Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH TEKNIK PROSEDUR PELAKSANAAN

PEGASUHAN/PRAKTIKKEPERAWATAN
UNTUK MEMENUHI KEBUTUHAN AKTIFITAS DAN LATIHAN

DOSEN PEMBIMBING:Ns.Fauziah,M.Kep

DISUSUN OLEH:
NAMA:JAKA PRATAMA
NIM:21010617
PRODI:S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


BUMI PERSADALHOKSEUMAWE
TAHUN AJARAN 2021/2022
KATA PENGANTAR

Assalamualikum Wr. Wb

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat, taufik dan inayah-
Nya serta nikmat sehat sehingga penyusunan makalah guna memenuhi tugas mata
pelajaran mobilisasi ini dapat selesai sesuai dengan yang diharapkan. Shalawat serta salam
selalu tercurahkan kepada baginda Nabi Muhammad SAW dan semoga kita selalu
berpegang teguh pada sunnahnya Amin.
Dalam penyusunan makalah ini tentunya hambatan selalu mengiringi namun atas
bantuan, dorongan dan bimbingan dari guru pembimbing dan teman-teman yang tidak bisa
saya sebutkan satu per satu akhirnya semua hambatan dalam penyusunan makalah ini
dapat teratasi.
Makalah ini kami susun dengan tujuan sebagai informasi serta untuk menambah wawasan
khususnya mengenai mobilisaisi aktif dengan perkembangan zaman dan adapun metode
yang kami ambil dalam penyusunan makalah ini adalah berdasarkan pengumpulan sumber
informasi dari sosial media ( Internet)

Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat dan sebagai sumbangsih pemikiran
khususnya untuk para pembaca dan tidak lupa kami mohon maaf apabila dalam penyusunan
makalah ini terdapat kesalahan baik dalam kosa kata ataupun isi dari keseluruhan makalah
ini. Kami sebagai penulis sadar bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan untuk
itu kritik dan saran sangat kami harapkan demi kebaikan kami untuk kedepannya.
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN

A.Pengertian mobilisasi
B.Tujuan
C. Manfaat
D.Faktor yang mempengaruhi mobilisasi

E. Rentang gerak mobilisasi


F. Tahapan mobilisasi pascaoperasi
G. Dampak bila tidak melakukan mobilisasi
BAB II
PENUTUP
A.Kesimpulan
B.Saran
BAB I
PENDAHULUAN

A.PENGERTIAN MOBILISASI
Mobilisasi merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak bebas, mudah, teratur,
mempunyai tujuan memenuhi kebutuhan hidup sehat, dan penting untuk kemandirian
(Barbara Kozier, 1995). Sebaliknya keadaan imobilisasi adalah suatu pembatasan gerak atau
keterbatasan fisik dari anggota badan dan tubuh itu sendiri dalam berputar, duduk dan
berjalan, hal ini salah satunya disebabkan oleh berada pada posisi tetap dengan gravitasi
berkurang seperti saat duduk atau berbaring.

Mobilisasi secara garis besar dibagi menjadi 2, yaitu mobilisasi secara pasif dan
mobilisasi secara aktif. Mobilisasi secara pasif yaitu: mobilisasi dimana pasien dalam
menggerakkan tubuhnya dengan cara dibantu dengan orang lain secara total atau
keseluruhan. Mobilisasi aktif yaitu: dimana pasien dalam menggerakkan tubuh dilakukan
secara mandiri tanpa bantuan dari orang lain.

Mobilisasi secara tahap demi tahap sangat berguna untuk membantu jalannya
penyembuhan pasien. Secara psikologis mobilisasi akan memberikan kepercayaan pada
pasien bahwa dia mulai merasa sembuh. Perubahan gerakan dan posisi ini harus
diterangkan pada pasien atau keluarga yang menunggui. Pasien dan keluarga akan dapat
mengetahui manfaat mobilisasi, sehingga akan berpartisipasi dalam pelaksanaan mobilisasi
B.TUJUAN
Tujuan Mobilisasi
Untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia

Untuk mencegah terjadinya trauma


Untuk mempertahankan tingkat kesehatan
Untuk mempertahankan interaksi sosial dan peran sehari – hari
Untuk mencegah hilangnya kemampuan fungsi tubuh

a.Tujuan Khusus
Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Keterampilan Dasar Keperawatan.
b.Tujuan Umum
Untuk mengetahui hal yang berhubungan dengan kebutuhan aktivitas.
Untuk mengetahui posisi tidur yang baik dan manfaatnya.
Untuk mengetahui cara memindahkan pasien dari satu posisi ke posisi lain.

C.MANFAAT
Manfaat Mobilisasi

· Mencegah deep vein thrombosis, dekubitus, kontraktur, konstipasi, dan pneumonia.·


Memperbaiki toleransi orthostatic· Secara cepat terjadi pengembalian fungsi mental,
motorik dan kemampuan untuk akti tas sehari – hari.· Meningkatkan keyakinan dan
kepercayaan pasien dan keluarga terhadap proses pemulihanMobilisasi segera ditunda bila
terjadi :· eadaan dan atau Stroke berat· !ejala “ tanda neurologist yang memburuk·
#erdarahan sub$%rachnoid atau intra serebral· &ipotensi orthostatic· Miocardial infark
akut· ‘eep vein (hrombosis akut,sampai dapat teratasi.
D.FAKTOR YANG MEMENGARUHI MOBILISASI
1.Gaya Hidup
Gaya hidup sesorang sangat tergantung dari tingkat pendidikannya. Makin tinggi tingkat
pendidikan seseorang akan di ikuti oleh perilaku yang dapat meningkatkan kesehatannya.
Demikian halnya dengan pengetahuan kesehatan tetang mobilitas seseorang akan
senantiasa melakukan mobilisasi dengan cara yang sehat misalnya; seorang ABRI akan
berjalan dengan gaya berbeda dengan seorang pramugari atau seorang pemambuk.

2.Proses penyakit dan injury


Adanya penyakit tertentu yang di derita seseorang akan mempengaruhi mobilitasnya
misalnya; seorang yang patah tulang akan kesulitan untuk mobilisasi secara bebas. Demikian
pula orang yang baru menjalani operasi. Karena adanya nyeri mereka cenderung untuk
bergerak lebih lamban. Ada kalanya klien harus istirahat di tempat tidurkarena mederita
penyakit tertentu misallya; CVA yang berakibat kelumpuhan, typoid dan penyakit
kardiovaskuler.
3.Kebudayaan
Kebudayaan dapat mempengaruhi pola dan sikap dalam melakukan aktifitas misalnya;
seorang anak desa yang biasa jalan kaki setiap hari akan berbeda mobilitasnya dengan anak
kota yang biasa pakai mobil dalam segala keperluannya. Wanita kraton akan berbeda
mobilitasnya dibandingkan dengan seorang wanita madura dan sebagainya.
4.Tingkat Energy

Setiap orang mobilisasi jelas memerlukan tenaga atau energi, orang yang lagi sakit akan
berbeda mobilitasnya di bandingkan dengan orang sehat apalagi dengan seorang pelari.
5.Usia dan status perkembangan
Seorang anak akan berbeda tingkat kemampuan mobilitasny dibandingkan dengan
seorang remaja. Anak yang selalu sakit dalam masa pertumbuhannya akan berbeda pula
tingkat kelincahannya dibandingkan dengan anak yang sering sakit.
6.Tipe persendian dan pergerakan sendi
Dalam sistim muskuloskeletal dikenal 2 maca persendian yaitu sendi yang dapat digeragan
(diartroses) dan sendi yang tidak dapat digerakan (siartrosis).
E.RENTANG GERAK MOBILISASI
1.Abduksi
Gerakan menjauh garis tubuh

2.Aduksi
Gerakan mendekati garis tubuh
3.Fleksi
Membengkokan sendi sehingga sudut dari sendi tidak ada lagi.

4.Ekstensi
Gerakan kembali dari posisi fleksi
5.Rotasi
Gerakan membalik atau mengerakkan suatu bagian tubuh pada porosnya.
6.Dorsifleksi
Gerakan yang memfleksikan/ membengkokkan lengan kearah belakang kearah tubuh/ kaki
ke arah tungkai.
7.Fleksi palmar
Gerakan yang memfleksikan/membengkokkan lengan dalam kearah telapak tangan.
9.Fleksi plantar
Gerakan yang memfleksikan/membengkokkan kaki dalam ke arah telapak kaki
10.Pronasi
Rotasi lengan atas sehingga telapak tangan kebawah.

11.Supinasi
Rotasi lengan atas sehingga telapak tangan keatas.
12.Oposisi
Mempertemukan ujung jari pada lengan yang sama.

13.Inversi
14.Gerakan memutar telapak kaki ke arah dalam
15.Eversi
Gerakan memutar telapak kaki ke arah luar.
Menurut Carpenito (2000) dalam mobilisasi terdapat tiga rentang gerak yaitu :

a.Rentang gerak pasif


Rentang gerak pasif ini berguna untuk menjaga kelenturan otot-otot dan persendian
dengan menggerakkan otot orang lain secara pasif misalnya perawat mengangkat dan me
nggerakkan kaki pasien.

b.Rentang gerak aktif


Hal ini untuk melatih kelenturan dan kekuatan otot serta sendi dengan cara
menggunakan otot-ototnya secara aktif misalnya berbaring pasien menggerakkan kakinya.
c.Rentang gerak fungsional

Berguna untuk memperkuat otot-otot dan sendi dengan melakukan aktifitas yang
diperlukan.
Pasien-pasien yang menjalani mobilisasi aktif dan pasif
Pasien-pasien yang menjalani mobilisasi aktif dan pasif yaitu :
a.Pasien dekubitus

b.Pasien stroke
c.Pasien fracture
d.Pasien post opperasi
e.Pasien post laparatomy
f.Pasien dengan gangguan nervous
F.TAHAPAN MOBILISASI PASCA OPERASI

Mobilisasi pasca operasi yaitu proses aktivitas yang dilakukan pasca pembedahan
dimulai dari latihan ringan di atas tempat tidur (latihan pernapasan, latihan batuk efektif,
dan menggerakkan tungkai) sampai dengan pasien bisa turun dari tempat tidur, berjalan ke
kamar mandi dan berjalan keluar kamar (Smeltzer, 200).
a.Pada saat awal (6sampai 8 jam setelah operasi), pergerakan fisik bisa dilakukan di atas
tempat tidur dengan menggerakkan tangan dan kaki yang bisa ditekuk dan diluruskan,
mengkontraksikan otot-otot termasuk juga menggerakkan badan lainnya, miring ke kiri atau
ke kanan!
b.Pada 12 sampai 24 jam berikutnya atau bahkan lebih awal lagi badan sudah bisa
diposisikan duduk, baik bersandar maupun tidak dan fase selanjutnya duduk di atas tempat
tidur dengan kaki yang dijatuhkan atau ditempatkan di lantai sambil digerak-gerakkan!
c.Pada hari kedua pasca operasi, rata-rata untuk pasien yang dirawat di kamar atau bangsal
dan tidak ada hambatan fisik untuk berjalan, semestinya memang sudah bisa berdiri dan
berjalan di sekitar kamar atau keluar kamar, misalnya ke toilet atau ke kamar mandi sendiri

pasien harus diusahakan untuk kembali ke aktivitas biasa sesegera mungkin, hal ini perlu
dilakukan sedini mungkin pada pasien pasca operasi untuk mengembalikan fungsi pasien
kembali normal!
G.Dampak bila tidak melakukan mobilisasi

Adapun kerugian bila tidak melakukan mobilisasi secara dini adalah penyembuhan luka
menjadi lama, menambah rasa sakit, badan menjadi pegal dan kaku, kulit menjadi lecet dan
luka, terjadi luka di punggung, dan dapat memperlama masa perawatan di rumah sakit.
Namun perlu kita perhatikan juga ya bahwa mobilisasi dilakukan pada Pasien yang tidak
sadar (semikoma), Pasien dengan keterbatasan gerakan, Pasien dengan tirah baring (tidak
memiliki kemampuan untuk bangun dari tempat tidur).
Menyadari cukup banyak manfaat melakukan mobilisasi dini, Mari Kita ajarkan dan sebarkan
informasi sederhana ini ya, agar memberikan banyak manfaat untuk orang disekeliling kita.
Jangan lupa. Salam Sehat untuk kita semua ?
BAB II
PENUTUP

A.Kesimpulan
Mobilisasi merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak bebas, mudah, teratur,
mempunyai tujuan memenuhi kebutuhan hidup sehat, dan penting untuk kemandirian
(Barbara Kozier, 1995). Sebaliknya keadaan imobilisasi adalah suatu pembatasan gerak atau
keterbatasan fisik dari anggota badan dan tubuh itu sendiri dalam berputar, duduk dan
berjalan, hal ini salah satunya disebabkan oleh berada pada posisi tetap dengan gravitasi
berkurang seperti saat duduk atau berbaring (Susan J. Garrison, 2004).

B.Saran
Dalam mempelajari materi ini, harusnya mahasiswa dan pembaca pada umumnya dapat
mencari berbagai referensi agar isi tidak bersimpang siur materi agar sesuai dengan yang
seharunsnya dan BPKM.
DAFTAR PUSTAKA

Stuart, G. W. (2007). Buku saku keperawatan jiwa, Edisi 5. Jakarta: EGC.

Suliswati, dkk. (2005). Konsep dasar keperawatan kesehatan jiwa. Jakarta: EGC.
Suratun, dkk. (2008). Seri asuhan keperawatan: klien gangguan sistem
Musculoskeletal. Jakarta: EGC.
Thomas, A. A. & D’Silva, F. (2012). Pain, anxiety & functional status of patient

With lower limb fracture and dislocation after open reduction. Nite
University journal of health nursing.
Wahyudi, A. S. & Wahid, A. (2016). Buku ajar ilmu keperawatan dasar. Jakarta:
Mitra Wacana Medika.
Widyastuti, Y. (2015). Gambaran kecemasan pada pasien pre operasi fraktur
Femur di RS Orthopedi Prof. Dr. Soeharso Surakarta. Volume 12, Nomor 2
Mare
Widuri, H. (2010). Kebutuhan dasar manusia. Yogyakarta: Gosyen Publishing.

Anda mungkin juga menyukai