adalah investasi yang dikeluarkan untuk dapat Somber: Psachapoulos (1985)
meningkatkan nilai tambah pendapatan nasional per Catalan: * nilai balik untuk pedesaan
a) Mc Mahon dan Budiono (1992)
pekerja. Harapan pemerintah adalah dengan
b) Mc Mahon (1989)
dilakukannya investasi modal manusia maka pendapatan
nasional akan mempunyai nilai tambah dibandingkan
kondisi sebelumnya. Ukur^ yang biasa digunakan untuk Permasaiahan di Piei^idikan Formal
i '
melihat keberhasilan investasi modal manusia adalah 1. Kemampuan Membayar Biaya Pendidikan
deiigan melihat nilai balik sosial pendidikan. Perhltungan Rumah tangga sebagai sumberpenawaran tenaga
nilai balik sosial ini didasarkan pada model fungsi kerja sangat diharapkan dapat meningkatkan mutu mo
produksi. Yaitu output berupa pendapatan nasional dal manusia. Sehingga produktivitas d^ pendapatan
adalah fungsi dari input berupa total investasi yang rumah tangga dapat meningkat. Kesadaran yang cukup
dikeluarkan untuk pendidikan. Investasi pendidikan akan tinggi untuk berusaha meningkatkan mutu modal
dapat memberikan sumbangan teihadap pertumbuhan manusia melalui pendidikan formal telah muncul di.
ekonomi lebih besar bilamana investasi pendidikan keluarga Indonesia. Hal ini dapat diamati dari
tersebut mempunyai nilai balik sosial yang lebih tinggi perkembangan prosentase pengeluaran rata-rata per
dibanding nilai balik sosial modal fisik. kapita penduduk Indonesia (tabel 5). Terdapat
Adapun nilai balik sosial pendidikan. (modal kecenderungan untuk mengurangi konsumsi bahan
manusia)dan modal fisik di beterapa negaradapatdilihat makanan dan non makanan dari tahun 1980 sampai
pada tabel 4 di bawah ini. Dari tabel terlihat bahwa di tahun 1990, dan teijadi penihgkatan yang sangat tinggi
negara berkembang nilai balik sosial pendidikan masih pada pengeluaran untuk biaya pendidikan.
lebih tinggi dibandingkan nilai balik modal fisik. Hal
ini. dapat diartikan bahwa investasi modal manusia di
negara berkembang mempunyai manfaat lebih besar di Tabel 5
dalam meningkatkan pendapatan nasional dibanding Persentase Pengeluaran Rata-rata Per Kapita
dengan modal fisik. Disamping itu keadaan tersebut Per Bulan Penduduk Indonesia
mensiratkan bahwa kebijakan pemerintah harus lebih
ditekankan pada investasi modal manusia terlebih dahulu Jenis Pengeluaran 1980 1984 1987 1990
dibandingkan modal fisik. Karena tersedianya tenaga Konsumsi makanan 69,30 63,24 61,28 60,36
kerja trampil dan terdidik lebih diperlukan di dalam Konsumsi non makanan 30,70 36.76 38,72 36,44
mendukung proses industrialisasi. Tetapi sebaliknya di Biaya pendidikan 1,64 2,17 2,74 39,64
negara industri yang sudah lebih siap dengan tersedianya
tenaga keija terdidik, nilai balik sosial modal fisik Sumber: Prijono T dan Mundihamo, 1993

24
Nur Feriyanto. Investasi ModalManusia dan ImplikasiKebijakannya.

Selama 1980-1990 persentase pengeluaran untuk Tabel 7


pendidikan telah mengalami peningkatan lebih dari 24 Persentase Alasan Penduduk Putus Sekolah
kali, yaitu tahun 1980 sebesar 1,64% kemudian menjadi Berumur 5-29 tahun
39,64% pada tahun 1990. Tetapi kondisi tersebut temyata
tidak didukung kelangsungan pendidikan pada usia Daerah Alasan Putus Sekolah

sekolah. Hasil Survei dan Ekonomi Nasional tahun 1989 Pend. Biaya Tdk Tdk mampu Tdk ada Lain
menggambarkan keadaan tersebut. Bahwa ada korelasi dianggap mampu pikirannya sekolah/

positif antara penduduk usia sekolah yang tidak Cukup TU jauh


Kota 14.38 56,51 4,90 . 0,70 2,17
bersekolah dengan bertambahan usianya. Artinya Pedesaan 11,84 51,11 6,31 3,12 1.35
persentase penduduk Indonesia yang tidak bersekolah
lagi meningkat searah dengan meningkatnya umumya. Sumber: Biro Pusat Statistik, 1991
Penduduk usia 7-12 tahun yang tidak bersekolah lagi
2,81%, meningkat menjadi 30,18% pada usia 13-15 2. Mutu Pendidikan
tahun dan menjadi 89,64% pada umur 25-29 tahun. Disamping persoalan biaya, mutu pendidikan juga
Data lebih rinci dapat diamati pada tabel 6. menyumbang peran yang tidak kecil artinya pada
persoalan pendidikan di Indonesia. Meskipun secara
Tabel6 kuantitatif telah teijadi peningkatan modal manusia pada
Persentase Status Sekolah Penduduk Indonesia penduduk Indonesia, tetapi selama ini persoalan kualitas
Menurut Kelompok Umur modal manusia masih kurang diperhatikan.
Tidak hanya banyaknya gedung yang dapat
Umur Status Sekolah menampung peserta didik yang besar yang dipertiatikan.
Tidak/Belum Masih Tidak Bersekolah Mestinya persoalan mutu akademis lulusan didik hams
Sekolah Sekolah lagi diperhitungkan pula. Apa artinya jumlah yang banyak
5-6 93,04 6,92 0,04 jikalau mutu akademiknya sangat rendah, sehingga tidak
7-12 6,67 90,52 2,81 bisa mengisi lowongan kerja yang ada dan akhimya
13-15 1,38 68,40 30,18 hanya akan menciptak^ pengangguran terdidik.
16-18 2,35 45,12 52,53 Sarana dan prasarana hamslah diperhatikan dalam
19-24 4,60 13,88 81,52 tujuan peningkatan mutu peserta didik: Sebab untuk
25-29 8,82 1,54 . 89,64 menuju masyarakat industri, diperlukan tersedianya
sumber daya manusia yang trampil dan terdidik (mutu),
sehingga proses industrialisasi untuk mendukung daya
Sumber: Biro Pusat Statistik 1991 saing perekonomian global dapat beijalan lancar.

kondisi di ataslebih memprihatinkan lagi, karena 3. Pengangguran Terdidik


sebagian besar alasan putus sekolah' adalah . Seperti ditulis oleh Ace Suryadi (Hubungan
ketidakmampuan keluarga dalam membayar biaya Antara Pendidikan, Ekonomi dan Pengangguran
pendidikan. Dari tabel 7 dapat dilihat bahwa alasan Terdidik, 1994) terdapat pengangguran terdidik yang
tidak bersekolah lagi baik untuk daerah kota ataupun proporsional terhadap tingkat pendidikan angkatan keija.
pedesaan, karena tidak mampu membayar biaya Hal ini disebabkan tidak adanya kesesuaian antara pro
pendidikan mencapai di atas 50%. Hanya sebagian kecil gram pendidikan dengan kemampuan dan ketrampilan
(di bawah 7%) putus sekolah teijadi karena alasan yang dibutuhkan oleh pasar. Proporsi pengangguran
ketidakmampuan otaknya. Secara rinci persentase alasan terdidik di Indonesia dari tahun 1980 sampai 1990
putus sekolah pada daerah kota 56,51% dan pedesaan cenderung mengalami kenaikan dan persentase
51,11%. Sedangkan putus sekolah karena alasan tidak pengangguran semakin tinggi dengan semakin tihgginya
mampu pikirannya, untuk daerah kota 4,90% dan pendidikan yang dimilikinya. Pengamatan lebih rinci
pedesaan 6,31%. dapat dilihat pada tabel 8, dibawah ini.

25
UNISIA No. 29 TAHUN XVI TRIWULAN 1-1996

Tabel 8 pekerja.
Persentase Pencari Tenaga Kerja Angkatan Kerja 5. Learning by interacting
Menurut Tingkat Pendidtkan . Metode ini akan menghasilkan sinergi yang tinggi
bila dilakukan dengan sungguh-sungguh. Produktivitas
Pendidikan 19'80 1985 1990 pekerja akan cepat meningkat, bilamana kerjasama yang.
1. Tidak sekolah harmonis dengan kawan sekerja dapat dijalankan. Sinergi
/tidak tamat SD 1.3 0.6 1.3 yang dihasilkan dari bersatunya kemampuan beberapa
2. Tamat SD 1,8 1,5 2,5
karyawan akan menghasilkan nilai produktivitas yang
3. Tamat SLTP 2.8 •4.5 5.4
lebih tinggi, dibandingkan metode pertama dan kedua.
4. Tamat SLTA Umum 4,4 15,0 11,9
5. Tamat SLTA Kejuruan 3,9 8,7 7,2
Diperlukan kejelasan tujuan keija, prosedur keija
6..Tamat SO 3,3 5.6 5,9 dan tanggung jawab. Sehingga dalam berinteraksi antar
7. Tamat SI 2,2 4,9 8,6 pekeija, mereka dapat saling belajar dan bekerja sama
di dalam menuju tujuan yang telah ditentukan. Energi,
Sumber: Ace Suryadi, 1994 motivasi dan inovasi keija diarahkan untuk memperoleh
hasil yang lebih baik dibanding selama' dikeijakan
Pendidikan Informal sendiri-sendiri. Efisiensi kerja merupakan dasar
Pendidikan formal dari bangku sekolah, seringkali kcbersamaan kerja ini.
belum bisa menghasilkan sumber daya manusia yang
siap bekeija. Permasalahan ini sudah lama teijadi dan Implikasi Kebijakan
akan terus terjadi bilamana tidak ada pendekatan antara Wajib belajar sembilan tahun (SD dan SLIP)
materi pendidikan formal dan kebutuhan di tempat keija. merupakan keputusan pemerintah yang bijak, meskipun
Untuk menjembatani kesenjangan kemampuan memberikan kewajiban yang cukup berat bagi
dan ketrampilan antara pekeija dan jenis pekerjaan, pihak pemerintah untuk membiayainya. Tetapi karena sudah
pengguna jasa kemudian melakukan pendidikan merupakan keinginan bersama untuk meningkatkan mutu
pelatihan. Pendidikan informal ini ada beberapa jenis modal manusia, sudah selayaknya pemerintah dapat
yang kesemuanya ditujukan untuk meningkatkan kineija menanfaatkan peningkatanpendapaitan dari sektor pajak
karyawan perusahaan. untuk membiayai kebutuhan pendidikan di Indonesia.
Adapun metode pendidikan informal untuk Karena disadari bersama hanya lewat pendidikan yang
meningkatkan mutu modal manusia (pekerja) yang bericelanjutan pertumbuhan ekonomi dapat memperoleh
biasanya dilakukan adalah: daya dukung yang kuat yaitu tersedianya sumber daya
manusia yang handal.
1. Learning by using Kesadaran yang sudah tumbuh di kalangan
Metode ini sangat sederhana, tetapi membutuhkan keluarga di Indonesia sudah selayaknya terus di dukung
keseriiisan. Pekerja langsung dikenalkan dengan alat, dan dibantu, agar dapat menyekolahkan anak-anaknya
mesin, atau teknologi yang digunakan. Belajar dari sampai pendidikan yang paling tinggi. Keterbatasan
kesalahan adalah motto yang paling sesuai untuk metode kemampuan membayar biaya pendidikan hendaknya
ini. Pekerja belajar langsung memakai teknologi atau dibantu oleh pemerintah dengan memberikan subsidi,
menajalankan alat yang menjadi tanggung jawabnya. bagi yang.kurang mampu. Sehingga semua penduduk
Tidak ada pelatihan khusus, waktu pelatihan yang lama Indonesia mempunyai akses yang sama untuk
dan memakan biaya yang besar. Pekeija yang trampil memperoleh pendidikan. Subsidi silang dapat dilakukan
adalah pekerja yang serius belajar dan tidak mengulangi untuk menolong yang kuran mampu. Hal ini juga untuk
kesalahan. menumbuhkan kebersamaan dan kegotong royongan
2. Learning by doing dalam membangun pertumbuhan ekonomi yang sehat,
Metode ini adalah metode menjalankan tugas merata dan dinamis.
dibawah pengawasan orang tertentu. Pekerja diharuskan Sektor swasta hendaknya diberi kesempatan yang
aktif bekerja setelah menerima petunjuk singkat akan seluas-luasnya untuk ikut membantu mengisi sektor
tugas yang menjadi kewajibannya. Di bawah bimbingan pendidikan melalui investasi yang menguntungkan.
seorang pekerja yang lebih senior, pekerja meningkatkan Peran swasta dapat, mengurangi beban pendanaan
mutu kerjanya dengan langsung bekeija. pemerintah, sehingga pemerintah dapat berbagi tugas
Jenis pekerjaan yang berbeda akan mempunyai dengan pihak swasta untuk menjadi mitra kerja yang
cara yang berbeda dalam menanganinya. Kecermatan, baik. Ketakutan kalau pihak swasta menjadi elit dan
keseriusan dan kesediaan untuk belajar dari tugas yang eksklusif dapat dihindari dengan adanya aturan yang
baru, akan meningkatkan mutu modal manusia seorang jelas teniang apa yang dapat dilakukan pihak swasta.

26
Nur Feriyanto, Investasi Modal Manusia dan Impllkasi Kebijakannya.

larangan-larangan yang tidak boleh dilanggar serta peningkatan produktivitas, mengurangi pengangguran
behtuk hukum atas pelanggarannya. Regulasi dalara terdidik, penyediaan sumber daya manusia yang trampil
bidang pendidikan yang mendorong peran swasta lebih • dan handal, dan yang akhimya akan berujung pada
besarsudah selayaknya digulirkan untukmengimbangi/ peningkatan pendapatan nasional serta meningkatkan
mengikuti regulasi moneter yang sudah berlari sangait perdapatan perkapitapenduduk.
cepat. .
Dengan dorongan.pemerintah tersebut, pihak . Daftar Pustaka

swasta ak^ dapat menjadi pendorong pertumbuhan


pendidikan yang bermutu di Indonesia. Pendidikan yang Analisis CSIS, 1994, KemiskinanMengais Sumber Daya,
akan mengarah pada link and match, antara kualitas CSIS, Jakarta, No. 3.
lulusan dan kesesuaian program pendidikan dengan Becker, Gary, S., 1964. Human Capital: A Theoritical
kebutuhan di pasar keija, tentunya membutuhkan tempat and Empirical Analysis, with Special Reference
praktek, laboratorium serta lembaga penelitian dan to Education, New York: Columbia University
pengembangan. Karena kebutuhan industrialisasi Press.

tentunya juga memerlukan keterkaitan antara sistem Biro Pusat Statistik, 1991. Statistik Pendidikan: Survai
pendidikan dan industrinya. Penentuan industri unggulan Sosial Ekohonii Nasional 1989, Jakarta.
yang telahmelewati kajian yang mendalam akan sangat Biro Pusat Statistik, beberapa tahun penerbitan:
bermanfaat di dalam menyeleraskan dengan sistem" Pendapatan Nasional Indonesia, Jakarta.
pendidikan yang akan dianut. Sehingga teknologi yang Mc Mahon, Walter W dan Budiono, 1992. Universal
diandalkanuntuk meningkatkanku^itas barang dan jasa Basic Education: An Overall Strategy of
akan dapat didukung secara optimal oleh sumber daya InvesmentPrioritiesfor Economics Growth.
manusianya. Mc Mahon, Walter W., 1989. The Returns to Primary
Untuk itu kebutuhan investasi bagi pembangunan Education in Pakistan, BEBR, University of Illi
tempat praktek, labdratorium serta tempat penelitian nois.

dan pengembangan yang merupakan miniatur tempat Psachapoulos, G., 1985. Returns to Education: A Fur
kerja yang sebenamya, meskipun membutuhkan biaya ther International Update and Implication, Jour
yang cukup besar, sangat dibutuhkan. Keijasamaantara nal of Human Reseources, vol. 2, No. 4.
pemerintah danswasta tentunya akan memperingan dan Prisma, 1994. LP3ES, Jakarta, No. 5.
menguntungkan kedua belah pihak. Secara makro Waita Demografi, 1994. Tantangan Pendidikan di Era
negaralah yang akan teruntungkan dengan diperolehnya 'Globalisasi, LD FE UI, Jakarta, No. 5..

27

Anda mungkin juga menyukai