Pengertian Eksistensialisme
Kata dasar eksistensi (existency) adalah exist yang berasal dari kata Latin ex yang berarti keluar
dan sistere yang berarti berdiri. Jadi eksistensi adalah berdiri dengan keluar dari diri sendiri.
Pemikiran seperti ini dalam bahasa Jerman disebut dasein. Da berarti di sana , sein berarti
berada. Berada bagi manusia berarti di sana, di tempat. Tidak mungkin ada manusia tidak
bertempat. Sartre menyatakan bahwa hakikat beradanya manusia bukan etre (ada), melainkan a
etre (akan atau sedang). Jadi yang dimaksud eksistensi ialah cara orang berada di dunia
6 Jean Paul Sartre (( ) Jean Paul Sartre lahir di Paris pada tahun 1905 Eksistensi manusia
mendahului esensinya. Hakikatnya, manusia memiliki ciri khas tertentu, dan ciri itu
menyebabkan manusia berbeda dari mahluk lain. Manusia itu pengada yang sadar, persoalannya
menjadi rumit. Pertama ia sadar. Dari sini muncul tanggung jawab. Karena tanggung jawab,
manusia harus menentukan. Dari sini timbul kesendirian (kesepian), lalu rasa takut muncul.
Kemudian Sartre menambahkan lagi : dari kesadaran itu muncul penyangkalan. manusia itu
selalu menyangkal. Sadar berarti sadar akan sesuatu, yaitu sadar akan sesuatu yang terletak di
luar kesadaran itu. Ia mengatakan bahwa segala perbuatan manusia tanpa tujuan, karena tidak
ada yang tetap (selalu disangkal), jadi manusia tanpa harapan, maka hal ini tidak harus diartikan
bahwa manusia putus asa. Hal seperti itu dapat diartikan dinamika hidup, tanda manusia ingin
membangun dirinya dan dunia.
A .Pengertian pragmatisme
Pragmatisme adalah suatu aliran yang mengajarkan bahwa yang benar adalah apa
saja yang membuktikan dirinya sebagai yang benar dengan akibat-akibat yang
bermanfaat secara praktis aliran1[1] ini menganggap benar pada sesuatu jika memiliki
nilai praktis. hal apapun bisa diterima sebagai kebenaran dan dasar jika memberi
kemanfaatan yang bersifat praktis, baik itu mimpi, hal mistis, dan pengalaman pribadi.
dari pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa kebenaran bersifat relatif tidak
mutlak. efeknya adalah sifat individualitas dari para pelakunya.(jakarta 2009)
Pragmatisme sebagai suatu gerakan dalam filsafat 2[2] lahir pada akhir abad ke-19
di amerika. karena itu sering dikatakan bahwa pragmatisme merupakan sumbangan
yang paling orisinal dari pemikiran amerika terhadap perkembangan filsafat dunia.
Pragmatisme dilahirkan dengan tujuan untuk menjebatani dua kecenderungan
berbeda yang ada pada saat itu. kedua kecenderungan yang mau dijembatani itu yakni,
pertantangan yang terjadi antara “yang spekulatif” dan “yang praksis”.(bandung,
syaripudin tatang 2006)
Tradisi pemikiran yang spekulatif bersumber dari warisan filsafat rasionalistik
descartes dan berkembang melalui idealisme kritis dari kant, idealisme absolut hegel
serta sejumlah pemikir rasionalistik lainnya. warisan ini memberikan kepada rasio
manusia kedudukan yang terhormat kerena memiliki
kekuatan instrinsik yang besar. warisan ini pulalah yang telah mendorong para filsuf
dan ilmuwan-ilmuwan membangun teori-teori yang mengunakan daya nalar spekulatif
rasio untuk mengerti dan menjelaskan alam semesta. akan tetapi, di pihak lain ada juga
warisan pemikiran yang hanya begitu menekankan pentingnya pemikiran yang bersifat
praksis semata (empirisme).
2
Bagi kelompok ini, kerja rasio tidak terlalu ditekankan sehingga rasio kehilangan
tempatnya. rasio kehilangan kreativitasnya sebagai instrumen khas manusiawi yang
mampu membentuk pemikiran dan mengarahkan sejarah. hasil dari model pemikiran ini
yakni munculnya ilmu-ilmu terapan. termasuk di dalamnya yakni ilmu pengetahuan dan
teknologi (iptek).
seperti yang sudah dijelaskan di atas, secara filosofis, pragmatisme berusaha
untuk menjebatani dua aliran filsafat tradisional ini. atas salah satu cara pragmatisme
menyetujui apa yang menjadi keunggulan dari empirisme. hal-hal itu seperti:
a. bahwa kita tidak pernah memiliki konsep yang menyeluruh tentang realitas,
b. pengetahuan mengenai obyek-obyek material bersumber dari persepsi dengan
perspektif yang berbeda-beda,
c. dibutuhkan pemahaman multidimensi atau memerlukan pemahaman pluralitas. jadi
pemahaman komprehensif mesti dilihat dalam pluralitas.
selain sependapat dengan empirisme untuk beberapa hal di atas, pragmatisme
juga sependapat dengan tradisi rasionalisme dan idealisme dalam hal keseluruhan nilai
hidup, terutama moralitas dan agama memberi makna untuk hidup manusia.
Melihat apa yang ingin dijembatani ini, pragmatisme mengangkat nilai-nilai positif
yang ada pada kedua tradisi tersebut. prinsip yang dipegang kaum pragmatis yakni:
tidaklah penting bahwa saya menerima teori ini atau itu; yang penting ialah apakah
saya memiliki suatu teori atau nilai yang dapat berfungsi dalam tindakan.
C. Aliran ajarannya
a. John dewey
john dewey adalah seorang filsuf dari amerika, pendidik dan pengkritik sosial yang lahir
di burlington, vermont dalam tahun 1859. dewey kecil adalah seorang yang gemar
membaca namun tidak menjadi seorang siswa yang brilian di antara teman-temannya
ketika itu. ia masuk ke universitas vermont dalam tahun 1875 dan mendapatkan gelar
b.a. ia kemudian melanjutkan kuliahnya di universitas jons hopkins, di mana dalam
tahun 1884 ia meraih gelar doktornya dalam bidang filsafat di universitas tersebut. di
universitas terakhir ini, dewey pernah mengikuti kuliah logika dari pierce, orang yang
menggagas munculnya pragmatisme. walaupun demikian, pengaruh terbesar darang
dari guru dan sahabatnya g.s. morris, seorang idealis.
Dari tahun 1884 samai 1888, dewey mengajar pada universitas michigan
dalam bidang filsafat. tahun 1889 ia pindah ke universitas minnesota. akan tetapi pada
akhir tahun yang sama, ia pindah ke universitas michigan dan menjadi kepala bidang
filsafat. tugas ini dijalankan sampai tahun 1894, ketika ia pindah ke universitas chicago
yang membawa banyak pengaruh pada pandangan-pandangannya tentang pendidikan
sekolah di kemudian hari. ia menjabat sebagai pemimpin departemen filsafat dari tahun
1894-1904 di universitas ini. ia kemudian mendirikan laboratory school yang kelak
dikenal dengan nama the dewey school.
Di pusat penelitian ini ia pun memulai penelitiannya mengenai pendidikan
di sekolah-sekolah dan mencoba menerapkan teori pendidikannya dalam praksis
sekolah-sekolah. hasilnya, ia meninggalkan pola dan proses pendidikan tradisional
yang mengandalkan kemampuan mendengar dan menghafal. sebagai ganti, ia
menekankan pentingnya kreativitas dan keterlibatan murid dalam diskusi dan
pemecahan masalah selama periode ini pula ia perlahan-lahan meninggalkan gaya
pemikiran idealisme yang telah mempengaruhi sejak pertemuan dengan morris. jadi
selain menekuni pendidikan, ia juga menukuni bidang logika, psikologi dan etika.
Pengalaman dewey tidak hanya berhenti sampai di universitas chicago.
terakhir ia berkarya sebagai dosen di universitas colombia dalam tahun 1904. di
universitas ini, dewey berkarya sebagai seorang profesor filsafat sampai ia pensiun
pada tahun 1929. dalam periode ini, dewey banyak mengadakan perjalanan antara lain
ke negara-negara eropa serta jepang, cina, meksiko, dan rusia. di jepang, misalnya, ia
memberikan kuliah-kuliah dalam bentuk ceramah yang kemudian akan menjadi dasar
pengembangan filsafat rekunstruksinya. dalam tahun 1924, ia juga berkunjug ke turky
untuk mengadakan rekunstruksi terhadap sistem pendidikan yang dijalankan di sana.
Hal yang sama juga dilakukan dalam kunjugannya ke meksiko dan rusia
dalam tahun 1928 sejak ia berhenti dari universitas colombia, ia aktif dalam
pengembangan filsafat dan melanjutkan karya-karya dokrinnya. dengan pelbagai usaha
dan kerja yang dilakukannya selama masih bekerja di universitas-universitas maupun
setelah itu, ia kemudian dikenal sebagai seorang yang mengembangkan filsafat secara
baru di amerika. pemikirannya banyak mempengaruhi perkembangan filsafat, politik,
pendidikan, religiusitas dan kesenian di amerika
Secara teoretis, gerakan pragmatisme berawal dari upaya formulasi
yang dilakukan oleh charles sanders peirce, meskipun kemudian pragmatisme
dikembangkan oleh william james. secara metodologis, pragmatisme akhirnya berhasil
diserap oleh bidang-bidang kehidupan sehari-hari amerika serikat berkat kerja keras
john dewey. dewey memusatkan perhatiaanya pada masalah-masalah 3[3] yang
menyangkut etika, pemikiran sosial dan pendidikan. memang ada begitu banyak
pandangan-pandangan para filsuf yang berhubungan dengan bidang pragmatisme ini,
akan tetapi ketiga tokoh di atas yang populer dan banyak dibicarakan dalam
pengembangan pragmatisme. peirce dipandang sebagai penggagas pragmatisme,
james sebagai pengembangnya dan dewey sebagai orang yang menerapkan
pragmatisme dalam pelbagai bidang kehidupan.(jogjakarta 2006)
3
D. Pandangan dewey tentang demokrasi dan pendidikan
4
memberikan kesempatan kepada semua siswa untuk aktif berpartisipasi dalam
pengambilan keputusan, merencanakan kegiatan dan melaksanakan rencana tersebut