Anda di halaman 1dari 29

PENCEGAHAN

DAN UPAYA
PEMBERANTASAN KORUPSI

Modul ke:
1. Konsep Pemberantasan Korupsi

13
2. Upaya Penanggulangan Kejahatan (Korupsi) dengan
Hukum Pidana
3. Berbagai Strategi dan Upaya Pemberantasan Korupsi

Fakultas
Ekonomi dan Yusman, SE., MM.
Bisnis
Program Studi
Manajemen-S1
1.Konsep Pemberantasan Korupsi
Konsep dasar pemberantasan korupsi sederhana, yaitu:
menerapkan carrot and stick.

Carrot adalah pendapatan bersih (net take home pay)


untuk pegawai negeri, baik sipil maupun TNI dan POLRI
yang jelas mencukupi untuk hidup dengan standar yang
sesuai dengan pendidikan, pengetahuan, tanggung jawab,
kepemimpinan, pangkat dan martabatnya.

Kalau perlu pendapatan ini dibuat demikian tingginya,


sehingga tidak saja cukup untuk hidup layak, tetapi cukup
untuk hidup dengan gaya yang “gagah”.
Stick atau arti harafiahnya pentung adalah:
hukuman yang dikenakan kalau kesemuanya ini sudah
dipenuhi dan masih berani korupsi.

Mengingat akan tingkat atau magnitude korupsi


sudah sedemikan dalam dan menyebar sedemikan
luasnya, hukumannya tidak bisa tanggung-
tanggung, harus seberat-beratnya.
2. Upaya Penanggulangan Kejahatan (Korupsi)
dengan Hukum Pidana

Secara garis besar upaya penggulangan kejahatan


dapat dibagi menjadi dua yaitu :

1. Jalur penal (menggunakan hukum pidana) dan


2. Jalur non-penal (diselesaikan di luar hukum
pidana dan sarana-sarana non-penal).
Secara kasar menurut Arief upaya penanggulangan
kejahatan melalui jalur penal lebih menitikberatkan
pada sifat repressive
(penumpasan/penindasan/pemberantasan) sesudah
kejahatan terjadi.

Dikatakan secara kasar, karena tindakan represif


juga dapat dilihat sebagai tindakan preventif dalam
arti luas.

Sedangkan jalur non-penal lebih menitikberatkan


pada sifat preventif (pencegahan).
Sasaran utama upaya penanggulangan kejahatan
memalui jalur non-penal adalah :
menangani faktor-faktor kondusif penyebab terjadinya
kejahatan (dalam hal ini korupsi).

Faktor-faktor kondusif berpusat pada masalah atau


kondisi politik, ekonomi, maupun sosial yang secara
langsung atau tak langsung dapat menimbulkan atau
menumbuhsuburkan kejahatan (korupsi).

Dengan demikian upaya non-penal seharusnya


menjadi kunci atau memiliki posisi strategis dari
keseluruhan upaya p[olitik kriminal.
Upaya penal dilakukan dengan :
memanggil atau menggunakan hukum pidana atau
dengan menghukum atau memberi pidana atau
memberikan penderitaan bagi pelaku korupsi.

Sarana penal memiliki “keterbatasan” dan


mengandung beberapa “kelemahan” {sisi negatif)
sehingga fungsinya seharausnya hanya digunakan
secara “subsidair”.
Mengutip pernyataan pakar ilmu hukum pidana dari
Universitas Padjadjaran Bandung, Romli Atmasasmita,
berdasarkan Konvensi kejahatan Transnasional
Terorganisasi pada Tahun 2000, korupsi merupakan :
kejahatan yang terorganisasi dan bersifat lintas batas
teritorial (transnasional).

Berdasarkan itu, korupsi merupakan kejahatan luar


biasa.
Tindak pidana korupsi tidak lagi dapat digolongkan
sebagai kejahatan biasa melainkan telah menjadi
suatu kejahatan luar biasa (extra ordinary crime).
3. Berbagai Srategi dan Upaya Pemberantasan
Korupsi
United Nations mengembangkan berbagai upaya atau
strategi untuk memberantas korupsi yang dinamakan the
Global Program Against Corruption dan dibuat dalam
bentuk United Nations-Coruption Toolkits (UNODC, 2004):
1. Pembentukan Lembaga Anti Korupsi
2. Pencegahan Korupsi di Sektor Publik
3. Pencegahan Sosial dan Pemberdayaan masyarakat
4. Pengembangan dan Pembuatan Berbagai Instrumen
hukum yang Mendukung Pencegahan dan
Pemberantasan Korupsi
5. Pemantauan dan Evaluasi
6. Kerjasama Internasional
Pembentukan Lembaga Anti Korupsi :

1. Membentuk lembaga independen yang khusus


menangani korupsi.
Di Hongkong bernama Independent Commission
Against Corruption (ICAC), di Malaysia the Anti-
Corrupton Agency (ACA), dan di Indonesia KPK.

2. Memperbaiki kinerja lembaga peradilan baik dari


tingkat kepolisian, kejaksaan, pengadilan dan
Lembaga Pemasyarakatan.
3. Di tingkat departemen kinerja lembaga-lembaga
audit seperti Inspektorat Jenderal harus
ditingkatkan.
Ada kesan lembaga ini sama sekali tidak punya
“gigi” ketika berhadapan dengan korupsi yang
melibatkan pejabat tinggi.

4. Reformasi birokrasi dan reformasi pelayanan publik


adalah satu cara mencegah korupsi.
5. Hal lain yang krusial untuk mengurangi risiko
korupsi adalah dengan memperbaiki dan memantau
kinerja Pemerintah daerah.

6. Dalam berbagai pemberitaan di media massa,


ternyata korupsi juga banyak dilakukan oleh anggota
parlemen baik di pudat (DPR) maupun di daerah
(DPRD).
Pencegahan Korupsi di Sektor Publik :

1. Salah satu cara mencegah korupsi adalah dengan


mewajibkan pejabat publik melaporkan dan
mengumumkan jumlah kekayaan yang dimiliki baik
sebelum dan sesudah menjabat.

2. Pengadaan barang atau kontrak pekerjaan di


pemerintahan pusat dan daerah maupun militer
sebaiknya melalui lelang atau penawaran secara
terbuka.
3. Korupsi juga banyak terjadi dalam perekrutan
pegawai negeri dan anggota TNI-Polri baru.

Korupsi, kolusi, dan Nepotisme sering terjadi dalam


proses rekrutmen tersebut.
Sebuah sistem yang transparan dan akuntabel
dalam hal perekrutan dikembangkan.
4. Sistem nilai kinerja pegawai negeri yang
menitikberatkan pada proses (process oriented) dan
hasil kerja akhir (result oreinted) perlu
dikembangkan.

Untuk meningkatkan budaya kerja dan motivasi


kerjanya, bagi pegawai negeri yang berprestasi
perlu diberi insentif.
Pencegahan Sosial dan Pemberdayaan masyarakat :

1. Salah satu upaya memberantas korupsi adalah


dengan memberi hak kepada masyarakat untuk
mendapatkan akses terhadap informasi.

2. Isu mengenai public awareness atau kesadaran dan


kepedulian publik terhadap bahaya korupsi.
Salah satu cara meningkatkan public awareness
adalah dengan melakukan kampanye tentang
bahaya korupsi.
3. Salah satu cara memberdayakan masyarakat dalam
mencegah dan memberantas korupsi adalah dengan
menyediakan saran untuk melaporkan kasus
korupsi.
Misalnya melalui telepon, surat, faksimili (fax), atau
internet.

4. Di beberapa negara pasal mengenai”fitnah” dan


“pencemaran nama baik” tidak dapat diberlakukan
untuk mereka yang melaporkan kasus korupsi,
dengan pemikiran bahwa bahaya korupsi lebih besar
daripada kepentingan individu.
5. Pers yang bebas adalah alah satu pilar demokrasi.
Semakin banyak informasi yang diterima
masyarakat, semakin paham mereka akan bahaya
korupsi.

6. Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) atau NGOs


baik tingkat lokal maupun internasional juga
memiliki peran penting untuk mencegah dan
memberantas korupsi.
LSM memiliki fungsi untuk melakukan pengawasan
atas perilaku pejabat publik. Contoh LSM lokal
adalah ICW (Indonesia Coruption Watch).
7. Cara lain untuk mencegah dan memberantas korupsi
adalah dengan menggunakan perangkat electronic
surveillance.

Alat ini digunakan untuk mengetahui dan


mengumpulkan data dengan menggunakan
peralatan elektronik yang dipasang di tempat-
tempat tertentu.
Misalnya audio-microphone atau kamera video
(CCTV) atau data interception di tempat-tempat
dimana banyak digunakan telepon genggam atau e-
mail.
8. Melakukan tekanan sosial dengan menayangkan
foto dan menyebarkan data para buronan tindak
pidana korupsi yang putusan perkaranya telah
berkekuatan hukum tetap.
Pengembangan dan Pembuatan Berbagai
Instrumen hukum yang Mendukung Pencegahan
dan Pemberantasan Korupsi :

 Perlu peraturan perundang-undangan yang


mendukung pemberantasan korupsi yaitu Undang-
Undang Tindak Pidana Money laundering atau
pencucian uang.

 Untuk melindungi saksi dan korban tindak pidana


korupsi, perlu instrumen hukum berupa Undang-
Undang perlindungan Saksi dan korban.
 Untuk memberdayakan pers, perlu UU yang
mengatur pers yang bebas.

 Perlu mekanisme untuk mengatur masyarakat yang


akan melaporkan tindak pidana korupsi dan
penggunaan electronoc surveillance agar tidak
melanggar privacy seseorang.
 Hak warganegara untuk secara bebas menyatakan
pendapatnya juga perlu diatur.

 Selain itu, untuk mendukung pemerintahan yang


bersih, perlu instrumen kode etik yang ditujukan
kepada semua pejabat publik, baik pejabat
eksukutif, legislatif, maupun code of conduct bagi
aparat lembaga peradilan (kepolisian, kejaksaan,
dan peradilan).
Pemantauan dan Evaluasi :

Perlu pemantauan dan evaluasi terhadap seluruh


pekerjaan atau kegiatan pemberantasan korupsi agar
diketahui capaian yang telah dilakukan.

Melalui pemantauan dan evaluasi dapat dilihat


strategi atau program yang sukses dan gagal.
Kerjasama Internasional :

Upaya lain yang dapat dilakukan alam memberantas


korupsi adalah :
melakukan kerjasama internasional baik dengan
negara lain maupun dengan International NGOs.
Sebagai contoh di tingkat internasional, Transparency
International (TI) membuat program National integrity
System. OECD membuat program the Ethics
Infrastructure dan World Bank membuat program A
Framework for Integrity.
DAFTAR PUSTAKA

1. Arief, Barda Nawawi. 2008. Bunga Rampai Kebijakan


Hukum Pidana. Kencana. Jakarta
2. Fijnaut, Cyrille dan Leo Huberts. 2002. Corruption,
Integrity, and Law Enforcement. Kluwer Law
International. The Hague.
3. miraniazalina. blogspot.com/2012/06/tulisan-20-aspek-
hukum-dalam-ekonomi-html
4. Muna, M. Riefqi. 2002. Korupsi di Tubuh Tentara
Nasional Indonesia, dalam Hamid Basyaib et al (ed)
2002. Mencuri Uang Rakyat: 16 Kajian Korupsi di
Indonesia, Buku 2 tentang Pesta Tentara, Hakim, Bankir,
Pegawai Negeri. Aksara Foundation. Jakarta.
DAFTAR PUSTAKA

5. Tim Penulis Buku Pendidikan Anti Korupsi. 2011.


Pendidikan Anti Korupsi untuk Perguruan Tinggi.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI Direktorat
jenderal Pendidikan tinggi Bagian Hukum Kepegawaian.
Jakarta
6. Haarhuis, Carolien Klien, 2005. Promoting Anti-
Corruption of World Bank Anti Corruption Program in
Seven African Contries (1999-2001). Wageningen:Ponsen
and Looijen b.v.
Terima Kasih
Yusman, SE., MM.

Anda mungkin juga menyukai