Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH PERILAKU HEWAN

PERILAKU HARIAN BURUNG CANGAK ABU (Ardea cinerea)

Dosen Pengajar:

drh. Erdiansyah Rahmi, M.Si

Disusun oleh:

NAMA : M. Febrian Ar Rahman

NIM : 1802101010081

KELAS : 01

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

UNIVERSITAS SYIAH KUALA

BANDA ACEH

2021
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Burung air merupakan sekelompok satwa yang ditemukan hidup dan tinggal di daerah
perairan seperti rawa, payau, hutan bakau, muara sungai/estuaria, dan pantai. Konvensi Ramsar
mendefinisikan burung air sebagai jenis burung yang secara ekologis kehidupannya bergantung
kepada keberadaan lahan basah. Beberapa spesies burung air dari ordo Ciconiiformes termasuk
didalamnya spesies Ardea cinereamenjadikan daerah perairan tawar dan sekitarnya seperti rawa,
tambak, hutan bakau dan muara sungai sebagai habitat untuk tempat mencari makan (Azizah,
2015).Ordo Ciconiiformes termasuk didalamnya Ardea cinerea, Egretta albadan beberapa jenis
lain memiliki ukuran tubuh yang relatif besar, kaki yang panjang, paruh yang panjang dan
dengan kepakan sayang yang lambat. Menurut Rukmi (2002), sebagian besar burung ordo
Ciconiiformes terlihat sangat berbeda dibandingkan burung lain yang hidup di air atau dekat air
karena kakinya yang panjang. Ciconiiformes tidak dapat menggunaan kakinya untuk berlari
dengan cepat, gaya berjalannya cenderung lambat tetapi teratur.
Burung memiliki berbagai adaptasi struktural untuk menyesuaikan diri terhadap relung
yang berbeda; bentuk kaki, ketajaman mata, bentuk paruh dan lainlain; tetapi hal tersebut kurang
berarti bila tidak di imbangi oleh berbagai perilaku. Sebagaimana terjadi pada hewan-hewan lain
untuk melindungi diri dan kelangsungan rasnya, burung memiliki perilaku tertentu yang
merupakan aktivitas sistem internalnya dalam menjaga kestabilan fisiologi tubuh terhadap
pengaruh lingkungan seperti panas, dingin, matahari, hujan, kurang pakan, kompetisi dan
predator (Rukmi, 2002)
Perilaku hewan merupakan tingkah laku hewan yang terlihat dan saling berhubungan,
baik secara individu maupun bersama-sama. Perilaku hewan dapat diartikan juga sebagai
ekspresi semua hewan yang disebabkan oleh semua faktor yang mempengaruhinya (Suratmo,
1979). Perilaku merupakan tingkah laku alamiah mahluk hidup yang terkoordinasi dan tampak
secara objektif, termasuk upaya penyesuaian diri terhadap perubahan lingkungan.Selanjutnya
Noor (2003) menjelaskan bahwa cara hewan berinteraksi dengan lingkungannya merupakan ciri
spesifik hewan tersebut, yaitu berupa penampakan perilaku.
Perilaku harian suatu organisme merupakan faktor yang berasal dari hewan itu sendiri.
Setiap hewan memiliki karakter perilaku harian yang berbeda sesuai anatomi dan morfologi
tubuh yang dimilikinya (Jumilawaty, 2006).Morfologi tubuh burung Cangak Abu (Ardea
cinerea) yang relatif besar dibanding dengan jenis burung lain yang menempati wilayah hutan
magrove di kawasan Desa Tajung Rejo ini menyebabkan adanya perbedaan perilaku hariannya.
Ukuran tubuh yang besar membuat burung ini meletakkan sarangnya dan melakukan aktivitas
hariannya seperti berjemur pada bagian ujung pohon. Meski melakukan seluruh perilaku
hariannya di wilayah hutan mangrove namun burung ini melakukan perilaku mencari makan
diluar wilayah tersebut.
Kehadiran burung air dapat dijadikan sebagai indikator keanekaragaman hayati pada
kawasan hutan mangrove. Hal ini berkaitan dengan fungsi daerah tersebut sebagai penunjang
aktivitas hidup burung air, yaitu menyediakan tempat berlindung, mencari makan dan tempat
berkembang biak. Mencari makan, berjemur, istirahat, berkembng biak merupakan perilaku
hewan yang terlihat dan saling berhubungan, baik secara individual maupun bersama-sama.
Fungsi utama dari perilaku harian hewan adalah untuk menjaga kelangsungan hidup dan
keberadaan mahluk hidup pada suatu kawasan tertentu yang sesuai dengannya (Azizah, 2015).
BAB II
PEMBAHASAN
Klasifikasi:
Burung Cangak Abu termasuk ordo Ciconiformes dan famili Ardeidae, dengan klasifikasi
sebagai berikut:
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Aves
Ordo : Ciconiformes
Famili : Ardeidae
Genus : Ardea
Spesies : Ardea cinerea
Ciri – Ciri Umum
Sebagian besar burung dari ordo Ciconiiformes terlihat sangat berbeda dibandingkan
burung lain yang hidup di air atau dekat air karena kakinya yang panjang. Ciconiiformes tidak
dapat menggunakan kakinya untuk berlari dengan cepat, gaya berjalannya cenderung lambat
tetapi teratur. Selain memiliki kaki dan leher yang panjang, untuk kelangsungan hidupnya
bergantung dari memakan hewan lain (animal food) (Grzimek, 1975).
Cangak Abu (Ardea cinerea) berwarna abu – abu dan memilki ukuran tubuh 68 -115 cm.
Dengan berat dewasa dapat mencapai 1,5 Kg, memiliki warna bulu tubuh abu-abu dengan
jambul hitam pada kepala. Lehernya berwarna putih dengan garis-garis hitam didaerah
depannya. Baik jantan maupun betina terlihat sama kecuali jika lebih diteliti maka akan tampak
fakta bahwa kepala betina lebih pendek dari pada jantan. Anakannya berwarna lebih abu-abu
tanpa tanda hitam pada kepala dan daerah dada. Mereka biasanya hidup selama rentang waktu
15-24 tahun (Alexander, 2012)
Perilaku Individu
Perilaku individu merupakan suatu perilaku burung yang biasanya bertujuan untuk
kenyamanan dan perawatan tubuh burung itu sendiri, serta perilaku yang berhubungan dengan
pemeliharaan habitat, tempat istirahat, serta makan. Menurut Simmons (1964) dalam Petinggil
(1969) perilaku perawatan burung meliputi preening (menelisik bulu), head scratching
(menggaruk), sunning (berjemur). Menelisik bulu merupakan perawatan bulu yang sering
dilakukan dengan paruh, digerakkan dan digigit-gigit hingga keujung. Selain itu kaki burung
juga dapat menggaruk bagian kepala, biasanya dilakukan karena tidak dapat dilakukan oleh
paruh. Burung berjemur menunjukkan reaksi terhadap sinar matahari dengan mengembangkan
bulu-bulu kepala, leher, punggung dan bagian belakang tubuhnya serta mengembangkan sayap
dan mengangkat bagian ekornya. Terkadang diikuti dengan membuka mulut.
Untuk menjaga kenyamanan tubuhnya burung biasanya menggerak-gerakkan tubuh atau
menggoyang tubuhnya. Selain itu juga mengangkat, merentang-kan, mengepak-ngepakkan
sayap. Peregangan meliputi : menganga, menggerak-gerakkan mandibula. Istirahat meliputi :
berdiri dengan satu-dua kaki atau duduk, bulu relaks, kepala tergolek dileher dan terkadang
mengambil posisi sedang tidur (Petinggil, 1969).
Perilaku Sosial
Perilaku sosial (Social behaviour), yang didefinisikan secara luas adalah setiap jenis
interaksi antara dua hewan atau lebih, umumnya dari spesies yang sama. Meskipun sebagian
besar spesies yang bereproduksi secara seksual harus bersosialisasi pada siklus hidup mereka
dengan tujuan untuk bereproduksi, beberapa spesies menghabiskan sebagian besar hidupnya
dalam hubungan yang dekat dengan spesies sejenisnya. Interaksi sosial telah lama menjadi suatu
fokus penelitian bagi scientis yang mempelajari perilaku. Kerumitan perilaku meningkat secara
dramatis ketika interaksi antar individu dipertimbangkan. Penyerangan, percumbuan, kerjasama,
dan bahkan kebohongan merupakan bagian dari keseluruhan perilaku sosial. Perilaku sosial
memiliki keuntungan bagi anggota spesies yang berinteraksi secara ekstensif (Campbell, 2002,).
Terdapat beberapa sifat interaksi sosial burung, yaitu bersifat kompetitif seperti perilaku
agonistik (agonistik behaviour), merupakan suatu perlawanan yang melibatkan perilaku yang
mengancam maupun menentukan pesaing mana yang mendapatkan beberapa sumberdaya,,
seperti makan atau pasangan kawin. Hirarki Dominans (dominance hierarchy), Teritorialitas,
adalah suatu daerah yang dipertahankan oleh seekor individu hewan, yang umumnya mengusir
anggota lain dari spesiesnya sendiri. Teritori secara khusus digunakan untuk pencarian makanan,
perkawinan, membesarkan anak, atau kombinasi aktivitas tersebut (Campbell, 2002).
Semua spesies burung merupakan subyek predasi, menunjukkan adaptasi perilaku yang
berguna untuk pertahanan diri. Perilaku ini ditujukan untuk perlindungan diri sendiri maupun
kerabatnya, seperti: anggota yang lebih muda dari kelompoknya. Burung bereaksi terhadap
stimulasi bahaya tertentu melalui pendengaran dan penglihatan. Ketika mendengar peringatan
tanda bahaya terkadang burung diam membeku ditempatnya dengan harapan musuh tidak
mengetahui keberadaannya. Nada–nada yang dikeluarkan oleh burung juga mencakup alarm atau
panggilan peringatan khusus mengenai adanya bahaya. Untuk menghindari musuh burung
melakukan gerakan mengancam seperti misalnya merentangkan sayap lebarlebar dan
menegakkan kepala sehingga terlihat lebih besar dari ukuran sebenarnya. Burung-burung yang
menjaga sarang atau memiliki anak yang masih kecil selain menakut-nakuti juga langsung
menyerang pengganggunya (Campbell, 2002).
Perilaku Makan
Perilaku makan merupakan penampakan tingkah laku dalam kaitannya dengan aktivitas
makan. Aktivitas makan ini sendiri merupakan bagian dari aktivitas harian. Pada burung
umumnya aktivitas tersebut dilakukan pada pagi hari hingga sore hari, kecuali pada beberapa
jenis burung malam (Hailman, 1985). Selanjutnya dijelaskan bahwa perilaku makan pada
beberapa mahluk hidup mencakup semua proses konsumsi bahan makanan yang bermanfaat
dalam bentuk padat atau cair. Perilaku makan hewan sangat bervariasi baik lamanya makan
maupun frekuensi tingkah laku pada saat makan.
Perilaku makan dari tiap-tiap spesies hewan memiliki cara-cara yang spesifik. Faktor
yang mempengaruhi berbedanya cara makan antaranya adalah morfologi hewan yang mencari
makan, rangsangan dari makanan itu sendiri dan faktor dari dalam tubuh hewan yang akan
memberikan urutan gerak tubuh pada hewan tersebut (Suratmo, 1979).
Menurut Noor (2003), jenis-jenis burung yang mencari makan dibawah permukaan air
akan memburu mangsa mereka dengan menggunakan ujung paruhnya yang sensitive, oleh
karena itu mereka memiliki ukuran mata yag lebih kecil karena mereka tidak terlalu
membutuhkannya untuk melihat mangsa. Mereka biasanya mencari mangsa dalam kelompok
yang cukup besar yang memungkinkan memperoleh manfaat karena mangsa yang terganggu
akan lebih mudah ditemukan. Beberapa jenis burung memiliki ukuran kaki yang lebih panjang
yang memungkinkan mereka berjalan di perairan dangkal atau lumpur halus. Sementara itu yang
memiliki kaki yang lebih pendek hanya dapat mencari makan pada substrat lumpur yang lebih
keras.
Setiap spesies burung famili Ardeidae memiliki cara makan tertentu yang disesuaikan
dengan kondisi yang tepat. Hampir semua burung jenis bangau mencari makan di daearah rawa
dengan berdiri dan menunggu mangsa atau dengan berjalan pelan mengikuti mangsa. Sebahagian
besar juga menggunakan anggota tubuhnya, seperti kaki, kepala, sayap atau bahkan seluruh
tubuhnya untuk mendapatkan mangsa. Secara keseluruhan, banyak perilaku yang sama
digunakan oleh semua burung bangau sehingga untuk membedakannya diberi penamaan pada
setiap perilaku (Kushlan, 2011).
Perilaku Berbiak
Untuk menjamin kelangsungan hidupnya burung memiliki perilaku berbiak, meliputi:
penetapan teritori, courtship (percumbuan), pemilihan dan penentuan pasangan, kopulasi,
pembuatan sarang, peletakan dan pengeraman telur, pemberian makan dan perlindungan anak
(Rukmi, 2002). Secara umum dilakukan penetapan teritori terlebih dahulu oleh jantan sehingga
dapat digunakan sebagai penawaran pada betina untuk membentuk pasangan. Pada umumnya
burung mengikuti sistem monogami, sehingga jantan dan betina membentuk ikatan untuk
sebagian atau seluruh musim biak, atau seumur hidup dan membagi fungsi pemeliharaan dan
perlindungan anak (parental care).
Untuk menarik perhatian betina jantan akan memamerkan tempat peletakan sarang yang
dianggap potensial, setelah itu terjadi manipulasi simbol bahan sarang untuk menarik perhatian
betina. Ketika memilih penempatan sarang, burung betina – selain merespon panggilan jantan –
juga dipengaruhi oleh beberapa fakor antara lain (1) kemudahan memperoleh makanan (lokal),
betina lebih memilih jantan yang memiliki teritori yang berlimpah makanan meskipun jantan
tersebut telah memiliki pasangan dibandingkan dengan jantan lajang tetapi tidak memiliki
persediaan makanan diteritorinya, (2) ketersediaan material sarang (Rukmi, 2002).
Keberhasilan berbiak sangat dipengaruhi oleh sarang, pemangsa, dan lokasi.
Perkembangan kelompok burung sangat ditentukan oleh kemampuan bertahan dari pemangsa.
Sarang yang terletak pada populasi yang padat lebih terhalangi dari predasi (Diani, 2015).
Berkembang biak dalam koloni pada suatu spesies berakibat terbentuknya koloni besar yang
berbagi tempat untuk makan dan bersarang. Predasi pada spesies yang bersarang dalam koloni
berkurang melalui seleksi, sehubungan dengan letak sarang yang tersembunyi dari predator.
Meskipun ada predator, koloni menawarkan perlindungan dengan berbagai cara (Rukmi, 2002).
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil yaitu perilaku harian burung Cangak Abu (Ardea
cinerea) terdiri dari perilaku individu (berjemur, menelisik bulu, menggaruk, peregangan,
menggoyang tubuh, mengeram dan istirahat), perilaku berbiak (menarik ranting, menyusun
sarang, menarik perhatian, penyambutan serta kopulasi dan menepuk paruh), perilaku social
(agoinistik, hirarki dominansi dan teritori) dan perilaku makan (berdiri dan menunggu,
mengganggu dan memburu mangsa, menangkap mangsa di udara, berjalan cepat, mengikuti
mangsa, mengais dengan paruh, menggetarkan paruh dan memakan organisme pada ranting
pohon).
DAFTAR PUSTAKA
Alikodra, H.S. (1979). Konservasi Alam dan Pengelolaan Margasatwa, bagian III (Pengelolaan
Margasatwa). Sekolah Pasca Sarjana, Jurusan PSDA dan Lingkungan, IPB. Bogor.
Alexander, A. (2012). The Online Guide to the Animals of Trinidad and Tobago.
Azizah, U.N. (2015). Keanekaragaman Burung Ordo Ciconiiformes Di Kawasan Konservasi
Mangrove Tambaksari Desa Bedono Kecamatan Sayung Kabupaten Demak.
[BPS] Biro Pusat Statistik Deli Serdang. (2014). Medan.
Campbell. (2002). Biologi. Jilid III. Erlangga. Jakarta.
Coutlee, L. E. (1963). Maintenance Behavior Of The American Goldfinch. Mount Saint Mary’s
College. California. Diani, Ristia. (2015). Perilaku Berbiak Burung Bulbuccus Ibis Di Kawasan
Hutan Mangrove Desa Tanjung Rejo Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli
Serdang Sumatera Utara.
Elfidasari, Dewi. (2001). Ekologi Dan Perilaku Mencari Makan Tiga Jenis Kuntul Di Daerah
Sekitar Cagar Alam Pulau Dua Serang Provinsi Banten. Institut Pertanian Bogor. Bogor
Grzimeks, J.P.B. (1975). Animal Life Encyclopedia Bird 1. Van Nostrand Reinhold. P. 189.
New York.
Hailman, J.F. (1985). Behavior Ornithology in Laboratory nd Field (O.C. Petinggil and W.J.
Breckenridege Editor). 5 Edition. Academc Pr. New York.
Howes, J. D. Bakewell, dan Y. R. Noor. (2003). Panduan Studi Burung Pantai. Buku Wetlands
International- Indonesia Programme. Bogor
Ismanto. (1990). Populasi dan Habitat Burung Merandai di Rawa Jombor Jawa Tengah. UGM
Presss, Yogyakarta
Jumilawaty E, (2006). Perilaku harian pecuk hitam (Phalacrocoraxsulcirostris) saat musim
berbiak di Suaka Margasatwa PulauRambut, Jakarta. Jurnal Biologi Sumatera, 1(1): 20-
23.
Kushlan, J. A. (2011). The Terminology Of Courtship, Nesting, Feeding And Maintenance In
Heron. Www. Heron Conservation. Org.
Mardiastuti. (1992). Habitat And Nest-Site Characteristic Of Waterbirds In Pulau Rambut Nature
Reserve, Jakarta Bay, Jakarta.
Mckilligan, N. (2005). Herons, Egrets and Bitterns Their Biology and conservation in Australia.
Buku. CSIRO publishing. Australia
MacKinnon, J., K. Philips, B. and Van Balen. (1993). Panduan Lapangan: Burung burung di
Sumatera, Jawa, Bali dan Kalimantan. Gajah Mada University Press. Yogyakarta.
Noor, Y.R. (2003). Panduan Studi Burung Pantai. Wetlands Internasional Indonesia. Petinggil,
O.S.Jr. 1969. Ornithology in Laboratory and Field. Burgess Publishing Company.
Minneapolis.
Raikow, J. R. (1968). Maintenance Behavior of The Common Rhea. Departement of Biology,
Wayne State University.

Anda mungkin juga menyukai