Bab 2 - 151244027
Bab 2 - 151244027
Tinjauan pustaka dan landasan teori merupakan bagian yang sangat penting
dalam penulisan tugas akhir karena memuat teori-teori yang relevan terkait dengan
pembahasan permasalahan dalam tugas akhir. Terdapat beberapa tinjauan pustaka
yang digunakan sebagai acuan untuk mengembangkan pemahaman dan membantu
dalam pengolahan data untuk menyelesaikan permasalahan dalam tugas akhir.
Tinjauan pustaka merupakan referensi yang digunakan untuk melihat hasil
penelitian yang telah dilakukan oleh orang lain dengan permasalahan yang serupa
atau mirip dengan tugas akhir yang diteliti. Penjelasan tinjauan pustaka dalam bab
ini diambil dari 2 artikel jurnal yang keduanya membahas mengenai parameter apa
saja yang memungkinkan menyebabkan terjadinya kegagalan produk injeksi plastik
berupa cacat short mold.
(sumber: Artikel Jurnal The Analysis of Short Shot Possibility in Injection Molding Process)
(sumber: Artikel Jurnal The Analysis of Short Shot Possibility in Injection Molding Process)
Program Studi Proses Manufaktur 9
(sumber: Artikel Jurnal The Analysis of Short Shot Possibility in Injection Molding Process)
Keterangan:
A: Gate type D: Pressure holding time
B: Filling time E: Melt temperature
C: Part cooling time
(sumber: Artikel Jurnal The Analysis of Short Shot Possibility in Injection Molding Process)
untuk mengurangi cacat short shot dalam cetakan injeksi melalui level optimal
dari setiap parameter, maka semakin kecil rasio S/N karakteristik kualitas semakin
baik. Berdasakan Tabel II.4, parameter tipe gate, waktu pengisian, dan temperatur
leleh material memiliki nilai ratio S/N yang besar sehingga ketiga parameter ini
mempengaruhi terjadinya cacat short mold.
Setelah melakukan analisis parameter yang telah ditentukan melalui rasio
S/N, dilakukan analisis varian dengan menggunakan ANOVA. ANOVA
digunakan untuk menentukan persentase kontribusi setiap parameter. Nilai
kontribusi parameter yang paling besar menunjukkan bahwa parameter tersebut
mempengaruhi terjadinya short shot. Dari hasil perhitungan diketahui bahwa
temperatur leleh merupakan parameter yang paling berpengaruh diikuti
dengan waktu pengisian dan tipe gate dengan nilai kontribusi secara berurutan
adalah 74.45%, 22%, 3.69%. Waktu pendinginan dan waktu tahan tekanan
dianggap sebagai parameter yang tidak mempengaruhi terjadinya short shot
karena nilai kontribusi yang sangat rendah sehingga tidak dianggap sebagai
parameter yang signifikan [1].
Selain itu, dalam artikel jurnal “Analisis Pengendalian Cacat Produk Pada
Proses Plastic Injection Molding Dengan Material Polypropylene”, Dadi Cahyadi
dan Mahfudz Al Huda melakukan analisis yang bertujuan untuk menganalisis akar
permasalahan dari cacat produk yang sering terjadi pada produk bermaterial PP
dengan metode PIM agar didapatkan pengaturan parameter proses yang tepat.
Analisis dilakukan dengan mengembangkan model simulasi empirik yang
menggambarkan hubungan antara parameter proses dengan cacat produk yang
terjadi menggunakan software Autodesk Moldflow Adviser. Analisis dilakukan
dengan memvariasikan nilai parameter tekanan injeksi, temperatur injeksi, dan
waktu pendinginan.
Dari penelitian tersebut diketahui bahwa ketiga parameter yang dianalisis
(parameter tekanan injeksi, temperatur injeksi, dan waktu pendinginan) berpengaruh
terhadap cacat produk yang terjadi. Kemudian, hasil dari analisis tersebut diolah
untuk mendapatkan kombinasi nilai optimum untuk pengaturan parameter yang
diteliti. Dari penelitian tersebut didapatkan pengaturan yang optimum dengan nilai
Program Studi Proses Manufaktur 11
sebagai berikut: tekanan injeksi (Pinj) = 3.038 MPa, temperatur injeksi (Tmelt) =
240ºC, dan waktu pendinginan (tcol) = 20s [2].
Injeksi plastik merupakan proses kompleks yang terdiri dari beberapa proses
berurutan dan dilakukan secara berulang (siklus). Di setiap akhir siklus, produk/
komponen akan dihasilkan. Siklus mesin injeksi dimulai dari gerakan cetakan
menutup, pengisian cetakan, pemadatan produk, pendinginan, dan cetakan terbuka
untuk mengeluarkan produk. Ilustrasi siklus injeksi plastik dapat dilihat pada
Gambar II.1. Waktu siklus proses injeksi plastik dipengaruhi oleh berat benda,
ketebalan benda, sifat material, dan pengaturan mesin yang spesifik [5].
Program Studi Proses Manufaktur 12
masuk ke dalam rongga cetakan. Setelah cetakan terisi penuh, proses beralih ke fase
pengepakan dan penahanan di mana tekanan dalam silinder injeksi dipertahankan
untuk mengkompensasi penyusutan material. Proses kemudian memasuki fase
pendinginan untuk memadatkan produk. Ketika produk mencapai kekakuan yang
signifikan, cetakan akan terbuka dan produk dikeluarkan. Pada saat yang
bersamaan, material plastik akan dilelehkan dalam unit injeksi oleh rotasi screw
untuk proses injeksi berikutnya. Proses ini berulang untuk siklus yang selanjutnya
[3; 4].
Mesin injeksi plastik terdiri dari 2 jenis mesin yaitu mesin horizontal dan
mesin vertikal. Mesin horizontal terdiri dari unit penjepit dan injeksi yang
dikombinasikan secara horizontal. Pada umumnya, unit penjepit terletak disebelah
kiri unit. Gambar II.3 (a) menunjukkan bagaimana bentuk mesin horizontal.
Program Studi Proses Manufaktur 14
Keuntungan dalam menggunakan mesin jenis ini adalah produktivitas tinggi karena
waktu yang diperlukan untuk membuka dan menutup cetakan relatif cepat, cetakan
mudah untuk diganti, dan pengoperasian serta perawatan yang mudah. Mesin
vertikal terdiri dari unit penjepit dan injeksi yang dikombinasikan secara vertikal.
Pada umumnya, unit penjepit berada di bagian bawah. Gambar II.3 (b)
menunjukkan bagaimana bentuk mesin vertikal. Keuntungan dalam menggunakan
mesin jenis ini adalah keseimbangan aliran yang lebih baik dalam rongga cetakan
karena kurangnya efek gravitasi. Mesin injeksi plastik sekarang ini dapat
dioperasikan secara manual, semi-otomatis, dan otomatis. Sumber daya selalu
berupa listrik tetapi penggerak yang digunakan berdasarkan pada mode operasi
mekanis, hidrolik, atau bahkan udara terkompresi [6].
bentuk pelet padat untuk dilelehkan dalam silinder pemanas sebelum ditekan masuk
ke dalam cetakan. Terdapat banyak bagian yang berkontribusi terhadap kinerja
tugas ini. Bagian-bagian tersebut dapat dilihat pada Gambar II.4 [7].
C. Silinder Pemanas
Silinder pemanas merupakan jantung dari unit injeksi yang biasa disebut
dengan barrel. Silinder pemanas terbuat dari baja murah berkualitas yang berbentuk
tabung yang panjang. Bagian dalam tabung dilapisi dengan selongsong tipis baja
perkakas keras yang dapat menahan sifat abrasi dalam proses injeksi. Biasanya
selongsong ini memiliki kandungan kromium yang tinggi. Bagian luar barrel
terdapat pita pemanas yang terikat pada barrel. Pita pemanas tersebut diaktifkan
secara elektrik. Dapat dilihat pada Gambar II.4, terdapat 3 zona pemanasan:
belakang, tengah, dan depan. Setiap zona terdapat 3 atau lebih pemanas dan
masing-masing zona dikontrol secara terpisah oleh unit listrik yang terletak pada
panel kontrol mesin [7].
D. Hopper
menjebak partikel logam yang tercampur dalam material plastik secara tidak
sengaja. Partikel logam dapat merusak selongsong yang terdapat pada bagian dalam
barrel [7].
Injection screw adalah batang yang berbentuk seperti bor yang ditempatkan
di dalam barrel. Fungsi utama screw adalah untuk menambah material plastik yang
jatuh dari hopper masuk ke dalam barrel. Fungsi yang kedua adalah untuk
mencampur dan menyeragamkan lelehan material plastik. Putaran screw juga
menaikkan suhu material plastik yang berada di dalam barrel. Panas yang terjadi
akibat adanya gesekan yang disebabkan oleh sedikitnya jarak antara permukaan
screw dengan permukaan dinding barrel. Ketika material didorong masuk ke dalam
cetakan oleh putaran screw, material akan ditekan lebih kuat sehingga
menghasilkan panas dan melelehkan plastik. Hal ini dapat mengurangi penggunaan
listrik yang dibutuhkan untuk melelehkan material plastik. Desain screw untuk
mesin injeksi plastik pada umumnya dapat dilihat pada Gambar II.6 [7].
F. Nozzle
Unit penjepit yang digunakan pada mesin injeksi plastik bergantung pada
gaya penjepitan maksimum yang mampu dilakukan oleh mesin. Gaya ini
dibutuhkan untuk menahan cetakan agar tetap menutup selama proses injeksi, yang
mana hal tersebut merupakan fungsi utama dari unit penjepit. Ukuran unit penjepit
biasanya dinyatakan dalam ton (kilonewtons). Unit penjepit yang berada dalam
mesin injeksi plastik dapat dilihat pada Gambar II.8 [7].
Berdasarkan Gambar II.8, unit penjepit dalam mesin injeksi plastik sama
seperti mesin press horizontal karena terdiri dari: pelat penyangga tetap, pelat
pembawa cetakan bergerak (sisi penjepit), pelat pembawa cetakan tetap (sisi
nozzle), penggerak untuk memindahkan pelat cetakan (sisi penjepit). Sebagian
cetakan terpasang pada pelat pembawa cetakan disisi injeksi dan sebagian lagi
terpasang pada pelat cetakan disisi penjepit yang dapat bergerak secara aksial.
Selama proses injeksi, tekanan dalam rongga lebih besar daripada tekanan
disekitarnya sehingga dapat membuka cetakan ketika proses injeksi dilakukan.
Terbukanya cetakan dapat menyebabkan lelehan material plastik mengalir ke dalam
celah tersebut dan kemudian membeku sehingga menimbulkan terjadinya cacat
flash. Untuk mencegah terbukanya cetakan, unit penjepit harus menjaga cetakan
agar tetap tertutup dengan kekuatan yang sesuai. Secara mekanik, unit penjepit
dapat dibedakan menjadi 2 yaitu toggle dan hidrolik [8].
C. Mekanisme Toggle
D. Mekanisme Hidrolik
Kekuatan atau gaya yang dibutuhkan dalam menahan cetakan agar tetap
menutup selama proses injeksi dilakukan bergantung pada seberapa besar tekanan
injeksi ketika menyuntikkan material ke dalam cetakan. Material yang mempunyai
Program Studi Proses Manufaktur 20
viskositas lebih besar akan membutuhkan tekanan injeksi yang lebih besar,
sehingga gaya penjepitan harus dapat menahan tekanan tersebut [7].
temperatur material. Semakin panas, maka viskositas akan semakin rendah dan
sebaliknya.
2. Temperatur: ukuran yang menggambarkan keadaan fisik plastik (panas atau
dingin).
3. Panas: suatu bentuk energi yang digunakan untuk mengubah suhu.
4. Konduktivitas panas: ukuran kecepatan perpindahan panas melalui suatu
material. Pada umumnya, plastik memiliki konduktivitas yang jelek kecuali
jika plastik bergerak dan bercampur ketika dipanaskan di bagian tertentu, titik-
titik panas dapat terbentuk tetapi pada bagian yang lain tidak cukup panas
untuk diproses.
5. Armophous: memiliki struktur molekul acak dari plastik seperti PS, PC, dan
PVC.
6. Crystalline: memiliki pola molekul teratur yang khas untuk setiap bahan seperti
PE, PP, nylon, dan PET.
2.2.4.1 Temperatur
A. Temperatur Material
Material harus dipanaskan terlebih dulu sebelum diinjeksikan ke dalam
cetakan dengan temperatur yang sesuai dengan jenis materialnya. Semua material
plastik memiliki rentang suhu yang efektif ketika diinjeksikan. Proses injeksi
dimulai dengan mengatur temperatur silinder pemanas sehingga material yang
diinjeksikan berada pada suhu yang direkomendasikan. Suhu yang ideal akan
dengan mudah mengalirkan lelehan material plastik dengan tetap mempertahankan
sifat fisiknya (titik leleh ideal).
B. Temperatur Cetakan
Temperatur cetakan merupakan parameter yang cukup penting untuk
diperhatikan. Cetakan digunakan untuk membentuk plastik yang telah diinjeksikan
menjadi bentuk yang sesuai ketika sudah mengeras. Ketika material mengeras, ini
merupakan faktor terpenting dalam menentukan kekuatan dari sifat fisik material
plastik. Hal tersebut dikarenakan ketika material dipanaskan pertama kali,
molekulnya saling terpisah dan bergerak bebas satu sama lain. Ketika material
kembali menjadi dingin, molekul tersebut harus saling menempel kembali untuk
Program Studi Proses Manufaktur 22
C. Temperatur Oli
Kebanyakan mesin injeksi digerakkan dengan sistem hidrolik. Sistem
hidrolik ini menghasilkan energi antara lain untuk memutar screw, membuka dan
menutup cetakan, dan menggerakkan sistem ejektor. Ketika mesin beroperasi,
temperatur oli dalam sistem hidrolik meningkat akibat gesekan yang terjadi ketika
oli melewati mesin dan gaya tekan oli digunakan untuk memberikan tekanan.
Temperatur oli harus dijaga agar sistem hidrolik berfungsi dengan baik. Jika oli
terlalu dingin maka akan menjadi kental dan sulit untuk mengalir sehingga katup
akan beroperasi dengan lambat atau menjadi rusak. Jika terlalu panas, maka oli akan
terdegradasi menjadi cairan tipis.
Program Studi Proses Manufaktur 23
2.2.4.2 Tekanan
A. Tekanan Injeksi
Tekanan injeksi merupakan tekanan utama yang digunakan dalam proses
injeksi plastik. Dengan kata lain, tekanan injeksi merupakan jumlah tekanan yang
diperlukan untuk menginjeksikan material plastik ke dalam cetakan. Tekanan
injeksi berkisar antara 500 psi atau 34.47 kg/cm2 sampai 20.000 psi atau 1,379
kg/cm2 [10]. Tekanan injeksi ditentukan dengan viskositas dan laju aliran plastik
yang diinjeksikan.
B. Tekanan Penahanan
Tekanan ini dilakukan diakhir ketika pengisian material plastik ke dalam
cetakan tinggal 5%. Tekanan penahanan ini dilakukan untuk menahan material
ketika pendinginan hingga mengeras sehingga penyusutan dapat terkontrol.
Tekanan penahanan biasanya 50% dari tekanan injeksi [10].
2.2.4.3 Waktu
A. Waktu Injeksi
Waktu yang diperlukan untuk melakukan proses injeksi bergantung terhadap
jumlah material yang akan diinjeksikan, viskositas material, dan persentase
kapasitas barrel. Total waktu injeksi dibagi menjadi dua fase yang terpisah yaitu
waktu injeksi awal dan waktu tahan injeksi. Waktu injeksi awal terhitung ketika
cetakan tertutup lalu screw menyuntikkan cairan plastik ke dalam cetakan. Biasanya
waktu injeksi yang dilakukan tidak melebihi 4 atau 5 detik [10]. Waktu tahan
injeksi merupakan waktu ketika screw mempertahankan tekanan setelah plastik
Program Studi Proses Manufaktur 24
diinjeksikan ke dalam cetakan dengan waktu yang cukup lama agar material plastik
dapat membeku dan menjadi produk jadi.
B. Waktu Pendinginan
Waktu pendinginan merupakan fase terpenting dalam proses injeksi. Waktu
pendinginan adalah waktu yang dibutuhkan untuk material plastik menjadi dingin
ke titik di mana material telah menjadi padat sehingga dapat dilakukan proses
ejeksi. Ejeksi adalah proses mengeluarkan material plastik yang telah membeku dari
dalam cetakan setelah seluruh siklus selesai dilakukan. Semakin tebal produk maka
waktu pendinginan akan semakin lama.
2.2.4.4 Jarak
B. Jarak Injeksi
Jarak injeksi ditetapkan untuk memastikan 95% bahan telah disuntikkan ke
dalam cetakan. Jarak ini bervariasi bergantung pada seberapa besar dan seberapa
banyak kapasitas barrel.
Program Studi Proses Manufaktur 25
Terdapat 2 desain sistem saluran injeksi yang dapat digunakan yaitu cold
runner dan hot runner. Sistem cold runner adalah sistem saluran material plastik
dalam cetakan injeksi yang membeku bersama dengan produk dan dikeluarkan
sebagai limbah dari produk yang dihasilkan di setiap siklus. Bentuk dari sistem cold
runner dapat dilihat pada Gambar II.13. Sistem hot runner (runnerless) adalah
sistem saluran material plastik yang tidak dikeluarkan pada setiap siklus. Hot
runner mempertahankan material plastik pada temperatur leleh yang mendekati
sama dengan suhu material yang ditembakkan pertama kali. Material plastik dalam
sistem hot runner tetap meleleh di seluruh siklus dan kemudian digunakan pada
siklus berikutnya. Karena itu, hanya terdapat sedikit atau tidak ada limbah material
plastik dengan menggunakan sistem hot runner. Bentuk dari sistem hot runner
dapat dilihat pada Gambar II.14.
Program Studi Proses Manufaktur 26
Sistem cold runner terdiri dari 3 komponen utama, yaitu: sprue, runner, dan
gate. Sprue adalah lubang tirus yang terletak pada sumbu unit injeksi. Runner
adalah sebuah perpotongan saluran pada permukaan cetakan untuk mengalirkan
material plastik dari sprue ke saluran yang sangat dekat dengan rongga cetakan
(gate). Gate adalah saluran yang merupakan titik masuknya lelehan material plastik
ke dalam rongga cetakan.
A. Runners
Desain runner sangat penting karena kombinasi posisi gate dan ukuran
runner mengontrol pola pengisian dalam rongga. Cetakan cavity runner dibuat
dalam berbagai bentuk seperti yang dapat dilihat pada Gambar II.15. Bentuk
tersebut tidak semuanya baik. Bentuk terbaik dari runner adalah semua bagian
penuh dan dipotong di kedua bagian cetakan. Bentuk tersebut paling efisien untuk
mengalirkan material plastik tanpa pendinginan yang prematur/terlalu cepat.
Program Studi Proses Manufaktur 27
Bentuk runner yang hanya terletak pada salah satu bagian terkadang
digunakan dalam beberapa proses injeksi. Tujuan dari penggunaan bentuk runner
yang setengah dari cetakan ini adalah untuk mengurangi biaya dan mempermudah
proses pelepasan produk. Bentuk runner yang baik digunakan dalam kasus ini
adalah trapesium atau trapesium yang sudah dimodifikasi. Bentuk runner yang
setengah lingkaran tidak direkomendasikan karena akan menyebabkan aliran
terhambat dengan permukaan yang luas untuk pendinginan material.
Untuk desain cetakan multi cavity, runner harus dirancang dengan seimbang
agar dapat mengalirkan material plastik pada waktu yang sama serta pada suhu,
tekanan, dan kecepatan yang sama untuk setiap rongga cetakan. Perbedaan bentuk
desain dari runner yang seimbang dan tidak seimbang dapat dilihat pada Gambar
II.16. Desain dari runner yang seimbang membutuhkan banyak material di-
bandingkan dengan yang tidak seimbang. Kekurangan tersebut diimbangi dengan
peningkatan keseragaman dan kualitas produk yang lebih baik dibandingkan dengan
desain runner yang tidak seimbang.
(a) (b)
B. Sprue
Sprue sering kali menjadi bagian yang paling tebal diantara bagian saluran
lainnya dan pada proses injeksi tertentu dapat mempengaruhi waktu siklus. Bagian
ini akan dibuang karena bukan merupakan produk jadi. Panjang dari sprue
ditentukan oleh ketebalan cetakan tetap. Dimensi sprue yang terlalu kecil akan
membuat material menjadi lebih cepat dingin dan membuat aliran tidak mencukupi.
C. Gate
Gate merupakan saluran kecil yang dilewati material antara runner dan
cetakan produk. Ini adalah titik di mana material plastik masuk ke dalam cetakan
produk dan merupakan elemen penting dari cetakan. Posisi dan dimensinya
memiliki pengaruh yang cukup besar pada kualitas hasil cetakan dan produktivitas.
Posisi gate secara langsung mempengaruhi jalur aliran di dalam cetakan produk,
tekanan pengisian, dan weld line yang terbentuk. Desain gate untuk aplikasi tertentu
meliputi pemilihan jenis gate, dimensi, dan lokasi [5].
Desain gate pada umumnya memiliki ukuran yang kecil. Terdapat 2 alasan
mengapa gate dibuat kecil, yang pertama adalah gate bertindak sebagai katup
termal untuk menyegel rongga cetakan. Ketika gate membeku, material plastik
tidak bisa lagi masuk ke dalam rongga cetakan. Ukuran gate yang besar dapat
menyebabkan proses pembekuan menjadi lambat dan memungkinkan aliran
terkompresi kembali keluar rongga cetakan. Alasan yang kedua adalah agar saluran
injeksi dapat dipisahkan dengan mudah dan bekas yang dihasilkan tidak terlalu
besar sehingga kualitas produk menjadi lebih baik [11].
Sistem hot runner menjaga material plastik yang berada dalam saluran
injeksi agar selalu dalam keadaan mencair. Dengan menggunakan sistem hot runner
pada saluran injeksi, limbah material plastik tidak akan dihasilkan. Keuntungan lain
dari penggunaan sistem ini adalah tekanan injeksi yang digunakan dapat lebih
rendah dibandingkan dengan sistem cold runner, kualitas produk yang dihasilkan
lebih baik akibat tidak adanya bekas pemisahan saluran injeksi dengan produk jadi,
dan waktu injeksi yang dibutuhkan jauh lebih singkat. Dari semua kelebihan
tersebut, terdapat kekurangan utama dengan menggunakan sistem hot runner yaitu
sulit mempertahankan/mengontrol suhu dalam cetakan. Kekurangan lainnya adalah
biaya yang dibutuhkan untuk pembuatan cetakan jauh lebih mahal dibandingkan
sistem cold runner.
Sebuah elemen dasar dari plastik adalah variasinya. Sifat-sifat plastik dapat
diubah dalam batas yang luas dan dikombinasikan dengan bahan lainnya sehingga
menjadi beragam. Karakteristik material plastik pada umumnya adalah [4]:
1. Fleksibilitas
Fleksibilitas merupakan karakteristik yang paling penting dari sebuah
material plastik. Sifat material plastik dapat disesuaikan untuk memenuhi kebutuhan
penggunaan akhir. Sifat material plastik ini diatur dengan mengubah komposisi
kimia dasar dari plastik atau dengan menambah zat aditif ketika plastik dilelehkan.
2. Massa jenis antara 0.8 – 1.8 g/cm3
Nilai massa jenis plastik jauh lebih ringan daripada logam dan bahan
keramik. Plastik memiliki rasio kekuatan/berat yang baik sehingga membuat plastik
ringan dan tahan lama. Selain itu, plastik memiliki kekuatan mekanik yang tinggi
sehingga material plastik cukup banyak digunakan sebagai bahan baku pembuatan
suatu produk.
3. Transparan
Jenis plastik seperti polistirena, polimetil, metakrilat atau polikarbonat
merupakan jenis plastik yang memiliki karakteristik warna transparan. Jenis plastik
tersebut dapat mengalirkan cahaya seperti kaca, tetapi dengan kekuatan yang lebih
Program Studi Proses Manufaktur 30
baik, massa yang ringan, dan proses pembentukkan yang mudah. Transparan pada
material plastik lebih cenderung berwarna kuning atau sedikit berawan.
4. Penggunaan energi kecil
Proses pengolahan plastik membutuhkan energi yang sedikit. Gambar II.17
menunjukkan perbandingan kebutuhan energi relatif untuk produksi berbagai logam
dengan beberapa plastik. Sebagian besar plastik membutuhkan kurang dari 25%
energi yang dibutuhkan material logam pada umumnya.
a. Fillers atau zat pengsisi, seperti serbuk kayu atau material mineral
b. Bahan penguat (biasanya kaca atau serat karbon) yang mengubah sifat mekanik
terutama modulus elastisitas dan kekuatan tarik
c. Pigmen warna, campuran umum yang digunakan agar tidak perlu dilakukan
proses pengecatan pada komponen plastik
d. Plasticizer ditambahkan pada sebagian plastik setelah proses yang bertujuan
untuk mengatur sifat mekanis dan propertis dari komponen akhir yang
didapatkan
e. Flame retardant (peredam api) dicampur untuk mengurangi daya bakar, yang
mana sangat penting untuk electrical engineering
f. Stabilisator, membuat material dapat berdaptasi terhadap kondisi tertentu.
Contoh pada umumnya adalah UV stabilisator yang meningkatkan stabilitas
molekuler dari plastik ketika terkena cahaya
9. Dapat didaur ulang
Plastik dapat digunakan kembali dengan cara didaur ulang menggunakan
berbagai metode. Daur ulang tidak direkomendasikan untuk alasan ekonomis,
teknologi dari energi daur ulang kemungkinan menggunakan jumlah energi yang
besar ketika melakukan pembakaran.
A. Termoplastik
Termoplastik adalah polimer yang jika dipanaskan akan meleleh dan
menjadi keras/kaku kembali ketika didinginkan. Termoplastik terdiri dari beberapa
jenis dengan sifat yang berbeda-beda. Termoplastik dapat berubah bentuk menjadi
elastis dan juga menjadi plastis sampai batas tertentu. Polimer jenis ini sangat ulet
dan dapat dibentuk secara terus menerus karena dapat didaur ulang. Gambar II.19
menunjukkan konsep daur ulang dari material termoplastik. Proses daur ulang ini
menyebabkan terjadinya perubahan kimia pada material seperti oksidasi dan
degradasi termal selama proses daur ulang. Sifat material hasil daur ulang dan yang
murni menjadi tidak setara akibat proses daur ulang [4].
B. Termoset
Termoset adalah jaringan polimer berikatan silang yang terbentuk dari
reaksi kimia selama proses pembentukkan seperti yang dapat dilihat pada Gambar
II.21. Berbeda dengan material termoplastik, material termoset tidak dapat didaur
ulang secara langsung. Hal tersebut disebabkan karena ikatan silang dari struktur
molekulnya sangat kuat, sehingga bila dipanaskan untuk kedua kalinya akan
menyebabkan ikatan silang antar rantai lepas dan menjadi rusak. Ikatan silang pada
polimer ini memberikan ketahanan mulur yang sangat baik, stabilitas dimensi, dan
ketahanan kimia terhadap material. Polimer termoset diantaranya adalah alkyd
resins, amino resins, epoxide resins, phenolic resins, polyester resins,
miscellaneous resins, dan lain-lain [4].
C. Elastomer
Elastomer merupakan polimer yang saling terhubung satu sama lain, seperti
struktur termoset. Elastomer adalah klasifikasi polimer yang sepenuhnya elastis dan
tidak dapat mengalami deformasi plastis. Struktur molekul elastomer terdiri dari
rantai karbon panjang dan spiral. Dengan struktur seperti itu, elastomer memiliki
kemampuan yang luar biasa untuk menjadi elastis dan kemudian dapat kembali ke
bentuk semula (dapat diregangkan secara elastis dengan beban yang sangat ringan).
dimana:
dimana:
dimana:
Daur ulang plastik merupakan salah satu alternatif yang dapat dilakukan
untuk memperpanjang masa pakai polimer dan dengan demikian dapat membantu
mengurangi jejak karbon. Proses ini dilakukan dengan memproses ulang material
plastik menjadi produk yang bermanfaat. Namun, proses daur ulang ini akan
membuat karakteristik material menjadi berbeda dengan aslinya. Karakteristik
material daur ulang yang dihasilkan akan berbeda-beda bergantung pada
metodologi daur ulang yang dilakukan. Adapun proses daur ulang yang dilakukan
terbagi ke dalam 4 metodologi, yaitu [12]:
Hasil material daur ulang ini memiliki karakteristik yang setara dengan
material plastik aslinya. Material daur ulang akan digunakan kembali dalam aplikasi
sehingga proses daur ulang ini disebut sebagai loop tertutup.
Hasil material daur ulang sekunder ini memiliki karakteristik yang berbeda
1 level dengan material aslinya. Material hasil daur ulang ini membutuhkan
reformulasi untuk memenuhi spesifikasi produk baru agar sesuai dengan
karakteristik material awal.
Hasil material daur ulang ini digunakan sebagai bahan baku dalam proses
yang menghasilkan bahan kimia dan bahan bakar.
Hasil material PP dari proses daur ulang digunakan kembali sebagai bahan
baku untuk membuat suatu produk. Proses produksi tersebut akan menyebabkan PP
dipengaruhi oleh degradasi termal yang membahayakan intensitas struktural plastik
karena ikatan antara hidrogen dan karbon menjadi lebih lemah. Namun, beberapa
penelitian menyatakan bahwa sifat polimer PP daur ulang tidak jauh berbeda
dengan polimer PP aslinya. Karakteristik material yang didapatkan dari hasil daur
ulang bervariasi, bergantung pada jenis penggunaan. Umumnya PP dapat di daur
ulang dalam loop tertutup sebanyak 4x sebelum degradasi termal memiliki dampak
negatif pada polimer. Adapun perbedaan karakteristik material PP asli dengan PP
hasil daur ulang dapat dilihat pada Tabel II.6.
Program Studi Proses Manufaktur 39
(sumber: Artikel New Lightweight Construction Material: Cellular Mat Using Recycled Plastic)
Produk yang dihasilkan dalam produksi injeksi plastik tidak akan 100%
mengalami keberhasilan. Banyak faktor yang dapat menyebabkan terjadinya
kegagalan sehingga produk dinyatakan cacat. Sebagian besar cacat yang terjadi
menyebabkan produk gagal harus didaur ulang kembali agar dapat diproduksi.
Terdapat juga beberapa jenis cacat yang produknya masih dapat digunakan, hanya
memerlukan proses finishing sebelum digunakan. Jenis-jenis cacat produk injeksi
plastik diantaranya adalah:
A. Weld Lines
Weld lines merupakan salah satu bentuk cacat yang terjadi pada produk
injeksi plastik yang biasa disebut juga sebagai weld mark atau knit line. Cacat ini
terbentuk ketika lelehan material plastik bertemu dari arah yang berbeda. Weld line
dapat terjadi akibat adanya lubang dalam bentuk produk yang akan dibuat, saluran
masuk yang banyak (multiple gates), dan ketebalan dinding produk yang bervariasi.
Aliran material yang pertama kali mengalir akan mendingin lebih dulu dan tidak
mampu 100% bersatu kembali dengan lelehan material plastik lainnya. Oleh karena
itu, bagian tersebut akan membentuk weld lines yang dianggap sebagai awal retak
(lihat Gambar II.24).
Program Studi Proses Manufaktur 40
Knit lines akan selalu terbentuk pada sisi yang bersebrangan dengan gate
atau pada sisi yang bersebrangan dengan hambatan yang ada. Jika gate yang
digunakan lebih dari satu, weld lines akan terbentuk di mana aliran material
bertemu seperti yang dapat dilihat pada Gambar II.25. Weld lines tidak dapat
dihilangkan tetapi dapat diminimalkan melalui metode pemrosesan dan ventilasi
yang tepat. Weld lines biasanya merupakan bagian terlemah dari produk yang
dihasilkan.
Air traps merupakan cacat yang terjadi karena udara terperangkap di dalam
rongga cetakan. Kegagalan ini terjadi ketika udara tidak dapat keluar dari ventilasi
ketika lelehan material plastik bertemu. Udara yang terperangkap akan
menghasilkan gelembung di dalam bagian cetakan sehingga menimbulkan cacat
Program Studi Proses Manufaktur 41
permukaan seperti noda atau bekas terbakar yang dapat dilihat pada Gambar II.26.
Kurangnya ventilasi atau ventilasi yang terlalu kecil merupakan penyebab umum
dari kegagalan jenis ini. Solusi yang dapat dilakukan untuk menghilangkan
terjadinya air traps adalah mengubah desain produk, mengubah desain cetakan,
menggunakan mesin yang sesuai, dan menyesuaikan kondisi cetakan.
Hasil cetakan yang rapuh memiliki kecenderungan untuk pecah seperti yang
dapat dilihat pada Gambar II.27. Hal ini terjadi akibat material terdegradasi dari
rantai molekul panjang menjadi molekul pendek sehingga berat molekulnya
menjadi lebih rendah [5]. Cacat jenis ini terjadi karena kondisi pendinginan yang
tidak tepat, pengaturan suhu yang tidak tepat, sistem runner dan desain gate yang
tidak tepat, dan desain screw yang tidak benar. Solusi yang dapat dilakukan untuk
menghilangkan terjadinya brittleness adalah menggunakan material yang tepat,
mengubah desain cetakan, menggunakan mesin yang sesuai, dan menyesuaikan
kondisi cetakan.
Sink mark adalah cacat yang biasanya terjadi pada bagian yang lebih tebal
ditandai dengan adanya cekungan pada bagian permukaan. Void adalah cacat
permukaan yang ditandai dengan terbentuknya gelembung pada bagian core. Sink
marks dan voids disebabkan oleh penyusutan material pada bagian yang lebih tebal
akibat laju pendinginan yang tidak merata seperti yang dapat dilihat pada Gambar
II.28. Bagian yang lebih tipis akan mendingin lebih cepat sehingga akan menarik
lelehan material plastik pada bagian yang lebih tebal. Faktor-faktor yang
menyebabkan terjadinya sink marks dan voids adalah tekanan injeksi dan penahan
yang rendah, waktu penahanan dan pendinginan yang kurang lama, temperatur
material dan cetakan yang terlalu tinggi.
F. Burn Marks
Burn marks adalah cacat berupa bintik-bintik kecil, gelap atau hitam yang
muncul di bagian ujung produk seperti yang dapat dilihat pada Gambar II.29.
Program Studi Proses Manufaktur 43
Short mold merupakan cacat yang terjadi ketika lelehan material plastik
tidak dapat mengisi keseluruhan bagian cetakan. Biasanya, bagian yang paling
sering mengalami short mold adalah bagian yang lebih tipis. Faktor yang
mempengaruhi terjadinya short mold diantaranya:
H. Flash
Flash adalah cacat yang terjadi akibat material plastik mengisi ruang
pemisah antar cetakan sehingga terdapat material yang ikut membeku di pinggir-
pinggir produk seperti yang dapat dilihat pada Gambar II.30. Produk yang
dihasilkan masih dapat digunakan tetapi harus dilakukan proses finishing
sebelum digunakan. Penyebab terjadinya flash adalah tekanan penjepitan terlalu
rendah, terdapat celah pada cetakan, kondisi cetakan dan ventilasi yang tidak
tepat. Solusi yang dapat dilakukan untuk menghilangkan terjadinya flash adalah
menyesuaikan pengaturan cetakan, menyesuaikan pengaturan mesin,
menyesuaikan kondisi cetakan.
Flow marks adalah cacat permukaan di mana riak atau gelombang muncul
di dekat saluran masuk seperti yang dapat dilihat pada Gambar II.31. Flow marks
disebabkan oleh lelehan material plastik sudah dingin di dekat saluran masuk atau
kurangnya bahan tambah selama waktu penahanan. Penyebab terjadinya flow marks
adalah suhu leleh rendah, suhu cetakan rendah, kecepatan injeksi rendah, tekanan
injeksi rendah, saluran runner dan gate batang yang kecil. Solusi yang dapat
dilakukan untuk menghilangkan terjadinya flow marks adalah mengubah desain
cetakan dan menyesuaikan kondisi cetakan.
J. Silver Streaks
Proses uji coba yang dilakukan secara berulang dapat meningkatkan biaya
dan waktu produksi. Dengan menggunakan CAE, hal tersebut tidak perlu dilakukan
karena dengan menggunakan analisis CAE proses dapat dilakukan secara berulang
untuk mengevaluasi proses. Dengan begitu, didapatkan hasil analisis yang tepat
untuk menghilangkan terjadinya cacat produk dengan waktu yang relatif lebih cepat
dan lebih hemat biaya. CAE dapat membantu dalam memprediksi kemungkinan
cacat-cacat yang terjadi dari proses analisis. Kemudian dari hasil analisis tersebut
akan dilakukan optimasi proses sehingga desain cetakan dan parameter proses yang
tepat akan direkomendasikan. [5; 9]
khusus. Kemampuan simulasi untuk analisis yang dapat dilakukan oleh masing-
masing produk Moldflow tersebut dapat dilihat pada Lampiran B.
Model produk yang akan dianalisis dalam Moldflow Insight harus memiliki
finite element yang sesuai. Finite element ini biasanya disebut sebagai mesh. Mesh
ini akan membagi geometri (domain) model produk menjadi sejumlah kecil
domain. Domain atau elemen kecil ini didefinisikan oleh node (koordinat dalam
ruang) dan digunakan untuk perhitungan analisis di dalam Moldflow Insight. Jenis
mesh atau teknologi analisis yang dipilih menentukan proses analisis yang dapat
dilakukan untuk masing-masing jenis mesh. Terdapat 3 jenis mesh yang dapat
digunakan untuk proses analisis seperti yang dapat dilihat pada Gambar II.33.
Adapun penjelasan dari ketiga jenis mesh tersebut dapat dilihat pada pembahasan
dibawah ini.
A. Midplane Mesh
tebal dari area lokal mana pun paling sedikit 4:1, jika tidak, akan terjadi kesalahan
yang signifikan. Pada rasio lebar dan tebal 4:1, 20% dari perimeter berada pada arah
ketebalan dan tidak diperhitungkan dalam persamaan perpindahan panas. Semakin
besar pelanggaran aturan ini, semakin besar jumlah kemungkinan kesalahan [5].
Tipe elemen 2-noded beam (balok) biasanya disebut sebagai elemen 1D.
Balok memiliki ukuran dan bentuk penampang yang ditentukan. Balok mewakili
aliran tabung sirkular axisymmetric dari cairan Newtonian umum. Bentuk non-
circular biasanya diwakili oleh tabung lingkaran ekivalen dengan diameter hidrolik
yang sama, tetapi dengan laju aliran volumetrik diperkecil untuk memberikan
kecepatan rata-rata yang sama dengan bentuk aslinya. Elemen balok tidak dapat
menjelaskan ketidakseimbangan yang disebabkan oleh geser.
C. 3D Mesh
untuk analisis model produk yang tebal, sedangkan midplane dan dual domain lebih
baik digunakan untuk analisis produk yang berdinding tipis.